Anda di halaman 1dari 9

Usaha-Usaha Konservasi Air Secara Holistik

Konservasi air adalah usaha pengelolaan sumber daya air sekaligus penghematan air dengan
mengurangi volume penggunaan air segar demi meningkatkan efisiensi pemakaian air. Konservasi air bisa
dilakukan dengan bantuan teknologi ataupun mengubah perilaku sosial.

Upaya konservasi air bukan tujuan akhir, tetapi hanya salah satu cara dalam upaya pengelolaan
sumberdaya air secara menyeluruh, terpadu, hemat dan tepat guna. Beban biaya upaya konservasi air
tidak boleh lebih tinggi dari manfaatnya, itulah prinsip dasar konservasi air. Konservasi air dapat dilakukan
oleh pengelolan air, maupun pemakai air ; di daerah aliran sungai, di bendungan, di sistem distribusi,
maupun sistem pembuangan. (Suripin,2002)

1. Sistem Suplai

Konservasi air dapat dilakukan oleh pengelolan air, mulai dari hulu hinga hilir. Menurut
(Suripin,2002) daerah-daerah yang dapat melakukan konservasi ada 4 bagian yaitu, daerah aliran
sungai (DAS), penampungan dan bendung, sistem distribusi dan sistem aplikasi.

1.1. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Kondisi kawasan hulu DAS, sangat potensial untuk budidaya sayur dan tanaman semusim
lainnya. Singkatnya waktu yang diperlukan dalam satu siklus menanam sayur, dan tingginya
permintaan kebutuhan sehari-hari tersebut membuat budidaya tanaman sayur sangat
menggiurkan. Sehingga mayoritas masyarakat yang berada di daerah DAS bekerja sebagai petani.
Dalam bertanam sayuran, terjadi aktivitas olah tanah yang sangat tinggi. Tanaman sayur juga
memerlukan media tumbuh tanah yang kaya akan oksigen, sehingga selalu dibuat bedengan atau
guludan. Dengan demikian, terdapat kecenderungan membangun bedengan dengan arah tegak
lurus arah kontur, dan mengkondisikan agar tanah menjadi remah, gembur (Gambar 1). Kondisi
tersebut akan memacu peningkatan laju erosi permukaan serta kecepatan aliran dan debit
limpasan permukaan.
Oleh sebab itu, budidaya tanaman sayur dan tanaman semusim lainnya di kawasan konservasi
(hulu DAS) merupakan salah satu ancaman serius dalam konservasi lahan dan sumber daya air.
Faktor utama yang paling sulit dilawan adalah tingginya nilai ekonomis bagi petani, bila bertanam
sayur.

Pandangan hamparan ladang dan kebun, serta hawa sejuk pegunungan yang jauh dari
kebisingan merupakan daya tarik tinggi bagi mayoritas penduduk kota untuk membangun tempat
peristirahatan. Perubahan kawasan terbuka hijau menjadi permukiman, mengakibat-kan
penurunan kapasitas resapan air hujan sehingga meningkatkan debit limpasan permukaan. Oleh
karena hal tersebut maka ancaman utama yang selalu timbul terhadap upaya konservasi lahan
dan sumber daya air di huu DAS adalah perubahan penggunaan lahan dan kondisi tutupan lahan.
Perubahan penggunaan lahan dari kawasan konservasi menjadi kawasan budidaya pertanian dan
atau kawasan perumahan. Dampak dari kondisi ini ialah terjadinya longsor, banjir/ banjir
bandang, dan erosi permukaan lahan yang hebat. Aliran limpasan permukaan yang tinggi dan
membawa material sedimen hasil erosi permukaan merupakan embrio daya rusak yang hebat.
Jika akumulasi aliran tersebut mengalir ke anak sungai dan menyatu pada sungai utama, akan
mengendapkan sedimen sehingga daya salur sungai akan semakin berkurang. Hal ini tentu
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya banjir. Jika aliran limpasan permukaan yang
membawa sedimen tidak mengalir ke anak sungai, tentu akan membuat anak seungai baru dan
mengalir ke kawasan-lawasan perdesaan di luar alur sungai dan terjadilah banjir bandang.
Untuk itu perlu di lakukan konservasi di daerah hulu yang bertujuan mempertahankan
keseimbangan dan fungsi hidroorologis kawasan (watershed management). Berikut beberapa
cara yang dapat dilakukan :

