DISUSUN OLEH:
Mengetahui,
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/
biologis menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dari luar (eksogen)
tidak boleh dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya
hidup yang salah. Banyak faktor yang memengaruhi proses menua
(menjadi tua), antara lain herediter/genetik, nutrisi/makanan, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stres. Proses
menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit, karena orang
meninggal bukan karena tua, orang muda pun bias meniggal dan
bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang
sering merugikan atau bernada negatif, tetapi sangat berbeda
dengan kenyataan yang dialaminya (Nugroho, 2000).
a) Sumber zat tenaga atau kalori adalah bahan makanan pokok seperti
beras, jagung, ubi dan lainya yang mengandung karbohidrat.
b. Upaya Preventif
c. Upaya Kuratif
Kegiatan pengobatan ringan bagi lanjut usia yang sakit bila dimungkinan
dapat di lakukan di kelompok lanjut usia atau Posyandu lansia.
Pengobatan lebih lanjut ataupun perawatan bagi lanjut usia yang sakit
dapat dilakukan di fasilitas pelayanan seperti Puskesmas Pembantu,
Puskesmas ataupun di Pos Kesehatan Desa. Apabila sakit yang diderita
lanjut usia membutuhkan penanganan dengan fasilitas lebih lengkap,
maka dilakukan rujukan ke Rumah Sakit setempat.
d. Upaya Rehabilitatif
2. KONSEP OSTEOARTRITIS
1. Definisi
merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan,
terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa
buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial
dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan
biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin
sendi tersering. Kelainan ini sering, jika tidak dapat dikatakan pasti menjadi bagian
dari proses penuaan dan merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia
diatas 65 tahun. (
Osteoartritis (OA) yang dalam bahasa awam masyarakat kita sering dinamakan
pekapuran sendi, adalah proses degenerasi atau penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014)
penyakit degeneratif yang karena disebabkan oleh peradangan sendi dengan penipisan
tulang rawan yang berkaitan. Tulang rawan pada persendian kita memungkinkan
pergerakan sendi yang mulus. Ketika tulang rawan ini rusak karena cedera, infeksi,
atau efek penuaan, pergerakan sendi menjadi terganggu. Akibatnya, jaringan di dalam
kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui
penyebabnya, meskipun terdapat beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini
berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang
mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran
2. Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah
45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas
50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
d. Suku
sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi
e. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui
dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran
i. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
j. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
3. Patofisiologi
osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki letak strategis yaitu diujung –ujung
tulang untuk melaksanakan 2 fungsi, yaitu 1) menjamin gerakan yang hampir tanpa
gesekan didalam sendi, berkat adanya cairan sinovium, dan 2) disendi sebagai
tulang dibawahnya dapat menerima benturan dan berat tanpa mengalami kerusakan.
Kedua fungsi ini mengharuskan tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali
arsitektur normalnya setelah tertekan) dan memiliki daya regang (tensile streghth)
yang tinggi.
Seperti pada tulang orang dewasa, tulang rawan sendi tidak statis, tulang ini
mengalami pertukaran, komponen matriks tulang tersebut yang aus diuraikan dan
menyintesis matriks tetapi juga mengeluarkan enzim yang menguraikan matriks. Pada
maupun sifat mekanis tulang rawan. Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan
sintesis lokal kolagen tipe II, dan peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada.
Kadar molekul perantara tertentu, termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida meningkat pada
kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai respons terhadap perubahan regresif ini,
kondrosit pada lapisan yang lebih dalam berproliferasi dan berupaya memperbaiki
ini pada mulanya mampu mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular
yang menyebabkan kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirnya menjadi
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat
badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan
proksimasi.
4. Manifestasi Klinik
a. Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi, biasanya pada tangan,
pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan bawah, panggul, dan
bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa kesemutan atau kebas, terutama
5. Pemeriksaan Penunjang
c. Sinar-X.
a. Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
d. Tes darah.
c. Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
f. Artroskopi
d. Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
6. Komplikasi
Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam,
nyeri. Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan saling bergesekan,
sering terdengar pada kasus yang berat. Biasanya sendi agak bengkak, dan mungkin
7. Prognosis
Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
patologis osteoartritis.
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
d. Dukungan psikososial
e. Persoalan Seksual.
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
f. Fisioterapi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih
baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban
ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
osteofit.
diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut
prostesis.
2) Pembersihan sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan
3) Penataan tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan
badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang
berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl
dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.
9. Pencegahan
mengurangi bahaya.
sambungan tulang.
h. Teknik relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan
hipnosis.
3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan
2) Kardiovaskur
3) Integritas ego
konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan
5) Hygiene
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak
pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8) Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
9) Interaksi social
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan
oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam, nyeri berkurang atau teradaptasi.
Kriteria: Secara subjektif, klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi,
dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien
tidak gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi
a. Kaji nyeri dengan skala 0-4
b. Atur posisi imobilisasi dan pembebatan sendi lulut dengan perban elstistin.
c. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam ketika nyeri muncul.
d. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.
e. Kolaborasi: pemberian analgesik, anti inflamasi, dan sinar intra merah.
f. Pembedahan artoplasti atau artodesis.
penyakit
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman terhdapa materi
permasalahannya
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer C. Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Soeparman, A. 1995. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
Volume 2. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta : EGC
Zairin, Noor Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Medika