Anda di halaman 1dari 32

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Evaluasi kesuburan pada tanah merupakan pendiagnosaan keharaan dalam

tanah dan anjuran pemupukan. Salah satu cara yang sering digunakan dalam

menilai kesuburan suatu tanah adalah melaluipendekatan dengan analisis tanah

atau uji tanah. Terdapat lima parameter kesuburantanah yang digunakan dalam

penelitian ini untuk menilai status kesuburan tanah, yaitu KTK, KB, C-organik,

kadar P dan K total tanah sesuai petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah

(Prabowo dan Subantoro, 2008).

Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menghasilkan bahan

tanaman yang dipanen. Maka disebut pula daya menghasilkan bahan panen atau

produktivitas. Ungkapan akhir kesuburan tanah ialah hasil panen, yang diukur

dengan bobot bahan kering yang dipungut per satuan luas (biasanya hektar) dan

per satuan waktu. Dengan menggunakan tahun sebagai satuan waktu untuk

perhitungan hasil panen, dapat dicakup akibat variasi keadaan habitat akar

tanaman karena musim (Mardiana, 2015).

Tanah merupakan salah satu komponen lahan yang mempunyai peranan

penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah

selain berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan

menyediakan air bagi tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang

diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman

(Sulakhudin et al., 2015).

Tanah ordo Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang dijumpai di

Indonesia yang penyebarannya di beberapa pulau besar mencapai luas sekitar


2

45.794.000 ha atau 25% dari luas wilayah daratan Indonesia. Tanah ini

berkembang pada berbagai topografi, mulai dari bergelombang hingga bergunung

dengan curah hujan yang tinggi (Alibasyah, 2016).

Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah adalah dengan

melakukan pemupukan menggunakan pupuk organik. Kandungan unsur hara

dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini mempunyai lain

yaitu dapat memperbaiki sifat – sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah,

porositastanah, struktur tanah, daya menahan air dan kation – kation tanah.

Tumbuhan memerlukan sejumlah nutrisi untuk menunjang hidup

danpertumbuhannya. Tumbuhan membutuhkan unsur makro dan mikrodalam

jumlah tertentu yang bervariasi tergantung jenis dan tingkat kebutuhan

aktivitasnya (Mardiana, 2015).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengevaluasi kesuburan tanah

ultisol Tanjung Morawa dengan metode substraksi (missing element technic) pada

pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.)

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Praktikum Kesuburan Tanah

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol

Tanah Ultisol adalah ordo tanah yang memiliki bagian terluas dari lahan

kering di Indonesia. Tanah Ultisol dinyatakan oleh Munir (1996) sebagai tanah

yang kurang subur karena selain sifat kimia tanah yang rendah, sifat fisika

tanahnya pun juga buruk. Tanah Ultisol telah dinyatakan sebagai tanah yang

kurang subur, namun tanah ini tetap dimanfaatkan sebagai lahan pertanian

(Wijayanti, 2017).

Ultisol mempunyai ciri memiliki penampang tanah yang dalam, reaksi

tanah masam (pH<4,5), kejenuhan Al tinggi dan kejenuhan basa rendah.

Umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah, terbentuk dari

bahan induk tufa masam, batu pasir dan sedimen kuarsa, sehingga tanahnya

bersifat masam dan miskin unsur hara, kejenuhan basa, kapasitas tukar kation dan

kandungan bahan organik rendah (Alibasyah, 2016).

Ultisol mengandung berbagai kendala untuk budidaya tanaman yang

saling berkaitan. Hal ini menurut penanganan serentak. Menyelesaikan satu

kendala tanpa menghiraukan yang lain justru dapat menimbulkan persoalan yang

lebih berat. Segala persoalan yan muncul dalam ultisol bersumber pada sejarah

pembentukannya. Tanah ini dibentuk oleh proses pelapukan dan pembentukan

tanah yang sangat intensif karena berlangsung dalam lingkungan iklim tropika dan

subtropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Vegetasi klimaksnya

adalah hutan rimba (Notohadiprawiro, 2006).

Sifat fisika Ultisol yang mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman

adalah porositas tanah, laju infiltrasi dan permeabilitas tanah rendah sampai
4

sangat rendah, kemantapan agregat dan kemampuan tanah menahan air yang

rendah. Sedangkan sifat kimia tanah Ultisol yang mengganggu pertumbuhan

tanaman adalah pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan kejenuhan Al tinggi

yaitu >42%, kandungan bahan organik rendah yaitu <1,15%, kandungan hara

rendah yaitu N berkisar 0,14%, P sebesar 5,80 ppm, kejenuhan basa rendah yaitu

29% dan KTK juga rendah yaitu sebesar 12,6 me/100 g (Alibasyah, 2016).

Upaya dalam memanfaatkan jenis Ultisol memiliki keterbatasan yaitu

reaksi tanah yang masam karena mengalami pencucian basa-basa yang intensif,

kandungan unsur hara relatif rendah salah satunya unsur kalium (K), bahan

organik rendah, dan kapasitas tukar kation (KTK) rendah, sehingga tingkat

kesuburan alami tanah sangat rendah, sehingga diperlukan pemupukan untuk

menunjang pertumbuhan tanaman, salah satunya yaitu pupuk kalium. Di

Indonesia penggunaan pupuk kalium masih kurang mendapat perhatian bila

dibandingkan dengan pupuk nitrogen (N) dan fosfor (P) (Yunita, 2016).

Unsur dan Defisiensi Hara

Nitrogen (N)

Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya

menjadi faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Nitrogen

merupakan bagian utuh dari struktur khlorofil, warna hijau pucat atau kekuningan

disebabkan kekahatan Nitrogen, sebagai bahan dasar DNA dan RNA. Bentuk

NH3 (amoniak) diserap oleh daun dari udara atau dilepas dari daun ke udara,

jumlahnya tergantung kosentrasi di udara sebagian besar (Hasbi, 2015).