a. Konservasi Teknis
Ada 3 macam konservasi teknis yaitu konservasi vegetatif, konservasi lahan
metode mekanis dan konservasi metode konstruktif. Konservasi vegetatif dapat dilakukan
dengan bantuan peta kekritisan lahan, dimana dapat diketahui lokasi dan luas lahan yang
akan di konservasi. Analisa kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui tingkat
kesesuaian lahan dengan tanaman tertentu. Dalam pemilihan jenis tanaman dapat
dipergunakan tinjauan: hidrologis, ekonomi, budaya, serta estetika. Pemilihan jenis
tanaman yang tepat akan mempermudah dalam upaya pelibatan masyarakat.
Konservasi lahan metode mekanis adalah semua perlakuan fisik mekanis yang
diberikan terhadap lahan yang ditujukan untuk mengurangi debit limpasan permukaan
dan dampaknya, serta meningkatkan kelas kemampuan lahan. Berbagai jenis teras dapat
dipilih dalam konservasi lahan metode mekanis, antara lain: teras bangku (miring ke
dalam dan miring keluar), guludan, bedengan. Kriteria pemilihan jenis tersebut disusun
dengan orientasi ekonomis dan efektfitas konservasi.
Koservasi metode konstruktif pada prinsipnya berupa pembuatan konstruksi
bangunan sipil, untuk memperkuat kinerja dari konservasi metode vegetative dan
mekanis. Dalam konservasi lahan, bentuk bangunan dapat berupa: saluran drainase
pertanian, perkuatan tebing pencegah longsor. Konservasi di anak-anak sungai ditujukan
untuk mengontrol transportasi sedimen di alur sungai, dari hulu ke hilir berupa: rorak,
Cekh Dam, Sabo Dam.
b. Perundingan
Dengan adanya peraturan atau kebijakan pemerintah daerah yang
melindungi/membatasi pemanfaatan kawasan dan penetapan tata guna lahan (zoning)
yang sesuai untuk tujuan konservasi air dan tanah dapat membatu konservasi. Kebijakan
pemerintah daerah yang dimaksud dapat dalam berbagai bentuk, diantaranya ialah
pembedaan tarif pajak, sumbangan pupuk organik, pengelolaan hasil panen. Contohnya
adalah kebijakan di Kota Batu Malang, Kebijakan tumpangsari tanaman keras milik
Perhutani (Pinus) dengan tanaman semusim milik petani penggarap (Pesanggem) tidak
akan dapat berhasil dengan baik. Kontradiksi antara kewajiban petani menjaga rimbun
dedaunan Pinus dengan hak penati budidaya tanaman semusim di bawahnya, yang tentu
membutuhkan sinar matahari yang cukup dan tidak banyak terganggu perakaran
tanaman lain.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Selain langkah-langkah di atas pemberdayaan masyarakat juga perlu dilakukan, sehingga
keberhasilan konservasi juga diukur dengan peningkatan pendapatan penduduk
setempat. Kita dapat membuat kegiatan parsial dalam bentuk proyek percontohan yaitu
pembentukan desa konservasi, yang merupakan sebuah pendekatan model
pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi lahan dan sumber daya air. Untuk
mewujudkan itu juga dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit, sehingga masyarakat dapat
membuat program “Dana Desa” sebagai modalnya.

