Tugas Islamisasi
Tugas Islamisasi
BAB I ............................................................................................................................. i
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II ........................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
PENUTUPAN ............................................................................................................... 9
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
agamanya sendiri dan dari sejarah kegemilangan yang seharusnya dijadikan
kebanggaan tersendiri atas agama Islam. Oleh sebab itu ia memberikan solusi,
yaitu perlunya perbaikan system pendidikan yang memadukan antara ilmu-ilmu
umum dan agama sebagai langkah membentuk peradaban Islam yang sempurna.
Pada akhir abad 20-an, konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan mendapat
kritikan dari kalangan pemikir Muslim sendiri, seperti Fazlul Rahman, Muhsin
Muhdi, Abdus Salam Soroush, Bassam Taibi dan lainnya. Fazlul Rahman
misalnya mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat di Islamkan karena
tidak ada yang salah dalam ilmu pengetahuan.
Walaupun dalam perkembangannya Islamisasi Ilmu Pengetahuan dikritik,
tetapi gagasan Islamisasi ini merupakan suatu revolusi epistemologis yang
merupakan jawaban terhadap krisis epistemology yangh bukan hanya melanda
dunia Islam tapi juga budaya dan peradaban Barat Sekuler.
3
mencantumkan karya-karya tepenting. Langkah-langkah ini diperlukan bagi
para sarjana-sarjana Muslim agar mampu menguasai setiap disiplin ilmu
modern.
3. Penguasaan Khasanah Islam: Sebuah Antologi
Di langkah yang ketiga ini, sebelum kita mengetahui secara jauh ilmu-
ilmu pengetahuan modern diperlukan penguasaan ilmu-ilmu ilmiah warisan
para ilmuwan Islam dari nenek moyang kita. Hal itu diperlukan karena
sebagai titik awal usaha yang dilakukan untuk mengIslamkan ilmu-ilmu
modern.
4. Penguasaan Khasanah Ilmiah Islam Tahap Analisa
Apabila antalogi-antalogi sudah disiapkan dengan baik, maka langkah
selanjutnya yang harus diambil untuk memahami warisan ilmu-ilmu Islam
adalah melakukan suatu analisa sesuai dengan permasalahan-permasalahan
yang dihadapi masa kini atau sesuai dengan perspektif dari masing-masing
bidang keilmuan.
5. Penentuan Relevansi Islam yang Khas Terhadap Disiplin-disiplin Ilmu
Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para pemikir Islam
terdahulu, secara bersamaan telah memfokuskan permasalahan pada
perkembangan ilmu pengetahuan yang dikaitkan dengan khasanah ke Islaman.
Maka dari itu, relevensi khasanah Islam menurut Al-Faruqi bias dilakukan
dengan mengajukan tiga persoalan, yaitu:
a. Apa yang telah disumbangkan oleh Islam, mulai dari alquran hingga ke
pemikiran-pemikiran kaum modernis masa kini kepada seluruh
permasalahan yang telah dicakup oleh disiplin ilmu modern?
b. Seberapa besar sumbangan itu jika dibandingkan dengan hasil-hasil yang
dicapai oleh ilmu-ilmu Barat tersebut, atau sampai dimanakah tingkat
pemenuhan, kekurangan serta kelebihan khasanah Islam itu dibandingkan
dengan wawasan dan ruang lingkup disiplin ilmu Barat modern tersebut.
c. Apabila ada bidang-bidang masalah yang sedikit diperhatikan atau bahkan
tidak diperhatikan sama sekali oleh warisan ilmu-ilmu Islam, ke arah
manakah kaum Muslim harus mengusahakan untuk mengisi kekurangan
4
itu, kemudian merumuskan kembali permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dan memperluas visi disiplin ilmu tersebut.
6. Penilaian Kritis Terhadap Disiplin Ilmu Modern: Tingkat Perkembangannya
di Masa Kini
Setelah menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh ilmu
modern dan ilmu-ilmu warisan Islam mulai dari metodologi, prinsip, tema,
permasalahan dan hasil-hasil yang telah dicapai harus diidentifikasi, disurvei
dan di analisa, dan setelah relevansi Islam telah dijelaskan dan ditegaskan.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah memberikan suatu
penilaian (baik dalam hal perbaikan, penabahan, perubahan atau ada suatu
yang dihapus) terhadap disiplin ilmu serta memberikan suatu analisa yang
mendalam dilihat dari susut pandang Islam.
