Anda di halaman 1dari 134

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bandung merupakan kota kreatif dengan pemuda-pemuda yang kreatif


pula, identik dengan semangat gotong-royong, memiliki solidaritas yang
tinggi satu sama lain, berani, cerdas, ramah, sopan dan santun. Namun seiring
berjalannya waktu, banyak telah masuk budaya-budaya asing ke Indonesia,
khususnya budaya barat. Budaya ini telah masuk ke dalam sendi-sendi
kehidupan masyarakat Indonesia khususnya kota Bandung mulai dari gaya
hidup, makanan, pakaian, serta teknologi. Segala aspek dalam kehidupan
masyarakat telah berkiblat pada budaya barat saat ini. Dilansir dari
http://www.kompasiana.com dalam artikelnya yang berjudul “Dampak
Masuknya Budaya Asing (Barat) Terhadap Budaya Bangsa Indonesia”
mengatakan bahwa budaya asing yang masuk keindonesia menyebabkan multi
efek. Budaya Indonesia perlahan-lahan semakin punah. Berbagai iklan yang
mengantarkan kita untuk hidup gaul dalam konteks modern dan tidak
tradisional sehingga memunculkan banyaknya kepentingan para individu yang
mengharuskan berada diatas kepentingan orang lain. Akibatnya terjadi sifat
individualisme semakin berpeluang untuk menjadi budaya kesehariannya. Ini
semua sebenarnya terhantui akan praktik budaya yang sifatnya hanya
memuaskan kehidupan semata. Teknologi salah satunya. Teknologi telah
merajalela ke setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Teknologi tidak lain
dibuat agar memudahkan pekerjaan manusia tentu saja dengan adanya
teknologi semakin membuat kita manusia lebih cepat dalam melakukan
sebuah pekerjaan, lebih mudah dalam berkomunikasi, dan sebagainya.
Teknologi berkembang begitu cepatnya, mengikuti jaman, dan tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa saat ini masyarakat sudah sangat membutuhkan
teknologi. Selain membuat dampak positif, teknologi juga mempunyai
beberapa dampak negatif seperti kecanduan, ketergantungan, bahkan

1
memberikan pengaruh buruk yang berakibat fatal apabila tidak disaring
dengan baik oleh para penggunanya. Internet salah satunya, internet yang
berkembang bebas saat ini apabila tidak digunakan secara bijak dan tanpa
kontrol maka akan berakibat buruk dan fatal terutama terhadap kaum muda
yaitu anak-anak dan remaja. Mereka akan memperoleh informasi yang
seharusnya tidak atau belum boleh diketahui secara bebas. Kurangnya
pendidikan moral dan perhatian terhadap kaum muda inilah yang
menyebabkan segala kemajuan ini menjadi suatu kemunduran. Lingkungan
tempat mereka tinggal seharusnya menjadi peran terpenting dalam
pembentukan karakter pada anak. Keluarga, tetangga, dan kerabat dekat
sebaiknya melakukan pendekatan dan dorongan kepada pelaku tindak
penyimpangan.

Dari data tiga tahun terakhir, tindak kriminal yang dilakukan oleh anak
muda mengalami peningkatan, data diambil dari sms.lap.ditjenpas.go.id. Saat
ini tercatat 191 tahanan narapidana anak-anak di Kota Bandung yang
melakukan tindak kriminal diantaranya yang paling banyak adalah kasus
perlindungan anak, kejahatan terhadap ketertiban, pembunuhan, narkotika,
pencurian, perampokan, penganiayaan, asusila, pemerasan, dan senjata tajam,
sumber didapat dari Jurnal Harian lapas Anak Kelas III Bandung, tanggal 20
September 2016. Tercatat pula terdapat 4 anak diantaranya merupakan
residivis, yaitu orang yang pernah dihukum mengulangi tindak kejahatan
yang serupa; penjahat kambuhan: terdakwa tergolong pernah dijatuhi
hukuman dua tahun, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bahkan setelah
diberi hukuman dan dimasukan ke dalam penjara, beberapa anak belum jera
dan masih melakukan tindak krimial yang sama. Kurangnya perhatian,
motivasi, dan pendekatan inilah yang menjadi tanggungjawab masyarakat
sekitar sehingga terciptanya lingkungann yang damai dan sejahtera.

Berbeda halnya disini, sekelompok pemuda mantan narapidana yang


memiliki masa lalu kelam ternyata terbukti mampu melakukan perubahan
terhadap dirinya yang berdampak besar bagi lingkungannya. Di Bandung,
Blok tempe tepatnya di Babakan Asih RT 04 RW 01, Bojongloa Kaler

2
terdapat sebuah kampung padat penduduk yang memiliki sebuah cerita
inspiratif. Kampung ini dulunya merupakan kampung yang kumuh dan sering
terjadi banjir. Tetapi perubahan terjadi di kampung ini, kampung yang
dulunya kumuh dan sering terjadi banjir, sekarang tidak lagi karena
masyarakat didalamnya bergotong-royong membuat sumur resapan. Kampung
ini bahkan menjadi kampung percontohan saat ini karena perubahan besar
yang telah dilakukannya. Dibalik perubahan besar yang terjadi di Blok Tempe
ternyata terdapat peran sekumpulan pemuda yang ternyata dulunya adalah
pelaku kriminal, bahkan hampir seluruh pemuda, tepatnya 20 dari 25 pemuda
di Blok Tempe pernah masuk ke dalam penjara. “Dulunya Blok Tempe
disebut sebagai kampung narapidana karena kaum mudanya sering melakukan
keributan disini, berkelahi, terlibat narkoba, bahkan sampai minuman keras”,
kata Achmad Ruyani Ketua RT 04 tersebut. Hal ini menarik karena dibalik
perubahaan lingkungan yang positif, terdapat peran kaum muda yang
berlatarbelakang negatif dulunya. Transformasi kehidupan inilah yang sangat
menarik untuk diteliti lebih lanjut. Ditengah maraknya kriminalitas yang
dilakukan oleh kaum muda di Kota Bandung, ternyata ada sekumpulan
pemuda yang diketahui adalah mantan narapidana yang mampu membuat
kampung atau desanya menjadi lebih baik.

Apabila kasus perubahan sekelompok pemuda di Blok Tempe ini dapat


diterapkan oleh pemuda-pemuda lain tentu saja akan berdampak sangat baik
bagi generasi selanjutnya. Kurangnya media untuk memotivasi serta
menginspirasi kaum muda lain ini juga menjadi kendala. Untuk itu diperlukan
adanya sebuah sarana atau media informasi yang dapat menyebarluaskan
informasi ini guna dapat menstimulus masyarakat khususnya kaum muda di
Kota Bandung.

Film sebagai sebuah karya seni dan industri saat ini semakin
berkembang pesat. Sebagai media visual, film banyak digunakan sebagai
media hiburan bagi penontonnya, untuk menyampaikan aspirasi masyarakat,
atau sebagai refleksi dari realitas sosial. Salah satu jenis film yang diambil
yaitu film dokumenter. Film dokumenter adalah film yang

3
mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah
menyajikan fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh,
perisrtiwa, dan lokasi yang nyata. Artinya, film dokumenter digunakan untuk
merepresentasikan kenyataan dan menampilkan kembali fakta yang ada dalam
kehidupan yang dibuat lebih terstruktur dalam durasi film. Adapun jenis
dokumenter yaitu dokumenter televisi dimana dokumenter dalam halnya disini
digunakan sebagai acara atau program televisi. Menurut Gerzon R. Ayawaila
dalam Fachruddin (2012; 321) film dokumenter televisi adalah program
dokumenter dengan tema topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita,
menggunakan narasi (dengan voice over hanya terdengar suara tanpa wajah
yang menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakan wawancara, juga
ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual (picture story). Hal yang
menjadi poin penting tentunya adalah pesan khusus dari film dokumenter
tersebut. Film dokumenter televisi biasa digunakan selain untuk konsumsi
televisi, film dokumenter juga dapat diikutsertakan ke dalam berbagai festival
film baik dari dalam maupun luar negeri.

Film dokumenter televisi juga dapat menjadi media yang efektif untuk
memberikan informasi atau pengetahuan baru yang dapat membangun dan
menginspirasi orang yang menontonnya. Dalam halnya disini penulis ingin
menyampaikan informasi mengenai transformasi kehidupan sosial di Blok
Tempe yang diharapkan dapat menjadi pilot project bagi kaum muda lain
khususnya yang melakukan penyimpangan dan warga kampung atau desa-
desa lain di Bandung untuk dapat melakukan perubahan positif terhadap
lingkungannya. Penulis sebagai sutradara akan menggarap film dokumenter
jenis dokumenter televisi yang dikemas secara menarik melalui penggayaan
yang menggabungkan gaya eksposisi dan performatif.

4
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis menuliskan


identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Masuknya budaya asing yang banyak menyebabkan dampak
negatif bagi masyarakat Indonesia khususnya Kota Bandung.
2. Meningkatnya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh
pemuda di Kota Bandung setiap tahunnya mulai dari narkoba,
minuman keras, kekerasan, hingga pelecehan seksual.
3. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan yang layak bagi
sebagian kaum muda saat ini.
4. Kurangnya motivasi, perhatian, dan pendekatan dari
lingkungan juga pemerintah kepada kaum muda pelaku
penyimpangan.
5. Tidak timbulnya semangat hidup yang positif dari individual
kaum muda yang melakukan penyimpangan.
6. Kurangnya media informasi mengenai perubahan positif
pemuda di Blok Tempe.
7. Kurangnya dokumenter televisi sebagai media untuk
memotivasi serta mengispirasi masyarakat kaum muda di Kota
Bandung.

5
1.3 Batasan Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah dan peninjauan lebih lanjut,
penulis membatasi masalah agar pembahasan lebih terarah dengan
keterangan sebagai berikut:

1.3.1 Apa
Media utama yang dirancang berupa sebuah dokumenter
televisi.

1.3.2 Siapa
Target audiens dari perancangan ini adalah pelaku tindak
penyimpangan dengan usia 18-25 tahun yang tinggal di Kota
Bandung.

1.3.3 Bagaimana
Dalam hal ini penulis selaku sutradara akan membuat
dokumenter televisi dengan menggunakan penggabungan
penggayaan eksposisi dan performatif.

1.3.4 Tempat dan Waktu


Media film ini akan diputar dan disebarkan ke seluruh Kota
Bandung pada tahun 2017.

1.3.5 Mengapa
Melalui dokumenter televisi ini diharapkan dapat memberikan
informasi serta dapat menginspirasi masyarakat di Kota
Bandung khususnya kaum muda pelaku penyimpangan agar
dapat melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik.

6
1.4 Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah yang telah ada agar pembahasan


lebih terarah, maka penulis memberikan rumusan masalah pada
perancangan ini diantaranya:

1. Bagaimana cara penyutradaraan dokumenter televisi


dengan menggunakan penggayaan eksposisi performatif?
2. Bagaimana cara membuat dokumenter televisi agar dapat
menginspirasi serta memotivasi audiens?

1.5 Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan


perancangan karya film dokumenter ini diantaranya:

 Untuk mengetahui cara menyutradarai dokumenter televisi dengan


menggunakan penggayaan eksposisi performatif.
 Untuk mengetahui cara membuat dokumenter televisi yang dapat
menginspirasi serta memotivasi audiens.

1.6 Manfaat Perancangan

1.6.1 Secara Umum

Sebagai media informasi tentang perubahan hidup menjadi lebih


baik yang dilakukan oleh pemuda-pemuda di Blok Tempe yang
berdampak sangat baik bagi lingkungannya.

1.6.2 Secara Khusus

 Menambah wawasan mengenai pentingnya kepedulian dan


peranan masyarakat untuk dapat mengubah lingkungannya
menjadi lebih baik.

7
 Mengetahui hal – hal yang dapat diupayakan dari segi desain
untuk melakukan pendekatan yang bersifat persuasif dalam
menginspirasi kaum muda menyimpang di Kota Bandung.
 Mengetahui hal-hal yang dapat diupayakan dari segi
penyutradaraan dalam membuat sebuah film dokumenter.

1.7 Metodologi Perancangan

Untuk dapat membuat sebuah rancangan, diperlukan adanya


metodologi yang mendukung proses perancangan. Dalam hal ini metode
yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan sosiologi
sebagai analisis data. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai
berikut:

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Pada proses pengumpulan data penulis melakukan teknik sebagai berikut:

1. Observasi
Menurut John W. Creswell (2016:267) observasi merupakan
peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku
dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Peneliti
merekam / mencatat aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian
baik dengan cara terstruktur maupun semistruktur. Dalam hal ini
penulis melakukan observasi langsung ke Blok Tempe dan
mendokumentasikan keadaan wilayah Blok Tempe saat ini.

2. Wawancara
Peneliti dapat melakukan wawancara antar personal (face to face
interview) atau dapat melakukan focus group interview dimana
partisipan dapat terdiri dari enam sampai delapan partisipan
(Creswell, 2016:267). Dalam hal ini penulis melakukan
wawancara personal kepada narasumber diantaranya Kepala Desa
dan Reggi Kanyong Munggaran sebagai pemuda aktif dikawasan

8
Blok Tempe untuk mendapatkan informasi seputar keadaan di
Blok Tempe.

3. Studi Pustaka
Selama proses penelitian, penulis mempelajari kepustakaan dan
mengumpulkan beberapa informasi berupa data berdasar kepada
kepentingan penulis yaitu terkait dengan objek penelitian dan
teori-teori mengenai penyutradaraan dan dokumenter televisi.

4. Studi Literatur
Dalam studi literatur penulis mempelajari beberapa film
dokumenter diantaranya film dokumenter Human, Waria dengan
Tuhan, dan Lentera Indonesia (Perjuangan Pendidikan Anak
Pemulung Pontianak).

1.7.2 Metode Analisis Data

Menurut Rossman dan Rallis dalam Creswell (2016:274) analisis


data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan umum dan analisis informasi dari para partisipan.
Dalam hal ini langkah-langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis
data diantaranya:

 Pertama-tama penulis mengolah dan mempersiapkan data untuk


dianalisis yaitu dengan mengumpulkan transkripsi wawancara,
mengumpulkan dan memilah data baik tertulis maupun tidak
seperti foto-foto dokumentasi, rekaman suara dan lain sebagainya
untuk dianalisis.
 Selanjutnya penulis membaca dan mulai menganalisis keseluruhan
data yang telah dikumpulkan lalu membuat gagasan umum dari
setiap partisipan dan mencatatnya.
 Terakhir penulis melakukan coding data atau menganalisis lebih
dalam lagi materi dan informasi yang sudah diolah dan mulai

9
menyusun informasi satu sama lain yang berkaitan dalam bentuk
paragraf.

1.7.3 Sistematika Perancangan

Dalam proses perancangan film dokumenter menurut


Ayawaila (2008), dilakukan tahap-tahap atau proses sebagai
berikut:

1. Pra Produksi
Pra produksi merupakan tahap atau langkah awal penulis
dalam melakukan perancangan dengan mengumpulkan data-
data keseluruhan mengenai objek penelitian, membuat naskah
dan storyboard, dan mengatur segala persiapan produksi baik
segi materil maupun non-materil.

2. Produksi
Pada tahap ini penulis dan tim sudah mulai melakukan proses
shooting dari awal hingga akhir. Penulis yakni sekaligus
sutradara dalam pembuatan karya ini bertanggung jawab atas
segala proses produksi film.

3. Pasca Produksi
Tahap terakhir adalah pasca produksi dimana setelah seluruh
proses shooting dilakukan selanjutnya akan dilakukan
pemilihan gambar atau video mana saja yang akan diambil dan
dilanjutkan dengan proses editing, packaging, dan promoting.

10
1.8 Skema Perancangan

Latar Belakang

Meningkatnya tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh pemuda di Kota Bandung karena
tidak adanya kemauan untuk melakukan perubahan hidup ke arah yang lebih baik.

Fokus Masalah

Bagaimana cara membuat dokumenter televisi tentang transformasi kehidupan sosial


pemuda di Blok Tempe guna menginspirasi masyarakat kaum muda di Kota Bandung?

Fenomena

Pemuda di Blok Tempe mampu melakukan perubahan kualitas hidup dari perilaku
kriminal menjadi pemuda yang berperan penting terhadap perubahan lingkungan dan
daerahnya.

Opini Issue

“Daerah ini memang dulunya rawan sekali. Tidak ada 1. Dulunya hampir setiap malam minggu
yang berani keluar rumah seperti sekarang ini. Tidak terjadi perkelahian di Blok Tempe.
ada anak-anak yang bermain seperti sekarang ini, mau 2. Mantan narapidana di Blok Tempe
pergi ke sekolah pun di antar jemput oleh keluarga.”, mayoritas adalah warga usia muda.
kata salah seorang aktivis senior dan Ketua RT 4,
Ahmad Ruyani.

Hipotesa

Kurangnya media untuk memotivasi serta menginspirasi kaum muda Kota Bandung untuk
dapat melakukan perubahan hidup yang positif.

Solusi

Diperlukan adanya sebuah dokumenter televisi tentang transformasi kehidupan sosial


pemuda di Blok Tempe sebagai media untuk memotivasi serta mengispirasi masyarakat
kaum muda di Kota Bandung.

Skema 1.1 Kerangka Berpikir

(Sumber: Penulis, tahun 2017)

11
1.9 Pembabakan

Dalam penyusunan laporan penelitian, sistematika penulisan dibagi atas


empat bagian yaitu:
1. Bab I Pendahuluan
Berisikan latar belakang permaslahan, identifikasi masalah, rumusan
masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, dan metode penelitian
dan metode pengumpulan data, kerangka perancangan.
2. Bab II Landasan Perancangan
Berisikan teori-teori yang relevan sebagai landasan dalam
melaksanakan perancangan.
3. Bab III Data dan Analisis Masalah
Berisikan keseluruhan informasi dan data observasi, wawancara,
kemudian penulis menganalisis kembali data yang sudah ada.
4. Bab IV Konsep
Berisikan konsep pesan, konsep kreatif, konsep media, konsep visual,
dan hasil perancangan sketsa hingga penerapan ke media visual.
5. Bab V Kesimpulan
Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian ini.

12
BAB II

LANDASAN PEMIKIRAN

2.1 Film

2.1.1 Pengertian Film

Film menurut UU no. 8 tahun 1992 merupakan karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang – dengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video, atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk,
jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya,
dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan dan ditayangkan dengan sistem
proyeksi mekanik, elektronik, atau lainnya. Michael Rabiger dalam Apip (2011)
juga beranggapan bahwa setiap film menarik dan menghibur, serta membuat para
audiens berpikir. Setiap hasil karya yang ada bersifat unik dan menarik sehingga
ada banyak cara yang dapat digunakan dalam suatu film dokumenter untuk
menyampaikan ide-ide tentang dunia nyata.

Pengenaan film pertama kali dilakukan oleh Lumiere bersaudara di Paris,


Prancis pada tahun 1895, mereka menamakan pertunjukan hiburan tersebut
dengan Cinematographe. Film atau sinema berasal dari kata cinematographie
yaitu cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar =
citra), sehingga pengertiannya adalah menggambar atau melukis gerakan dengan
cahaya. Seperti yang telah dikatakan oleh Himawan Pratista bahwa terdapat dua
unsur pembentuk film yaitu unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut
berkesinambungan sehingga membentuk sebuah kesatuan padu pada sebuah karya
film (Pratista, 2008:1). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian
film itu merupakan media seni visual gerak yang bertujuan untuk
mengkomunikasikan suatu cerita atau pesan yang dibuat menggunakan estetika
naratif dan sinematografi dengan menggunakan sebuah alat kamera.

13
Berikut ini merupakan skema hubungan naratif dan sinematik dalam film yang
terdapat pada buku Memahami Film karya Hilmawan Pratista.

FILM

UNSUR NARATIF UNSUR SINEMATIK

Skema 2.1 Hubungan Naratif dan Sinematik dalam Film.

(Sumber: Memahami Film, Hilmawan Pratista, tahun 2008)

Unsur naratif disini merupakan aspek cerita dan narasi yaitu pembentukan
sebuah alur cerita, plot dan didalamnya terdapat unsur-unsur tokoh, masalah,
konflik, ruang juga waktu. Sementara unsur sinematik yang dimaksud disini
adalah segala aspek teknis pembentuk film seperti mise en scene, sinematografi
kamera, editing, dan sound (suara). Dalam sebuah film juga terdapat bahasa film
yaitu merupakan kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar (Pratista,
2008:3). Bahasa film ada atau digunakan untuk menjadi sebuah solusi agar karya
film yang dibuat dapat diterima dan diapresiasi baik oleh audiens

2.1.2 Jenis - Jenis Film

Film pada dasarnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu dokumenter, fiksi, dan
eksperimental. Film dokumenter adalah film yang menyajikan fakta dan
kenyataan dimana keaslian dan orisinalitas cerita menjadi ciri khas jenis film ini.
Sementara film fiksi merupakan film imajinatif yang terikat pada plot, nyawa
utamanya adalah pada cerita, segala unsur naratif dan sinematografi didalamnya
berupa karangan dan fiktif belaka. Film eksperimental berbeda dengan film fiksi
dan juga dokumenter. Film eksperimental tidak memiliki plot namun memiliki
struktur dimana sineas berperan penting karena keseluruhan gagasan, ide dan
emosi didalamnya merupakan pengalaman batin sineas itu sendiri.