1.2. Penampungan & Bendung

Pengelolaan sungai, danau dan waduk adalah upaya merencanakan, melaksanakan,


memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumberdaya
air dan pengendalian daya rusak air agar terciptanya konservasi sumber daya air. Namun tidak
jarang di jumpai beberapa masalah dalam pengelolaannya. Contohnya saja ada beberapa waduk
yang kering pada saat musim kemarau. Hal ini terjadi akibat adanya tingkat penguapan yang
begitu tinggi. Masalah lainnya timbul akibat air yang mengalir membawa sedimen-sedimen
sehingga terjadi penumpukan sedimen di dasar waduk/bendung. Selain membawa sedimen-
sediman biasanya terdapat zat tercemar yang mengakibatkan munculnya gulma-gulma yang
tertumpukpada bagian hilir bendung/waduk. Hal itu mengakibatkan fungsi dari waduk itu tidak
berjalan optimal.
Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan sungai, danau dan waduk untuk konservasi sumber
daya air adalah upaya pencegahan banjir dan kekeringan, pencegahan erosi dan sedimentasi,
pencegahan kerusakan bantaran sungai, pencegahan tercemarnya sumber air, dan juga untuk
menghindari konflik dan degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Berikut beberapa cara yang
dapat dilakukan :

a. Konservasi Teknis
 Pengerukan (dredging)
Pengerukan (dredging) adalah suatu perlakuan yang dilakukan dalam bendungan
sebagai salah satu teknik konservasi yang memperhatikan sisi tampungan efektif
suatu bendungan.
 Penggalian (excavation)
Penggalian (excavation) adalah suatu perlakuan yang dilakukan dalam bendungan
sebagai salah satu teknik konservasi yang memperhatikan lebar dari tubuh sungai
yang mengalirkan air itu sendiri.
 Penggelontoran (flushing)
Prinsip dari metode penggelontoran sedimen dengan energi potensial air waduk
(fushing) adalah mengeluarkan sedimen dengan mengambil manfaat energi
hidrolik akibat beda tinggi antara muka air di depan dan belakang bendungan.
 Reboisasi (reforestation)
Penerapan reboisasi atau penghijauan kembali juga merupakan salah satu cara
tradisional dalam teknologi konsservasi yang dilakukan dengan cara penanaman
kembali atau penghijauan di daerah tangkapan air hujan yang ada.
b. Perundingan
Selain cara teknis di atas pembagian zona perlindungan waduk dapat dilakukan
guna melakukan konservasi. Contohnya pada Perairan Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri di bagi menjadi 5 zona yaitu zona bahaya, wisata, suaka, bebas, dan usaha
karamba (SK Bupati Wonogiri No. 133 tertanggal 5 Juni 1986). Zona bahaya adalah
kawasan yang dinyatakan tertutup untuk umum, berdasarkan pertimbangan
keamanan bangunan bendungan dan keselamatan pengunjung. Zona wisata adalah
kawasan pengembangan wisata dan rekreasi dengan kegiatan berupa pengoperasian
perahu motor, olah raga ski air, kebun binatang, taman rekreasi, rumah makan dan
kolam renang. Zona suaka ditujukan pada perlindungan, terutama populasi ikan. Zona
usaha Karamba dinyatakan sebagai kawasan produktif perikanan utama. Pada zona
ini dibudidayakan perikanan berupa karamba jaring apung. Zona bebas adalah
kawasan produksi ikan dari Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Penangkapan ikan
dalam kawasan ini tidak terlalu membutuhan pengawasan ketat.
Untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan
generasi sekarang dan mendatang. Untuk itu pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian
Pencemaran Air.

Untuk mendukung itu semua pertimbangan ekonomi dan finansial masuk dalam
perhitungan untuk mendukung konservasi air. Serta upaya konservasi air harus dipertimbangkan
sebagai salah satu pilihan dalam perencanaan pengadaan air dan dapat digunakan dimana
pilihan tersebut efektif. Pembinaan petugas lapangan agar lebih peka terhadap upaya-upaya
hemat air. Penyampaian pesan hemat air secara konsisten dan persisten oleh pimpinan lembaga
kepada pengambil keputusan dan perencana di pusat maupun di daerah.

