“D”, DENGAN
HIPERTENSI, DI BANJAR PABEAN, DESA KETEWEL,
KECAMATAN SUKAWATI, KABUPATEN GIANYAR
TANGGAL 10 s/d 15 DESEMBER 2018
OLEH:
NI KADEK MARHENDRAYANI
(P07120016014)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN HIPERTENSI
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1) Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2) Lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4) Usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokkan menjadi:
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood), atau 29 – 25 tahun,
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25 – 60 tahun atau 65 tahun,
3) Lanjut usia (geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yangdibagi lagi
dengan:
a) 70 – 75 tahun (young old), 75 – 80 tahun (old),
b) Lebih dari 80 (very old).
c. Penggolongan lansia menurut Depkes RI dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok yakni :
1) Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Teori yang pertama diajukan oleh Cumming dan Henry (1961) Teori ini
menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan
adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple loss):
1) Kehilangan peran (loss of role).
2) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang
berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri
pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. Dari
penyebab terjadinya proses menua tersebut, ada beberapa peluang yang
memungkinkan dapat diintervensi agar proses menua dapat diperlambat.
Kemungkinan yang terbesar adalah mencegah:
1) Meningkatnya radikal bebas.
2) Memanipulasi sistem imun tubuh.
3) Melalui metabolisme/makanan, memang berbagai misteri kehidupan masih
banyak yang belum bisa terungkap, proses menua merupakan salah satu
misteri yang paling sulit dipecahkan.
Selain itu, peranan faktor resiko yang datang dariluar (eksogen) tidak boleh
dilupakan, yaitu faktor lingkungan dan budaya gaya hidup yang salah. Banyak
faktor yang memengaruhi proses menua (menjadi tua), antara lain
herediter/genetik, nutrisi/makanan, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan, dan stres. Proses menua/menjadi lanjut usia bukanlah suatu penyakit,
karena orang meninggal bukan karena tua, orang muda pun bias meniggal dan
bayi pun bisa meninggal. Banyak mitos mengenai lanjut usia yang sering
merugikan atau bernada negatif, tetapi sangat berbeda dengan kenyataan yang
dialaminya (Nugroho, 2000).
Pathway
Umur Jenis Kelamin Gaya hidup Obesitas
Hipertensi
Perubahan Struktur
Vasokontriksi
Gangguan Sirkulasi
Afterload
Defisiensi
Nyeri akut pengetahuan
(kepala)
Penurunan curah
jantung
Kesiapan
peningkatan
Deprivasi Tidur Intoleransi pengetahuan
aktivitas
5. Gejala Klinis dari Hipertensi
Menurut NANDA (2013), manifestasi klinis pada hipertensi dibedakan menjadi :
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi mengeluh sebagai berikut:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Epistaksis
8) Kesadaran menurun
Data Obyektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obs-truksi.
3) Neurosensori
a) Keluhan pusing.
b) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4) Pernapasan
a) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja.
b) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d) Riwayat merokok.
b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin/hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubu-ngan
dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN/kreatinin : Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi
jaringan.
3) Glukosa : Hiperglikemia (diabetes militus adalah pencetus hiper-tensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (me-ningkatkan
hipertensi).
4) Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldo-steron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
5) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat mening-katkan
hipertensi.
6) Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat meng-
indikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek
kardiovaskuler).
7) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokon-striksi
dan hipertensi.
8) Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme pri-mer
(penyebab).
9) Urinalisasi : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi gin-jal
dan/atau adanya diabetes.
10) VMA urin (metabolit katekolamin) : Kenaikan dapat mengindi-kasikan
adanya feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai risiko
terjadinya hipertensi.
12) Streroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk
pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
13) IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyebab
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14) Foto dada : Dapat mengidentifikasi obstruksi klasifikasi pada area katup ;
deposit pada dan atau takik aorta perbesaran jantung.
15) CT-Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, dan
feokromisitoma.
16) EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi.Catatan : Luas, peningggian gelombang P ada-lah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi (Doenges,2000).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard.
b. Intoleransi aktivitasi berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai O2 ke otak
menurun.
e. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor adanya perubahan tekanan darah
3. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
4. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
5. Memantau asupan nutrisi
6. Memantau intake dan output cairan
7. Membantu meningkatkan koping
8. Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita
melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan kriteria
hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:
1. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign dalam
batas normal
2. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
3. Tidak ada ortostatikhipertensi
4. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
5. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Darmojo dan Martono. (2006). Geriatri. Jakarta : Yudistira.
Depkes RI. (2001). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut bagi PetugasKesehatan:
Materi Pembinaan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan UsiaLanjut
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.
Jakarta : EGC
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC
Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3.Jakarta: EGC
Kozier, B.B., & Erb, G. (1987). Fundamentals of Nursing: Concepts and Procedures
Massachussets: Eddison Wesley
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction
Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed.). Missouri : MosbyEliopoulos,
C. (2005). Gerontological Nursing (6thEd). Philadelphia: JB.
LippincorlBrooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC
Madyaningratri,Ambar.2012.Fisiologi Sistem kardio vaskular
(Hemodinamika).Available:http://www.academia.edu/9841261/Fisiologi_Sistem_
Kardio_Vaskular_Hemodinamika_. Diakses pada 12 Desember 2018
Putri, Puniari Eka.2012.Aliran Darah dan Denyut
Jantung.Available:https://id.scribd.com/doc/99106200/Aliran-Darah-Dan-Denyut-
Jantung. Diakses pada 12 desember 2018
Shann,Resti.2012.Laporan Praktikum Anfisman Tekanan
Darah.Available:http://www.academia.edu/6475438/LAPORAN_PRAKTIKUM_
ANFISMAN_TEKANAN_DARAH. Diakses pada 12 desember 2018
Gianyar, Desember 2018
Mengetahui
Pembimbing Institusi/CT
NIP.