14
A. Film Dokumenter

Istilah dokumenter pertama kali digunakan oleh John Grierson yang


pertama kali mengkritik film-film karya Robert Flahert di New York Sun pada 8
Februari 1926. Menurut Andi Fachruddin (2012:318) karya dokumenter
merupakan film yang menceritakan sebuah kejadian nyata dengan kekuatan ide
kreatornya dalam merangkai gambar-gambar menarik menjadi istimewa secara
keseluruhan. Bill Nichols dalam Fachruddin (2012:318) mengatakan film
dokumenter adalah upaya menceritakan kembali sebuah kejadian atau realitas
menggunakan fakta dan data. Sementara Frank E. Beaver mengatakan film
dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata, tidak menggunakan aktor
dan tema nya terfokus pada subjek-subjek seperti sejarah, ilmu pengetahuan,
sosial atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan,
informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang
dunia yang kita tinggali. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa film
dokumenter merupakan serangkaian cerita yang dibangun untuk menyajikan suatu
informasi menggunakan konten yang nyata, menyajikan fakta dengan tujuan
persuasif.

Adapun salah satu jenisnya yaitu dokumenter televisi. Dokumenter televisi


menurut Gerzon R. Ayawaila dalam Fachruddin (2012:321) merupakan program
dokumenter dengan tema topik tertentu, disajikan dengan gaya bercerita,
menggunakan narasi (dengan voice over, hanya terdengar suara tanpa wajah yang
menyuarakan tampak di layar monitor), menggunakn wawancara, juga lustrasi
musik sebagai penunjang gambar visual (picture story). Selain untuk konsumsi
televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film di
dalam (FFI) dan luar negeri (Japan Prize, Swiss Prize). Film dokumenter yang
diproduksi sebagai karya program dokumenter televisi akan memiliki ciri khas
sebagai berikut:

 Durasi program pendek, menyesuaikan pada batasan jam tayangan pada


stasiun televisi. Durasi program disesuaikan dengan isi dan pemaparan
yang telah direncanakan (structure) untuk konsumen televisi, yaitu unsur

15
informasi, ilmu pengetahuan, dan yang dominan unsur hiburan yang
kreatif.
 Tipe shot kamera yang dibatasi berdasarkan kontinuitas gambar yang
sewajarnya, di mana telah berlaku umum pada stasiun televisi, khususnya
memperhitungkan etika dan estetika dari gambar berdasarkan rambu-
rambu penyiaran, budaya yang dijunjung tinggi sebagai seorang
broadcaster yang profesional.
 Tujuan pembuatan dokumenter untuk disiarkan pada slot tayang di stasiun
televisi.

Proses seperti merekonstruksi kejadiann nyata pada karya dokumenter ini


selanjutnya akan menggunakan istilah film dokumenter berdasarkan sejarahnya
dan kegunaan bagi konsumen televisi yang membutuhkannya. Adapun bentuk
film dokumenter bisa berupas dokumenter televisi, semi dokumenter, dokumenter
drama dan dokumenter independen.

a. Jenis – Jenis Film Dokumenter

Dokumenter juga memiliki jenis-jenis atau genre tersendiri sesuai dengan


pendekatannya. Jenis-jenis dokumenter menurut Fachruddin (2012:324)
diantaranya:

1. Laporan Perjalanan
Pada awalnya dokumenter laporan perjalanan adalah dokumentasi
antropologi dari para ahli etnolog atau etnografi. Pengemasan
dokumenter perjalanan lebih kritis dan radikal dalam mengupas
permasalahan. Lebih banyak menggunakan wawancara untuk
mendapatkan informasi lengkap mengenai opini publik. Istilah yang
sering digunakan adalah travelogue, travel film, travel documentary,
dan adventures film.

16
2. Sejarah
Film dokumenter sejarah merupakan dilm dokumenter yang
memaparkan suatu peristiwa sejarah. Dokumenter sejarah sangat
kental aspek referentian-meaning nya (makna yang sangat tergantung
pada referensi peristiwanya). Adapun tiga hal penting dalam
dokumenter sejarah adalah waktu peristiwa, lokasi sejarah, dan tokoh
pelaku sejarah tersebut.

3. Potret atau Biografi


Dokumenter potret atau biografi ini lebih berkaitan dengan sosok
seseorang. Mereka yang diangkat menjadi tema utama biasanya
seseorang yang dikenal luas di dunia, atau masyarakat tertentu, atau
seseorang yang biasa namun memiliki kehebatan, keunikan, ataupun
aspek lain yang menarik.

4. Perbandingan dan Kontradiksi


Dokumenter ini mengetengahkan sebuah perbandingan, bisa dari
seseorang atau sesuatu yang bersifat budaya, perilaku, dan peradaban
suatu bangsa. Cerita mengemukakan perbedaan suatu situasi atau
kondisi dari suatu objek/subjek dengan yang lainnya.

5. Ilmu Pengetahuan
Film ini berisi penyampaian informasi mengenai suatu teori,
sistem, berdasarkan disiplin ilmu tertentu. Kemasannya bisa film
edukasi atau film instruksional. Film dokumenter sains atau edukasi ini
biasanya ditujukan oleh publik umum yang menjelaskan tentang suatu
ilmu pengetahuan tertentu seperti contohnya National Geographic.
Sementara film instruksional dirancang khusus untuk mengajari atau
menginstruksikan pemirsanya bagaimana melakukan berbagai macam
hal.

17
6. Nostalgia
Dokumenter ini mengisahkan kilas balik dan napak tilas. Dikemas
dengan menggunakan penuturan perbandingan (perbandingan sekarang
dan masa lampau). Film-film ini sebenarnya dekat dengan jenis
sejarah, namun biasanya banyak mengetengahkan kilas balik atau
napak tilas pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok.

7. Rekonstruksi
Dokumenter rekonstruksi mencoba memberi gambaran ulang
terhadap peristiwa yang terjadi secara utuh. Dokumenter ini tidak
menonjolkan seorang jurnalis yang melaporkan, menjelaskan peristiwa
dan menyimpulkan seaktual mungkin. Fokus utamanya rekonstruksi
suatu peristiwa penting dan menarik yang pernah terjadi atau dialami
seseorang.

8. Investigasi
Dokumenter ini dikemas untuk mengungkap misteri sebuah
peristiwa yang belum atau tidak pernah terungka dengan jelas. Jenis
dokumenter ini kepanjangan dari investigasi jurnalistik. Peristiwa yang
diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui lebih mendalam,
baik diketahui oleh publik ataupun tidak.

9. Eksperimen/ Seni (Association Picture Story)


Film eksperimen/film seni menggabungkan gambar, musik, dan
suara atmosfer (noise). Penggabungan tersebut secara artistik menjadi
unsur utama, karena tidak menggunakan narasi, komentar, maupun
dialog/wawancara. Musik memberi nuansa gerak kehidupan yang
dapat membangkitkan emosi penontonnya. Jenis dokumenter ini
dipengaruhi oleh film eksperimental. Sesuai dengan namanya, film ini
mengandalkan gambar-gambar yan tidak berhubungan, namun ketika
disatukan dengan editing, maka makna yang muncul dapat ditangkap
penonton melalui asosiasi yang terbentuk dibenak mereka

18
10. Buku Harian (Diary Film)
Diary film merupakan dokumenter yang mengombinasikan laporan
perjalanan dengan nostalgia kejayaan masa lalu, jalan cerita
mencantumkan secara lengkap dan jelas tanggal kejadian, lokasi, dan
karakternya sangat subjektif. Dokumenter ini juga mengacu pada
catatan perjalanan kehidupan seseorang yang diceritakan kepada orang
lain. Sudut pandang dari tema-temanya menjadi sangat subjektif,
karena sangat berkaitan dengan apa yang dirasakan subjek pada
lingkungan tempat dia tinggal, peristiwa yang dialami atau bahkan
perlakuan kawan-kawannya terhadap dirinya. Dari segi pendekatan
dokumenter jenis ini memiliki beberapa ciri yang pada akhirnya
banyak yang menganggap gayanya konvensional. Struktur ceritanya
cenderung linear serta kronologis, narasi menjadikan unsur suara lebih
banyak digunakan serta sering kali mencantumkan ruang dan waktu
kejadian yang cukup detil. Diary film ini dapat digabungkan dengan
jenis lain seperti laporan perjalanan (travel-doc) ataupun nostalgia oleh
sang kreator.

11. Dokudrama
Dokudrama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa
bagian film fisutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan
yang detail. Rekonstruksi cerita dokudrama menurut framing televisi
atau film dramatisasi memiliki sumber ide dari kisah nyata, nove, dan
berasal dari berita kontroversial. Film dokumenter drama merupakan
peristiwa yang pernah terjadi direkonstruksi ulang dengan kemasan
yang baru.

a. Penggayaan pada Film Dokumenter

Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan


dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa
nyata apa adanya. Secara logika, film dokumenter pun bercerita atau naratif,
selain juga memiliki aspek dramatik, hanya saja isi ceritanya bukan fiktif namun

19
berdasarkan fakta (Ayawaila, 2008:23). Dengan kata lain disini, film dokumenter
merupakan film non-fiksi yang memiliki cerita yang nyata namun didalamnya
sineas dapat bereksplorasi untuk mengemas film dokumenter ini menjadi sesuatu
yang menarik untuk ditayangkan. Sang kreator disini tetap berperan dalam
mengemas cerita yang sudah ada (nyata) agar layak dan menghibur para
audiensnya. Kreator berhak mengeksplorasi unsur-unsur pembentuk film
dokumenter didalamnya seperti estetika naratif dan sinematografinya tetapi tetap
tidak mengubah benang merah yang berlatar-belakang realitas dalam menyajikan
cerita nyata. Menurut Fachruddin (2012: 322) penggayaan-penggayaan tersebut
diantaranya:

1. Dokumenter eksposisi adalah dokumenter yang paling konvensional


atau telah lama digunakan. Merupakan format dokumenter televisi,
sebagai ciri khasnya menggunakan narator sebagai penutur tunggal,
istilahnya voice of God untuk naratornya.
2. Dokumenter observasi tidak menggunakan narator sebagai pengisi
suara, konsentrasi pada dialog antarsubjek. Produser (director)
posisinya sebagai observer (pengamat), alur penceritaan cenderung
datar.
3. Dokumenter interaktif dimana produser berperan aktif (partisipan).
Adegan komunikasi antara sutradara dengan subjeknya terlihat jelas
Jika ada wawancara tidak hanya menampilkan adegan wawancara
namun juga bagaimana wawancara dilakukan.
4. Dokumenter Refleksi dipelopori oleh dokumentaris Rusia Dziga
Vertov. Pengertian dokumenter refleksi, yaitu menggambarkan kamera
bagaikan mata film yang merekam berbagai realitas. Fokus utama
pengemasannya pada penuturan proses pembuatan shooting film.
5. Dokumenter performatif fokus utamanya adalah kemasan. Kemasan
harus semenarik mungkin, alur penuturan (plot) lebih diperhatikan.
Sebagian pengamat memasukkannya sebagai semi dokumenter, bentuk
penuturan lebih diperhatikan dibanding film fiksi. Tidak harus berdiri
sendiri, secara baku dapat melakukan penggabungan dua penuturan
dalam sebuah tema.

20
B. Film Fiksi

Seperti yang telah dikatakan Pratista (2008:6) bahwa film fiksi terikat oleh
plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian
nyata serta memiliki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal.
Berbeda dengan film dokumenter, film fiksi berada diantara nyata dan abstrak
baik secara naratif maupun sinematik.

C. Film Eksperimental

Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur.


Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subjektif sineas seperti gagasan, ide,
emosi, serta pengalaman batin mereka. Para sineas eksperimental kadang
mengeksplorasi berbagai kemungkinan dari medium film (Pratista, 2008:8).

2.1.3 Struktur Film

Film juga memiliki struktur pembentuk didalamnya. Struktur inilah yang


membentuk sebuah film menjadi satu kesatuan yang padu. Secara fisik sebuah
film dapat dipecah menjadi beberapa bagian yaitu shot, adegan (scene), dan
sekuen (sequence). Struktur film dokumenter menurut Fachruddin ((2012:323)
memiliki makna estetika, psikologis, dan bahasa visual (sinematografi). Struktur
diibaratkan kerangka batang pohon yang kokoh atau tulang punggung penceritaan
kronologis dan tematik (refleksi pendekatan esai dan naratif). Struktur film
menurut Pratista (2008) diantaranya:

 Shot

Shot merupakan satu kali take pengambilan gambar. Shot adalah unsur
terkecil dari film. Beberapa shot dapat membentuk sebuah adegan.
Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua tipe shot,
sedangkan umumnya dokumenter berdurasi pendek dan terbatas
menggunakan tipe shot seperti close up dan medium shot.

21
 Adegan (Scene)

Adegan adalah satu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang


memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang diikat oleh ruang,
waktu, isi (cerita), tema, karakter atau motif (Pratista, 2008:29). Satu
adegan atau scene terdiri dari beberapa shot.

 Sekuen (Sequence)

Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu rangkaian


peristiwa yang utuh. Satu sekuen terdiri dari beberapa adegan yang
saling berkesinambungan satu sama lain. (Pratista, 2008:30)

2.1.4 Struktur Naratif

Setiap film pasti memiliki unsur naratif didalamnya. Unsur naratif


merupakan isi cerita dari film. Dengan naratif membantu audiens dalam
memahami isi cerita dari sebuah film. Menurut Pratista (2008:33) naratif adalah
suatu rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh logika
sebab-akibat (kausalitas) yang terjadi dalam suatu ruang dan waktu. Menurut
Ayawalia (2008:23) secara logika, film dokumenter pun bercerita atau naratif,
selain juga memiliki aspek dramatik, hanya saja isi ceritanya bukan fiktif namun
berdasarkan fakta (apa adanya).

A. Cerita dan Plot

Sebuah film mampu memanipulasi cerita melalui plot. Plot adalah


rangkaian peristiwa yang disajikan secara visual maupun audio dalam film.
Adapun cerita adalah seluruh rangkaian peristiwabaik yang tersaji dalam film
maupun tidak. Cerita dan plot merupakan dua hal berkesinambungan yang
mengatur jalannya sebuah film.

22
B. Hubungan Naratif dengan Ruang dan Waktu

Sebuah cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Ruang adalah
tempat dimana para pelaku cerita bergerak dan beraktivitas. Naratif akan
membantu memperjelas ruang dan waktu, sebaliknya ruang dan waktu akan
nampak jelas dengan kekuatan naratif. Keduanya saling berkesinambungan.

C. Urutan Waktu

Menurut Pratista (2008:36) urutan waktu merupakan pola berjalannya


waktu pada sebuah film. Urutan waktu pada umumnya dibagi menjadi dua macam
yaitu:

1. Pola Linier
Kebanyakan film menggunakan plot linier dimana waktu berjalan
sesuai dengan urutan peristiwa tanpa adanya interupsi waktu yang
signifikan. Penuturan cerita dengan menggunakan pola ini tentu saja
lebih memudahkan audiens untuk dapat memahami keseluruhan isi
film. Sepanjang apapun rentang waktu cerita jika tidakterdapat
interupsi waktu yang signifikan maka polanya tetap linier. Sekalipun
menggunakan multi-plot(tiga cerita atau lebih) jika disajikan secara
simutan dan terjadi dalam waktu yang relatif sama, maka polanya juga
tetap dianggap linier. Plot film sering kali diinterupsi oleh teknik kilas-
balik atau kilas-depan. Namun interupsi waktu dianggap tidk
signifikan selama teknik tersebut tidak mengganggu alur cerita secara
keseluruhan.

2. Pola Non Linier


Nonlinier adalah pola urutan waktu plot yang jarang digunakan
dalam film cerita. Pola ini memanipulasi urutan waktu kejadian dengan
mengubah urutan plotnya sehingga membuat hubungan kausalitas
menjadi tidak jelas. Pola nonlinier cenderung menyulitkan audiens
untuk bisa mengikuti alur film.

23
D. Elemen Pokok Naratif

Pratista (2008:43) mengatakan bahwa untuk memahami pola struktur


naratif terlebih dahulu kita perlu memahami elemen-elemen pokok pembentuk
naratif. Elemen-elemen pokok tersebut diantaranya:

1. Pelaku Cerita
Setiap film cerita umumya memiliki karakter utama dan
pendukung. Karakter utama adalah motivator utama yang menjalankan
alur naratif sejak awal hingga akhir cerita. Karakter pendukung sering
bertindak sebagai pemicu konflik (antagonis) atau kadang sebaliknya
dapat membantu karakter utama dalam menyelesaikan masalahnya
(protagonis).
2. Permasalahan dan Konflik
Permasalahan dapat diartikan sebagai penghalang yang dihadapi
tokoh protagonis untuk mencapai tujuannya. Permasalahan sering kali
ditimbulkan pihak antagonis karena memiliki tujuan yang sama atau
berlawanan dengan pihak protagonis. Permasalahan juga bisa muncul
tanpa pihak antagonis. Masalah dapat muncul dari dalam diri tokoh
utama sendiri yang akhirnya memicu konflik batin.
3. Tujuan
Setiap pelaku utama dalam sebuah film cerita pasti memiliki
tujuan, harapan atau cita-cita. Tujuan dan harapan tersebut dapat
bersifat fisik (materi) atau nonfisik (nonmateri). Tujuan fisik sifatnya
jelas dan nyata sementara nonfisik sifatnya tidak nyata (abstrak). Film-
film drama dan melodrama sering kali bertujuan nonfisik seperti
mencari kebahagian, kepuasan batin, eksistensi diri, dan lain
sebagainya.

24
E. Pola Struktur Naratif

Pola struktur naratif dalam film secara umum dibagi menjadi tiga tahapan
yakni, permulaan, pertengahan, serta penutupan. Tahap pembukaan biasanya
hanya memiliki panjang cerita seperempat durasi filmnya. Tahap pertengahan
adalah yang paling lama dan biasanya panjangnya lebih dari separuh durasi film.
Sementara tahap penutupan biasanya sekitar seperempat durasi film dan
merupakan segmen yang terpendek. Melalui tiga tahapan inilah karakter, masalah,
tujuan, aspek ruang dan waktu masing-masing ditetapkan dan berkembang
menjadi alur cerita secara keseluruhan. (Pratista, 2008:44)

Permulaan Pertengahan Penutupan

Aspek Ruang dan Konflik Konfrontasi Akhir


Waktu Para Pelaku Konfrontasi Resolusi
Masalah Pengembangan Tujuan
Masalah

Skema 2.2 Skema Pola Struktur Naratif

(Sumber: Data Penulis, tahun 2017)

 Tahap Permulaan
Tahap permulaan atau pendahuluan adalah titik paling kritis
dalam sebuah cerita karena dari sinilah segalanya bermula. Pada
titik inilah ditentukan aturan permainan cerita film. Pada tahap ini
biasanya telah ditetapkan pelaku utama dan pendukung; pihak
protagonis dan antagonis; masalah dan tujuan; serta aspek ruang
dan waktu cerita (eksposisi). Kadang pada tahap ini terdapat
sekuen pendahulu atau prolog yang merupakan latar belakang
cerita film.

 Tahap Pertengahan
Tahap pertengahan sebagian besar berisi usaha dari tokoh
utama atau protagonis untuk menyelesaikan solusi dari masalah

25
yang telah ditentukan pada tahap permulaan. Pada tahap inilah alur
cerita berubah arah dan biasanya disebabkan oleh aksi diluar
perkiraan yang dilakukan karakter utama atau pendukung.
Tindakan inilah yang nantinya memicu munculnya konflik.
Konflik sering kali berisi konfrontasi (fisik) antara pihak
protagonis dan antagonis. Pada tahap inilah tempo cerita semakin
meningkat hingga klimaks cerita. Pada akhir tahap ini hingga
menjelang klimaks, tokoh utama sering kali mengalami titik
terendah (putus asa) baik dari segi fisik maupun mental.

 Tahap Penutupan
Tahap penutupan adalah klimaks cerita, yakni puncak dari
konflik atau konfrontasi akhir. Pada titik inilah film mencapai titik
ketegangan tertinggi. Dalam film western, klimaks adalah duel
akhir antara tokoh protagonis dan antagonis. Dalam film roman
klimaks adalah momen sesaat sebelum seseorang mendapatkan
cintana dari tambatan hatina. Setelah konflik berakhir maka
tercapailah penyelesaian masalah, kesimpulan cerita, atau resolusi.

F. Struktur Tiga Babak

Menurut Pratista (2008:46) struktur tiga babak atau juga sering diistilahkan
struktur Hollywood klasik merupakan model struktur naratif yang paling lama,
populer, serta berpengaruh sepanjang sejarah film. Pola struktur tiga babak mulai
populer sejak tahin 1910-an dan sangat berperan besar membentuk sinema
Hollywood menuju era keemasannya. Struktur tiga babak sendiri diadopsi dari
pola struktur cerita atau pembabakan dalam seni pertunjukan (teater).

Babak I: Persiapan Babak II: Konfrontasi Babak III:Resolusi

Skema 2.3 Struktur Tiga Babak

(Sumber: Data Penulis, tahun 2017)

26
Sekilas skema diatas tampak serupa dengan pola struktur naratif secara umum
yakni, pembukaan, pertengahan, dan penutupan. Memang pada intinya sama
namun struktur tiga babak memiliki beberapa karakteristik yang khas menyangkut
aspek ruang dan waktu, pelaku, masalah atau konflik, serta tujuan.