7. Penilaian Kritis Terhadap Khasanah Islam: Tingkat Perkembangan
Dewasa Ini
Dalam setiap bidang kehidupan manusia harus dinilai, dikritik, bahkan di
analisa sesuai dengan yang dimaksudkan dalam dunia khasanah Islam yiatu
alquran dan sunnah Rasulullah, begitu pula dengan relevansi kontemporernya
juga harus dirumuskan dan dikritik yang dilihat dari beberapa sudut pandang,
yaitu:
a. Sejauh pengetahuan tentang wawasan Islam berasal dari sumber-
sumber wahtu serta kebenaran yang diperoleh dalam sejarah
kehidupan Rasulullah saw., para sahabat dan keturunannya.
b. Kebutuhan umat Islam masa kini.
c. Semua pengetahuan modern diwakili oleh disiplin ilmu tersebut
(ilmu warisan Islam).
8. Survei Permasalahan yang Dihadapi Umat Islam
Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam seperti masalah
politik, social, ekonomi, intelektual, budaya, moral, dan spiritual (masalah
yang ada dalam kehidupan manusia) membutuhkan suatu survey yang
empiris serta analisis kritis yang harus digunakan.
9. Survei Permasalahan yang Dihadapi Umat Manusia
5
Permasalahan yang dihadapi tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, akan
tetapi yang membedakannya adalah pada studi ini difokuskan pada umat
manusia.
10. Analisia Kreatif dan Sintesa
Pada tahap ini para sarjana Muslim harus sudah siap melaksanakan sintesa
antara khasanah-khasanah Islam dan disiplin ilmu modern agar dapat
mendobrak kemandegan selama beberapa abad terakhir ini. Dari situlah,
khasanah pemikir Islam harus sinambung dengan hasil-hasil ilmu modern dan
harus mulai menggerakkan tapal batas depan ilmu pengetahuan ke cakrawala-
cakrawala yang lebih jauh dari apa yang diperkirakan oleh disiplin ilmu-ilmu
modern.
11. Penuangan Kembali Disiplin Ilmu Modern ke dalam Kerangka Islam: Buku-
buku Daras Tingkat Universitas
Setelah adanya keseimbangan antara ilmu warisan Islam dengan disiplin
ilmu modern telah dicapai, maka langkah selanjutnya yang harus
direalisasikan adalah menulis buku-buku teks universitas untuk menuangkan
kembali disiplin ilmu-ilmu moden dalam cetakan Islam. Selain itu, buku-
buku tersebut diharapkan dapat dipergunakan sebagai pedoman umum bagi
para ilmuwan kelak di kemudian hari.
12. Penyebarluasan Ilmu-ilmu yang Telah DiIslamkan
Apabila buku-buku teks universitas sudah tercetak menjadi sebuah karya
dari langkah-langkah sebelumnya harus digunakan untuk membangkitkan,
menerangi, dan memperkaya umat Islam, maka buku-buku tersebut harus
dibagikan secara cuma-cuma kepada setiap ilmuwan Muslim yang ada di
perguruan tinggi dan disajikan di semua perguruan tinggi Muslim dunia
dengan maksud agar mereka dapat mempertimbangkan buku atau produk
tersebut sebagai bahan bacaan wajib di fakultas yang bersesuaian.
6
lainnya. Sains sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu science yang berarti
pengetahuan mengenai struktur dan tingkah laku dari alam dan dunia yang fisik,
berdasarkan fakta yang dapat dibuktikan seperti dengan percobaan. Makna
science pada berbagai kamus lebih banyak bersifat konseptual yang mengacu
seperti hal di atas.
Perbedaan sains barat dan sains Islam dapat ditelusuri lagi melalui cara
pandang. Perbadaan cara pandang ini berarti perbedaan yang paling fundamental.
Cara pandang sains Islam tidak hanya menempatkan pemikiran dan akal dalam
landasan berfikir, tetapi ada faktor wahyu, intuisi dan pengalaman di dalamnya.
Wahyu dijadikan pondasi utama dalam pengambilan suatu asumsi atau teori,tetapi
dalam pandangan sains barat, akalah yang menjadi landasan berfikir, wahyu dan
keberadaan Tuhan tidak dikenal disini. Sains barat menempatkan akal pada
rujukan satu-satunya yang menjadikan pemikiran sains barat menganggap semua
fenomena alam dapat dijelaskan dengan akal. Tinggal masalah waktu hal-hal yang
belum terungkap akan terungkap oleh akal.