1.3. Sistem Aplikasi


Dalam pendistribusiannya air melewati sistem jaringan pipa yang dapat mengalami
kebocoran. Kebocoran yang terjadi dalam pengelolaan sistem penyediaan air minum pada
PDAM di kelompokkan menjadi 2 jenis :
a) Kebocoran Secara Fisik
Adalah hilangnya sejumlah air minum pada proses penyediaan, pendistribusian dan
pelayanan air minum PDAM yang diperlihatkan oleh adanya aliran air secara fisik yang keluar
dari sistem jaringan pipa distribusi dan pelayanan PDAM. Penyebab terjadinya kebocoran
secara fisik yaitu:
 Faktor teknis yang meliputi: kebocoran air pada pipa distribusi dan perlengkapannya,
kebocoran air pada pipa dinas dan komponen instalasi SL sebelum meter air, dan
penggunaan fire hydrant, pengurasan jaringan pipa, penggunaan air instalasi produksi.
 Faktor non teknis meliputi: sambungan tidak terdaftar/illegal, pencurian air dan
kecurangan pelanggan (pemasangan pipa by-pass di instalasi ambungan rumah).
b) Kebocoran Non Fisik
Adalah hilangnya sejumlah air minum pada proses pe ndistribusian dan pelayanan air minum
kepada pelanggan PDAM yang tidak diperlihatkan oleh adanya aliran air secara fisik yang
keluar dari sistem jaringan pipa distribusi dan pelayanan PDAM. Penyebab terjadinya
kebocoran non fisik yaitu:
 Faktor teknis yaitu meteran yang tidak akuart.
 Faktor non teknis meliputi: kesalahan pembacaan, pencatatan dan perhitungan hasil
pembacaan meteran air SL serta kecurangan pelanggan (meter air ditempel magnit,
ditusuk jarum, ditetesi larutan garam, dimiringkan, dibalik dsb).

Setelah mengetahui jenis-jenis kebocoran yang terjadi kita dapat melakukan upaya agar
hal tersebut dapat teratasi. Kita dapat memasang water meter zona agar dapat diketahui
besarnya kebocoran di setiap zona dengan memasang jaringan jembatan pipa dan valve isolasi.
Sehingga kita dapat melakukan pemeliharaan rutin dan berkala terhadap meteran pelanggan.
Selain cara teknis di atas pemerintah juga telag mengeluarkan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No: 12/PRT/M/2013 tentang penghematan penggunaan air yang berasal dari
penyelenggara sistem penyediaan air minum di lingkungan instansi pemerintah, pemerintah
daerah, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Pertimbangan ekonomi masuk
dalam perhitungan untuk mendukung konservasi air.
Upaya konservasi air harus dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan dalam
perencanaan pengadaan air dan digunakan di mana pilihan tersebut efektif. Perlu adanya
pembinaan petugas lapangan agar lebih peka terhadap upaya-upaya hemat air. Penyampaian
pesan hemat air secara konsisten dan persisten oleh pimpinan lembaga kepada pengambil
keputusan dan perencana di pusat maupun di daerah.