2.2 Sutradara

2.2.1 Pengertian Sutradara

Sutradara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang


yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab atas masalah artistik dan teknis
dalam pementasan drama, pembuatan film, dan sebagainya. Sutradara atau
director adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap kualitas gambar
(film) yang tampak di layar dimana didalamnya ia bertugas mengontrol teknik
sinematik, penampilan pemeran, kredibilitas, dan kontinuitas cerita yang disertai
elemen-elemen dramatik produksinya. Secara khusus sutradara dokumenter
adalah individu yang harus kreatif.

2.2.2 Peranan Sutradara dalam Film Dokumenter.

Menguasai teori film dan sinematografi saja tidak cukup, karena dia
(sutradara) juga harus memiliki pengetahuan umum dari berbagai disiplin ilmu,
menurut Ayawalia (2008:106). Sutradara harus memiliki kejelasan visi dan
maksud dari yang akan dia sampaikan dalam filmnya, disamping juga harus yakin
pada yang menjadi fokus isi penuturan serta pesan yang hendak disampaikan.
Selain itu sutradara juga harus memiliki pendekatan dan gaya (style) dalam
mempresentasikan karyanya.

Menurut Ayawalia (2008:98) untuk memberi sentuhan estetika pada film,


ada empat topik utama yang menjadi konsentrasi sutradara, yakni pendekatan,
gaya, bentuk dan struktur. Ini merupakan teori dasar yang dijadikan bahan ramuan

27
sutradara dalam menggarap film dengan baik. Empat konsentrasi tersebut
diantaranya:

 Pendekatan
Ada dua hal yang menjadi titik tolak pendekatan dalam
dokumenter, yaitu apakah penuturannya diketengahkan secara esai
atau naratif. Keduanya memiliki ciri khas yang spesifik dan
menuntut daya kreatif tinggi sutradara.

1. Pendekatan esai dapat dengan luas mencakup isi peristiwa


yang dapat diketengahkan secara kronologis atau tematis.
Menahan perhatian penonton untuk tetap menyaksikan sebuah
pemaparan esai selama mungkin itu cukup berat, mengingat
umumnya penonton lebih suka menikmati pemaparan naratif.
2. Pendekatan naratif mungkin dapat dilakukan dengan
konstruksi konvensional tiga babak penuturan. Ada bagian
awal, tengah dan akhir film.

Pada umumnya setiap isi penuturan film memerlukan sudut


pandang (point of view) untuk menerangkan sisi mana dan siapa
yang bertutur dalam film tersebut. Oleh karena itu diperlukan
adanya semacam karakter atau tokoh yang akan menuturkan isi dan
pesan dari film.

 Gaya
Gaya dalam dokumenter terdiri dari bermacam-macam
kreativitas, seperti gaya humoris, puitis, satire, anekdot, serius,
semi serius, dan seterusnya. Dalam gaya ada tipe pemaparan
eksposisi (expository documentary), ada pula observasi
(observational documentary), selain gaya interaktif (interactive
documentary), refleksi (reflexive documentary), dan performatif
(performative documentary).

28
 Bentuk
Pada hakikatnya bentuk penuturan masih termasuk dalam
bingkai gaya, hanya saja lebih spesifik. Bentuk tidak harus berdiri
sendiri secara baku, karena sebuah tema dapat merupakan
gabungan dari dua bentuk penuturan. Perlu disadari bahwa bentuk
memang perlu, tetapi bukan untuk membatasi kreativitas.

 Struktur
Yang dimaksud struktur adalah kerangka rancangan untuk
menyatukan berbagai analisir film sesuai dengan yang menjadi ide
penulis atau sutradara. Struktur penuturan dalam dokumenter dapat
dibagi dalam dua cara secara umum, yaitu: secara kronologis dan
secara tematis. Dua cara ini sekaligus merupakan refleksi dari
pendekatan esai dan naratif.
Struktur kronologis lebih mudah dirancang dibanding
struktur tematis. Kelebihan struktur tematis adalah kemampuannya
merangkum penggalan-penggalan sekuens yang kadang tidak
berkesinambungan, yang ternyata dapat dirangkai menjadi suatu
kesatuan mengingat isi temanya menjadi bingkai cerita.

2.3 Sosiologi Perubahan Sosial

Mac Iver mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang


terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan.
Soemardjan beranggapan bahwa perubahan sosial meliputi segala perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sementara
Macionis mengganggap perubahan sosial merupakan transformasi dalam
organisasi masyarakat dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu
(Martono, 2014:4).

29
Nanang Martono (2014:12) mengatakan perubahan sosial merupakan
bagian dari perubahan budaya. Perubahan sosial dan perubahan budaya yang
terjadi dalam masyarakat saling berkaitan, tidak ada masyarakat yang tidak
memiliki kebudayaan dan sebaliknya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa
masyarakat.

Perubahan
Perubahan
Sosial
Budaya

Skema 2.4 Hubungan antar Perubahan Sosial dan Budaya.

(Sumber: Sosiologi Perubahan Sosial, Nanang Martono, tahun 2014)

Proses perubahan sosial dapat diketahui dari ciri-cirinya sebagai berikut:


pertama, tidaka da masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat maupun cepat.
Kedua, perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
oleh perubahan pada lembaga-lembaga sosial yang lain. Ketiga, perubahan yang
berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi karena dalam
masyarakat ada proses penyesuaian diri atau adaptasi. Keempat, suatu perubahan
tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja, karena keduanya
mempunyai hubungan timbal balik yang kuat. Kelima, secara ipologis, perubahan
sosial dapat dikategorikan sebagai: pertama proses sosial, yang menyangkut
sirkulasi atau rotasi ganjaran fasilitas-fasilitas dan individu yang menempati posisi
tertentu pada suatu struktur. Kedua, segmentasi, yaitu keberadaan unit-unit secara
struktural tidak berbeda secara kualitatif dari keberadaan masing-masing unit-unit
tersebut. Ketiga, perubahan struktural, yaitu munculnya kompleksitas baru secara

30
kualitatif mengenai peranan-peranan dan organisasi. Keempat, perubahan dalam
struktur kelompok, yaitu perubahan dalam komposisi kelompok, tingkat
kesadaran kelompok dan hubungan-hubungan di antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat (Soekanto dalam Martono, 2014).

A. Faktor Penyebab Perubahan Sosial

Perubahan sosial bukanlah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya


secara tiba-tiba. Secara umum ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam
memunculkan perubahan sosial. Faktor tersebut dapat digolongkan pada faktor
dari dalam dan faktor dari luar masyarakat (Soekanto dalam Martono, 2014).

1. Faktor yang berasal dari dalam


 Bertambah dan berkurangnya penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk akan mempengaruhi persebaran
wilayah permukiman dan berkurangnya penduduk juga akan
menyebabkan perubahan sosial budaya.

 Penemuan-penemuan baru.
Penemuan baru berupa teknologi dapat mempengaruhi atau
mengubah cara individu berinteraksi dengan orang lain dan dapat
mengurangi jumlah kebutuhan tenaga kerja di sektor industri.
 Pertentangan atau konflik.
Proses perubahan sosial dapat terjadi akibat adanya konflik sosial
dalam masyarakat, hal tersebut disebabkan oleh faktor perbedaan
kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial.

2. Faktor yang berasal dari luar


 Bencana alam atau kondisi lingkungan fisik.
Hal tersebut memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi
atau meninggalkan tanah kelahirannya dan dapat mempengaruhi
perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya. Pembangunan
sarana fisik juga sangat mempengaruhi perubahan aktivitas
masyarakat.

31
 Peperangan.
Perang dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang
dapat memaksa ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang
kalah.
 Pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Adanya interaksi antara dua kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat
diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Namun, jika terjadi penolakan maka disebut cultural animosity.

Selain faktor tersebut ada faktor yang mendorong (mempercepat) dan yang
menghambat proses perubahan sosial. Adapun faktor yang mempercepat proses
perubahan sosial diantaranya:

1. Kontak dengan budaya lain.


Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling
berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang telah
dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan
hasil perpaduannya.
2. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan formal telah membuka pikiran dan membiasakan berpola
pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan
kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan
masyarakatnya mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman, dan
memerlukan sebuah perubahan atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk
maju.
Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak
karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju
senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.
4. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang.

32
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan
tindak pidana, dapat menjadi cikal bakal terjadinya perubahan sosial
budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar tercipta inovasi.
5. Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka.
Hal tersebut memungkinkan adanya gerakan sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Hal ini juga
membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
6. Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi
yang berbeda akan mudah mengalami pertentangan yang dapat
menimbulkan kegoncangan sosial.
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.
Rasa tidak puas dapat menimbulkan reaksi berupa perlawanan,
pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi atau berbagai upaya untuk
merubahnya.
8. Adanya orientasi masa depan.
Pemikiran yang selalu berorientasi masa depan akan membuat
masyarakat selalu berfikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-
penemuan baru yang diseusaikan dengan perkembangan dan tuntutan
zaman.
9. Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk
memperbaiki kehidupannya.
Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya
yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan

Adapun faktor yang menghambat proses perubahan sosial, diantaranya:

1. Kurangnya hubungan dalam masyarakat lain.


Apabalia sebuah masyarakat tidak melakukan kontak sosial (interaksi)
dengan masyarakat lain, maka tidak akan terjadi tukar informasi, atau

33
tidak akan mungkin terjadi proses asimilasi, akulturasi yang mampu
merubah kondisi masyarakat tersebut.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
Ilmu pengetahuan merupakan kunci perubahan yang akan membawa
masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik.
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang sudah
diajarkan nenek moyangnya dapat menghambat sebuah masyarakat
melakukan perubahan, karena dipercaya akan menimbulkan malapetaka.
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat
atau versted interest.
Akan ada sekelompok individu yang akan mempertahankan atau hanya
sekedar ingin mewujudkan ambisisnya dalam meraih tujuan pribadi atau
golongannya dan berupaya keras untuk mempertahankan posisinya dalam
masyarakat.
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
Masuknya unsur-unsur kebudayaan dari luar dapat diyakini akan
mengancam integrasi sebuah masyarakat sehingga masyarakat seringkali
membatasi diri untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.
Sikap demikian dapat dijumpai pada masyarakat yang pernah dijajah
masyarakat lain sehingga memunculkan perasangka dan kehawatiran pada
masyarakat tersebut.
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap upaya untuk merubah masyarakat, tidak akan berjalan ketika
bertentangan dengan nilai-nilai ideologi yang telah dianut kelompok
masyarakat selama ini.
8. Adat atau kebiasaan.
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola prilaku bagi anggota masyarakat
didalam memenuhi segala kebutuhan pokoknya.
9. Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak
mungkin diperbaiki.

34
B. Dampak Perubahan Sosial

Perubahan senantiasa mengandung dampak negatif maupun positif. Untuk


itu, dalam merespons perubahan diperlukan kearifan dan pemahaman yang
mendalam mengenai nilai, arah, program, dan strategi yang sesuai dengan sifat
dasar perubahan itu sendiri. Dampak inipun dapat terjadi secara langsung maupun
tidak langsung. Dampak tidak langsung ini merupakan efek domino sebuah
perubahan sosial yang terjadi secara bertahap atau gradual, dampak ini tidak dapat
langsung dirasakan masyarakat.

1. Dampak Postif
Beberapa dampak positif perubahan sosiak diantaranya adalah:
 Manusia semakin mudah dan cepat dalam menyelesaikan
aktivitasnya.
 Integrasi sosial semakin meningkat.
 Kualitas individu (dan masyarakat) semakin baik, seiring
perkembangan teknologi baru.
 Mobilitas sosial semakin cepat.
 Pola pikir manusia semakin berkembang melalui pertukaran
budaya, pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja.

2. Dampak Negatif
Adapun dampak negatif perubahan sosial diantaranya:
 Peningkatan angka kemiskinan.
 Jumlah pengangguran semakin tinggi.
 Peningkatan angka kriminalitas.
 Terjadi konflik sosial.
 Individualitas semakin meningkat.
 Pencemaran lingkungan.

35
BAB III

DATA DAN ANALISIS

3.1 Data

3.1.1 Blok Tempe

Blok Tempe merupakan sebutan atau nama lain dari salah satu daerah
padat penduduk di Bandung, tepatnya di Babakan Asih RT 04 RW 01
Bojongloa Kaler, kampung atau daerah ini memiliki sebuah cerita
inspiratif. Kampung ini dulunya merupakan kampung yang kumuh dan
sering terjadi banjir. Tetapi perubahan terjadi di kampung ini, kampung
yang dulunya kumuh dan sering terjadi banjir, sekarang tidak lagi karena
masyarakat didalamnya bergotong-royong membuat sumur resapan.
Kampung ini bahkan menjadi kampung percontohan saat ini karena
perubahan besar yang telah dilakukannya. Dibalik perubahan besar yang
terjadi di Blok Tempe ternyata terdapat peran sekumpulan pemuda yang
ternyata dulunya adalah pelaku kriminal, bahkan hampir seluruh pemuda,
tepatnya 20 dari 25 pemuda di Blok Tempe pernah masuk ke dalam
penjara. “Dulunya Blok Tempe disebut sebagai kampung narapidana
karena kaum mudanya sering melakukan keributan disini, berkelahi,
terlibat narkoba, bahkan sampai minuman keras”, kata Achmad Ruyani
Ketua RT 04 tersebut. Hal ini menarik karena dibalik perubahaan
lingkungan yang positif, terdapat peran kaum muda yang berlatarbelakang
negatif dulunya. Hingga saat ini Blok tempe dapat menjaga dan
melestarikan lingkungan dan warga didalamnya. Transformasi kehidupan
inilah yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Ditengah maraknya
kriminalitas yang dilakukan oleh kaum muda di Kota Bandung, ternyata
ada sekumpulan pemuda yang notabene adalah mantan narapidana yang
mampu membuat kampung atau desanya menjadi lebih baik. Terjadi
pendekatan didalamnya, adanya rasa peduli terhadap lingkunganlah yang
membuat mereka mampu melakukannya. Sebelumnya memang pemuda-

36
pemuda ini meresahkan warga dan menjadi sampah masyarakat, tetapi
setelah dilakukan pendekatan yang intensif oleh Pak Achmad Ruyani dan
salah satu pemuda disana yaitu Reggi Kanyong Munggaran, pemuda-
pemuda ini lalu mau dan mampu untuk melakukan sesuatu yang positif
untuk lingkungannya. Pendekatan sosial dengan cara terjun langsung dan
berkegiatan bersama pemuda-pemuda ini menjadi cara yang cukup efektif
dalam merubah perilaku buruk menjadi baik. Dimulai dari berkumpul
bersama makan nasi liwet, membuat sumur resapan, membetulkan jalan
yang rusak, hingga kegiatan berkesenian seperti mural tembok bersama,
pencak silat, dan jaipong yang menjadi kegiatan sehari-hari pemuda di
daerah Blok Tempe hingga saat ini.
Hal menarik yang terjadi di Blok Tempe adalah masyarakatnya
mampu melakukan perubahan yang sangat signifikan terhadap
lingkungannya. Sebelum terjadi perubahan lingkungan yang signifikan,
terjadi perubahan terlebih dahulu pada pemuda-pemuda di Blok Tempe.
Pemuda-pemuda Blok Tempe yang dulunya merupakan “pelaku kriminal”
ternyata telah melakukan perubahan kualitas hidup. Kriminal yang
dimaksudkan disini adalah kenakalan remaja seperti perkelahian, minum-
minuman keras, narkoba, judi, dan senjata tajam. Sampai pada akhirnya
Pak Achmad Ruyani selaku ketua RT mencoba melakukan pendekatan
kepada pemuda-pemuda di Blok Tempe secara perlahan. Pada malam hari
ketika pemuda-pemuda berkumpul, Pak Achmad lalu datang dan
meramaikan suasana dengan memainkan gitar diiringi nyayian pemuda
disana. Sandi, salah satu pemuda mantan narapidana di Blok Tempe
mengaku bahwa perubahan yang telah dilakukan olehnya dan teman-
temannya tidaklah mudah. Perubahan ini didasarkan kepada rasa lelah,
malu, dan niat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Sandi melihat adik-
adik setelahnya dan berharap mereka tidak mengikuti jejak kakak-
kakaknya. Disamping itu, terdapat peran seseorang yang telah
berkontribusi banyak dalam membantu segala permasalahan Sandi dengan
kepolisian juga pihak-pihak lainnya. Pemuda tersebut adalah Reggi, salah
satu pemuda di Blok Tempe yang memiliki semangat dan kepedulian

37
tinggi terhadap lingkungannya. Reggi membantu banyak dalam
menyelesaikan masalah yang dialami Sandi seperti membantunya keluar
dari penjara dan sebagainya. Pada akhirnya Sandi yang mulai jera dan
malu lalu sedikit demi sedikit mau untuk melakukan perubahan dalam
hidupnya. Didorong dengan nasihat-nasihat persuasif Reggi kepada Sandi
dan kawan-kawan akhirnya mereka mau untuk melakukan perubahan.
Perubahan itu berlangsung cukup lama dimulai dari tahun 2005-2007
hingga pada akhirnya pemuda-pemuda di Blok Tempe mulai mengurangi
melakukan keributan disana, mengurangi minum-minuman keras di Blok
Tempe, ketika hendak minum-minuman keras mereka cenderung memilih
untuk meminumnya diluar, dan sebagainya. Karena di Blok Tempe sering
terjadi banjir akhirnya pemuda-pemuda ini berkeinginan untuk membuat
sesuatu untuk lingkungannya, dimulai dari jalanan yang rusak,
membersihkan sungai, hingga membuat sumur resapan.

Gambar 3.1 Sumur Resapan di RT 04 pada jalanan yang telah di paving block saat ini.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

38
Adapun setelah memperbaiki jalan yang rusak dan menanggulangi
banjir, masyarakat Blok Tempe pun membuat public space yaitu balai
perkumpulan tempat anak-anak bermain juga berkumpulnya para warga
Blok Tempe.

Gambar 3.2 Balai Perkumpulan Warga RT 04 saat ini.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Gambar 3.3 Pemuda Blok tempe sedang berkumpul bersama.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

39
Pemuda-pemuda di Blok Tempe pun kerap kali berkumpul bersama
menjalin silaturahmi di balai perkumpulan ini. Balai ini tentu saja tidak
hanya dijadikan sebagai tempat berkumpul para warga tetapi juga sebagai
sarana kegiatan warga seperti PAUD untuk anak-anak, pelatihan pencak
silat, jaipong, bahkan latihan berkesenian seperti teater longser. Di Blok
Tempe pun saat ini telah memiliki sarana air bersih sendiri.

Gambar 3.4 Keran Air

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Saat ini warga Blok Tempe tidak lagi khawatir tidak mendapatkan air
bersih karena telah dibuat sarana air bersih dan memiliki air keran sendiri,
salah satunya adalah keran air pada gambar diatas yaitu terletak tepat
didepan balai perkumpulan warga RT 04. Sarana air bersih di Blok Tempe
inipun telah diresmikan oleh Pemerintah Kota Bandung Dinas Tata Ruang
dan Cipta Karya.

40
Gambar 3.5 Peresmian Sarana Air Bersih oleh Pemerintah Kota Bandung.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Pada bulan November 2016 kemarin pun baru saja diadakan syukuran
bersama atas pembangunan tangki air. Warga Blok Tempe saat ini pun
semakin kompak dan menjaga lingkungannya. Rencana kedepan tangki ini
akan ditambah dan ditingkatkan lagi guna memperbanyak sarana air bersih
di Blok Tempe.

Gambar 3.6 Acara syukuran pembangunan tangki air.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

41
Selama proses kerja bakti yang terjadi di Blok Tempe ini terjadi sinergi
ang sangat baik antara pemuda dan warganya. Rasa peduli satu sama lain
dan cinta akan lingkungan tempat mereka tinggal membuat lingkungan ini
menjadi lingkungan atau kampung percontohan di Bandung. Mereka
menamakan tim kerja bakti ini sebagai Kartoen Ervat yaitu Karang Taruna
RT 04. Dibawah ini merupakan batu peresmian Kartoen Ervat.

Gambar 3.7 Peresmian Katoen Ervat oleh warga pada 28 Oktober 2010.

(Sumber: Dokumentasi Penulis, tahun 2017)

Perubahan yang terjadi di Blok Tempe ini telah membawa banyak


penghargaan salah satunya adalah Ridwan Kamil sebagai peranan penting
dalam perubahan lingkungan ini mendapat penghargaan berupa Urban
Leadership Award dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat pada
bulan Maret 2013 yang lalu karena berhasil membantu warga
mendapatkan ruang publik, dalam hal ini warga di Blok Tempe.