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara utama yang dibutuhkan seluruh

tanaman termasuk legum untuk pertumbuhan dan produksi yang optimal.


5

Nitrogen berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun

tanaman menjadi lebih lebar, berwarna lebih hijau dan lebih berkualitas. Untuk

mendapatkan hasil produksi yang baik, tidak hanya penting memakai dosis pupuk

yang tepat saja tetapi juga penting diketahui cara penggunaan pupuk, agar dicapai

produksi tanaman yang maksimal (Ginting, 2017).

Kekurangan unsur N akan terlihat pada warna daun, yaitu daun menjadi

hijau kekuning-kuningan sampai menguning seluruhnya. Kemudian terjadi

peristiwa pengeringan daun tersebut yang dimulai dari bagian bawah terus ke

bagian atas. Unsur N sangat mobil dalam tanaman, kadar nitrogen rata-rata dalam

jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat kering. Pembentukan tunas suatu tanaman

legum dipengaruhi oleh unsur N. Unsur N membantu proses fotosintesis dengan

menghasilkan klorofil yang diserap oleh tanaman, selain itu berfungsi juga untuk

proses pembentukan protein (Ginting, 2017).

Fosfor (P)

Ketersediaan fosfor dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu (1) pH tanah

(2) Fe, Al, Mn yang terlarut (3) tersedianya bahan organik (4) jumlah bahan

organik (5) kegiatan mikroorganisme. Selain faktor tersebut, temperatur dan

lamanya kontak antara akar dan tanah merupakan faktor yang menentukan juga

terhadap tersedianya fosfor di dalam tanah bagi tanaman (Primadani, 2008).

Pemberian pupuk P yang dicampur pada lapisan olah tanah lebih tersedia

dan dapat dicapai dengan mudah oleh akar tanaman. P yang diserap oleh akar

kemudian disebarkan ke daun, batang, tangkai dan biji. Fungsi unsur P yaitu

merangsang perkembangan akar sehinga tanaman akan lebih tahan terhadap

kekeringan, mempercepat masa panen dan menambah nilai gizi (Ginting, 2017).
6

Defisiensi fosfor mengakibatkan pertumbuhan lambat, lemah, dan kerdil.

Unsur fosfor berperan dalam proses fotosintesis, penggunaan gula dan pati, serta

transfer energy. Unsur fosfor diperlukan sebagai pentransfer energy ADP dan

ATP, NAD, dan NADH (Pradipta, 2016).

Kalium (K)

Kalium merupakan unsur hara makro terpenting bagi tanaman setelah

nitrogen dan fosfor. Unsur ini diserap oleh tanaman dalam jumlah mendekati atau

bahkan kadang melebihi jumlah nitrogen meskipun kalium tersedia dalam tanah

hanya terdapat dalam jumlah terbatas. Unsur ini terlibat langsung dalam berbagai

proses metabolisme tanaman seperti pembentukan karbohidrat, pembelahan sel,

translokasi gula dan aktivitas enzim Ketersediaan hara K perlu diketahui untuk

menentukan jumlah pupuk yang diberikan agar pemupukan efektif dan efisien

(Yunita, 2016).

Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti

fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka

menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel.

Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti terbakar dan akhirnya gugur.

Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium (Ghofur, 2017).

Defisiensi unsur hara K terjadi pada daun tua karena K di-angkut ke daun

muda. Gejala defisiensi unsur K timbul bercak transparan pada daun, lalu daun

mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl. Pemberian K mampu

meningkatkan biomassa kering tanaman nilam dengan sumber K yang berbeda,

yaitu KCl dan K2SO4 (Matana dan Mashud, 2015).


7

Kalsium (Ca)

Kalsium merupakan unsur utama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

berfungsinya ujung-ujung akar. Kalsium didalam tanaman sangat penting untuk

menetralisasi senyawa asam. Senyawa asam ini bila konsentrasinya terlalu tinggi,

mempunyai pengaruh negatif terhadap tumbuhan. Untuk struktur tanah pertanian

sangat penting, bahwa kompleks adsorpsi ion-ion Ca2+ di dalam air tanah harus

cukup tinggi (Tiwow et al., 2016).

Gejala kekurangan kalsium yaitu titik tumbuh lemah , terjadi perubahan

bentuk daun, mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan

tanaman tinggi tetapi tidak kekar. Karena berefek langsung pada titik tumbuh

maka kekurangan unsur ini menyebabkan produksi bunga terhambat. Bunga gugur

juga efek kekurangan kalsium (Ghofur, 2017).

Kalsium (Ca) merupakan komponen lamela tengah dari dinding sel

sebagai Capektat yang berfungsi memperkokoh jaringan-jaringan tanaman.

Kalsium juga mempertahankan keutuhan membran yang membatasi sitoplasma,

vakuola, inti sel dan sebagainya dalam lingkungan pH rendah. Kalsium (Ca)

merupakan bagian dari enzim amilase, dan terdapat dalam bentuk kristal Ca-

oksalat dan Ca-karbonat. Akibat kekurangan Ca pertumbuhan akar sangat

terhambat, akar rusak, berubah warna dan mati (Ritonga, 2018).

Magnesium (Mg)

Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi

beberapa enzim di dalam tanaman.Unsur ini sangat dominan keberadaannya di

daun ,terutama untuk ketersediaan klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat

diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis. Unsur itu juga merupakan


8

komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses sintesis protein

(Ghofur, 2017).

Magnesium mempunyai peran yang penting dalam berbagai proses yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Unsur ini merupakan salah satu hara yang

dibutuhkan tanaman untuk kegiatan metaboliknya.Magnesium berperan penting

dalam tanaman karena merupakan satu-satunya unsur logam yang menyusun

molekul klorofil (Ritonga, 2018).

Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut

karena energi yang tersedia sedikit. Muncul bercak-bercak kuningdi permukaan

daun tua. Hal ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi

lemahd dan akhirnya mudah terserang penyakit terutama embun tepung (powdery

mildew) (Ghofur, 2017).