Dapat dilihat dengan jelas bahwa dalam prinsip dasar Islam, Allah lah
yang menciptakan alam semesta. Sehingga alam semesta ini adalah sebuah bukti
nyata dari ayat-ayat Allah. Semua ciptaan-Nya akan tunduk dan patuh pada
peraturan, perintah dan larangan-Nya. Sehingga tidak mungkin ada asumsi atau
praduga yang akan bertentangan dengan hukum Allah. Asumsi atau hipotesa yang
ada pada sains barat yang menentang adanya konsep keTuhanan biasanya hanya
bersifat tekstual atau praduga semata. Hal itu tidak dapat di buktikan dengan pasti,
sehingga nilai kebenaran dari hipotesa atau praduga tersebut sangat jauh dari
kepastian.
7
Banyak pendirian mayarakat yang mengansumsikan bahwa sains adalah
suatu hal yang dapat dibuktikan secara ilmiah. Tanpa pembuktian yang ilmiah
akan menjadi sebuah penghayatan yang tidak akan pernah dihiraukan lagi.
pembuktian yang ilmiah inilah yang akan membawa pada sebuah sains yang
memerlukan argumentasi yang logis dan tidak mengenalnya sains dengan
kebenaran mutlak, sehingga ilmuwan harus bekerja seoptimal mungkin untuk
menguatkan teorinya apabila ia tidak mau menanggung konsekwensi diasingkan
dari masyarakat ilmiah karena sebuah teorinya yang gagal.
Inilah yang selama ini membedakan antara sains Islam dengan sains Barat.
Sains Islam mempunyai sisi lain yang tidak dipunyai oleh sains Barat. Konsep
sains Islam yang cukup khas mengenai nilai, pengetahuan dan metodelogi yang
menawarkan struktur social dan dan etika sebagai sebuah kerangka yang lebih
baik bagi kemajuan sains yang beradab. Sehingga sains Islam pada intinya akan
bermuara pada kemajuan umat manusia yang mengedepankan unsur kemaslahatan
dengan berpijak pada pemikiran Islam dan analisis konseptual Qurani yang tidak
dimiliki oleh sains Barat.
Penawaran dari sains Islam inilah yang selama ini diharapkan oleh
masyarakat dunia sebagai pandangan yang maju tanpa meninggalkan asas nilai
8
manfaat dalam setiap pengembanganya. Akan tetapi pandangan yang ditawarkan
dalam perspektif holistikya oleh dunia sains Islam menjadi sebuah tantangan bagi
kalangan metodelogis sains Barat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
pandangan sains Barat yang selalu terpatahkan dalam setiap hasil teori-teorinya
oleh sains Islam.
Nilai yang terdapat didalam sains Barat tentunya telah membuka sebuah
cakrawala yang negatif karena didasarkan berbagai asumsi sains yang
dimunculkan mempuanyai daya serang dan dampak negatif yang ditimbulkan.
Tentunya kesalahan yang selama ini hadir dalam sains Barat adalah kesalahan
penempatan dalam sebuah system yang mereka buat tanpa mengimbanginya
dengan penguasaan moral. Hal ini membuktikan hasil yang mereka capai berbalik
arah menjadi hasil yang menakutkan bagi arah harapan yang ingin mereka capai.
BAB III
PENUTUPAN
1.5 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
9
1. Munculnya ide Islamisasi Ilmu Pengetahuan disebabkan adanya premis
bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai. Ilmu-ilmu yang terkontaminasi
oleh premis demikian dan telah melalui proses sekularisasi dan
westernisasi yang tidak lagi sesuai dengan kepercayaan, justru ini akan
membahayakan ummat Islam.
3. Cara pandang sains Islam tidak hanya menempatkan pemikiran dan akal
dalam landasan berfikir, tetapi ada faktor wahyu, intuisi dan pengalaman
di dalamnya. Wahyu dijadikan pondasi utama dalam pengambilan suatu
asumsi atau teori,tetapi dalam pandangan sains barat, akalah yang menjadi
landasan berfikir, wahyu dan keberadaan Tuhan tidak dikenal disini. Sains
barat menempatkan akal pada rujukan satu-satunya yang menjadikan
pemikiran sains barat menganggap semua fenomena alam dapat dijelaskan
dengan akal.
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Taufik Adnan, Islam dan Tantangan Modernitas, Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, Cet. VI ; Bandung : Mizan, 1996
Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, (Cet.II; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Moeflich Hasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
Jakarta: Pustaka mCidesendo,2000.
10
Kartanegara, Mulyadi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam,
Cet, I, Bandung: Mizan, 2003, Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta:
Pustaka Cidesendo,2000
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Cet. IX; Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 2004.
Raharjo, M. Dawan, Strategi Islamisasi Pengetahuan, (ed.) Moeflich Hasbullah,
Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Pustaka,
Cidesendo,2000.
Syaefuddin, AM., Desekularisasi Pemikiran, Bandung: Mizan, 1991.
11