42
Gambar 3.8 Ridwan kamil bersama warga Blok Tempe.

(Sumber: http://www.kompasiana.com/haribrahma/blok-tempe-kawan-suci-
ridwan-kamil-membangun-bandung_55c20a3cb27a618a048b4567, tahun 2011)

43
3.1.2 Data Karya Sejenis

Penulis memilih data karya sejenis berupa film dokumenter dengan


tujuan untuk memahami film dokumenter yang bertemakan sejenis,
mempelajari struktur bertutur serta menetapkan unsur naratif yang
dibentuk dari film dokumenter tersebut yang selanjutnya akan dianalisis
sebagai karya acuan bagi penulis dalam melakukan perancangan.

a. Human – The Movie

Gambar 3.9 Human – The Movie


(Sumber: http://www.yannarthusbertrand.org/img/photos/HUMAN-
mostra_l.jpg, tahun 2017)

Judul : Human – The Movie


Genre : Dokumenter
Durasi : 02:13:44
Produksi : Fondation Bettencourt Schueller
Sutradara : Yann Arthus - Bertrand
Gaya : Performatif

44
Sinopsis

Manusia adalah kumpulan cerita dan gambar dari dunia kita,


menawarkan penyelaman ke inti dari apa artinya menjadi manusia.
Melalui cerita ini penuh cinta dan kebahagiaan, serta kebencian dan
kekerasan. Manusia membawa kita berhadapan dengan yang lain,
membuat kita merenungkan kehidupan kita. Dari cerita-cerita pengalaman
sehari-hari ke rekening kehidupan paling luar, pertemuan pedih berbagi
ketulusan langka dan menggarisbawahi yang merupakan kita – kami sisi
gelap, tetapi juga apa paling mulia di dalam kita, dan apa universal. Bumi
kita akan ditampilkan di paling luhur melalui tidak pernah dilihat sebelum-
foto udara yang disertai oleh melonjak musik, mengakibatkan sebuah ode
keindahan dunia, menyediakan waktu untuk menarik napas dan untuk
introspeksi. Manusia adalah sebuah karya terlibat politik yang
memungkinkan kita untuk merangkul kondisi manusia dan untuk
merefleksikan makna keberadaan kita.

Struktur Penuturan

Film dokumenter ini menggunakan struktur bertutur secara tematis


dimana dalam film dokumenter tersebut kreator membuat cerita dengan
membangun sebab akibat pada konflik yang sudah ada secara emosional.
Struktur penuturan yang digunakan pada film Human adalah tematis
dengan memenggal scene per scene secara acak untuk dapat membangun
sebuah esensi cerita yang padu. Pembuatan film dokumenter menggunakan
struktur penuturan tematis cenderung lebih sulit karena sutradara atau
dokumentaris dituntut untuk memilih bagian-bagian cerita secara acak
tetapi memiliki satu kesatuan dan benang merah yang sama, sehingga film
dokumenter dapat dimengerti oleh khalayak. Gaya performatif lebih
ditekankan pada film ini dimana kemasan secara visual lebih
dikedepankan. Penonton disajikan dengan gambar-gambar indah sehingga
audiens yang menonton dapat menerima dan menikmati film tersebut.

45
Plot

Plot pada film ini sangat mengedepankan unsur dramatik dimana


esensi emosional yang terjadi pada setiap potongan gambar pada film ini
begitu menceritakan isi dari perasaan subjek pada film. Ekspresi, gestur,
didukung dengan ketajaman visual dan dentingan backsound instrumental
yang memperkuat esensi rasa pada film ini sehingga membuat audiens nya
ikut turut merasakan dan masuk langsung ke dalam konten cerita pada film
ini. Perasaan yang ada seperti sedih, senang, gembira, mengharukan,
marah, semangat, semua lengkap dikemas dengan sinematografi yang
indah. Sutradara disini mampu menunjukan sisi emosional dan rasa yang
kuat pada setiap detik film ini, sehingga audiens yang menonton tidak
bosan.

Alur Cerita

Alur yang digunakan pada film ini adalah alur maju, karena
didalamnya tidak ada kilas balik (flashback) dan tidak pula ada campuran
waktu lampau, masa depan, dan sekarang. Alur cerita yang digambarkan
pada film ini cenderung memiliki tempo yang cukup lambat karena pada
setiap scene menunjukan detail-detail yang cukup jelas.

b. Waria dengan Tuhan Documentary

Gambar 3.10 Waria dengan Tuhan


(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=R8Dj297nikA, tahun 2017)

46
Judul : Waria dengan Tuhan Documentary
Genre : Dokumenter
Durasi : 00:20:14
Produksi : Sifa Sultanika and Team
Sutradara : Sifa Sultanika
Gaya : Performatif

Sinopsis

Menceritakan kisah hidup waria dari sudut pandang 3 orang waria


dalam persepsi yang berbeda-beda. Pandangan mengenai agama dan
Tuhan menurut mereka, serta mencari bagaimana kedudukan
transgender dalam agama. Tiga persepsi yang berbeda-beda
bagaimana mereka memandang agama, bagaimana lingkungan
menyikapinya dan hidup dengan kondisi seperti itu.

Struktur Penuturan

Penuturan yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah


kronologis dimana hubungan antar scene per scene nya berurutan
tidak ada yang loncat. Scene satu berlanjut dan berkaitan dengan scene
dua, begitupun selanjutnya.

Plot

Plot yang digunakan dalam film ini menggunakan pendekatan esai


dengan mengetengahkan secara kronologis atau tematik agar makna
yang ingin disampaikan mudah dimengerti dan menarik sekali
penyajiannya. Sutradara dalam film ini telah berhasil membawa
penonton sampai dititik penasaran. Konten yang sudah cukup
menarik lalu dia mampu membawanya dengan sangat cerdas.
Penonton tidak akan bosan menonton film ini berulang kali karena
mudah dipahami.

47
Alur Cerita

Alur yang digunakan adalah alur maju, dimana kebanyakan adalah


wawancara secara langsung (face to face interiew) lalu diselipkan
stock shot video, kemudian wawancara lagi, lalu ditampilkan lagi
footage ang saling berkesinambungan dengan wawancara sebelumnya.
Sutradara cerdas membawa cerita ini dimulai dari hal yang paling
menarik diawal, beberapa konfik ditengceritah, sehingga penonton
akan terus bersemangat menontonnya hingga akhir. Di akhir cerita
tensi yang ditekankan justru malah datar hingga setelah menontonnya
penonton akan membicarakan hal tersebut dan mendiskusikannya.

c. Lentera Indonesia - Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung


Pontianak

Gambar 3.11 Lentera Indonesia – Perjuangan Pendidikan Anak Pemulung


Pontianak
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=7k1T0ofFyFw, tahun 2017)

Judul : Lentera Indonesia – Perjuangan Pendidikan Anak


Pemulung Pontianak
Genre : Dokumenter Televisi
Durasi : 00:21:06
Produksi : Documentary NET TV

48
Sutradara : Lentera Indonesia
Gaya : Eksposisi

Sinopsis

Anggi adalah seorang relawan muda yang membantu mengajarkan


pelajaran kepada anak-anak pemulung di Pontianak. Dokumenter
televisi ini mengisahkan perjalanan Anggi bersama dengan teman-
temannya. Bagaimana anak - anak tersebut bisa belajar dan bagaimana
perjuangan Anggi menjadi relawan mengajar.

Struktur Penuturan

Penuturan yang digunakan dalam film dokumenter ini adalah


naratif dimana dokumenter ini dibagi menjadi tiga babak yaitu awal,
tengah, dan akhir. Penuturan naratif tentu saja lebih ringan dan mudah
dipahami oleh masyarakat karena dasarnya dokumenter ini
dikonsumsi oleh publik televisi.

Plot

Plot yang digunakan dalam film ini menggunakan pendekatan


naratif dimana cerita dibagai menjadi tiga yaitu cerita awal, cerita
oertengahan dan cerita akhir. Plot cerita disini cenderung datar dan
hanya memaparkan informasi yang ada.

Alur Cerita

Alur yangdigunakan adalah alur maju. Penonton terus dibawa pada


int permasalahan. Diceritakan diawal perlahan, lalu mulai dikupas
hingga akhir dokumenter. Alur ini ringan karena mengingat keperluan
cerita adalah untuk konsumsi audiens televisi.

49
3.1.3 Data Pendukung

A. Data Wawancara

1. Wawancara Sutradara Film Dokumenter


a. Narasumber
 Subjek 1
Nama : Imanuel Daporaz
Usia : 22 tahun
Sebagai : Sutradara Film Dokumenter
Tempat : Bandung
Waktu : 06 Desember 2016
b. Hasil Wawancara
 Subjek 1

Saya masih duduk di bangku kuliah di STSI,


berangkat mengenal film dan menjalani proses ini dimulai
dari SMK FILM di Bogor, beberapa kali mengikuti festival
film terakhir tahun 2014, tahun 2015 menjadi juri di salah
satu pergelaran film di Unpar Bandung, tahun 2016 sampai
sekarang saya masih membuat film, tetapi untuk akhir akhir
ini saya lebih sibuk mengurus keorganisasian di kampus
dan acara-acara diskusi dan pemutaran film khususnya di
bidang film dokumenter.

Film dokumenter menurut saya adalah sebuah film


yang mengedepankan kenyataan atau fakta yang sedang
terjadi untuk dibawa ke ranah publik sebagai informasi,
baik itu ajakan atau hanya sekedar menyajikan. Salah satu
faktor yang penting dalam pembuatan film dokumenter
menurut saya adalah pendekatan si kreatornya sendiri,
misal si sutradanya. Sutradara ini harus bisa melakukan
pendekatan yang mendalam ke si subjek dalam film
tersebut, sehingga kenyamanannya terjalin, hal tersebut

50
bertujuan agar si subjek bisa lebih mengeluarkan emosinya
dalam bercerita ataupun beraktifitas tanpa merasa
terganggu dengan adanya kita sebagai sutradara atau
kamera yang sebelumnya mungkin mereka merasa
terganggu. Hal ini juga sangat membantu dalam proses
wawancara, jadi subjeknya bisa lebih lepas bercerita
mengenai hal yang saya tanyakan bahkan dia memberikan
informasi lebih karena dia sudah tidak menggap kita
sebagai orang asing lagi. Pendekatan ini juga membantu
kreator film dalam hal meriset data-data yang dicari, karena
riset tersebut bukan hanya sekedar turun kelapang untuk
melihat langsung keadaan atau sebagainya, tapi riset ini
harusnya bisa lebih mendalam karena kita langsung
berhadapan dengan subjeknya maka kita bisa menggali
lebih dalam informasi yang mungkin belum kita ketahui
dan ternyata sangat menarik untuk bisa diangkat, hal
tersebut bisa saja terjadi namun semuanya itu kembali lagi
ke pendekatannya seperti apa.

Saya pernah mendapatkan pengalaman yang


menarik dalam pembuatan film dokumenter suku dayak
yang berlokasi di Serang, saya melakukan penelitian disana
dan saya baru pertama kali saat itu melihat kehidupan orang
dayak disana, dimana mereka tidak memekai baju,
celananya pendek, tidak memakai alas kaki juga, dan
berlokasi di tengah hutan di desa tersebut. saya kaget saat
itu dan takjub karena masih ada di Negara berkembang
seperti ini kelompok orang yang bisa di bilang primitif, hal
tersebut memberi saya pengalaman dan sudut pandang baru
dalam segala hal.

Menurut saya pribadi film dokumenter yang bagus


itu bisa dilihat dari konten, sekarang itu banyaknya orang

51
yang membuat film dokumenter lebih mengedepankan
visual, ada sisi dari film dokumenter yang kurang diangkat
bahkan dilupakan, yaitu isi dari film tersebut, kalau
ngomongin masalah teknis udah pada jago tapi konten
tersebut yang harusnya di kedepankan, karena hal ini
tentang isi dari film tersebut untuk diangkat sebagai
informasi. Ya lebih bagus kedua duanya seimbang sama
bagusnya, karena dua duanya termasuk faktor penting
dalam sebuah pembuatan film khususnya dokumenter.

2. Wawancara Narasumber Blok Tempe


a. Narasumber
 Subjek 1
Nama : Achmad Ruyani
Usia : 52 tahun
Sebagai : Ketua RT 04 Blok Tempe
Tempat : Bandung
Waktu : 13 September 2016
 Subjek 2
Nama : Sandi
Usia : 38 tahun
Sebagai : Pemuda Pelaku Penyimpangan
Tempat : Bandung
Waktu : 28 Oktober 2016
 Subjek 3
Nama : Reggi Kanyong Munggaran
Usia : 37 tahun
Sebagai : Warga Blok Tempe
Tempat : Bandung
Waktu : 28 Oktober 2016

52
b. Hasil Wawancara
 Subjek 1

Pada dasarnya kami tidak mau dibilang kampung napi.


2010 bale diresmikan, bergerak pembangunan 2007. Konflik
dimulai dari 2002. Sebetulnya mendapat stigma “kampung
napi” tidak dari awal malah dulu bisa dibilang “kampung
hijau” dalam pengertian kampung yang banyak ustadnya,
sampai disetiap RT mempunyai mesjid. Mungkin dari
perubahan jaman, perubahan lingkungan anak-anak
menjadikan mereka nakal. Dimulai dari tahun 2000an mulai
ada perubahan karakter pada anak-anak. Kenakalan remaja
terjadi, mabuk-mabukan, judi, yang pada akhirnya tidak
terkontrol. Kebanyakan pemuda adalah warga asli babakan
asih. 20 dari 25 anak pernah masuk ke dalam bui berumur 17-
25 tahun. Sampai pada akhirnya saya selaku ketua RT
berbicara kepada salah satu pemuda aktif yaitu Reggi, karena
melihat dia produktif dan dapat menjadi motivator yang baik.
Akhirnya saya dan Reggi memutuskan untuk melakukan
pendekatan dengan terjun langsung, ikut ke dalam lingkungan
mereka seperti ikut main gitar-gitaran, berkumpul bersama
anak-anak. Ternyata cara seperti itu lumayan efektif, meskipun
membutuhkan waktu yang sangat lama. Tidak bisa langsung
dilarang, mengalami proses pendekatan yang lama dengan
nasihat-nasihat sampai pada akhirnya ada rasa segan ketika
ingin mabuk-mabukan di blok tempe. Yang susah saya lakukan
adalah menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk berbuat
sesuatu kepada lingkungannya seperti hal-hal kecil membuang
sampah tidak sembarangan. Hingga pada tahun 2005 setelah
ada mulai kesadaran dari anak-anak pemuda-pemuda ini
memiliki ide untuk membetulkan jalan dan mengatasi banjir
yang sering terjadi di Blok Tempe. Setelah dirapatkan dengan
warga akhirnya dengan dibantu Ridwan Kamil pada saat itu

53
membuat sumur resapan pada titik-titik tertentu. Setelah itu
lalu membetulkan jalan yang selama proses perbaikan itu
dilakukan oleh seluruh pemuda yang dibilang tanda kutip
tersebut. Setelah proses itu berlangsung, terjadi perubahan
signifikan pada lingkungan Blok Tempe ke arah yang lebih
positif. Setelah saya dan Kang Reggi masuk ke dalam anak-
anak mulai timbul kepedulian pada pemuda-pemuda ini
dengan melihat kondisi atau keadaan kampung Blok Tempe
yang mulai sempit dan tidak ada ruang untuk anak-anak
bermain, akhirnya pemuda-pemuda ini memiliki ide untuk
membuat public space yang dibantu juga oleh Ridwan Kamil.
Kenapa bisa seperti itu karena ide seseorang itu biasanya
keluar dari obrolan-obrolan. Untuk saat ini kegiatan yang
berlangsung di Blok Tempe hanya PAUD saja karena sedang
terjadi pembangunan torrent Kegiatan yang biasanya dilakukan
ada les bahasa inggris, pengajian, pencak silat, latihan jaipong.
Malah sekarang mau bekerja sama dengan anak STSI yang
mengajarkan tentang kesenian berbahasa berbudaya Sunda.
Sudah tidak ada masalah di Blok Tempe tetapi ada sesuatu
yang menurut saya belum mencapai target yaitu kedalaman
atau perbaikan dalam spiritual pemuda ini secara menyeluruh.
Pemuda yang besekolah layak hanya sedikit.

 Subjek 2

Banyak perubahan yang saya alami, dari dalam diri dan


lingkungan sekitar, seperti contohnya mental, dulu itu saya
gabisa diatur pengennya terserah sendiri, minum-minum dan
hal sebagainya saya lakuin itu. Sampai pada akhirnya saya
sadar akan harusnya berubah, dan perubahan ini gabisa saya
lakukan sendiri, karena pembentuknya lingkungan jadi
kembali lagi perubahan ini harus di dukung lingkungan juga,
jadi saya engga sendiri disini, saya dan temen-temen mulai

54
merubah hal-hal buruk yang biasa kita lakukan, saling
ngudukung satu sama lain, mulai merubah sedikit demi sedikit.

Awalnya perubahan ini dimulai dari kesadaran sendiri, saya


sendiri akuin bahwa yang saya lakuin ini salah, sampai pada
akhirinya saya lelah dengan semua rutinitas ini dan saya
putuskan buat berhenti, tapi karena engga ada yang dukung,
atau kurangnya dorongan dari lingkungan dan akhirnya saya
kembali lagi ke rutinitas saya dulu, minum-minum, tauran,
sampai bolak balik kantor polisi dua kali, tahun 2007 saya dan
temen temen mulai terdorong kembali untuk merubah perilaku
kita ini, pemicu semua perubahan ini dimulai dari teman saya
namanya Reegi, dia melakukan pendekatan ke kita dengan cara
yang halus, bergabung dengan kita dan mulai membuat kita
kembali sadar akan pentingnya perubahan ke arah yang lebih
baik, kita yang awalnya dianggap sampah masayarakat oleh
warga sedikit demi sedikit kita rubah persepsi itu bersama-
sama.

Contohnya banjir, banjir ini menjadi faktor yang dianggap


serius oleh kita sekarang, hal ini disebabkan oleh sampah yang
menyumbat di aliran air desa ini, awalnya kita engga ngelarang
orang-orang yang buang sampah sembarangan di desa kita
karena kita engga punya solusi, kita bisa melarang kalo punya
solusi. Pendekatan ke perubahan ini diawali dengan solusi kita
terhadap kasus sampah ini. Kita mulai memungut sampah dari
rumah ke rumah dengan menerapkan iuran bulanan, uang yang
kita kumpulkan menjadi modal kita untuk mengatasi masalah
lingkungan lain desa ini, kita menjadi pemuda yang mandiri
dan lambat laun warga desa ini mengakui keberadaan kita yang
memberi pengaruh perubahan lingkungan, gotong royong dan
kerja bakti menjadi cara yang kita lakukan terus untuk
menyelesaikan berbagai masalah lingkungan di desa ini.

55
 Subjek 3

Kekumuhan kesemerawutan desa ini membentuk karakter


pemudanya keras. Keras ini meliputi, sikap hidupnya, pola
komunikasinya, relasi sosialnya, dan struktur budayanya,
sehingga konsep hidup disana menjadi amat berat. dan
akhirnya hal tersebut menciptakan pemikiran pemudanya yang
ingin instan untuk mendapatkan uang, seperti menjual obat
terlarang dan menghindari sitem bekerja dan berproses.
Ditambah lagi keluar masuknya penjara dan membuat
keresahan masyarakat yang menyabebabkan kelompok
pemuda disana dicap sebagai sampah masyarakat.

Kemudian saya masuk kesana dan memperkenalkan buaya


dialog, ngobrol-ngobrol yang bermanfaat, seperti berbagi
wawasan dan lain sebagainya, sehingga menimbulkan
kesadaran sosial bagi pemuda disana, dan hal ini memberi
dampak posistif, mereka akhirnya selalu berdiskusi untuk
memecahkan berbegai masalah, baik masalah perkelahin,
keuangan, dan hal sebagainya. Karena pada intinya mereka
butuh wadah untuk menendengakan dan didengarkan.

Tahun 2007 pemuda disana sudah menjadi mandiri, mulai


membuat acara-acara sosial, berkerja bakti untuk lingkungan
sendiri, membenah dan menghidupkan mesjid, bahkan
menggelar tablik akbar di desa tersebut. Kemudian kita
membuat lingkungan desa disana menjadi hidup dan nyaman
walaupun sebatas gang. Kita membuat mural di dinding-
dinding gang, membuat bale-bale perkumpulan, membuat
penghijauan, membuat sumur resapan.Kemudian kita membuat
juga berbagai komunitas kecil untuk mendukung aksi
kemanusian mulai dibuat di dalam desa blok tempe ini dan di
luar desa juga, seperti Rumah Cemara sebagai tempat untuk
mengedukasi bahaya narkoba. Hal-hal luar biasa ini berangkat

56
dari kesadaran pemuda blok tempe yang pada awalnya mereka
hanya sekelompok pemuda yang dicap sebagai sampah
masayarakat yang kemudian kami berikan dorongan dan
motivasi dengan berbagai pendekatan untuk mereka berubah
ke arah yang lebih baik, dan hal itu berhasil.

B. Data Literatur

a. Website

Blok Tempe adalah sebutan untuk sebuah kawasan yang terletak di


Kampung Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Jamika,
Bandung. Awalnya kawasan ini dikenal sebagai Kampung Napi karena
hampir seluruh warganya merupakan mantan narapidana yang pernah
tinggal di dalam rumah tahanan.Namun melalui penataan yang
dilakukan, saat ini Blok Tempe dikenal sebagai kampung yang asri dan
produktif.