Pupuk dan Pemupukan

Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun jumlah pupuk

semakin beragam dengan berbagai produk, serta nama kemasan dan berbagai

Negara yang memproduksinya, dari segi unsure yang dikandungnya tetap saja

hanya dua golongan pupuk, yaitu pupuk makro dan pupuk mikro. Sebagai patokan

dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Khairunisa, 2015).

Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-

bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke dalam

tanah. Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara

pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis-jenisnya serta berbeda pula sifat-

sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman

(Yoko et al., 2014).


9

Pupuk dapat didefinisikan sebagai material organik maupun anorganik

baik dari alam ataupun buatan yang ditambahkan ke tanah untuk memenuhi satu

atau lebih unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Hara yang

biasanya terkandung dalam pupuk antara lain hara makro yang terdiri dari

Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan Sulfur

(S). Serta hara mikro yaitu Boron (B), Clorin (Cl), Tembaga (Cu), Besi (Fe),

Mangan (Mn), Molybdenum (Mo), Zink (Zn) dan Nikel (Ni)

(Wibisono et al., 2013).

Jenis-jenis pupuk dikelompok-kelompokkan terlebih dahulu, hal ini

dikarenakan jenis pupuk yang beredar di pasaran sudah sangat banyak. Secara

umum pupuk hanya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan asalnya yaitu pupuk

anorganik sepert urea (pupuk N), TSP atau SP-36 (pupuk P), KCl (pupuk K), serta

pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau

(Khairunisa, 2015).

Pemupukan adalah pemberian suatu bahan ke dalam media tumbuh

tanaman untuk memperbaiki kondisi media tersebut sehingga tanaman dapat

tumbuh dan memberikan hasil dengan sebaik-baiknya. Konsep pemupukan yang

berkembang terakhir adalah konsep pemupukan berimbang antara jumlah pupuk

yang satu dengan jumlah pupuk yang lainnya. Pemberian pupuk yang berlebihan

justru akan meracuni tanaman sedangkan perbandingan komposisi yang tidak

seimbang akan meniadakan ketersediaan unsur lainnya (Yoko et al., 2014).

Metode Substraksi (Missing Element Technic)

Dalam metode substraksi (Missing Element Technic) menggunakan

tanaman indikator dimana satu pot diberikan pupuk dengan unsur hara yang
10

lengkap. Selanjutnya pada polybag yang lain diberi pupuk dengan mengurangi

satu atau dua unsur hara. Tanaman dipanen pada akhir masa vegetatif dengan cara

memotong bagian tanaman mulai dari batas permukaan tanah. Penetapan berat

kering tanaman dilakukan setelah tanaman diovenkan selama 2 hari hingga

akhirnya diperoleh gambaran status unsur hara (Sutardi, 2017).

Secara umum uji tanah bertujuan untuk: (1) menetapkan status

ketersediaan hara dalam tanah; (2) menunjukkan tingkat keseriusan defisiensi atau

keracunan unsur suatu tanaman; (3) menyusun rekomendasi pemupukan; dan (4)

menilai harkat hara tanah untuk memantau pencemaran lingkungan akibat

pemupukan berlebihan atau pencemaran limbah. Salah satu metode yang dapat

dilakukan yaitu dengan metode substraksi (Missing Element Technic) ataupun

disebut dengan metode minus one test (Setyorini, 2003).

Teknik biologis yang lebih sederhana dan lebih cepat telah dikembangkan

yaitu dengan melibatkan tanaman dan jumlah tanah yang lebih sedikit dalam

percobaan. Salah satu pendekatan yang pernah dikembangkan adalah didasarkan

pada identifikasi defisiensi unsur hara dengan menggunakan teknik missing

element atau minus one test, ataupun plus one test. Pada minus one test ,

perlakuan lengkap dianggap sebagai kontrol, sedangkan perlakuan-perlakuan

lainnya merupakan perlakuan lengkap dikurangi satu macam unsur hara secara

berturut-turut (Nursyamsi, 2001).

Percobaan pot dengan teknik minus one test dapat memberikan tiga

macam informasi, yaitu (1) unsur hara apa yang defisiensi, (2) kepentingan relatif

defisiensi, (3) laju penurunan kesuburan tanah pada panen yang berurutan kalau

digunakan indikator tanaman rerumputan (pasture). Dalam banyak kasus ternyata


11

tahapan yang dianggap masih lemah adalah penentuan dosis pupuk untuk

perlakuan lengkap. Kesalahan yang serius dapat terjadi kalau dosis ini ditetapkan

secara sembarangan. Oleh karena itu diperlukan uji tanah sebelum pelaksanaan

percobaan (Budiarto, 2001).

Metode yang digunakan untuk mengetahui pembatas hara bagi

pertumbuhan tanaman adalah minus one test atau plus one test. Metode minus one

test diterapkan untuk tanah-tanah dengan tingkat kesuburan rendah sampai

sedang, karena tanah tersebut diduga mengalami beberapa kahat hara sehingga

perlu diuji dengan perlakuan pemupukan lengkap terlebih dahulu. Metode plus

one test ditujukan untuk tanah dengan tingkat kesuburan sedang sampai tinggi,

karena tanah tersebut diduga cukup hara sehingga hanya perlu diuji hara pembatas

utamanya dengan penambahan satu unsur hara (Setyorini, 2003).


12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Praktikum dilakukan di lahan dan di laboratorium kesuburan tanah

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl. Praktikum ini dilaksanakan pada bulan

Oktober sampai bulan Desember 2018.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah Ultisol

Tanjung Morawa sebagai media tanam, benih jagung sebagai indikator

pengamatan, polybag sebagai tempat tanah, air untuk menyiram tanaman, karung

sebagai tempat tanah, batu-bata sebagai alas polybag, kantong plastik untuk

tempat contoh tanah, plastik transparan sebagai tempat pupuk, karet untuk

mengikat, pupuk N, P, K, Ca dan Mg sebagai bahan perlakuan, label dan stik es

sebagai penanda untuk setiap perlakuan.

