Anda di halaman 1dari 5

GAS – GAS KILANG

I. PENDAHULUAN

Metode pemisahan ataupun pemekatan gas dari produk-produk kilang yang umum
dilakukan adalah absobsri gas menjadi cairan yang bertekanan rendah, adsorbsi dalam
lempung atau karbon aktif, dan fraksionasi tekanan tinggi suhu rendah. Dalam praktiknya,
gabungan beberapa operasi tersebut dilakukan untuk efisiensi dan pertimbangan ekonomi
seperti absorbsi dan fraksionasi.
Gas-gas yang dihasilkan dari proses pengilangan terdiri dari:
a. Gas ringan yang mengandung C1 dan C2 yang dikelompokkan menjadi gas bakar kilang
(Refinery Fuel Gas)
b. Propan dan butan yang dapat dicairkan menjadi elpiji (LPG)
c. Gas-gas non-hidrokarbon seperti H2S, CO2, H2, SO2, S2 dan sedikit C1/C2 yang
dikelompokkan menjadi gas-gas buang (off-gas atau tail-gas)
Unit-unit penghasil gas didalam kilang adalah :
a. Gas Bertekanan Rendah berasal dari:
- Unit-unit distilasi, baik distilasi atmosfer maupun distilasi hampa
- Unit-unit Perengkahan Katalis
b. Gas Bertekanan Tinggi
- Unit-unit Perengkahan Termis
- Polimerisasi
Gas-gas yang bertekanan rendah dimasukkan kedalam compressor sehingga
tekanannya menjadi tinggi dan selanjutnya diolah dalam unit stabilizer dan absorber.
Proses-proses tersebut dimaksudkan untuk memisahkan fraksi ringan C1-C2 sebagai bahan
bakar gas kilang (refinery fuel gas), dan komponen-komponen propan dan butan sebagai
bahan pembuatan gas cair elpiji.
Gas kilang adalah campuran gas yang dihasilkan selama proses penyulingan yang
digunakan untuk mengolah minyak mentah menjadi berbagai produk minyak bumi yang
dapat diperdagangkan atau dijual. Komposisi gas ini bervariasi, tergantung pada komposisi
minyak mentah itu berasal dan proses yang telah dialami. Komponen umumnya meliputi
butana, butylenes, metana, etana, etilen dan lain-lain.
Ketika minyak mentah dibawa ke kilang, minyak mentah tersebut diambil melalui
sejumlah proses untuk memurnikannya menjadi berbagai komponen. Proses
permurniannya meliputi distilasi, reformasi, racking, dan proses lainnya yang dapat
beguna. Biasanya, selain memproduksi produk akhir yang dapat dijual, proses pemurnian
juga menghasilkan produk yang memerlukan pemurnian lebih lanjut, dan gas kilang. Untuk
beberapa hal, produk samping yang dihasilkan dapat dikontrol dengan penyesuaian
pengaturan di kilang, termasuk penyesuaian dalam campuran komponen.
Dalam beberapa kasus, gas kilang dapat dikemas dan dijual sebagai produk akhir di
pasar terbuka. Di sisi lain, produk ini juga dapat digunakan sebagai bahan bakar dan bahan
baku untuk proses lainnya di kilang. Penggunaan gas kilang sebagai bahan baku
memungkinkan kilang beroperasi sangat fleksibel, menyesuaikan apa yang mereka
hasilkan dengan mudah dengan mengubah proses dan bahan baku yang mereka gunakan
untuk memenuhi permintaan untuk berbagai produk minyak bumi.
Terkadang gas kilang sebelum digunakan harus melalui proses treatment terlebih
dahulu agar kandungan senyawa seperti belerang, H2S, mercapthan, CO2 dan lain-lain
dapat dihilangkan. Untuk gas-gas yang tidak dapat dilakukan pengolahan lagi seperti H2S
dan CO2 dapat dibuang melalui system flare gas yang terdapat pada kilang.

II. BAHAN BAKU

III. SIFAT FISIK DAN SIFAT KIMIA

IV. URAIAN PROSES

Proses pengolahan minyak mentah dalam suatu kilang dilakukan dengan berbagai
macam proses sehingga menghasilkan produk-produk yang bervariasi, semua jenis produk
tersebut tergantung dari beberapa kondisi seperti jenis crude oil, peralatan proses dan
sebagainya. Salah satu produk hasil kilang adalah gas kilang (Refinery Gasses). Berikut
adalah proses-proses yang menghasilkan gas kilang:
1. Proses pemisahan crude oil dan fraksi ringan atau gasnya yang dilakukan di sumur-
sumur minyak menggunakan separator gas.
2. Proses Distilasi Atmosferik dan vakum pada suatu kilang minyak.
3. Proses-proses Konversi, misalnya dari proses desulfurisasi, proses catalytic cracking,
hydrocracking, reforming (meliputi visbreaking, catalytic reforming) dan delayed
coking.

V. FLOWSHEET

VI. PRODUK DAN KEGUNAAN PRODUK

Penggunaan gas – gas kilang ini bermacam-macam tergantung dari gas apa yang
tersedia dan fasilitas apa yang dimiliki oleh kilang tersebut. Gas – gas kilang biasanya
digunakan sebagai :

1. Bahan Baku Proses Lain


Untuk bahan baku proses lain, misalnya untuk membuat gasoline, industri pupuk
dan industri Petrokimia.

2. Bahan Bakar
Gas – gas kilang digunakan sebagai bahan bakar, misalnya untuk bahan bakar
dalam kilang, bahan bakar rumah tangga dan industri, namun harus diproses terlebih
dahulu menjadi LPG.
Bahan bakar gas yang biasa disebut dalam kilang sebagai refinery fuel gas adalah
gas ringan yang terdiri dari C1 – C2 merupakan produk atas yang tidak terkondensasi
dari unit-unit distilasi dan prengkahan. Sumber-sumber gas kilang (Refinery Fuel Gas)
yang tidak terkondensasi berasal dari unit-unit:
1. Distilasi atmosfer dan distilasi hampa,
2. Perengkahan termis
3. Perengkahan katalis
4. Polimerisasi, dan
5. Berasal dari puncak menara absorber berupa gas-gas yang tidak terserap.
Umumnya gas-gas tersebut bertekanan rendah sekitas 1-5 psig. Gas-gas yang
bertekanan sedang selain untuk refinery fuel gas, dikupulkan dan dikirim ke unit
kompresi gas untuk menaikkan tekanannya menjadi 85-90 psig. Gas yang bertekanan
tinggi lalu dikirim ke unit-unit stabilizer dan absorber untuk menyerap komponen
propan dan butan sebagai bahan baku untuk elpiji.

3. Dibakar Atau Dibuang Langsung Melalui Flare


Flare gas biasanya berasal dari bisnis hulu migas (indusri hulu) maupun dari
bisnis hilir (industri hilir). Pada dasarnya, instalasi flare merupakan sistem pengaman
suatu gas yang dihasilkan dari proses pengolahan maupun produksi dengan cara
membakar gas tersebut. Selain sebagai pengamanan, pembakaran gas flare bertujuan
untuk meminimalisir pencemaran lingkungan karena apabila gas yang dibuang ke udara
tanpa dibakar terlebih dahulu tentunya memiliki dampak negatif bagi lingkungan
sekitar.

Pembakaran gas flare sebenarnya masih menghasilkan emisi CO2 yang tentunya
mencemari lingkungan dan merupakan penyebab utama pemanasan global saat ini.
Sehingga perlunya pemanfaatan gas flare melaui konversi energi agar gas flare bisa
dimanfaatkan sebagai sumber energi lain. Hal tersebut yang sekarang ini menjadi
prioritas utama industri-industri migas, karena pemanfaatan gas flare dapat mengurangi
dampak pencemaran lingkungan serta menjadi sumber energi alternatif lainnya,
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan gas kilang
perlu ditingkatkan agar agar kebutuhan energi saat ini dapat terpenuhi, disamping itu
pemanfaatan gas flare dapat mengurangi pencemaran udara akibat dari gas buang.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Ali Fasya. 2003. Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Palembang: Universitas
Sriwijaya
(2015). “Pemanfaatan Flare Gas”. [online]. Tersedia:
http://www.prosesindustri.com/2015/04/pemanfaatan-flare-gas.html. [12 Maret
2019]

Anda mungkin juga menyukai