Sebelum tahun 1998, RT 04/RW 01 di Kampung Babakan Asih,


Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung ini dikenal sebagai daerah
yang rawan perkelahian dan pencurian. Sebagian besar warga di
kampung ini pernah merasakan penjara karena berbagai macam kasus
dan ketika mereka keluar dari penjara, mereka ini dijauhi oleh warga
sekitar. Lalu muncul ide dari dua orang pemuda yakni Agus dan Reggi
Kayong Munggaran untuk melakukan pendekatan kepada mantan
narapidana ini yang mayoritas masih tergolong dalam usia pemuda.
Tujuan mereka mendekati para narapidana ini agar mereka bisa
temotivasi untuk hidup dengan lebih produktif. Pendekatan dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan acara makan Nasi
Liwet bersama-sama dan para pemuda diperkenalkan dengan berbagai
macam masalah di kampung mereka seperti jalanan yang rusak serta
banjir. Akhirnya mulai tahun 2005, Agus dan Reggi Kayong
Munggaran bersama-sama dengan para pemuda di sana mulai
berkontribusi untuk menata kampung mereka. Karena mereka tidak

57
memiliki tim ahli, maka Reggi Kayong Munggaran mendatangkan
Ketua Bandung Creative City Forum saat itu, Ridwan Kamil untuk
menjadi konsultan dan memberikan masukan serta arahan untuk
mereka mengembangkan penataan kampung ini. Ridwan Kamil, yang
saat ini menjabat sebagai Walikota Bandung, mulai melakukan
penataan daerah tersebut pada tahun 2007. Saat itu keadaan daerah ini
sangat kumuh karena sampah ada dimana-mana dan tidak ada lahan
khusus bagi anak-anak untuk bermain. Melihat hal tersebut, Ridwan
Kamil bersama-sama dengan warga di sana mulai menata daerah
tersebut. Salah satu program yang dibuat oleh Ridwan Kamil adalah
membuat sumur resapan dengan diameter 50 centimeter dan
kedalaman 2 meter. Sumur resapan ini dibuat karena daerah Blok
Tempe berada di dekat aliran Sungai Citepussehingga ketika hujan
turun, debit air naik dan membuat daerah ini banjir. Pada tahun 2009,
penataan mulai difokuskan pada penganganan sampah, perbaikan jalan
maupun pembuatan tempat bermain. Saat itu, warga serta beberapa
orang lainnya patungan membeli tanah dan menyulap tanah kosong itu
menjadi ruang keluarga, tempan anak-anak bermain maupun berlatih
seni dan budaya. Kampung itu pun didekorasi dengan berbagai macam
foto kegiatan warga Blok Tempe dan juga dinding yang dihiasi
dengan mural. Sumber dana penataan Blok Tempe berasal dari iuran
warga dan mereka juga menolak dana yang berasal dari partai politik
maupun pemerintah. Kelebihan dana iuran ini menjadi kas warga yang
digunakan untuk asuransi masyarakat.

Setelah penataan yang dilakukan bersama-sama oleh warga, daerah


yang saat ini dikenal dengan Blok Tempe berubah menjadi daerah
yang asri dan produktif. Dalam sebuah perkampungan yang padat,
Blok Tempe memiliki pemandangan yang berbeda karena jalan di
daerah ini sudah memakai paving block dan kita dapat menemukan
lapangan berumput seluas lapangan bulu tangkis yang digunakan anak-
anak untuk bermain bahkan berlatih seni budaya Sunda seperti Pencak
Silat dan Jaipong. Tidak jauh dari lapangan itu, terdapat saung bambu

58
dua tingkat yang digunakan warga untuk berkumpul dan juga
digunakan warga Blok Tempe untuk bersantap siang bersama-sama.
Setiap acara atau perayaan hari besar, warga yang berada di Blok
Tempe mengadakan berbagai macam acara kebersamaan, berbeda
dengan keadaan sebelumnya yang selalu dipenuhi dengan keributan
dan pekelahian. Selain kedaan kampung mereka yang berubah,
sebagian besar warga Blok Tempe menjadi penguasaha rumahan.

Pengembangan Blok Tempe di Bandung ini tidak hanya


mengundang perhatian masyarakat lokal maupun masyarakat nasional
saja melainkan mengundang perhatian dari pihak luar negeri.
Pengembangan Blok Tempe ini akhirnya membuat sang inisiator,
Ridwan Kamil mendapatkan penghargaan berupa Urban Leadership
Award dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat pada bulan
Maret 2013 yang lalu karena berhasil membantu warga mendapatkan
ruang publik, dalam hal ini warga di Blok Tempe.

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Tempe)

b. Artikel
Beruntung Bandung kini dipimpin oleh seorang Ridwan Kamil.
Gebrakannya sebagai orang nomor satu di Kota Bandung cukup
fenomenal. Bagaimana tidak seorang arsitek profesional tiba-tiba
mencalonkan diri menjadi wali kota dan menang pula. Padahal
sewaktu bertarung Emil sapaan akrabnya melawan calon-calon yang
lebih populer. Keberhasilan tersebut tentu melalui proses yang tak
mudah dan panjang. Ada satu tempat yang tak bisa terpisahkan dari
Emil, Blok Tempe. Blok tempe merupakan sebuah gang di daerah
pemukiman padat di tengah Kota Bandung. Saking sempitnya lorong
gang tidak bisa dilalui oleh roda dua secara berlawnan arah, salah
satunya harus mundur dan menepi. gang itu juga dikenal dengan gang
seribu punten dan gang narapidana. maklum kerasnya kehidupan
membuat banyak warga di daerah tersebut sempat berurusan dengan

59
kepolisian. sebelum tatto menjadi tren seperti saat ini, pemuda Blok
Tempe telah merajah tubuh mereka sebagai identitas. Kolaborasi
Perubahan Bagai ulat yang bermetafora menjadi kupu-kupu cantik,
warga blok tempe sadar perlunya perbaikan kualitas hidup. sadar jika
waktu terus berjalan akan ada generasi baru yang menggantikan.
Dengan modal perkawanan serta semangat perubahan Warga Blok
Tempe akhirnya menemukan jalan. sulit rasanya jika harus berjuang
sendirian di tengah situasi ekonomi rata-rata warga yang terbilang pas-
pasan. Seorang pemuda setempat mengajak Ridwan Kamil untuk
melakukan sesuatu di kampungnya. Gayung pun bersambut, hatinya
terketuk jika di kota tercintanya terdapat permasalahan urban yang
begitu kompleks yang tercermin dari kawasan Blok Tempe. Model
kolaborasi untuk perubahan akhirnya dimulai di kawasan tersebut.
Pada 2007, secara bergotong royong warga bersama relawan
memermak kawasan itu. Dinding kusam dicat berwarna-warni,
sebagian tembok disentuh seni grafiti, dibangun sumur resapan untuk
mengurangi banjir yang terjadi di setiap turun hujan, membersihkan
saluran air menanam pohon dan sebagainya. Dengan bantuan dana
pihak ketiga sebuah lahan kosong dapat terbeli, diatasnya dibangun
bale warga sebagai ruang berkegiatan warga setempat. Hingga hari ini
bale tersebut hidup oleh aktifitas warga.
(Sumber: http://www.kompasiana.com/haribrahma/blok-tempe-
kawan-suci-ridwan-kamil-membangun-
bandung_55c20a3cb27a618a048b4567)

60
C. Data Khalayak Sasaran
a. Demografis
Remaja akhir - Dewasa di kota-kota besar ( laki-laki dan
perempuan ) dengan segmen sebagai berikut:
 Usia : 18 - 25 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
 Pendidikan : Sekolah Tinggi
 Status Sosial : Golongan menengah

Alasan memilih segmentasi tersebut ialah dikarenakan pada


usia tersebut lah masa pertumbuhan remaja sedang pesat, remaja
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki kapasitas
berfikir yang besar. Pada usia tersebut juga remaja lanjut ini
mengalami peningkatan tingkat kriminalitas setiap tahunnya
menurut data Lapas Anak Kelas III Bandung 20 September 2016.

b. Psikografis
Dalam segi psikografis, khalayak sasaran memiliki minat
untuk menonton film-film dokumenter dan menyukai gambar-
gambar atau visual yang menarik didukung dengan kekuatan
emosional konten film dokumenter tersebut. Saat ini khalayak
menyukai tema-tema nostalgia.

c. Geografis
Target sasaran penulisan meliputi kawasan kota dan
kabupaten Bandung. Film ini fokus kepada masyarakat kota dan
kabupaten Bandung karena masih banyak daerah kumuh padat
penduduk yang masyarakatnya masih melakukan penyimpangan
bahkan kriminalitas. Adanya film ini diharap dapat menginspirasi
mereka.

61
d. Perilaku Konsumen
Perilaku dari target sasaran sebagai konsumen dari
penulisan ini secara umum ialah menyukai film yang memiliki
visual-visual yang menarik, konten film bertemakan nostalgia,
serta mendukung emosionalitas pada sebuah film. Film
dokumenter dengan tema buku harian dan nostalgia tentang
transformasi kehidupan sosial untuk target audiens umur 18 - 25
tahun diharapkan bisa memberikan inspirasi dan motivasi terhadap
khalayak sasaran dengan memberikan visual yang menarik juga
didukung dengan konten naratif yang menarik, emosional secara
persuasif agar film bisa dinikmati tidak hanya dari visualnya tetapi
pesan moral yang terkandung dalam film juga dapat tersalurkan
sehingga khalayak dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupannya

3.2 Analisis

3.2.1 Analisis Data Objek

A. Analisis Terhadap Transformasi Sosial Dalam Sudut Pandang


Sosiologi yang Terjadi di Blok Tempe

Perubahan sosial yang terjadi di Blok Tempe merupakan bentuk


revolusi yaitu merupakan wujud perubahan sosial yang berlangsung cepat
yang berperan dalam pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan
pembentuk ulang manusia (Sztompka dalam Martono; 2014). Perubahan di
Blok Tempe merupakan perubahan yang besar karena merupakan perubahan
yang membawa pengaruh yang cukup besar bagi masyarakat. Perubahan di
Blok Tempe inipun merupakan perubahan yang direncanakan oleh agent of
change. Agent of change merupakanse seorang atau kelompok masyarakat
yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin pada satu atau lebih lembaga-
lembaga kemasyarakatan (Martono, 2014:16), dalam halnya disini adalah
Achmad Ruyani dan Reggi Kanyong Munggaran.

62
Dulunya daerah Blok Tempe merupakan daerah hijau yang banyak kita
temui masjid-masjid di setiap RT/RW nya. Kawasan blok tempe ini dulu
dikenal dengan kawasan islami, tetapi semuanya mulai berubah dan pemuda-
pemuda disana khususnya di RT 04 mengalami perubahan negatif dan sering
kali melakukan tindak kriminal hingga penjara bukanlah hal yang baru untuk
mereka. Setelah ditinjau lebih lanjut, perubahan awal pemuda ini pun didasari
faktor dari dalam yaitu:

1. Bertambahnya penduduk.
Blok Tempe merupakan kawasan padat penduduk dan penduduk
dudalamnya bertambah setiap tahunnya. Pertambahan jumlah
penduduk akan mempengaruhi persebaran wilayah dan juga akan
menyebabkan perubahan sosial budaya. Semakin padat penduduk di
Blok Tempe, semakin banyak pula persepsi dari setiap masyarakatnya
sehingga kemungkinan besar timbul perpecahan dan perbedaan satu
sama lain.
2. Penemuan-penemuan baru.
Saat ini teknologi merupakan hal lumrah bahkan sudah menjadi
kebutuhan bagi kita. Penemuan baru berupa teknologi dapat
mempengaruhi atau mengubah cara individu berinteraksi dengan orang
lain, secara tidak langsung teknologi membuat sifat individualis pada
setiap masyarakat sehinngga timbbul rasa acuh dan kurangnya
kepedulian terhadap lingkungan. Teknologi yang disalah-gunakan pun
menyebabkan para pemuda-pemuda ini mengikuti jalan yang salah dan
terlibat “pergaulan bebas” seperti narkoba, perkelahian, pencopetan,
minuman keras, dsb.
3. Pertentangan atau konflik.
Proses perubahan sosial dapat terjadi akibat adanya konflik sosial
dalam masyarakat, hal tersebut disebabkan oleh faktor perbedaan
kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial. Adanya konflik antara
masyarakat dan pemuda pun menjadi pemicunya. Masyarakat selalu
saja menganggap “negatif’ kepada pemuda-pemuda “pelaku kriminal”
di Blok Tempe.

63
Selain faktor tersebut ada faktor yang mendorong (mempercepat) dan yang
menghambat proses perubahan sosial yang terjadi di Blok Tempe. Faktor yang
mempercepat proses perubahan sosial diantaranya:

10. Kontak dengan budaya lain.


Berinteraksi satu sama lain, bertemu dengan banyak orang yang
memiliki latar belakang budaya berbeda membuat Reggi Kanyong
Munggaran memilki wawasan yang luas dan mempunyai banyak relasi
yang dapat membantunya dalam proses perubahan yang terjadi di Blok
Tempe. Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia
saling berinteraksi dan mampu menghimpun berbagai penemuan yang
telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan
bahkan hasil perpaduannya.
11. Sistem pendidikan formal yang maju.
Pendidikan formal telah membuka pikiran dan membiasakan berpola
pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini memberikan kemampuan
bagi Reggi Kanyong Munggaran untuk menganalisis serta bertindak
tepat dalam melakukan perubahan pada kampung tempat tinggalnya.
Semakin tinggi tingkat intelektual seseorang maka akan semakin
dalam ia mampu mengkritisisasi keadaan yang sedang terjadi.
12. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk
maju.
Sebuah hasil karya dapat memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak
karya orang lain. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju
senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri. Reggi dan Pak
Achmad sebagai ketua RT 04 yang melakukan pendekatan secara
langsung kepada pemuda yang berkumpul setiap malam untuk bermain
gitar, bercanda tawa dan sebagainya ternyata mampu menggugah hati
para pemuda. Sikap saling menghargai antara Reggi, Pak Achmad dan
para pemuda membuat kenyamanan dan kedekatan sosial yang
berdampak baik. Keinginan untuk maju yang tentu saja dimiliki oleh
Reggi dan Pak Achmad dapat menularkan semangat dan keinginan

64
untuk memperbaiki kualitas hidup pada masing-masing pemuda di
Blok Tempe.
13. Adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan
tindak pidana, dapat menjadi cikal bakal terjadinya perubahan sosial
budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-
hal baru yang kreatif. Seperti halnya di Blok Tempe, Reggi dan Pak
Achmad selalu memberikan toleransi yang banyak serta kesempatan
kepada pemuda untuk dapat berubah dan memperbaiki hidup mereka.
14. Sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka.
Hal tersebut memungkinkan adanya gerakan sosial vertikal atau
horizontal yang lebih luas kepada anggota masyarakat. Hal ini juga
membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya. Masarakat di Blok Tempe yang
akhirnya sedikit demi sedikit mulai terbuka dan mulai percaya kepada
pemuda-pemuda ini memberikan lebih banyak peluang dan harapan
sehingga semakin banyak pemuda yang ingin berubah menjadi lebih
baik.
15. Penduduk yang heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi
yang berbeda akan mudah mengalami pertentangan yang dapat
menimbulkan kegoncangan sosial. Di Blok Tempe memiliki
masyarakat heterogen yang memiliki latar belakang bidaya berbeda-
beda sehingga memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Reggi dan Pak
Achmad sebagai pencetusnya lalu mulai menularkan rasa peduli akan
lingkungan kepada masyarakat yang membuat perubahan ini semakin
sinergi.
16. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu.
Adanya rasa ketidakpuasan Reggi terhadap lingkungannya yang
sedang kacau membuat Reggi memiliki keinginan yang kuat untuk
dapat merubah lingkungannya. Hal ini juga dirasakan pemuda-pemuda

65
di Blok Tempe setelah melakukan perubahan, mereka merasa
kurangnya public space di daerahnya lalu berkeinginan membuatnya
yang sampai sekarang berhasil mempunyai balai perkumpulan sendiri
di Blok Tempe RT 04. Rasa tidak puas dapat menimbulkan reaksi
berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi atau
berbagai upaya untuk merubahnya.
17. Adanya orientasi masa depan.
Reggi yang memiliki tingkat intelektual yang berbeda dibanding yang
lain merasa perlu untuk mensuntikan formula-formula, nasihat-nasihat
yang berorientasikan masa depan sehingga pemuda-pemuda ini mau
dan berkeinan untuk maju. Proses yang terjadi cukup lama ini ternyata
membuahkan hasil yang manis pada akhirnya. Pemikiran yang selalu
berorientasi masa depan akan membuat masyarakat selalu berfikir
maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang
diseusaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
18. Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk
memperbaiki kehidupannya.
Nasihat-nasihat dan juga dukungan moral Reggi dan Pak Achmad akan
menjadi kekuatan bagi pemuda-pemuda di Blok Tempe untuk selalu
mencoba dan berusaha untuk berubah. Usaha merupakan keharusan
bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak
terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-
usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan di Blok Tempe.

Adapun faktor yang menghambat proses perubahan sosial di Blok Tempe,


diantaranya:

10. Kurangnya hubungan dalam masyarakat lain.


Rasa acuh dan ketidakpedulian masyarakat pada awalnya kepada pemuda-
pemuda ini membuat keadaan semakin memburuk. Masyarakat dan
pemudanya bukan saling membantu tetapi saling acuh sehingga tidak
terjalinnya sinergi yang baik dan positif. Apabila sebuah masyarakat tidak
melakukan kontak sosial (interaksi) dengan masyarakat lain, maka tidak

66
akan terjadi tukar informasi, atau tidak akan mungkin terjadi proses
asimilasi, akulturasi yang mampu merubah kondisi masyarakat tersebut.
11. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
Ilmu pengetahuan pada saat itu tidak banyak berkembang. Sedikit
masyarakat yang bisa meneruskan sekolahnya ke tingkat perguruan tinggi
termasuk pemuda-pemudanya. Kurangnya ilmu pengetahuan ini tentu saja
menghambat proses perubahan di Blok Tempe karena masyarakat terbiasa
dengan pemikiran tertutup, dan tidak berorientasikan masa depan. Ilmu
pengetahuan merupakan kunci perubahan yang akan membawa
masyarakat menuju pada peradaban yang lebih baik.
12. Sikap masyarakat yang sangat tradisional.
Sikap tradisional akan mengagung-agungkan kepercayaan yang sudah
diajarkan nenek moyangnya dapat menghambat sebuah masyarakat
melakukan perubahan, karena dipercaya akan menimbulkan malapetaka.
Di Blok Tempe pada saat itu awalnya masyarakat berpikiran sangat kolot,
tertutup dan keras. Mereka tidak mau terbuka dan menerima dengan
lapang dada pemuda-pemuda ini.
13. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
Masuknya unsur-unsur kebudayaan dari luar dapat diyakini akan
mengancam integrasi masyarakat di Blok Tempe sehingga masyarakat
seringkali membatasi diri untuk menerima unsur-unsur budaya dari luar.
14. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup.
Pada halnya disini masyarakat di Blok Tempe dulunya berfikiran tidak
terbuka yang mengakibatkan sulitnya mereka untuk menerima perbuatan-
perbuatan pemuda-pemuda hingga mereka juga tidak memberikan
kesempatan pada mereka pada awalnya.
15. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
Setiap upaya untuk merubah masyarakat, tidak akan berjalan ketika
bertentangan dengan nilai-nilai ideologi yang telah dianut kelompok
masyarakat di Blok Tempe selama ini.

67
16. Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak
mungkin diperbaiki.
Dulunya pemuda-pemuda ini memiliki pemikiran yang pesimis, dan itu
tentunya tidak baik untuk keberlangsungan hidup mereka. Sikap pasrah ini
menyebabkan masyarakat enggan melakukan perubahan.

B. Analisis Terhadap Perubahan Kehidupan Sosial Pemuda


Relevansinya dengan Perubahan Lingkungan di Blok Tempe

Perubahan sosial yang terjadi pada pemuda-pemuda inipun memberikan


dampak positif bagi lingkungan dan Blok Tempe. Setelah melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik, pemuda-pemuda ini kemudian melakukan
perubahan terhadap lingkungannya. Perubahan inipun memiliki dampak
positif diantaranya:

 Manusia semakin mudah dan cepat dalam menyelesaikan


aktivitasnya.
 Integrasi sosial semakin meningkat.
 Kualitas individu (dan masyarakat) semakin baik, seiring
perkembangan teknologi baru.
 Mobilitas sosial semakin cepat.
 Pola pikir manusia semakin berkembang melalui pertukaran
budaya, pertukaran informasi yang dapat dilakukan kapan saja
dan dimana saja.

Perubahan yang terjadi pada pemuda di Blok Tempe ternyata tidak


berhenti sampai disitu saja. Pola pikir mereka berubah dan mereka
berkeinginan untuk merubah lingkungannya menjadi lebih baik. Mulai dari
jalanan yang rusak, membuat sumur resapan agar tidak lagi terjadi banjir di
Blok Tempe, hingga membuat balai perkumpulan sendiri agar anak-anak dan
masyarakat dapat berkumpul dan memiliki ruang publik untuk digunakan.
Pola piikir yang berubah mampu menimbulkan rasa peduli yang tinggi pada

68
pemuda-pemuda ini hingga mereka dapat merubah lingkungan mereka
menjadi lebih baik.