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cangkul untuk

mencangkul tanah, gembor untuk menyiram air, ayakan untuk mengayak tanah,

timbangan sebagai alat untuk menimbang berat sampel tanah dan pupuk, oven

sebagai alat untuk mengeringkan tanah, cawan untuk tempat contoh tanah,

kalkulator sebagai alat hitung persentase berat tanah kering dan kebutuhan pupuk,

ember sebagai tempat untuk merendam benih, penggaris/meteran sebagai alat

ukur panjang tanaman, jangka sorong sebagai alat ukur diameter batang, spidol

untuk menandai polybag, plank sebagai penada plot, pacak untuk tiang spanduk,

spanduk untuk memagari lahan, amplop untuk tempat berat kering tanaman,

kamera sebagai alat dokumentasi, dan alat tulis untuk menulis data.
13

Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah secara sederhana

yaitu, Metode Substraksi (Missing Element Technic). Dalam metode ini

menggunakan tanaman indikator dimana satu polybag diberikan unsur hara yang

lengkap. Selanjutnya pada polybag lain diberi pupuk dengan mengurangi satu atau

dua unsure hara, dan ada yang tanpa diberi pupuk. Tanaman di panen pada akhir

masa vegetatif dengan cara memotong bagian tajuk tanaman mulai dari batas

permukaan tanah.

Selanjutnya dilakukan pengambilan seluruh akar tanaman indikator dari

dalam pot percobaan. Penetapan berat kering tanaman baik bagian tajuk maupun

bagian akar dilakukan setelah tanaman di ovenkan selama 2 hari. Berdasarkan

metode ini, diperoleh informasi mengenai unsure hara apa yang kahat, kekahatan

unsure hara apa yang relatif penting dan besarnya penurunan tingkat kesuburan

tanah.

Tabel 1. Perlakuan Percobaan


No Perlakuan Unsur Hara
1 Kontrol -
2 Lengkap N P K Ca Mg
3 -N P K Ca Mg
4 -P N K Ca Mg
5 -K N P Ca Mg
6 -Ca N P K Mg
7 -Mg N P K Ca
8 -NP K Ca Mg
9 -NK P Ca Mg
10 -NPK Ca Mg
Ulangan :2
Total Polybag : 10 × 2 = 20 unit
14

Tabel 2. Jenis Pupuk dan Dosis Perlakuan


Jenis Pupuk Kadar Hara Dosis Perlakuan Jumlah Pupuk
(g/pot)
Urea 45% N 250 ppm N 2,2
SP-36 36% P2O5 150 ppm P 4,7
MOP 60% K2O 100 ppm K 1,09
CaCO3 47% CaO 50 ppm Ca 1,33
Kieserit 28% MgO 50 ppm Mg 4,3

Tabel 3. Jenis dan Dosis Pupuk yang diberikan untuk setiap perlakuan
No Perlakuan Urea SP-36 MOP CaCO3 Kieserit
(g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot) (g/pot)
1 Kontrol - - - - -
2 Lengkap 2,2 4,7 1,09 1,33 4,3
3 -N - 4,7 1,09 1,33 4,3
4 -P 2,2 - 1,09 1,33 4,3
5 -K 2,2 4,7 - 1,33 4,3
6 -Ca 2,2 4,7 1,09 - 4,3
7 -Mg 2,2 4,7 1,09 1,33 -
8 -NP - - 1,09 1,33 4,3
9 -NK - 4,7 - 1,33 4,3
10 -NPK 2,2 - - 1,33 4,3
15

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Pengambilan Contoh Tanah Komposit

Tanah diambil secara komposit dari lahan yang cukup luas di Tebing

Tinggi.Satu contoh tanah komposit terdiri dari 20-30 contoh tanah individual

dapat mewakili tanah seluas 10-15 ha. Hal tersebut tergantung keadaan setempat.

Makin homogen keadaan daerahnya makin sedikit jumlah contoh tanah individual

yang diperlukan sebaliknya makin heterogen akan makin banyak. Agar diperoleh

contoh tanah yang mewakili maka pengambilan tanah komposit dilakukan secara

zig zag.

Pada setiap titik, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm setelah terlebih

dahulu tumbuhan diatasnya dibersihkan.Lokasi pengambilan contoh tanah tidak

boleh di tepi dijalan raya, dekat rumah, bekas timbunan dan bekas tumpukan

sampah. Bahan tanah yang diambil dari setiap titik dicampurkan secara merata

dan ditempatkan pada wadah atau karung yang bersih (bukan karung bekas pupuk

dan pestisida).

Penanganan Contoh Tanah

Contoh tanah yang telah diambil harus segera dikering udarakan dengan

cara menganginkannya (jangan dijemur dibawah cahaya matahari).Bila telah

kering maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir). Karena

perhitungan kebutuhan pupuk didasarkan atas satuan ppm dan berat tanah dalam

satuan berat kering mutlak, maka perlu dihitung kadar airnya.Untuk itu diambil

sedikit contoh tanah dan dihitung kadar airnya di laboratorium. Tanah yang telah

kering udara (KA < 10%) dimasukkan ke pot (polybag) setara dengan 5 kg berat

kering mutlak/pot, yaitu dengan menggunakan rumus:


16

BTKU = BTKO + (%KA x BTKO)

BTKU : Berat tanah kering udara

BTKO : Berat tanah kering oven

%KA : Persen kadar air tanah

Vair = (%KL - %KA) x BTKO

Vair : Volume air penyiraman

Persiapan Lahan

Adapun yang dilakukan dalam persiapan lahan adalah pembersihan

gulma, pembutan paret (aliran drainase) dengan ukuran 30 cm dan kedalaman 15

cm, pembuatan plot dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1 m.