2. Sistem Kebutuhan
Usaha-usaha di atas adalah usaha konservasi air melalui sistem suplai, sekarang saya akan
menjelaskan konservasi air sistem kebutuhan. Permasalahan yang muncul dari sistem ini adalah
penggunaan air yang tidak efisien atau boros air. Studi yang dilakukan Mokgope & Butterworth
(2001) dalam Bhawana Upadhyay (2005) menyatakan bahwa persediaan air untuk rumah tangga
tidak hanya digunakan untuk kebutuhan dasar seperti minum dan kebersihan badan, tetapi juga
untuk kegiatan produktif seperti irigasi tanaman, pemerahan susu, pembuatan batu bata,
pembuatan es batu, konstruksi bangunan dan sebagainya. Terkait hal itu, persediaan air dalam rumah
tangga harus terus dijaga keberlanjutannya agar kebutuhan dasar dan kegiatan produktif dalam
rumah tangga dapat terus berlangsung. Oleh sebab itu upaya konservasi air pada aras rumah tangga
menjadi sangat relevan dan penting (Sharma et.al., 1996; Whittington & Swarna, 1994 dalam Nyong,
A.O. & Karanoglau, P.S., 1999).
Untuk itu perlu adanya konservasi yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi
permintaan suplai air, mendaur ulang air buangan dan membudidayakan masyarakat arif air.
Contohnya saja untuk di rumah kita dapat menggunakan air hujan untuk mencuci mobil, menyiram
tanaman, mencuci peralatan berkebun, memandikan binatang dan sebagainya menggunakan air dari
tong penampungan air hujan. Untuk mengendalikan dan mengurangi permintaan suplainair kita juga
dapat membuat kebijakan untuk mengontrol pemakaian air rumah tangga, termasuk mekanisme dan
instrument pengawasannya seperti water metering system sebagaimana sudah di lakukan oleh
perusahaan air minum. Kita juga bisa mengkampanyekan pentingnya konservasi air seperti yang telah
dilakukan di Amerika Serikat di mana pemerintah lokal mendanai kampanye penghematan air
bertajuk Water: Use it Wisely (“Air: Gunakan Air Secara Bijaksana”) yang berisi cara-cara menghemat
air yang dituliskan pada spanduk yang dipasang di sekitar pemukiman penduduk dengan tagline
“There are a number of ways to save water and they all start with you. You are water-saving device
No. 1” (“Ada sejumlah cara untuk menghemat air dan semua cara tersebut dimulai dari Anda. Anda
adalah alat penghemat air nomor satu”) (OECD, 2008).
Perlu adanya hokum yang mengatur juga tentang penggunaan air dan perizinan, yang tertuang
pada PP No. 69 tahun 2014 tentang Hak Guna Air, UU No. 7 tahun 2004 dan peraturan-peraturan
lainnya yang jika di lakukan dapat menyeimbangkan ketersedian air dan penggunaan air. Sehingga
meminimalisir kekeringan saat musim kemarau dan seluruh masyarakat dapat merasakan air bersih
untuk menunjuang kehidupannya. Selain itu kita dapat menciptakan mekanisme yang dapat
meningkatkan nilai air dari benda yang bernilai sosial menjadi barang bernilai ekonomis melalui
sistem tarif, insentif dan pinalti, alokasi biaya konservasi pada penerima manfaat dan privatisasi.
Penyampaian pesan hemat air juga dapat dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, dengan
mengajarkan siswa untuk mematikan keran air jika tidak dipakai juga non formal saat di rumah orang
tua dapat memberikan contoh saat menyikat gigi sebaiknya keran air tidak di nyalakan. Hal-hal kecil
seperti itu lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan dan tujuan masyarakat arif air akan tercapai.
Perlunya juga koordinasi lembaga-lembaga pusat dan daerah dalam pembinaan
organisasi/masyarakat tentang pemakaian air dan daur ulang air yang dapat di manfaatkan kembali.
Daftar Pustaka

Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta, Yogyakarta.

http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-konservasi/

https://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2016/12/IPLBI2016-001-010-Konservasi-Sumber-
Daya-Air-di-Hulu-DAS.pdf

https://www.academia.edu/8303513/14._KONSERVASI_SUMBERDAYA_AIR

http://jadfan.lecture.ub.ac.id/files/2016/09/TKW-1.pdf

https://www.academia.edu/11999054/Teknik_Konservasi_Bendungan_Sutami

http://lib.ui.ac.id/detail?id=73622&lokasi=lokal

http://www.sanitasi.net/peraturan-pemerintah-no-82-tahun-2001-pengelolaan-kualitas-air--
pengendalian-pencemaran-air.html

https://books.google.co.id/books?id=0D54DAAAQBAJ&pg=PA176&lpg=PA176&dq=konservasi+air+pada
+sistem+distribusi&source=bl&ots=1M91Z5mD2R&sig=lEVUi8mYTCilrQvbfFSET3LTtsE&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwijp_iW1YbfAhUYeisKHe3MA1IQ6AEwAXoECAAQAQ#v=onepage&q&f=false

http://repository.its.ac.id/41318/1/3312202812-Master-Theses.pdf

https://www.kompasiana.com/purwanti_asih_anna_levi/5517bcdc813311ae689de539/efisiensi-
pemakaian-air-melalui-perubahan-perilaku-individu

Anda mungkin juga menyukai