3.2.2 Analisis Data Karya Sejenis

a. Film Dokumenter Human – The Movie

Tabel 3.1 Analisis Film Dokumenter The Human

Bagian Scene Narasi Deskripsi

Pembukaan Bumper film


Backsound adalah
instrumental potongan-
potongan dari
stockshoot
gambar lalu
muncul judul.

Menceritakan Gambar pertama


apa arti cinta merupakan
lewat
kisah paling
kesedihan
kisahnya. emosional yang
diangkat.

Stockshoot
Backsound gambar yang
instrumental menggambarkan
ketenangan.

69
Menceritakan Menuturkan rasa
apa arti bahagia yang
kebahagiaan dimiliki setiap
orang dengan
latarbelakang
Menceritakan budaya, ras,
apa arti agama, adat dan
kebahagiaan istiadat,
kepercayaan,
pandangan, pola
pikir, serta
Menceritakan perilaku yang
apa arti berbeda-beda.
kebahagiaan

Stockshoot
Backsound gambar yang
instrumental menggambarkan
keanekaragaman

Pertengahan
Backsound Stockshoot
instrumental gambar yang
menggambarkan
persatuan.

70
Menceritakan Menceritakan
apa arti pengalaman
perang yang berbeda-
beda dari setiap
manusia tentang
apa itu perang,
Menceritakan apa yang mereka
apa arti rasakan ketika
perang perang, dan apa
makna perang
menurut mereka.

Stockshoot
Backsound gambar yang
instrumental menggambarkan
kegemuruhan.

Menceritakan Menceritakan
apa arti pengalaman
perdamaian mereka tentang
perang, lalu
menjelaskan
pentingnya
Menceritakan perdamaian.
apa arti
perdamaian

71
Stockshoot anak
yang sedang
Backsound tersenyum
instrumental bahagia
menggambarkan
perdamaian.

Menceritakan
apa arti cinta
Menceritakan
pengalaman
manusia dalam
Menceritakan memaknai apa
apa arti cinta itu artinya cinta
bagi mereka,
dan seberapa
berharganya itu,
seberapa
indahnya cinta
Menceritakan menurut mereka.
apa arti cinta

Stockshoot
Backsound gambar yang
instrumental menggambarkan
kebahagiaan
dengan hanya
bermain ayunan.

72
Stockshoot
Backsound gambar yang
instrumental menggambarkan
keindahan alam.

Menceritakan
Menceritakan tentang setiap
apa arti pengalaman
keluarga tentang
keluarga, apa itu
keluarga,
Menceritakan seberapa
apa arti berharganya
keluarga makna keluarga
di kehidupan
mereka.
Keluarga
Menceritakan merupakan
apa arti sosok yang amat
keluarga sangat mereka
cintai, dan
mereka
menggambarkan
seberapa besar
itu.
Stockshoot
gambar yang
Backsound menggambarkan
unstrumental keselarasan dan
harmoni.

73
Penutupan
Menceritakan Menceritakan
apa arti hidup tanggapan atau
persepsi mereka
tentang apa arti
hidup bagi
mereka. Jejak
Menceritakan apa yang ingin
apa arti hidup ditinggalkan
ketika sudah
mati, dan untuk
apa mereka
hidup.
Menceritakan
apa arti hidup

Stockshoot
Backsound gambar yang
instrumental menggambarkan
kehampaan.

Film ini
Backsound didedikasikan
instrumental untuk apa, siapa,
dan bagaimana.

74
Potongan
wawancara
dan Credit title.
backsound

b. Film Dokumenter “Waria dengan Tuhan”

Tabel 3.2 Analisis Film Waria dengan Tuhan

Bagian Scene Narasi Deskripsi

Pembukaan Bumper film


Backsound sangat
instrumental sederhana.

Suara lalu Stockshoot


lalang kehidupan
kendaraan jalanan di
malam hari

Seorang PSK
Wawancara. waria yang
sedang
berdandan di
Memakai malam hari
baju. bersiap-siap
untuk
melakukan
pekerjaannya

75
Wawancara.

sambil
menceritakan
Berangkat senang, pahit,
kerja. getir, yang
dirasakan
selama
Wawancara. hidupnya,
bagaimana ia
Memperlihat memandang
kan tempat hidup ini.
kerjanya dan
bagaimana ia
bekerja.

Menceritakan
Wawancara. Pondok
Pesantren Waria
dan
memperlihatkan
Bercanda kegiatan apa
bersama. saja yang sering
dilakukan
disana. Mulai
Bersenda dari diskusi,
gurau beribadah
bersama. bersama,
mengaji
bersama, hingga

76
Diskusi bernyanyi
bersama. bersama.
Mereka berada
di pesantren
Wawanacara. bukan untuk
menjadi laki-
laki tetapi ingin
mencari Tuhan.
Bernyanyi
bersama.

Memperlihat
kan fisik
narasumber
ketiga.

Mengamen Menceritakan
sambil bagaimana
berjoget. orang lain
memandang
Hidup di nya, bagaimana
jalanan. bagaimana dia
menghadapi
lingkungannya,
Merokok. dan bagaimana
keluarga
menanggapi
dirinya dengan
Wawancara. kehidupan nya.

Mengamen di

77
tempat
laundy.

Wawancara.

Diberikan
uang setelah
mengamen.

Wawancara.

Pertengahan Timelaps
jalanan di
malam hari.
Dimalam hari,
disatu sisi waria
Wawancara. bekerja sebagai
PSK dalam
memenuhi
Waria sedang kebutuhannya
malakukan sehari-hari.
qamat Disisi lain para
sebelum waria yang
salat. tinggal di
Pondok
Pesantren

78
Salat berusaha
berjamaah. mencari
kedudukannya
di dalam agama.
Wawancara.

Wawancara.
Mereka
bercerita
bagaimana cara
Mengaji mereka
bersama. berbadah kepada
Tuhannya.
Mereka juga
Wawancara. berusaha
mencari
kedudukan
mereka, status
Waria sosial mereka
membaca dalam
puisi. lingkungannya.
Mereka berbaur,
beusaha untuk
Wawancara. dapat diterima
masyarakat,
mulai dari
lingkungan
Wawancara. terdekat dulu
seperti keluarga
hingga meluas

79
sampai ke
Berangkat pemerintahan.
ziarah
bersama.

Wawancara.

Menjelaskan
Membeli dari persepsi
bumbu di masing-masing
pasar. apakah mereka
akan terus
Salat selamanya
berjamaah. menjadi seperti
ini ataukah
mereka akan
bertaubat.
Wawancara.

Berdoa
setelah salat.

Wawancara.

Wawancara.

80
Penutupan Ziarah dan Merkea
berdoa. menjalani
kehidupan
mereka sehari-
Para waria harinya biasa
berada di saja, tidak
makam. menghiraukan
apa kata orang
lain. Mereka
menganggap
Wawancara. kehidupan yang
mereka jalani itu
Bersiap-siap adalah benar,
untuk sehingga mereka
berangkat biasa saja
kerja. menyikapi
semua hal
Waria yang termasuk
hidup lingkungannya.
dijalanan.

Waria Di tutup dengan


berdandan. sangat cantik.
Menampilkan
pentas seni
Waria waria dan
berdandan. mereka
bernyanyi
bersama.

81
Bernyanyi
bersama,
melakukan
pentas seni.

Credit title.

c. Dokumenter Televisi Lentera Indonesia - Perjuangan


Pendidikan Anak Pemulung Pontianak

Tabel 3.3 Analisis Dokumenter Televisi Lentera Indonesia

Bagian Scene Narasi Deskripsi

Pembukaan Seorang anak


muda sedang
menjadi
relawan.

Anak-anak
sedang
duduk.

Ekspresi
anak-anak.

82
Anggi
mengajarkan
anak-anak.

Mereka
bermain
bersama.

Bumper.

Pertengahan
Anak-anak
belajar
membaca.

Anggi
mengajar
membaca.

Banyak juga
relawan-
relawan lain.

83
Stockshot

Relawan
mengajar

Wawancara

Stockshot

Stockshot

Stockshot

84
Tempat
mengajar
anak-anak
pemulung.

Kakek tua
sedang
bekerja keras.

Anak-anak
sedang
memulung.

Plastik
menjadi
incarannya.

Wawancara

Bernyanyi
bersama
musisi
Pontinak.

85
Gambaran
tempat.

Wawancara
musisi.

Stockshot.

Wawancara
Selanjutnya.

Bumper.

86
Anak-anak
bermain
bersama.

Wawancara.

Kegiatan
belajar-
mengajar.

Anak-anak
membagi-
bagi beras.
Beras
ditimbang
dan
dimasukan ke
dalam
plastik. Lalu
dibagikan
kepada orang

87
tua anak-
anak.

Wawancara.

Wawancara.

Penutupan
Kilas balik

Bumper

Wawancara

88
Kegiatan
belajar-
mengajar di
tepi danau

Credit title

3.3 Hasil Analisis

Setelah dikaji lebih dalam dan analisis yang telah dilakukan, peneliti
menarik garis kesimpulan dari analisis yang telah dikerjakan. Pada dasarnya
perubahan dapat terjadi akibat adanya dorongan dan kemauan dari diri sendiri.
Pemuda-pemuda di Blok Tempe tidak akan mampu berubah kalau tidak adanya
dorongan dari lingkungan sekitarnya, ditambah lagi dengan kemauan ingin
merubah kualitas hidup yang dimiliki oleh masing-masing pemuda di Blok
Tempe. Perubahan terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu diantaranya
bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru dan
pertentangan atau konflik. Adapun faktor-faktor yang dapat mempercepat dan

89
memperlambat proses perubahan diantaranya kontak dengan budaya lain, sistem
pendidikan formal yang maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan
keinginan untuk maju, adanya toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang
menyimpang, sistem stratifikasi masyarakat yang terbuka, penduduk yang
heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang tertentu, adanya
orientasi masa depan, dan adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha
untuk memperbaiki kehidupannya. Selain itu faktor penghambatnya adalah
kurangnya hubungan dalam masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan
yang lambat, sikap masyarakat yang sangat tradisional, rasa takut akan terjadinya
kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal baru atau asing
atau sikap yang tertutup, hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, adat atau
kebiasaan, dan adanya nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak
mungkin diperbaiki.

Perubahan akan terjadi apabila adanya kemauan dari diri sendiri dan
dukungan serta kepercayaan dari orang-orang terdekat. Perubahan tidak mungkin
terjadi sangat cepat, segalanya membutuhkan proses dan pendekatan. Bagaimana
caranya kita dapat menghadapi segala kesulitan dan mencari solusi demi
kepentingan dan kebaikan bersama. Masyarakat Blok Tempe pun sudah memiliki
pola pikir yang terbuka dan mulai mau menerima pemuda-pemuda ini karena
mereka memberikan bukti bukan janji. Apa yang terlihat kadang bukan seperti itu
maknanya. Kepedulian akan lingkungan membuat harmoni dan kesejahteraan bagi
masyarakat di Blok Tempe. Dimulai dari perubahan terhadap diri sendiri lalu
kesadaran akan kenyamanan lingkungannya menjadikan Blok Tempe mempunyai
banyak cerita.

Film dokumenter menjadi media yang tepat bagi masyarakat kaum muda
di Kota Bandung untuk dapat menginspirasi serta memotivasi mereka.
Dokumenter yang dikemas tidak hanya dari segi konten yang menarik tapi juga
dari segi visual yang memanjakan mata audiens. Struktur bertutur naratif lebih
mudah dipahami oleh masyarakat dan alur campuran akan menarik jika digunakan
dalam dokumenter ini. Dokumenter akan menarik jika visualnya bagus dan
memiliki konten yang menarik dan dalam. Untuk membuat dokumenter ini dapat

90
menyentuh hati audiens diperlukan adanya struktur penuturan naratif secara
emosional. Dalam pembuatan film dokumenter memang lebih sulit dibandingkan
film fiksi karena kreator menyajikan sesuatu cerita secara nyata tanpa dibuat-buat
dari segi konten. Kreator harus mampu memiliki pendekatan lebih secara
emosional agar dapat mendapatkan informasi secara lebih lengkap dan terbuka.

3.4 Konsep

Setelah peneliti mengkaji lebih dalam, peniliti lalu mulai membuat sebuah
konsep dan perancangan baik dari segi konten maupun penggayaan. Peneliti akan
membuat sebuah karya film dokumenter yang dapat menginspirasi masyarakat
kaum muda dengan menggunakan penggayaan performatif dimana kreator dalam
halnya disini adalah peneliti akan memberikan visual yang bagus dan
memanjakan mata para audiens sehingga tidak membosankan. Dari segi konten
peneliti akan membuat naratif dengan benang merah “perjuangan perubahan
pemuda di Blok Tempe” dengan segala jatuh bangun yang mereka hadapi selama
proses perubahan yang akan dikemas semenarik mungkin. Peneliti pun akan

91
mengedepankan struktur penuturan yang lebih emosional secara naratif, yaitu
memiliki struktur 3 babak (pembukaan, isi, penutup) dengan alur campuran.
Awalnya peneliti akan membuat keadaan Blok Tempe saat ini yang sudah sangat
berubah dan bagus, lalu peneliti kemudian memutar waktu (flash back) dan
menceritakan peliknya perjuangan pemuda-pemuda ini dalam melakukan
perubahan. Peneliti akan mengambil titik-titik tertentu yang sangat krusial bagi
masing-masing pemuda dan akan direpresentasikan kembali menggunakan
wawancara mendalam secara emosional. Selama proses ini peneliti akan membuat
jalur benang merah dan menyisipkan nilai-nilai inspiratif untuk menginspirasi
secara persuasif agar audiens mau dan mampu melakukan perubahan kualitas
hidup. Setting tempat yang akan digunakan tentu saja di Blok Tempe itu sendiri,
penjara atau lapas anak, dan di studio untuk wawancara mendalam. Wawancara
mendalam yang akan dilakukan penulis menggunakan pendekatan secara
emosional agar subjek mampu memberikan cerita dan pengalaman yang real atau
nyata secara lengkap. Selain wawancara pun penulis menggunakan narator (voice
of God) sebagai pencerita dalam sudut pandang orang ketiga. Musik yang akan
digunakan adalah musik instrumental. Durasi film dokumenter ini kurang lebih
10-15 menit. Konsep dari karya ini diharapkan mampu menginspirasi serta
memotivasi masyarakat kaum muda.

92
BAB IV

KONSEP DAN HASIL PERANCANGAN

4.1 Konsep Film

Setelah menganalisa data yang telah didapat dari Blok Tempe melalui
pendekatan sosiologi, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dibutuhkan anak-
anak atau pelaku penyimpangan adalah sebuah kepedulian sosial dari lingkungan
terdekat, dorongan, serta kesadaran diri sendiri terhadap kehidupan dan masa
depan mereka yang akan datang. Kata kunci yang sudah didapat dari perubahan di
Blok Tempe ini adalah inspirasi dan motivasi. Untuk itu diperlukan adanya media
yang dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada pelaku penyimpangan agar
mau dan mampu untuk melakukan perubahan. Media ini diharapkan dapat
menghimbau lingkungan terutama masyarakat kota Bandung agar mau
memberikan kepedulian, dorongan, serta perhatian yang lebih kepada pemuda
pelaku penyimpangan yang ada disekitarnya. Penulis memilih dokumenter televisi
sebagai media yang efektif karena dapat menyebarluaskan suatu informasi secara
cepat serta dapat diapresiasi oleh banyak orang. Dokumenter televisi ini ingin
dipublikasikan atau dijadikan sebagai pilot project dimana masyarakat
mendapatkan informasi tentang peristiwa atau cerita perubahan yang sehingga
dapat menjadi stimulus untuk melakukan perubahan-perubahan lainnya di Kota
Bandung. Film yang dipilih adalah dokumenter televisi dengan judul Perubahan
Sosial Pemuda Blok Tempe. Dalam program televisi berjudul “MOTEKAR” yang
artinya menggambarkan kegigihan, kreatif dan banyak akal. Selain itu, Motekar
juga mengandung arti keinginan untuk bekerja keras, bermimpi, berkarya,
berkreatifitas, dan berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif
sehingga berguna bagi diri dan masyarkat. Program televisi ini berisikan konten-
konten inspiratif dari masyarakat Kota Bandung yang menceritakan perubahan-
perubahan yang terjadi di Kota Bandung.. Dimana perubahan Blok Tempe
merupakan episode satu yang kontennya lebih menekankan kepada bagaimana
perbahan itu dapat terjadi, bagaimana proses serta jatuh bangun yang ada

93
didalamnya. Dalam halnya disini audiens diajak untuk melihat lebih dekat tentang
suatu daerah yang awalnya kumuh, tidak aman, angker, kotor, sering terjadi banjir
berubah menjadi daerah asri nan bersih, aman dan nyaman yang ternyata
disebabkan oleh pemuda-pemuda yang notabene adalah “pelaku kriminal”.
Audiens diajak untuk peduli akan lingkungannya dan distimulus agar dapat
melakukan perubahan untuk memperbaiki hidupnya. Perihal kecil namun apabila
seluruh masyarakat mampu peduli kepada lingkungannya, maka Indonesia akan
menjadi lebih baik tentunya. Kontennya juga diisi dengan visual-visual yang
menggambarkan perubahan itu sendiri. Dalam film ini penulis ingin menggunakan
pendekatan emosional agar dapat menginspirasi masyarakat dengan tepat sasaran.
Pendekatan emosional dibangun selain dari visual, juga audio musik yang
mendukung serta konten yang inspiratif. Alur yang digunakan adalah alur
campuran sehingga tidak monoton ketika ditonton, mengingat kebanyakan film
dokumenter memiliki alur yang flat dan membosankan.

4.2 Konsep Kreatif

4.2.1 Strategi Kreatif

a. Pendekatan Verbal

Penyampaian pada film dokumenter ini menggunakan bahasa


Indonesia dan beberapa logat bahasa sunda pada dialog antar narasumber.
Bahasa Indonesia digunakan agar memudahkan siapa saja masyarakat
Indonesia yang menontonnya. Logat Sunda beserta budaya-budaya Sunda
akan lebih ditekankan pada film ini agar penonton dapat merasakan
perbedaan “khas” busaya Sunda itu sendiri.

b. Pendekatan Visual

Visual yang ditampilkan merupakan gabungan wawancara mendalam dari


beberapa narasumber dan footage yang mendukung. Pengambilan gambar
pun akan disesuaikan dengan konsep pada film ini yaitu “inspiratif” dan
akan mengedepankan visual yang menarik untuk menginspirasi

94
penontonnya secara emosional, didukung juga dengan audio musik yang
sesuai.

4.2.2 Genre

Genre pada film digunakan untuk mengklasifikasikan jenis film.


Dokumenter terbagi dalam sebelas kategori, diantaranya adalah laporan
perjalanan, sejarah, potret atau biografi, perbandingan dan kontradiksi,
ilmu pengetahuan, nostalgia, rekonstruksi, investigasi, eksperimen / seni
(Association Picture Story), buku harian, dan dokudrama.

Dilihat dari jenis penggayaan dan konten dari dokumenter Blok


Tempe, genre yang paling sesuai adalah nostalgia. Dimana dokumenter
nostalgia biasanya banyak menceritakan kilas balik (flashback) dan napak
tilas pada kejadian-kejadian dari seseorang atau satu kelompok, dalam
halnya disini adalah kilas balik dan napak tilas perjalanan kehidupan
pemuda di Blok Tempe.

4.2.3 Naratif

Unsur naratif yang digunakan sutradara adalah pola linier


mengingat dokumenter ini bertujuan untuk menginspirasi audiens,
sehingga dibuat semudah mungkin agar penonton mampu untuk memaknai
film ini dengan baik. Disamping itu dokumenter ini ditujukan juga bagi
konsumen televisi dimana psikologisnya cenderung lebih menyukai hal-
hal ringan dan tidak berat dalam berfikir. Sutradara memutuskan untuk
membuat sedikit kejutan diawal, menyimpan klimaks diawal agar pada
saat mulai menonton audiens akan merasa penasaran dan ingin tetap
menyaksikan hingga akhir film. Alurnya akan dibuat campuran tetapi tetap
pada benang merah yang sama sehingga pola linier lah yang paling tepat
untuk dokumenter televisi ini. Elemen pokok naratif pada perancangan ini
diantaranya adalah:

95
a. Pelaku Cerita
Pelaku cerita pada film ini adalah Ipong, Reggi, Pak RT serta
tiga pemuda lain yaitu Sandi, Iwan, dan Mulyono. Jalannya
cerita akan dibangun dengan dialog antar subjek, tanpa
menggunakan narator. Kekuatan karakter pada setiap
narasumber akan membuat jalan cerita lebih menarik dibanding
menggunakan narator. Audiens akan dibiarkan bebas untuk
menyaksikan dan menginterpretasi isi cerita tanpa harus
dibimbing dengan narator, sehingga pada akhirnya diharapkan
film ini akan menjadi bahan diskusi dan diteruskan kepada
audiens-audiens lainnya.

b. Permasalahan
Inti permasalahan dalam film lebih memfokuskan bagaimana
para pemuda ini dapat bertransformasi. Proses perubahan itulah
yang akan diangkat. Bagaaimana meraka jatuh bangun
menghadapi realita hidup dan tekan sehingga mereka mampu
melakukan perubahan terhadap diri mereka sendiri, hingga
berdampak pada lingkungan mereka. Lalu pada akhirnya
perubahan itu mampu mendorong mereka untuk bekerjasama
dalam merubah lingkungan menjadi lebih baik.

c. Tujuan
Tujuan naratif itu sendiri dibuat agar dapat mampu merangsang
penonton untuk dapat melakukan perubahan, serta bagaimana
mereka (para pemuda di Blok Tempe) yang telah mampu
merubah dirinya dan lingkungan menjadi lebih baik untuk
dapat membagi kisah inspiratif tersebut agar lebih banyak lagi
perubahan yang dapat terjadi dalam masyarakat lainnya.