Persiapan Media Tanam

Tanah yang telah diambil harus segera dikering udarakan dengan cara

menganginkannya (jangan dijemur dibawah cahaya matahari).Bila telah kering

maka dilakukan pengayakan dengan ayakan 8 mesh (ayakan pasir), setalah itu

tanah yang telah diayakan dimasukkan kedalam polybag (ukuran 5 kg) sebanyak

5 kg.

Penanaman Tanaman Indikator

Adapun benih yang digunakan pada praktikum ini adalah benih jagung.

Benih tanaman jagung indikator ditanam tepat di tengah polybag sebanyak 2-3 biji

pada kedalaman 2-3 cm. Benih tanaman jagung direndam dalam aqua cap yang

telah terisi air dengan waktu 5 menit.

Pemupukan

Aplikasi pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan dan dosis dari masing-

masing pupuk. Pada saat tanam, seluruh dosis pupuk ditaburkan secara merata di
17

permukaan tanah dan kemudian diaduk sedikit agar tertimbun tanah.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Adapun kegiatan penyiraman dilakukan setiap hari. Apabila turun hujan

tanaman tidak perlu disiram pada hari itu,karena tanaman sudah cukup air dan

tidak perlu lagi dilakukan penyiraman.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan 3 minggu setelah tanam dan penyisipan dilakukan

pada tanaman yang mati saja,penyisipan diambil dari tanaman yang lebih dari

polybag penyisipan tanaman jagung.

Penjarangan

Penjarangan tanaman dilakukan 3 minggu setelah tanam, penjarangan

tanaman dilakukan menggunakan gunting pada tanaman yang tumbuh didalam

polybag terdapat 2 tanaman atau lebih, agar tanaman dapat tumbuh dangan

optimal.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada setiap saat kegiatan praktikum dilaksanakan

secara teratur, penyiangan dilakukan seminggu sekali dilahan membersihkan

gulma pada polybag dengan cara mencabut.

Panen

Panen dilakukan pada saat akhir masa vegetatif yang ditandai dengan

munculnya bunga, kemudian dilakukan dengan cara memotong bagian tajuk

tanaman mulai dari batas permukaan tanah.


18

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur tinggi tanaman dimulai

dari 1 mst,diukur mulai dari dasar batang dpermukaan tanah hingga sampai titik

tumbuh tanaman jagung menggunakan rol (penggaris) dengan cara daun tanaman

di kuncupkan dari bawah keatas hingga didapat daun tanaman yang paling tinggi.

Agar tidak terjadi perubahan dasar pengukuran akibat pertumbuhan maka

kita buat patok berupa stik eskrim yang ditanamkan dekat pada batang dan diberi

tanda awal pengukuran

Jumlah Daun (helai)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur jumlah daun tanaman

jagung dengan cara menghitung jumlah daun yang sudah seutuhnya membuka

maka daun jagung sudah bisa dihitung dimulai 1 mst dan diamati setiap minggu.

Diameter Batang (mm)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur diameter batang adalah

1 mst menggunakan jangka sorong yang diukur pada bagian batang bawah

tanaman jagung dan diamati setiap minggu.

Gejala Defesiensi

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam melihat gejala defesiensi dalam

tanaman jagung diperhatikan setiap saat praktikum,tanaman dilihat gejala

defesiensi dimulai dari tanaman yang sudah tumbuh dan mencul daun dan dilihat

tanaman mengalami gejala kekurangan air atau kekurangan pupuk(N,P,K,Ca,Mg).

Berat Kering Akar (gram)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur kering akar adalah pada
19

awal setelah batang dipotong, maka akar yang tinggal didalam tanah dikeluarkan

dengan cara mencuci tanah dengan air dalam wadah hingga akar terlepas,

kemudian dicuci bersih, kemudian akar dimasukkan kedalam amplop yang telah

diberi lobang dan label sesuai dengan perlakuan, selanjutnya dikeringkan oven

pada temperatur 70 C selama kurang lebih 2 malam hngga berat konstan lalu

ditimbang.

Berat Kering Tajuk (gram)

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam mengukur bobot kering tajuk

adalah pada umur 8 MST dilakukan pemotongan bagian atas tanaman pada

pangkal batang menggunakan gunting, kemudian tajuk dimasukkan kedalam

amplop yang telah diberi lobang dan label sesuai dengan perlakuan, selanjutnya

dikeringkan oven pada temperatur 70oC selama lebih kurang 2 malam hingga

beratnya konstan lalu ditimbang. Pada temperatur 70oC selama kurang lebih 2

malam hingga berat konstan lalu ditimbang.


20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data tinggi tanaman sesuai

dengan berikut :

Tabel 4. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 1


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 33 35 33 30 30.5 30.2 31 31 33 30
3 48 45 47 40 40 35 45.5 59.5 45 40.5
4 66.8 53.7 54,7 85.3 48.7 38 68 74,5 53.3 66.5
5 90.4 70.6 80.6 90.4 80 79 91.8 105.6 86 99.2
6 98 99.5 106.2 110.2 98.7 100.5 103.5 121 102.5 111.5
7 99 110 122 126.5 118 121.1 130 131 111.3 116.1
Total 435.2 413.8 388.8 482.4 415.9 403.8 469.8 448.1 431.1 463.8

Rataan 72.5 69.0 77.8 80.4 69.3 67.3 78.3 89.6 71.9 77.3

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi tinggi

tanaman yaitu pada perlakuan -NP dengan rata-rata 89,6 cm dan data terendah

tinggi tanaman yaitu pada perlakuan -Ca dengan rata-rata yaitu 67,3 cm.

Tabel 5. Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 2


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 33 27 35.5 32 28 23.5 30 33 29.3 26.5
3 50 28 42.5 62.5 43.5 31 39 55 39.5 40
4 65.7 29.4 58.3 89.1 56.3 35.8 46.3 63.5 57.8 60
5 90.5 30.5 100.3 109 83.5 53 87 99 85.5 90
6 100 42.5 115.4 118.4 99 66.3 108.2 105.7 102.3 105
7 100 58.5 120.5 120 118.5 79 121 121.7 111.2 113.3
Total 439.2 215.9 472.5 531 428.8 288.6 431.5 477.9 425.6 434.8

Rataan 73.2 36.0 78.8 88.5 71.5 48.1 71.9 79.7 70.9 72.5
21

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi tinggi

tanaman yaitu pada perlakuan -P dengan rata-rata 88,5 cm dan data terendah

tinggi tanaman yaitu pada perlakuan lengkap dengan rata-rata yaitu 36 cm.

Jumlah daun

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data jumlah daun tanaman

sesuai dengan berikut :

Tabel 6. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 1


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4
4 5 4 3 4 4 3 4 5 4 4
5 5 5 5 6 5 5 6 7 5 6
6 4 6 6 8 7 6 7 6 6 7
7 5 7 7 7 7 5 7 6 4 5
26 28 27 32 29 25 31 31 25 30
Total

Rataan 4.3 4.7 4.5 5.3 4.8 4.2 5.2 5.2 4.2 5.0

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi jumlah

daun yaitu pada perlakuan –P dengan rataan 5,3 helai dan data terendah jumlah

daun yaitu pada perlakuan –Ca dan -NK dengan rataan yaitu 4,2 helai.

Tabel 7. Jumlah Daun Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 2


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
4 5 3 4 5 4 3 4 5 4 3
5 5 2 6 6 6 4 6 7 6 5
6 5 4 6 5 7 5 7 6 6 6
7 5 5 6 5 7 6 6 5 4 5
Total 27 20 29 28 30 24 30 30 27 27

Rataan 4.5 3.3 4.8 4.7 5.0 4.0 5.0 5.0 4.5 4.5
22

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi jumlah

daun yaitu pada perlakuan –K, -Mg, -NP dengan rataan 5 helai dan data terendah

jumlah daun yaitu pada perlakuan lengkap dengan rataan yaitu 3,3 helai.

Diameter Batang

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data diameter batang sesuai

dengan berikut :

Tabel 8. Diameter Batang Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 1


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 0,75 0,35 0,35 0,55 0,55 0,35 0,55 0,35 0,75 0,55
3 0,76 0,45 0,65 0,55 0,62 0,55 0,60 0,75 0,78 0,75
4 0,77 0,60 0,77 0,55 0,75 0,62 0,75 1 0,82 1
5 0,80 0,75 0,81 0,60 0,81 0,67 0,80 1,30 0,87 1,25
6 1,35 0,85 1,4 1,85 1,35 0,8 1,4 1,4 1,25 1,65
7 1,37 0,90 1,6 1,86 1,37 0,9 1,6 1,6 1,26 1,66
5.8 3.9 5.58 5.96 5.45 3.89 5,7 6,4 5,73 6,86
Total

Rataan 1.0 0.7 0.9 1.0 0.9 0.6 0,95 1,06 0,95 1,14

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi diameter

batang yaitu pada perlakuan -NP dengan rataan 1,06 cm dan data terendah jumlah

daun yaitu pada perlakuan lengkap dengan rataan yaitu 0,7 cm.

Tabel 9. Diameter Batang Jagung (Zea mays L.) pada Ulangan 2


Perlakuan
MST
Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -NPK
2 0,55 0,55 0,35 0,5 0,35 0,35 0,75 0,55 0,55 0,35
3 0,57 0,58 0,55 1 0,45 0,38 0,78 0,60 0,56 0,45
4 1 0,60 0,77 1,25 0,75 0,45 0,80 0,77 0,57 0,57
5 1,2 0,72 0,80 1,32 0,80 0,49 0,82 0,82 0,60 0,62
6 1,35 1,75 1,3 1,6 1,35 1,45 2,25 1,35 2 1,45
7 1,36 1,77 1,5 1,8 1,37 1,47 2,27 1,35 2,2 1,47
Total 6.03 5.97 5.27 7.47 5.07 4.59 7,67 5,44 6,48 4,91

Rataan 1.01 1.00 0.88 1.25 0.85 0.77 1,28 0,9 1,08 0,82
23

Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh data tertinggi diameter

batang yaitu pada perlakuan -Mg dengan rataan 1,28 cm dan data terendah jumlah

daun yaitu pada perlakuan -Ca dengan rataan yaitu 0,77 cm.

Berat Kering Akar dan Tajuk Tanaman

Adapun percobaan yang dilakukan didapati data berat kering akar dan

tajuk tanaman sesuai dengan berikut :

Tabel 10. Berat Kering Akar dan Tajuk Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Gambar Tinggi Tajuk Berat Tajuk Berat Akar


Perlakuan
U1 U2 U1 U2 U1 U2 U1 U2

94 5,89 1,64 2,20


Kontrol 98 cm 16,1gr
cm gr gr gr

116 78 29,85 6,37 1,15


Lengkap 2 gr
cm cm gr gr gr

129 123 55,5 32,56 3,34 4,62


-N
cm cm gr gr gr gr

143 119 92,27 50,41 10,14 4,59


-P
cm cm gr gr gr gr
24

126 127 22,96 56,96 4,47


-K 5 gr
cm cm gr gr gr

128 78 24,45 12,84 8,28 1,36


-Ca
cm cm gr gr gr gr

151 130 32,80 44,71 10,59 6,71


-Mg
cm cm gr gr gr gr

133 120 47,57 26,35 8,90 4,45


-NP
cm cm gr gr gr gr

113 117 23,54 41,89 3,99 13,2


-NK
cm cm gr gr gr 4 gr

123 118 44,89 33,93 4,38 3,27


-NPK
cm cm gr gr gr gr
25

Tabel 11. Keterangan Gambar dan Gejala Defisiensi Unsur Hara


Gambar Gejala Defisiensi Hara
Perlakuan
U1 U2 U1 U2
- Batang kurus - Batang kurus
- Daun tua mengering - Terdapat bercak-
dan mati bercak putih di daun
Kontrol - Daun berwarna hijau - Daun tua mengering
kekuningan dan mati
- Daun berwarna hijau
kekuningan