96
4.2.4 Struktur Naratif

Setelah mementukan elemen-elemen pokok naratif kemudian dibagi


menggunakan penuturan struktur tiga babak yang mana diantaranya ada
pembukaan, isi dan penutupan. Dalam alurnya dibagi menjadi eksposisi,
komplikasi, klimaks, dan resolusi. Struktur naratif dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Tahap Pembukaan
Pada tahap ini sutradara akan menyisipkan bagian klimaks untuk dapat
merangsang minat penonton dalam menyaksikan film lebih lagi. Lalu
akan disusul dengan eksposisi kota Bandung, dilanjutkan dengan
eksposisi narasumber satu dalam halnya disini adalah Ipong. Masih
pada tahap eksposisi dilanjutkan dengan eksposisi daerah Babakan
Asih, Blok Tempe dan wawancara Pak Achmad Ruyani sebagai
pembuka.

b. Tahap Pertengahan
Selanjutnya adalah wawancara para pemuda dengan segala
pengalamannya saat berada di Blok tempe, bagaimana prosesnya dan
siapa saja yang terlibat. Begitupun wawancara pada Pak Achmad
Ruyani dan Ipong pada tahap ini. Keseluruhan tahap ini berisikan
bagaimana proses jatuh bangun pemuda Blok tempe dalam melakukan
perubahan dalam 3 sudut pandang yaitu pemuda, reggi sebagai
pembentuk dan warga sebagai orang ketiga yang memperhatikan dan
menggikuti perjalananpara pemuda ini. Bagaimana dampak
perbandingan sebelum dan sesudah berubah pada lingkungannya.
Ditambah dengan pendapat para pakar diantaranya pakar psikologi dan
Lembaga Perlindungan Anak Bandung.

c. Tahap Penutupan
Pada tahap ini merupakan tahap resolusi dimana para pemuda
berkeinginan untuk membagi kisah ini dan mempunyai harapan serta
pesan kepada para pelaku penyimpangan yang masih belum bisa

97
berubah sampai saat iini. Pada tahap inilah pemuda-pemuda ini akan
dipertemukan kembali pada silaturahmi yang akan diadakan di Blok
Tempe. Closing nya akan ditutup dengan keceriaan dan kebersamaan
yang hangat antar warga di Blok Tempe.

4.2.5 Struktur Dramatik (Dramatic Tension)

Skema 4.1 Struktur Dramatik

 Eksposisi
Scene 1-5
Kontennya berisi pemaparan daerah Blok Tempe, pengenalan subjek atau
narasumber, dan pemaparan issue.
 Komplikasi
Scene 6-13

98
Kontennya berisi permasalahan yang mulai muncul ketika subjek atau
narasumber menceritakan tentang pengalamannya serta proses jatuh
bangun perubahan mereka.
 Klimaks
Scene 14
Kontennya berisi tensi tertinggi dimana titik emosional subjek ketika
menceritakan bahwa dirinya tidak diterima oleh masyarakat.
 Resolusi
Scene 15-16
Kontennya berisi resolusi, anti-klimaks, pendapat para ahli, saran, serta
pemaparan warga Blok Tempe beserta pemuda sedang berkumpul sebagai
penutupan.

4.3 Konsep Media

4.3.1 Identitas Program Televisi

a. Latar Belakang Program

Dasar pemikiran program ini adalah karena banyaknya


program televisi yang kurang menarik dan tidak berbobot, juga
kurangnya program televisi yang informatif namun tidak
membosankan. Sehingga diperlukan adanya program televisi yang
menyajikan informasi-informasi aktual namun tetap dikemas
secara menarik agar tidak membosankan bagi penonton.

b. Tujuan dan Manfaat Program

Tujuan dari program televisi ini adalah memberikan


informasi dan edukasi kepada konsumen televisi tentang segala
macam perubahan di Kota Bandung dan dampaknya kepada
masyarakat agar dapat menginspirasi penonton agar terstimulus
untuk melakukan perubahan positif baik terhadap diri sendiri

99
maupun lingkunganya. Manfaat program televisi ini adalah sebagai
ilmu pengetahuan.

c. Segmentasi Program

Bumper / TVC TVC Credit


teaser (iklan) (iklan) Title

SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3

Skema 4.2 Segmentasi Program

1. Bumper / Teaser
Durasi: 2 menit
Konten berisi bumper program acara dan teaser mengenai
program acara televisi. Dalam halnya disini bumpper berisikan
logo motekar dan teaser memaparkan perubahan Bandung dan
masyarakatnya secara visual.

2. Segmen 1
Durasi: 7 menit
Konten segmen satu memaparkan eksposisi objek, daerah atau
tempat yang akan diekspos, serta pengenalan narasumber satu
per satu.

3. Segmen 2
Durasi: 6 menit
Konten pada segmen dua berisikan komplikasi dimana
masalah-masalah mulai terbuka dan bagaimana narasumber
meresppon hal tersebut hingga mencapai emosi klimaks.

100
4. Segmen 3
Durasi: 5 menit
Konten segmen tiga diantaranya anti-klimaks, resolusi,
penyelesaian masalah, saran dan ditutup dengan closing.

5. Credit Title
Durasi: 1 menit
Berisikan keterangan program acara seperti produser, sutradara,
kameramen, editor, dan kru lainnya.

6. TVC (ads)

Iklan dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama dengan setiap


sesi dibatasi dengan durasi 2,5 menit atau 150 detik. Iklan
pertama terletak setelah segmen 1 berakhir berkisar kurang
lebih 5-8 iklan dengan durasi kurang lebih 15-30 detik. Iklan
kedua terletak setelah segmen 2 berakhir.

d. Deskripsi Program

 Judul Program: “MOTEKAR”

Judul program televisi ini dipilih berdasarkan artinya yang


dalam bahasa Sunda menggambarkan kegigihan, kreatif dan
banyak akal. Selain itu, Motekar juga mengandung arti keinginan
untuk bekerja keras, bermimpi, berkarya, berkreatifitas, dan
berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif
sehingga berguna bagi diri dan masyarkat. Penulis memilih
“MOTEKAR” karena yang pertama adalah bahasa Sunda yang
dimana film ini bertempat dan menceritakan masyarakat Sunda di
Bandung, lalu yang kedua memiliki arti yang sesuai yaitu
menggambarkan masyarakat Bandung yang gigih, berkarya, dan

101
berusaha terus menerus untuk menjadi pribadi yang produktif
sehingga berguna bagi diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.

 Target Pemirsa

Target pemirsa atau target penonton dalam program ini


berdasarkan jenis kelamin, usia, dan SES (socio economy
status).

- Jenis Kelamin:
Laki-laki dan Perempuan
- Usia:
Remaja hingga Dewasa (15 – 40 tahun)
- SES:
kelas B (menengah ke atas) dan kelas C (menengah
ke bawah)

4.3.2 Perencanaan Media

a. Judul

Judul yang diambil pada dokumenter televisi yang dalam halnya


disini merupakan episode 1 dari program televisi MOTEKAR
adalah “Dari Preman Jadi Pahlawan” yang secara jelas
menggambarkan tentang perubahan sosial dalam kehidupan
pemuda-pemuda di Blok Tempe.

b. Tema

Pada dasarnya tema secara keseluruhan dalam program


dokumenter televisi ini adalah perubahan atau transformasi yang
terjadi di Kota Bandung. Sesuai dengan judul programnya yaitu
motekar, konten-konten dalam program ini berisikan karya-karya
bentuk perubahan dari yang kecil hingga yang besar yang terjadi di
Kota Bandung. Salah satunya adalah perubahan sosial dan

102
lingkungan yang terjadi di Blok Tempe sebagai episode
pertamanya.

c. Pesan dan Tujuan

Tujuan pada film ini sangat jelas yaitu ingin memberikan informasi
yang edukatif juga inspiratif mengenai perubahan kehidupan sosial
pemuda mantan narapidana di Blok Tempe yang berdampak positif
bagi lingkungannya. Dengan adanya film dokumenter ini
diharapkan dapat menggugah, memicu, dan menstimulus siapa saja
yang menontonnya untuk dapat melakukan perubahan lebih baik
untuk dirinya sendiri dan juga lingkungannya. Dalam dokumenter
ini juga dipaparkan bagaimana seharusnya lingkungan menyikapi
anak-anak yang melakukan penyimpangan dan tindak kriminal.
Pesan yang ingin disampaikan adalah bagaimana perubahan itu
baik adanya untuk siapa saja yang berniat dan berkemauan keras,
juga kepedulian dari lingkungan sekitar juga menjadi salah satu
faktor yang berperan penting bagi pelaku penyimpangan dalam
melakukan perubahan.

d. Ide Dasar

Bagaimana membuat sebuah alur yang menarik dalam film


dokumenter televisi tentang kisah inspiratif perubahan yang terjadi
di Blok Tempe, dengan menggabungkan gaya performatif dan
eksposisi agar tetap menarik dan tidak membosankan. Tidak hanya
konten yang berbobot namun dokumenter ini harus mampu
menginspirasi audiensnya, dibantu dengan audio dan visual yang
mendukung.

e. Durasi dan Format Video

Perencanaan Durasi : 21 menit


Format video H.264/MP4, dengan aspec ratio square pixel (1.0),
dengan resolusi 1920x1080 25fps dengan kualitas gambar Bluray.

103
Sehingga film yang dihasilkan memiliki kualitas gambar yang
bagus dan sesuai dengan format video program televisi pada
umumnya.

4.3.3 Perencanaan Peralatan

Sebelum melakukan produksi, tim produksi menyusun pra-


produksi yaitu salah satunya melakukan perencanaan peralatan apa saja
yang akan digunakan. Alat-alat yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:

1. Kamera Canon DSLR 5D mark II (2 buah)


2. Lensa Canon EF 28-70mm f/2.8 L-Series (1 buah)
3. Lensa Canon EF 70-300mm F/4-5.6L IS USM (1 buah)
4. Lensa Canon EF 50mm f/1.2 L (1 buah)
5. Tripod Attanta VD-2500 Video 75mm bowl head (1 buah)
6. Portable LED (1 buah)
7. ZOOM + Microphone (1 buah)
8. Extra Canon battery (2 buah)
9. MMC Class 10 32GB (2 buah)
10. Stabilizer – Glide Cam (1 buah)

4.3.4 Estimasi Biaya

No. Nama Alat Jumlah Hari Harga Satuan Total Harga


1 Biaya Peralatan
Sewa Kamera 2 7 Rp 275.000,- Rp 3.850.000,-
DSLR Canon 5D
Mark II
Sewa Lensa
 24-70mm 1 7 Rp 175.000,- Rp 1.225.000,-
 70-200mm 1 3 Rp 150.000,- Rp 450.000,-
 50mm (fix) 1 3 Rp 200.000,- Rp 600.000,-

Sewa Glide Cam 1 4 Rp 150.000,- Rp 600.000,-


Sewa Tripod 1 7 Rp 60.000,- Rp 420.000,-
Zoom 1 7 - -
Shotgun 1 7 - -

104
2 Biaya Transportasi dan Konsumsi
Transportasi - - - -
Bensin - 7 Rp 50.000,- Rp 350.000,-
Konsumsi 1 7 Rp 100.000,- Rp 700.000,-
3 Biaya Media Pendukung
Poster 5 - Rp 10.000,- Rp 50.000,-
Packaging + CD 5 - Rp 20.000,- Rp 100.000,-
4 Biaya Tak Terduga
Biaya tak terduga - - - Rp. 2.000.000
Biaya Total Rp 10.345.00,-

4.4 Konsep Visual

Konsep visual merupakan interpretasi sutradara dalam memvisualisasikan


treatment, bagaimana sudut pandang sutradara dalam memaknai dan mengolah
deskripsi tulisan menjadi visual. Dalam perancangan ini, konsep visual yang
dibangun oleh sutradara merupakan visual-visual yang mampu menginspirasi
penontonnya secara emosional dan dikemas secara menarik. Tujuannya adalah
agar penonton dapat memaknai film ini dengan baik.

Dalam menampilkan keberagaman Kota Bandung sebagai pembuka, kreator


menggunakan gambar-gambar candid saat warga Bandung sedang melakukan
berbagai hal di jalanan yang berciri khas kan “ikon” Kota Bandung seerti Gedung
Sate, Alun-Alun Bandung, dsb. Dengan menyorotkan beberapa ikon nya akan

105
menambah kesan dari Kota Bandung itu sendiri. Salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah berkesenian.

Pada wawancara perorangan, konsep visualnya hanya menggunakan dua sisi


kamera, yaitu master dan detail dengan konsep standar dokumenter televisi.

Pada wawancara tiga orang, sutradara mencoba untuk mengambil gambar yang
berbeda dengan dokumenter televisi pada umumnya. Mengambil master gambar
dengan lensa wide.

Pada beberapa gambar, sutradara berusaha menampilkan karakter objek atau


narasumber menggunakan beberapa ciri khas seperti contohnya tato. Tidak hanya
mewakilkan karakter narasumber, gambar-gambar tersebut akan menimbulkan
ketertarikan sendiri pada penonton yang menontonnya.

106
Untuk menggambarkan daerah Blok Tempe, sutradara berusaha mengambil
gambar sehari-hari kegiatan warga dari yang muda hingga yang tua, dan
memanfaatkan suara-suara ambient alami dari sekitar Blok Tempe.

Konsep visual banyak menekankan pada visual-visual emosional seperti ekspresi


objek atau narasumber. Footage detail pada setiap narasumber memperkuat setiap
kata-kata yang terucap. Sutradara banyak menggunakan teknik fokus-blur untuk
membuat kesan atau tensi dramatik yang lebih pada visual ini.

107
4.5 Pra – Produksi

4.5.1 Treatment

TREATMENT

Oleh: Oryza R. Ramafedita

Ipong seorang mantan narapidana yang sudah belasan kali


merasakan dinding-dinding penjara menceritakan pengalamannya
dulu.Ia terlihat santai sambil menghisap rokoknya.Terlihat tatto
disekujur tubuhnya yang kurus.

Suasana Kota Bandung di siang hari, sinar matahari yang


terik menyinari jalan-jalan Kota Bandung. Tampak pengamen jalanan,
tukang bersih-bersih debu kaca mobil, dan pedagang asongan yang
sedang berjualan diperempatan lampu merah. Mobil dan motor yang
berlalu-lalang, ada yang membuka jendelanya untuk membeli rokok
atau sebotol air mineral dari pedagang asongan.

Tampak beberapa pengemis duduk di trotoar, ada pula anak-anak yang


meminta uang dari mobil yang satu ke mobil yang lain.

Ipong dengan kesehariannya merawat anjing pitbullnya,


memberi makan dan minum, mengajak jalan-jalan bersama, serta
mengajaknya bermain bersama. Rumah yang tidak terlihat terlalu
besar namun sangat nyaman dihuni.Ipong biasa mengantar istinya
menggunakan motor ke tempat kerjanya.

Dilain sisi dijalanan, gang-gang sempit di kawasan Babakan


Asih tampak banyak anak-anak kecil sedang berlarian, bermain
bersama. Digang lainnya pun tampak ibu-ibu yang sedang memotong

108
sayuran di teras rumahnya untuk segera dimasak. Ada pula orang-
orang yang berpapasan dengan motor di gang itu dan terpaksa harus
mengalah dan mempersilakan motor untuk jalan terlebih dahulu.

Tampak seorang anak kecil yang sedang membeli jajanan di warung.


Didepan warung tersebut terdapat balai warga dan tampak beberapa
bapak-bapak sedang bercengkrama bersama, merokok, meikmati kopi,
sambil mengobrol bersama. Terlihat sudah ada gorengan tersedia
untuk cemilan. Pak Achmad mantan Ketua RT 04 di Babakan Asih
tersebut pandai bermain gitar, diiringi dengan nyanyian dari warga
lainnya.

Sore terasa begitu besahaja, udara yang sejuk membuat betah berada
lama-lama di balai tersebut. Sambil duduk bersama, Pak Achmad
menceritakan sejarah Blok Tempe dengan segala haru biru yang ada
didalamnya. Pak Deden salah satu warga yang juga sudah cukup lama
berada di Blok Tempe juga bercerita perjalanan perjuangan pemuda-
pemuda dulunya. Pak Deden ini juga merasakan perubahan dan ikut
dalam proses perubahan tersebut.

Jalanan yang bersih, banyak titik-titik sumur resapan, torrent air


yang siap menyediakan air bersih untuk warga Blok Tempe, anak-anak
yang riang gembira bermain bola dilapangan telah membuktikan bahwa
Blok Tempe pantas mendapatkan predikat salah satu kampung
percontohan yang ada di Kota Bandung.

Ridwan Kamil sang walikota Bandung yang dulunya belum


menjabat sebagai walikota saat itu menjadi pemimpin perubahan
kampung Blok Tempe pun terlihat sangat bangga pada saat
menceritakan sejarah perubahan Blok Tempe. Ia memperlihatkan

109
medali yang ia dapatkan atas penghargaan terhadap keberhasilannya
mempin perubahan lingkungan di Blok Tempe.

Ipan Garniwa atau yang biasa disebut Ipong ini terlihat


bermain-main dengan anjingnya. Ipong juga sering menjalankan
bisnis jual-beli anjing untuk tambahan kehidupan sehari-hari.
Sambil memberi makan anjinnya, ia banyak bercerita tentang
bagaimana proses ia berubah dulu, bagaimana ia menghadapi
masyarakat yang dulunya tidak mau menerima dia. Ia bercerita
tentang hari-harinya saat berada di Blok Tempe, susah senang yang
ia lalui bersama teman-temannya.

Di lapas anak, arcamanik tampak beberapa anak muda yang sedang


piket harian, makan siang bersama, bercanda ria bersama dibalik
jeruji besi itu. Ruangan yang sempit menambah sesak orang yang
berada didalamnya. Beberapa ada yang masih sangat kecil hingga
berusia remaja. Ada yang bermuram durja namun ada pula yang
telihat biasa saja. Berkeseharian bersama seperti belajar bersama,
olahraga bersama membuat mereka mau tidak mau menjadi teman satu
sama lain. Miris itu lah kata yang tepat ketika berada di dalam
lapas anak ini.

Pak Deden, ibu-ibu, serta warga lainnya memiliki pendapat


yang beraneka ragam. Air mengalir deras di sungai Babakan Asih
tersebut. Kecil namun padat membuat Blok Tempe tidak pernah sepi
untuk didatangi.

Sandi, Widi dan kawan-kawan lain juga termasuk pemuda-pemuda


“nakal” pada saat itu bercerita tentang masa lalunya di Blok
Tempe.

110
Sandi laki-laki paruh baya dengan peringai cukup tampah, bersih,
kulitnya sawo matang, badan agak berisi memiliki harapan terhadap
generasi-generasi muda jaman sekarang.

Berbeda dengan Widi, walaupun terlihat sangar, Widi termasuk orang


yang humoris dan sering membuat lelucon agar semua orang tertawa.
Mereka semua mempunyai harapan masing-masing tentang generasi muda
yang akan datang.

Reggi seorang advokat muda yang dulunya menjadi peranan penting


dalam perubahan Blok terlihat sedang menikmati secangkir kopi
bersama teman-teman dalam perkumpulan mapala di Unisba. Ia
terlihat sedang memberi masukan dan nasihat kepada mahasiswa
mapala disana. Kopi yang panas menambah hangat suasana. Reggi
memang mahir dalam memberikan motivasi kepada anak muda termasuk
pemuda Blok Tempe dulu. Ia merupakan orang yang sangat peduli akan
sekitarnya.

Matahari pun mulai turun dan terbenam, adzan maghrib sudah


berkumandang, warga-warga Blok Tempe mulai berbondong-bondong
pergi ke masjid untuk melakukan salat berjamaah. Dilain sisi Ipong
dan keluarganya pun melakukan salat berjamaah dirumahnya.

Keesokan harinya Ipong dan keluarga bersiap-siap untuk pergi.


Setelah mandi dan siap untuk pergi Ipong mengunci rumahnya lalu
naik motor bersama anak dan istrinya. Ipong dan keluarga pergi ke
Blok Tempe untuk menghadiri acara reunian dan silaturahmi bersama.
Ipong disambut oleh para warga dan teman-temannya yang sudah lama
rindu kepadanya. Reggi juga ada disana turut ikut dalam acara
silaturahmi tersebut.

111
Acara dimulai dengan syukuran berdoa, lalu makan tumpeng bersama.
Suasana yang sejak lama sudah dirindukan ini akhirnya bisa terjadi
lagi. Ipong, Sandi, Widi dan kawan-kawan tertawa bersenda gurau
mengenang masa-masa dulu, saling melepas rindu dan berbahagia.

4.5.2 Pemilihan Narasumber (Pelaku pada Film)

Pemilihan narasumber bertujuan agar isi dan konten pada film ini tepat
sasaran. Dimana sebelum produksi, penulis melakukan observasi terjun
langsung melihat dan mencari tahu tentang apa, dimana, dan siapa saja
yang terlibat dalam proses perubahan tersebut. Setelah melakukan
observasi dan wawancara singkat, penulis memilih beberapa narasumber
penting diantaranya:

1. Reggi Kanyong Munggaran


Reggi merupakan narasumber utama berperan penting karena
statusnya sebagai salah satu pemuda yang peduli dan berusaha keras
dalam merubah pemuda lain di Blok Tempe.

2. Achmad Ruyani
Merupakan mantan ketua RT yang saat itu menjabat ketika para
pemuda sedang menyimpang. Ia juga berperan penting dalam proses
perubahan mereka karena Pak Achmad Ruyani terjun langsung untuk
berbaur dan membantu merubah sikap dan pola pikir pemuda tsb.

3. Ipan Garniwa
Ipan Garniwa atau biasa disebut Ipong adalah salah satu pemuda
menyimpang mantan narapida yang paling banyak masuk ke dalam
penjara juga saat ini menjadi orang yang berarti untuk masyarakat di
Blok Tempe. Ia adalah ikon pemuda mantan kriminal di Blok Tempe.

112
4. Sandi, Mulyono dan Iwan
Ketiga orang ini merupakan perwakilan dari para pemuda menyimpang
lainnya selain Ipong, untuk mendapatkan persepsi lain dari pemuda
lainnya penulis memilih mereka karena sampai saat ini mereka masih
berada di Blok Tempe dan palingsering berkumpul bersama.

5. Lembaga Perlindungan Anak Bandung


Lembaga Perlindungan Anak disini adalah sebagai peninjau keadaan
anak-anak yang bermasalahan dan menentukan dimana letak hak dan
kewajiban mereka. LPA disini juga sebagai informan kepada audiens
untuk memberitahukan perlindungan anak yang seharusnya.

4.5.3 Perencanaan Director Shot

N TIME LOCATION SCENE EQUIPMENT LIGHTS


O
1 Siang Jalanan -sinar matahari Canon 5D Mark II Full
Hari Kota terik menyinari Frame, Lensa Canon
Pukul Bandung jalanan Kota L-series 28-70, tripod
11.00 – *simpang Bandung. Outdoor
13.00 dago -tampak
WIB *pasopati pengamen
jalanan,
-tukang bersih-
bersih debu
kaca mobil,
-dan pedagang
asongan yang
sedang
berjualan di
lampu merah.

113
2 Pagi Hari Rumah -kang Ipong Canon 5D mark II Full Indoor
Pukul Kang dengan Frame, Lensa Canon &
10.30 – Ipong kesehariannya: L-series 24-70mm dan Outdoor
11.30 *memberi 50mm,tripod,zoom
WIB makan anjing
*mengajak
anjing jalan-
jalan
*menjemput
anak dan
istrinya
3 Siang Babakan -keseharian Canon 5D mark II full
Hari Asih, Blok kegiatan frame,24-
Pukul Tempe wargadi Blok 70mm,tripod,zoom
13.00 – Tempe
15.00 *gang-gang
WIB sempit
*motor dan
orang yang Outdoor
berpapasan di
gang-gang
sempit
*ibu-ibu
memotong
sayuran
didepan teras
rumahnya
*anak-anak
jajan, ada yang
berlarian satu

114
sama lain
*sungai,
lapangan bola,
dan sumur-
sumur resapan
*terlihat
bapak-bapak
sedang
berkumpul
mengobrol
bersama di
balai warga
4 Tentative Kediaman Ridwan Kamil Canon 5D mark II Full Indoor
Ridwan menjelaskan Frame, Lensa Canon
Kamil tentang Blok L-series 24-70mm dan
Tempe 50mm,tripod,zoom
(wawancara)
5 Sore Hari Rumah -kang Ipong Canon 5D mark II Full Indoor
Pukul Kang dengan Frame, Lensa Canon &
14.00 – Ipong kesehariannya: L-series 24-70mm dan Outdoor
16.00 *merawat 50mm,tripod,zoom
WIB anjing

*membersihkan
rumah,
menonton tv
6 Siang Lapas Tampak Canon 5D mark II Full
Hari Anak keseharian Frame, Lensa Canon
Pukul Arcamanik anak-anak L-series 24-70mm dan
13.00 – penghuni lapas 50mm,tripod Indoor

115
15.00 seperti: &
WIB Outdoor
*memberishkan
halaman
*makan
bersama
*bercanda-
gurau bersama
*beribadah
dan mendapat
pelajaran dari
lapas
7 Sore Hari Babakan Kegiatan warga Canon 5D mark II Full
Pukul Asih, Blok Blok Tempe Frame, Lensa Canon Indoor
15.00 – Tempe yang bekerja L-series 24-70mm dan &
17.00 setiap harinya 50mm,tripod,zoom Outdoor
WIB seperti
membuat
sample gorden,
dsb.
*Pemuda-
pemuda lainnya
berbagi cerita
mengenai Blok
Tempe tempo
dulu (Sandi,
Widi, dkk)
8 Tentative Kediaman Kang Reggi Canon 5D mark II Full
Kang menjelaskan Frame, Lensa Canon Outdoor
Reggi tentang Blok L-series 24-70mm dan

116
Tempe, 50mm,tripod,zoom
memotivasi
agar orang lain
mau dan
mampu
melakukan
perubahan ke
arah yang lebih
baik.
(wawancara)
9 Sore Hari Blok *matahari Canon 5D mark II Full
Pukul Tempe mulai terbenam Frame, Lensa Canon Outdoor
17.00 – *adzan L-series 24-70mm dan
18.00 maghrib 50mm,tripod
WIB berkumandang
*para warga
berbondong-
bondong
menuju masjid
10 Sore Hari Rumah *Ipong Canon 5D mark II Full Indoor
Pukul Kang bersiap-siap Frame, Lensa Canon &
15.00 – Ipong menuju Blok L-series Outdoor
16.00 Tempe untuk 50mm,beholder,zoom
WIB menghadiri
acara
silaturahmi
*Ipong
mengendarai
kendaraannya
11 Sore - Blok Warga Blok Canon 5D mark II Full

117
Malam Tempe Tempe Frame, Lensa Canon Outdoor
Hari menyambut L-series 24-70mm dan
Pukul Ipong dan 50mm,tripod,zoom
16.00 – makan bersama
20.00 di Blok Tempe
WIB

4.6 Produksi

a. Cahaya

Cahaya yang digunakan ketika proses produksi ada 2 yaitu cahaya indoor
dan outdoor. Cahaya indoor membutuhkan bantuan cahaya dimana menggunakan
lighting portable, dikhususkan pada wawancara didalam ruangan seperti saat
mewawancarai Ipong dirumahnya.

Sedangkan cahaya outdoor hanya mengandalkan matahari saja karena


lighting disini tidak dipelukan, cahaya diatur sedemikian rupa agar tidak over atau
low pada gambar. Gambar outdoor banyak diambil menggunakan cahaya matahari
seperti contohnya di Blok Tempe.

118
b. Audio

Audio pada proses produksi menggunakan zoom dan microphone sebagai


alat bantu agar suara yang dihasilkan jernih dan memiliki kualitas yang bagus.
Tanpa audio yang menunjang penonton akan sulit untuk mendengar dan mengerti
isi pembicaraannya.

c. Pelaku / Narasumber

Dalam hanya disini objek atau narasumber diajukan pertanyaan mendalam


mengenai proses perubahan. Seperti halnya list pertanyaan pada wawancara
Ipong.

 DAFTAR PERTANYAAN 1

IPAN GARNIWA

1. Kang Ipong memperkenalkan diri

2. Kang Ipong sebagai salah satu pemuda yang dulu tinggal di Blok Tempe,

seperti apa dulu kehidupan Kang Ipong?

3. Bagaimana awal mulanya Kang Ipong sering melakukan tindak kriminal?

4. Apa saja tindak kriminal yang dilakukan?

5. Mengapa Kang Ipong melakukan hal tersebut? Apa motifnya?

6. Berapa kali Kang Ipong masuk bui dan dengan tuduhan apa saja?

7. Bagaimana rasanya masuk ke dalam bui berkali-kali?

8. Bagaimana reaksi warga pada saat itu terhadap Ipong?

9. Bagaimana rasanya dipandang sebelah mata oleh lingkungan?

119
10. Lalu apa yang mendasari Ipong ingin berubah hinga menjadi seperti

sekarang?

11. Bagaimana proses kejadian kecelakan tersebut?

12. Adakah perasaan bersalah yang Ipong rasakan?

13. Apa yang Kang Ipong rasakan setelah kejadian itu?

14. Lalu siapa itu Kang Reggi?

15. Seberapa besar arti Kang Reggi untuk Kang Ipong?

16. Selama proses perubahan, adakah rasa ingin kembali seperti dulu lagi?

17. Bagaimana proses dilema yang Kang Ipong rasakan saat itu?

18. Bagaimana tanggapan keluarga Kang Ipong sendiri terhadap Kang Ipong?

19. Apa arti keluarga untuk Kang Ipong?

20. Apakah teman-teman di Blok tempe sudah seperti keluarga Kang Ipong

sendiri?

21. Seberapa besar kedekatan Kang Ipong dan warga serta teman-teman di

Blok Tempe?

22. Adakah penyesalan terbesar yang Kang Ipong rasakan seumur hidup Kang

Ipong?

23. Adakah pengalaman yang menarik, lucu dan menyenangkan selama

hidup Kang Ipong yang tidak bisa Kang Ipong lupakan?

24. Apa arti cinta untuk Kang Ipong? Siapa yang paling Kang Ipong cintai?

25. Sekarang Kang Ipong sudah mempunyai keluarga, yaitu satu orang istri

dan dua orang anak. Adakah harapan Kang Ipong agar anak-anak Kang

Ipong tidak mengikuti jejak yang sama seperti kang Ipong dulunya?

120
26. Apa tindakan atau upaya Kang Ipong dalam mencegah hal tersebut?

27. Adakah harapan Kang Ipong untuk generasi muda saat ini dan yang akan

datang berdasarkan pengalaman Kang Ipong?

 DAFTAR PERTANYAAN 2

Reggi Kanyong Munggaran

1. Kang Reggi memperkenalkan diri, (umur, pekerjaan)

2. Apa kegiatan Kang Reggi sehari-hari?

3. Kang Reggi sebagai salah satu pemuda yang tidak melakukan tindak

kriminal, malah membantu “mereka yg melakukan tindak kriminal”,

bagaimana ceritanya?

4. Bagaimana awal mulanya timbul rasa peduli dan ingin membantu teman-

teman di Blok Tempe?

5. Apasaja tindakan atau upaya yang Kang Reggi lakukan dalam merubah

sikap dan perilaku teman-teman di Blok Tempe agar menjadi lebih baik?

(step per step)

6. Bagaimana tanggapan masyarakat pada saat itu terhadap pemuda-

pemuda Blok Tempe?

7. Bagaimana cara Kang Reggi membuat masyarakat mau ikut turut serta

untuk peduli kepada teman-teman di Blok Tempe?

121
8. Adakah tindakan secara langsung Kang Reggi dalam membantu teman-

teman yang sedang bermasalah, misalnya masuk ke dalam bui?

Mengingat Kang Reggi merupakan seorang advokat.

9. Dalam proses yang cukup panjang tersebut, adakah kesulitan tersendiri

Reggi dalam membantu teman-teman agar mau berubah? Bagaimana

cara Kang Reggi mengatasinya?

10. Adakah rasa lelah dan jenuh ketika proses perubahan tersebut?

(Pesimis/Optimis)

11. Seberapa penting teman-teman di Blok Tempe untuk Kang Reggi?

12. Jika ada teman-teman lain diluar sana yang masih bergelut didunia

kriminal, bagaimana tanggapan Kang Reggi? Apa upaya yang seharusnya

dilakukan oleh kita masyarakat yang tahu bahwa itu salah.

13. Sebenarnya adakah atau apa hal paling mendasar yang terbukti dapat

membantu merubah pemuda-pemuda bermasalah seperti itu?

14. Terakhir bagaimana perasaan Kang Reggi melihat saudara-saudara diluar

sana yang masih banyak melakukan tindak kriminal? Apa pesan Kang

Reggi untuk mereka?

122
4.7 Pasca – Produksi

Pada tahap pasca produksi disini merupakan tahap akhir dari pembuatan
film dokumenter, dimana diantaranya terdapat editing, musik dan audio, serta
color grading yang dilakukan oleh editor.

4.7.1 Editing

Editing pada film dokumenter ini tidak mengikuti treatment secara


keseluruhan, karena pada dasarnya gambar harus di padu-padankan sesuai dengan
konsumsi publik televisi, sehingga dibuat semenarik mungkin. Akan tetapi alur
dan benang merah secara keseluruhan tetap sesuai dengan treatment.

4.7.2 Musik dan Audio

Konsep audio dan musik sangat mempengaruhi jalannya cerita dan tensi
emosional yang akan dibangun. Scoring pada musik benar-benar menjadi fokus
sutradara dalam memilih. Editor menawarkan beberapa pilihan musik lalu
sutradara memilih dan meyesuaikan dengan konsep dan isi cerita. Musik dan
audio yang mendukung sangat penting karena harus menunjang konsep film yaitu
menginspirasi penonton secara emosional.

4.7.3 Color Grading

Konsep color grading yang digunakan sesuai dengan genre film yang
dipilih aitu nostalgia. Dimana dominan warna dan mood yang dipakai berwana
kuning oranye, tetapi tidak terlalu terlihat seperti vintage. Warna oranye
kekuningan ini juga memperlihatkan kehangatan dan kebersamaan.

123
4.5 Hasil Perancangan

Scene Screenshot Deskripsi

Pada scene ini perancang


ingin menunjukan dan
memperlihatkan sisi
kreatif dari kota bandung
karena pada dasarnya
acara MOTEKAR ini
hanya mencari konten
acara yang hanya berada
diruang lingkup kota
bandung.

Wawancara Ahmad
selaku mantan ketua RT
di blok tempe yang akan
menjelaskan tentang
sejarah blok tempe.

124
3

Wawancara Ajat selaku


warga blok tempe yang
sudah hidup cukup lama
disana, pada scene ini
Ajat menjelaskan blok
tempe pada zamannya
dulu serta kronologi
terjadinya sebuah
kampung yang dinamakan
blok tempe.

Wawancara sandi dkk.


Selaku mantan kriminal di
blok tempe ini akan
menjelaskan tentang apa
saja yang sudah terjadi
pada mereka dulunya.
Menceritakan kilas balik
kejadian dulu yang
mereka alami.

125
5

Wawancara Reggi yang


akan menjelaskan tentang
pengalamannya dengan
pada saat melakukan
pendekatan dengan para
pemuda di blok tempe
yang dulunya bisa disebut
sebagai kriminal.

126
Wawancara Ipong selaku
mantan kriminal yang
akan menceritakan
tentang masa lalunya
yang sudah ia lewati pada
saat dulu dirinya yang
menjadi seorang preman.
Serta ipong juga akan
mengungkapkan
perasaannya bagaimana
pandangan orang atau
masyarakat terhadapnya.

Pada scene ini akan


memperlihatkan tentang
keseharian pemuda yang
suka nongkrong sekaligus
pak ahmad akan
menceritakan sedikit
tentang beberapa kejadian
yang sudah terjadi di blok
tempe.

127
8

Pada scene ini ingin


memperlihatkan keadaan
aktifitas warga serta
memperlihatkan suasana
yang ada di blok tempe.
Kampung yang padat
penduduk dengan jalan
sempit yang hanya bisa
dilewati oleh satu motor
saja sebagai jalan
utamanya.

Wawancara reggi, pada


sesi ini reggi akan
menyampaikan proses dia
dengan pak rt dulunya
dalam melakukan
pendekatan dengan para
pemuda, dengan berbagai
upaya dan usaha yang
hingga akhirnya dapat
meyakinkan para pemuda
untuk berhenti dan
berguna bagi
sekelilingnya.

128
10

Wawancara sandi dkk.


Tentang perasaan mereka
tentang apa yang sudah
mereka lakukan pada blok
tempe berkat usaha dan
kegigihan pemuda yang
pada akhirnya blok tempe
sudah tidak lagi
dipandang sebelah mata
oleh masyarakat sekitar.

11

Shot ini menunjukkan


satu satunya lahan tempat
buat bermain para anak
anak di blok tempe.
Walau terlihat kumuh,
anak anak terlihat ramai
dan senang menggunakan
lahan tersebut.

129
12

Wawancara sandi dkk.


pada sesi ini, sandi dan
kawan kawan
memberikan informasi
tentang resolusi dalam
merubah diri sendiri
menjadi lebih baik.

13

Pada scene ini Ipong akan


menjelaskan tentang
kegigihan dari pah ahmad
mantan ketua RT dan
Reggi dulunya pada saat
melakukan pendekatan
dengan beliau dan teman
teman sepermainannya.

130
14

Pada scene ini, Reggi


akan menceritakan
tentang masalah masalah
yang dihadapinya pada
saat melakukan
pendekatan dengan para
pemuda. Berbagai
rintangan dan hambatan
tidak membuat Reggi
takut untuk berhenti
bergaul dengan mereka

15

Wawancara dengan pakar


psikolog anak tentang
bahayanya pergaulan
yang dapat menyebabkan
terjadinya peyimpangan
soal kepribadian serta
cara bermain yang
menjadi lebih buruk

131
16

Pada scene ini sandi dkk


akan menyampaikan
tentang pentingnya peran
seseorang penggerak yang
mau melakukan
perubahan terutama buat
diri sendiri. Namun selain
dari diri sendiri,
diperlukannya peran dari
seseorang untuk
mengakui eksistensi
mereka karena dipandang
sebelah mata oleh orang
lain.

132
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode sosiologi telah didapatkan


bahwa pemuda yang melakukan perubahan memerlukan adanya dorongan dari
lingkungan sekitarnya. Dimana dorongan tersebut mampu megubah cara pandang
serta pola pikir pemuda kriminal tersebut, sehingga dorongan tersebut akhirnya
timbul dari dalam dirinya sendiri. Apabila tidak adanya dorongan dari diri sendiri
maka perubahan itu belum tentu terjadi. Salah satu faktor penting perubahan juga
adanya kepedulian dan juga motivasi yang kuat agar pemuda-pemuda ini mampu
melakukan perubahan. Jangka waktu yang diperlukan dalam merubah pemuda-
pemuda ini pun tidak sedikit tentunya, maka lingkungan yang bersangkutan harus
mampu dan mau untuk bersabar. Pendekatan yang paling efektif yang sudah
terbukti di Blok Tempe adalah dengan terjun langsung ke dalam lingkungan
pemuda-pemuda ini.

Telah didapatkan hasil wawancara bahwa ternyata sedikit yang peduli, dan
lebih banyak warga yang acuh bahkan mencibir para pemuda ini. Kasus ini
tentunya tidak terjadi hanya di Blok Tempe saja, banyak masyarakat yang di
lingkungannya terdapat pemuda-pemuda syarat kriminal, namun bukannya
merubah, kebanyakan dari mereka tidak menghiraukan apalagi memikirkan masa
depan anak-anak ini. Sehingga dapat disimpulkan hal terpenting dari perubahan
ini adalah adanya motivasi, serta dorongan kepada anak-anak ini agar mereka
mampu merubah pola pikir sehingga mereka mempunyai masa depan yang lebih
baik.

Kesimpulan dalam penyutradaraan ini adalah dokumenter televisi tidak


harus dikemas dengan gaya konvensional, namun dapat dipadu padankan dengan
penggayaan lain yaitu performatif misalnya, sehingga tidak hanya dari segi
pemaparan objek yang menarik, tetapi alur (plot) ceritanya juga dikemas secara

133
menarik. Plot atau treatment yang memiliki struktur dramatik tinggi di awal
menjadi salah satu strategi menarikdalam merangsang minat audiens untuk
menonton dokumenter ini. Dalam halnya disini, sutradara telah mampu membuat
sebuah dokumenter televisi yang merangkum dan memberikan informasi dari
perubahan yang terjadi di Blok Tempe untuk dapat disebarkan dan dijadikan
inspirasi oleh siapa saja yang menontonnya di televisi. Dokumenter televisi ini
tidak hanya memberikan informasi yang faktual, namun juga memberikan hiburan
bagi penonton televisi karena telah dikemas semenarik mungkin dengan visual,
audio, serta alur yang menarik. Dokumenter televisi ini diharapkan akan
memberikan dampak yang positif bagi penonton televisi Indonesia.

5.2 Saran

Saran kepada penulis atau kreator dokumenter televisi lainnya adalah


diharapkan dapat melanjutkan Program Televisi Motekar ini dan
mengembangkannya menjadi lebih baik lagi. Program Televisi Motekar ini
setidaknya dapat merangkum dan menginformasikan perubahan-perubahan sosial
di Kota Bandung. Tentunya banyak hal-hal sosial yang dapat diangkat menjadi
salah satu episode didalam program ini. Semoga kreator-kreator lain dapat
memperbaiki kesalahan dari kreator sebelumnya, dan juga menambah kekurangan
yang ada, sehingga Motekar dapat dikemas menjadi lebih menarik dan lebih baik
tentunya.

134

Anda mungkin juga menyukai