- Batang kurus
- Daun tua mengering
- Daun menggulung
dan mati
- Daun tua mengering
- Daun berwarna hijau
dan mati
pucat
Lengkap - Daun berwarna hijau
- Pertumbuhan
pucat
tanaman sangat
- Terdapat bercak-
lambat
bercak putih di daun

- Batang kurus - Batang kurus


- Daun bagian bawah - Daun menggulung
menggulung - Terdapat bercak-
- Daun tua mengering bercak kuning di
-N dan mati daun
- Terdapat bercak- - Daun tua mengering
bercak putih di daun dan mati

- Batang kurus - Daun menggulung


- Daun menggulung - Tanaman layu
- Daun tua mengering - Daun tua mengering
dan mati dan mati
-P - Terdapat bercak- - Daun berwarna hijau
bercak putih di daun pucat
- Batang kurus
26

- Daun menggulung - Batang kurus


- Daun tua mengering - Daun menggulung
dan mati - Terdapat bercak-
- Batang kurus bercak kuning di
-K - Terdapat bercak- daun
bercak coklat di daun

- Daun tua mengering - Pertumbuhan sangat


dan mati lambat
- Batang kurus - Daun tua mengering
- Terdapat bercak- dan mati
bercak coklat di daun - Daun berwarna hijau
-Ca pucat
- Terdapat bercak-
bercak putih pada
daun

- Daun tua mengering - Daun tua mengering


dan mati dan mati
- Daun menggulung - Daun menggulung
-Mg - Batang kurus - Tanaman layu
- Terdapat bercak- - Batang kurus
bercak kuning di - Terdapat bercak-
daun bercak kuning di
daun

- Daun tua mengering - Daun tua mengering


dan mati dan mati
- Batang kurus - Batang kurus
- Daun berwarna hijau - Terdapat bercak-
pucat bercak kuning di
-NP
- Terdapat bercak- daun
bercak kuning di
daun
27

- Daun tua mengering - Daun menggulung


dan mati - Batang kurus
- Daun berwarna hijau - Daun tua mengering
pucat dan mati
- Batang kurus - Daun berwarna hijau
-NK - Daun menggulung pucat
- Terdapat bercak-
bercak kuning di
daun

- Daun berwarna hijau - Daun menggulung


kekuningan - Daun tua mengering
- Daun tua mengering dan mati
-NPK dan mati - Batang kurus
- Batang kurus - Terdapat bercak-
- Terdapat bercak bercak coklat di daun
coklat di daun
Pembahasan

Tanah yang digunakan dalam percobaan ialah tanah ultisol Tanjung

Morawa yaitu tanah yang memiliki tingkat kemasaman kurang dari 4,5 sesuai

dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam

menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Hal ini sesuai

dengan literatur Alibasyah (2016) yang menyatakan bahwa Ultisol mempunyai

ciri memiliki penampang tanah yang dalam, reaksi tanah masam (pH<4,5),

kejenuhan Al tinggi dan kejenuhan basa rendah.

Metode evaluasi kesuburan tanah yang digunakan pada percobaan ini

adalah metode substraksi. Metode substraksi (Missing Element Technic) adalah

metode yang menggunakan tanaman indikator dalam pengamatannya. Hal ini

sesuai dengan literatur Sutardi (2017) yang menyatakan bahwa dalam metode

substraksi (Missing Element Technic) menggunakan tanaman indikator dimana

satu pot diberikan pupuk dengan unsur hara yang lengkap.

Tanaman jagung digunakan pada percobaan karena tanaman jagung


28

merupakan tanaman indikator yang respon terhadap unsur haranya cepat dan

berumur pendek. Salah satu parameter yang diamati yaitu gejala defisiensi

contohnya pada unsur hara P yang jika kekurangan akan menyebabkan tanamman

kerdil. Hal ini sesuai dengan literatur Pradipta (2016) yang menyatakan bahwa

defisiensi fosfor mengakibatkan pertumbuhan lambat, lemah, dan kerdil. Unsur

fosfor berperan dalam proses fotosintesis, penggunaan gula dan pati, serta transfer

energy.

Pada parameter tinggi tanaman didapat hasil bahwa data tinggi tanaman

tertinggi ulangan I adalah pada perlakuan –NP dengan rata-rata yaitu 89,6 dan

ulangan II adalah pada perlakuan –P yaitu 88,5 cm sedangkan rataan tinggi

tanaman terendah ulangan I adalah pada perlakuan -Ca yaitu 67,3 cm dan ulangan

II adalah pada perlakuan lengkap yaitu 36 cm. Hal ini disebabkan tanah ultisol

memiliki masalah keasaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Alibasyah

(2016) yang menyatakan bahwa sifat kimia tanah Ultisol yang mengganggu

pertumbuhan tanaman adalah pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan

kejenuhan Al tinggi yaitu >42%.

Pada parameter diameter batang didapat hasil bahwa data diameter batang

tertinggi ulangan I adalah pada perlakuan –NP dengan rata-rata yaitu 1,06 dan

ulangan II adalah pada perlakuan –Mg yaitu 1,28 sedangkan rataan diameter

batang terendah ulangan I adalah pada perlakuan lengkap yaitu 0,7 dan ulangan II

adalah pada perlakuan -Ca yaitu 0,77. Hal ini disebabkan tanah ultisol miskin

unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Wijayanti (2017) yang menyatakan

bahwa tanah ultisol tanah yang kurang subur karena selain sifat kimia tanah yang

rendah, sifat fisika tanahnya pun juga buruk.


29

Pada parameter jumlah daun didapat hasil bahwa data jumlah daun

tertinggi ulangan I adalah pada perlakuan -P dengan rata-rata yaitu 5,3 helai dan

ulangan II adalah pada perlakuan -K, -Mg dan -NP yaitu 5 helai sedangkan rataan

jumlah daun terendah ulangan I adalah pada perlakuan -Ca dan -NK yaitu 4,2

helai dan ulangan II adalah pada perlakuan lengkap yaitu 3,3 helai. Hal

disebabkan tanah ultisol miskin unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Yunita

(2016) yang menyatakan bahwa ultisol memiliki keterbatasan yaitu reaksi tanah

yang masam karena mengalami pencucian basa-basa yang intensif, kandungan

unsur hara relatif rendah salah satunya unsur kalium (K), bahan organik rendah,

dan kapasitas tukar kation (KTK) rendah, sehingga tingkat kesuburan alami tanah

sangat rendah.
30

KESIMPULAN

1. Tanah yang digunakan dalam percobaan ialah tanah ultisol Tanjung

Morawa.

2. Metode evaluasi kesuburan tanah yang digunakan pada percobaan ini adalah

metode substraksi. Metode substraksi (Missing Element Technic).

3. Tanaman jagung digunakan karena respin terhadap unsur hara cepat terlihat

dan berumur pendek.

4. Pada parameter tinggi tanaman tertinggi ulangan I pada perlakuan –NP

yaitu 89,6 cm dan ulangan II pada perlakuan –P yaitu 88, 5 cm dan data

terendah ulangan I pada perlakuan -Ca yaitu 67,3 cm dan ulangan II pada

perlakuan lengkap yaitu 36 cm.

5. Pada parameter diameter batang tertinggi ulangan I pada perlakuan –NP

yaitu 1,06 dan ulangan II pada perlakuan –Mg yaitu 1,28 dan data terendah

ulangan I pada perlakuan lengkap yaitu 0,7 dan ulangan II pada perlakuan

-Ca yaitu 0,77.

6. Pada parameter jumlah daun tertinggi ulangan I pada perlakuan –P yaitu 5,3

helai dan ulangan II pada perlakuan -K, -Mg dan -NP yaitu 5 helai dan data

terendah ulangan I pada perlakuan -Ca dan -NK yaitu 4,2 helai dan ulangan

II pada perlakuan lengkap yaitu 3,3 helai.


31

DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, M. R. 2016. Perubahan Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Ultisol


Akibat Pemberian Pupuk Kompos dan Kapur Dolomit pada Lahan
Berteras. J. Floratek 11 (1): 75-87. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Budiarto. 2001. Pengelolaan Kahat Hara pada Inceptisols untuk Meningkatkan


Pertumbuhan Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Ghofur, H. A. A. 2017. Makalah Defisiensi Unsur Hara terhadap Pertumbuhan


Tanaman. Politeknik Negeri Jember. Jember.

Ginting, A. K. 2017. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Fospor terhadap


Pertumbuhan Legum Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens
dan Arachis pintoi. Universitas Jambi. Jambi.

Hasbi, N. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen, Fospor dan Kalium


terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Benggala (Panicum
maximum). Universitas Hasanuddin. Makassar.

Khairunisa. 2015. Skripsi Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Anorganik dan


Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau
(Brassica juncea L. Var. Kumala). Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Mardiana, D. N. 2015. Pengaruh Pupuk Organik terhadap Kesuburan Tanah dan


Pengaplikasian dengan Pupuk Anorganik pada Produksi Tanaman Jagung.
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Bandung.

Matana, Y. R. dan Mashud N. 2015. Respons Pemupukan N, P, K dan Mg


Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah dan Daun pada Tanaman Muda
Kelapa Sawit. Balai Penelitian Tanaman Palma. Manado.

Notohadiprawiro, T. 2006. Ultisol, Fakta dan Implikasi Pertaniannya. Ilmu Tanah


Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nursyamsi. 2001. Pengelolaan Kahat Hara pada Inceptisols untuk Meningkatkan


Pertumbuhan Tanaman Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat. Bogor.

Prabowo, R. dan Subantoro, R. 2008. Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat


Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian di Kota Semarang. Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta. Universitas Wahid Hasyim. Semarang.

Pradipta, N. 2016. Studi Kandungan Nitrogen (N) dan Fosfor (P) pada Sedimen
Mangrove di Wilayah Ekowisata Wonorejo Surabaya dan Pesisir Jenu
Kabupaten Tuban. Universitas Airlangga. Surabaya.
32

Primadani, P. 2008. Pemetaan Kualitas Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan


di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.

Ritonga, I. R. 2018. Analisa Kadar Kalsium (Ca) dan Magnesim (Mg) pada Daun
Kelapa Sawit dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Setyorini. 2003. Uji Tanah sebagai Dasar Penyusunan Rekomendasi Pemupukan.


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sulakhudin, Denah S., dan Sutarman G. 2015. Kajian Status Kesuburan pada
Lahan Sawah di Kecamatan Sunyai Kunyit Kabupaten Menpawah. Jurnal
Pedon Tropika Edisi 1 Vol 3 (106-114). UNTAN. Pontianak.

Sutardi. 2017. Kajian Minus One Test Dan Kesuburan Lahan Pasir Untuk
Budidaya Tanaman Bawang Merah. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Yogyakarta.

Tiwow V. M. A., Hafid I. W., dan Supriadi. 2016. Analisis Kadar Kalsium (Ca)
dan Fosporus (P) pada Limbah Sisik dan Sirip Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) dari Danau Lindu Sulawesi Tengah. Universitas Tadulako.
Palu.

Wibisono, M. Habib, S. Khomariah, Atma, R. Nabilah, D. Rahayu. 2013. Laporan


Praktikum Lapangan Kesuburan Pemupukan dan Kesehatan Tanah.
Fakultas Petanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Wijayanti, W. 2017. Pergantian Tanaman Nanas, Rumput Raja dan Ubi Kayu
terhadap Kepadatan Tanah Ultisol. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Yoko S., F. Laulatul, H. Arif, E. Alfionita, E. D. Cahyami. 2014. Laporan


Praktikum Pemupukan Tanaman Padi. Fakultas Pertanian Universitas
Jember. Jember.

Yunita, R. 2016. Studi Kolerasi K pada Bawang Merah di Tanah Ultisol Cipanas,
Lebak. IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai