PENDAHULUAN
1
2009). Oleh karena itu, perlu adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan lingkungan
permukiman pada sektor air bersih dan drainase.
2
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
Mengetahui karakteristik wilayah dan analisis stakeholder di RW 1 Kelurahan Gedawang.
Merumuskan strategi, metode, dan teknik fasilitasi Community Action Plan (CAP) pada
sektor air bersih dan drainase di RW 1 Kelurahan Gedawang.
Merumusukan permasalahan dan potensi wilayah pada sektor air bersih dan drainase di
RW 1 Kelurahan Gedawang.
Merumuskan visi dan strategi pengembangan pada sektor air bersih dan drainase di RW 1
Kelurahan Gedawang.
Menyusun masterplan sektor air besih dan drainase secara partisipatif.
Merumuskan rencana tindak melalui identifikasi pilihan guna mencapai tujuan yang
diharapkan dalam menyelesaikan permasalahan pada sektor air bersih dan drainase di RW
1 Kelurahan Gedawang.
Merumuskan rencana anggaran dan model kelembagaan kerjasama.
Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi.
3
Sumber: BAPPEDA Kota Semarang, 2011
Gambar 1.1
Peta Administrasi RW 1 Kelurahan Gedawang
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi pada penelitian ini berfungsi untuk memberikan batasan
pembahasan sebagai arahan bagi peneliti agar pembahasan yang dilakukan dapat terfokus dan
tidak terlalu luas. Ruang lingkup materi untuk laporan yang berjudul “Masterplan dan
Rencana Tindak Komunitas dalam Pengembangan Lingkungan Permukiman Masyarakat
Transisi RW 1 Kelurahan Gedawang terhadap Sektor Air Bersih dan Drainase” adalah
mengidentifikasi kondisi eksisting sektor air bersih dan drainase pada RW 1 Kelurahan
Gedawang, Kecamatan Banyumanik beserta permasalahannya, mengidentifikasi rencana
pengembangan lingkungan permukiman masyarakat berbasis komunitas pada sektor air
bersih dan drainase serta membuat masterplan terkait rencana tersebut. Hasil dari penelitian
ini nantinya akan digunakan sebagai rekomendasi dalam mengembangkan lingkungan
permukiman masyarakat berbasis komunitas pada sektor air bersih dan drainase di RW 1
Kelurahan Gedawang.
4
1.5 Kerangka Pikir
6
BAB VIII USULAN RENCANA TINDAK (PROJECT PROPOSAL) DAN RENCANA
ANGGARAN, SERTA MODEL KELEMBAGAAN KERJASAMA DAN INSTRUMEN
MONEV
Bab ini berisikan rincian usulan rencana tindak disertai dengan anggarannya, serta model
kerjasama dan penyusunan instrumen monitoring dan evaluasi.
BAB IX PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi mengenai konsep masterplan dan
proposal rencana tindak sektor sistem air bersih dan drainase berdasarkan pembahasan pada
bab sebelumnya.
7
BAB II
STUDI LITERATUR: PENDEKATAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
MASYARAKAT SEKTOR AIR BERSIH DAN DRAINASE
13
Tabel II.1
Standar Pelayanan Minimal Air Bersih dan Drainase
Standar Pelayanan
Bidang Kualitas
No. Indikator Kualitas Keterangan
Pelayanan Tingkat
Cakupan
Pelayanan
I
Prasarana
A.
Lingkungan
Indikasi penanganan:
Genangan <10 Ha,
penanganan drainase
mikro
Genangan >10 Ha,
penanganan drainase
makro
Kriteria desain/input
Tidak
perencanaan:
terjadi lagi
Di lokasi Saluran primer/makro
genangan
genangan drainase u/ kawasan
banjir bila
dengan: strategis, perdagangan,
terjadi
Luas Tinggi industri, permukiman, u/
genangan:
genangan Tidak ada genangan penanganan >10 Ha,
tinggi
banjir genangan rata-rata >30 PUH 10-25 tahun
Drainase dan genangan
tertangani di banjir di cm Saluran sekunder u/
1. Pengendalian rata-rata
daerah daerah Lama penanganan genangan
Banjir <30 cm,
perkotaan dan kota/perkota genangan >2 >10 Ha, PUH 10-25
lama
kualitas an >10Ha jam tahun
genangan
penanganan Frekuensi Saluran tersier, u/
<2 jam.
kejadian penanganan genangan
Frekuensi
banjir >2 kali <10 Ha, PUH 2.5 tahun
kejadian
setahun Bangunan-bangunan
banjir <2
drainase bangunan
kali setahun
terjunan, polder, gorong-
gorong, sodetan, jalan
inspeksi, rumah pompa,
sumur resapan, dll. Lihat
lebih: SK SNI M 18-
1989 u/ standar/metode
perhitungan debit banjir
B. Utilitas Umum
Penduduk 60-220
Sesuai SK MENKES No.
terlayani 55-75% lt/org/hr u/
416/MENKES/PER/IX/19
1. Air Bersih Tingkat debit penduduk permukiman di
90
pelayanan/ora terlayani kawasan
Standar WHO
ng perkotaan
14
Standar Pelayanan
Bidang Kualitas
No. Indikator Kualitas Keterangan
Pelayanan Tingkat
Cakupan
Pelayanan
Tingkat 30-50 lt/org/hr
kualitas u/ lingkungan
perumahan
Memenuhi
standar air
bersih
Pengembangan
Perumahan
A. Permukiman
Persentase Pemeliharaan Tinggi
daerah saluran genangan <30
genangan drainase cm, lama
50 s/d 80%
Drainase/Penge tertangani Penataan genangan/2
1. daerah SK SNII T-07-1990-F
ndalian Banjir Lama prasarana dan jam frekuensi
genangan
genangan sarana genangan,
Tinggi lingkungan maksimal 2
genangan permukiman kali setahun
60-220
lt/org/hr u/
Penduduk
permukiman di
terlayani
kawasan
Tingkat debit
55 s/d 75% perkotaan
Utilitas Umum pelayanan/ora Warna, bau Sesuai SK Men Kes No.
2. penduduk 30-50 lt/org/hr
Air Bersih ng dan rasa 416/MEN/KES/Per/IX/1990
terlayani u/ lingkungan
Tingkat
perumahan
kualitas air
Memenuhi
minum
standar air
bersih
Sumber: Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No 534, 2011
Penyelenggaraan sistem drainase perkotaan juga diatur dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No 12 Tahun 2014. Dalam Permen tersebut dibahas secara detail
bagaimana penyelenggaraan dan pengelolaan sistem drainase perkotaan. Selain itu, terdapat
Permen PU No 01 Tahun 2014 yang membahas Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal
Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, yang di dalamnya juga membahas terkait air
bersih dan drainase secara rinci, termasuk cara pengukurannya.
SPM Drainase
Sasaran penyediaan sistem drainase adalah meningkatnya kualitas layanan drainase
kawasan perkotaan. Indikator penyediaan sistem drainase adalah:
a. Persentase penduduk yang terlayani sistem jaringan drainase skala kota.
b. Persentase genangan (lebih dari 30 cm selama 2 jam) yang tertangani.
15
SPM pelayanan jaringan drainase skala kawasan dan kota adalah persentase jumlah
masyarakat yang terlayani pada akhir tahun SPM terhadap jumlah masyarakat yang
seharusnya mendapatkan pelayanan sistem drainase.
SPM pengurangan luas genangan adalah persentase luasan yang masih tergenang di suatu
kota/kabupaten pada akhir tahun pencapaian SPM terhadap luasan daerah rawan genangan
atau berpotensi tergenang di Kota/Kabupaten dimaksud.
Luas daerah yang masih tergenang 30 cm setelah 2 jam
SPM = %
Luas daerah rawan genangan
2.4 Eco-Drainage
Eco-drainage merupakan upaya pengelolaan kelebihan air dengan cara sebesar-
besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa
melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Terdapat empat prinsip Eco-drainage, yaitu:
16
1. Rain Water Harvesting
2. Peresapan Air (biopori, sumur resapan)
3. Pengaliran Air (saluran makro, penghubung, mikro)
4. Pemeliharaan Air (bioremediasi, fitoremediasi, penyaringan sampah, hingga larangan
membuang sampah di saluran)
Keempat prinsip Eco-drainage akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Rain Water Harvesting
Rain Water Harvesting (RWH) adalah proses menampung air hujan dengan menggunakan
dan mengalirkan air melalui pipa menuju water tank yang berada di bawah tanah. Air dari
Rain Water Harvesting dapat dimanfaatkan kembali untuk berbagai kepentingan, misalnya
keperluan pengairan taman dan kawasan hijau, mencuci kendaraan, bilasan toilet, atau untuk
diminum (setelah diproses). RWH biasanya diterapkan di area yang curah hujannya lebih dari
200 mm per tahun, dan Indonesia termasuk di antaranya.
Catchment area-nya adalah atap rumah, air hujan disalurkan ke tangki penampungan
dengan menggunakan pipa (plastik). Air hujan ini kemudian ditampung di tangki yang
terbuat dari PVC tarpaulin (terpal) berkapasitas 1.000 L yang didesain di Korea. Air hujan ini
kemudian bisa digunakan untuk mandi dan mencuci. Tetapi tidak semua air yang ditampung
oleh bangunan bisa langsung diminum karena bisa saja mengandung partikel-partikel
berbahaya yang tak kasat mata terutama pada bangunan yang terlalu tinggi, misalnya lebih
dari dua lantai.
2. Peresapan Air
Biopori
Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah sebagai
metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi genangan air dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah. Peningkatan daya resap air pada tanah dilakukan
dengan membuat lubang dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan
kompos. Sampah organik yang ditimbunkan pada lubang ini kemudian dapat menghidupi
fauna tanah, yang seterusnya mampu menciptakan pori-pori di dalam tanah.
Sumur Resapan
Sebuah metode praktis dengan cara membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air
hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan tertentu (Dr Sunjoto, UGM).
Konstruksi dan kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah
17
setempat. Perlu diingat bahwa sumur resapan ini hanya untuk air hujan, bukan air limbah
rumah tangga.
3. Pengaliran Air
Metode ini berfungsi untuk mengalirkan air melalui berbagai saluran air baik makro,
penghubung, dan mikro. Kapasitas air yang mengalir di tiap-tiap saluran ini harus tetap
dijaga, sehingga dapat mereduksi limpasan yang mengakibatkan banjir di suatu wilayah.
Selain itu, percepatan aliran air dengan menggunakan sarana dan prasarana pompa juga
menjadi salah satu cara untuk mengurangi potensi banjir.
4. Pemeliharaan Air
Apabila pada ketiga prinsip di atas berfokus pada segi kuantitas air, prinsip keempat ini
berfokus pada penjagaan kualitas air agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga
flora maupun fauna dapat tetap hidup berdampingan dengan manusia. Pada prinsip inilah
penggunaan teknologi seperti bioremediasi, fitoremediasi, penyaringan sampah, hingga
larangan membuang sampah di saluran diberlakukan.
Keterangan:
(A) air hujan yang turun jatuh ke genting, (B) terdapat 2 jenis talang, yakni talang vertikal
dan horisontal. Air hujan yang jatuh ke genting dikumpulkan oleh talang vertikal dan
kemudian disalurkan oleh talang horisontal ke (C) dua bak air yang berada di permukaan
19
tanah. (D) selanjutnya air yang berada di bak akan dipompa menuju ke (E) bak air ke tiga
yang letaknya di utara rumah. Selanjutnya air dari (E) disalurkan ke kamar mandi, tempat
cuci di dapur, tempat cuci di ruang laundry, dan ke keran-keran yang berada di dalam rumah
maupun halaman. Penyaluran ini tidak memerlukan pompa lagi karena bak ketiga tempatnya
lebih tinggi, sehingga cukup menggunakan gaya gravitasi sehingga menghemat energi.
20
LRB yang seragam, bor ini telah banyak dijual di pasaran. Selain sebagai penanganan banjir,
biopori dapat menjadi alternatif pengomposan, pencegah genangan air, perbaikan struktur
tanah, dan alternatif air bersih.
21
BAB III
KONSTELASI WILAYAH DAN GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
22
Kota Semarang adalah suatu kota besar yang terdiri dari 16 kecamatan, yaitu
Kecamatan Banyumanik, Candisari, Gajahmungkur, Gayamsari, Genuk, Gunungpati, Mijen,
Ngaliyan, Pedurungan, Semarang Barat, Semarang Selatan, Semarang Tengah, Semarang
Timur, Semarang Utara, Tembalang, dan Tugu. Pada saat ini perkembangan perumahan dan
permukiman Kota Semarang sudah tidak lagi terkonsentrasi di pusat (segitiga emas Kota
Semarang), melainkan mulai bergeser ke daerah-daerah pinggiran Kota Semarang, seperti di
Kecamatan Genuk, Pedurungan, Mijen, Tembalang, dan Banyumanik. Perkembangan
permukiman dan perumahan di Kota Semarang yang mengarah ke pinggiran Kota Semarang
salah satunya disebabkan oleh harga lahan yang sudah sangat tinggi di pusat Kota Semarang
serta mulai munculnya kegiatan perekonomian di daerah pinggiran Kota Semarang, seperti
kegiatan industri dan kegiatan pendidikan (Universitas). Perkembangan perumahan dan
permukiman yang pesat di daerah pinggiran-pinggiran Kota Semarang pada akhirnya
membutuhkan berbagai sarana dan prasarana penunjang yang memadai sehingga
menimbulkan berbagai permasalahan dan tantangan, salah satunya adalah terkait dengan
penyediaan air bersih dan jaringan drainase.
23
3.1.2 Kecamatan Banyumanik
Kecamatan Banyumanik merupakan kecamatan yang terletak di bagian selatan Kota
Semarang dengan luas wilayah 2.391,90 km². Kecamatan Banyumanik terdiri dari 11
kelurahan, yaitu Kelurahan Ngesrep, Tinjomoyo, Srondol Kulon, Sumurboto, Srondol Wetan,
Padangsari, Gedawang, Banyumanik, Jabungan, dan Pudakpayung. Berdasarkan BPS Kota
Semarang tahun 2015, jumlah penduduk di Kecamatan Banyumanik pada tahun 2015
mencapai 132.508 jiwa. Berikut adalah batas administrasi dari Kota Semarang.
batas Utara : Kecamatan Candisari dan Gajahmungkur
batas Timur : Kecamatan Tembalang
batas Selatan : Kabupaten Semarang
batas Barat : Kecamatan Gunungpati
24
b. Pusat lingkungan VII.2 terdapat di Kelurahan Pedalangan dengan daerah pelayanan
Kelurahan Srondol Wetan dan Kelurahan Padangsari; dan
c. Pusat lingkungan VII.3 terdapat di Kelurahan Gedawang dengan daerah pelayanan
Kelurahan Banyumanik, Kelurahan Jabungan dan Kelurahan Pudakpayung.
Perkembangan permukiman di Kecamatan Banyumanik tergolong sangat pesat apabila
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain di Kota Semarang. Hal ini dibuktikan
adanya sejumlah perumahan baru yang bermunculan di Kecamatan Banyumanik. Tingginya
tingkat perkembangan permukiman di Kecamatan Banyumanik artinya berdampak pula
terhadap penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang yang harus disegerakan,
terutama air bersih dan drainase. Oleh sebab itulah, pembangunan jaringan air bersih dan
drainase di Kecamatan Banyumanik sangat dibutuhkan guna menjawab permasalahan serta
tantangan yang ada. Berdasarkan RDTRK Kota Semarang tahun 2010 pasal 23 Blok 2.3,
yaitu jaringan air bersih sekunder yang terletak di Jl. Suren-Perum Puri Perdana-Kelurahan
Gedawang-Kecamatan Banyumanik. Serta disebutkan pula pada RDTRK Kota Semarang
tahun 2010 pasal 26 Blok 2.2, yaitu saluran primer yang ditetapkan melalui Jl. Penrintis
Kemerdekaan-Jl. Setiabudi (AS1) dan Jl. Suren-Kelurahan Gedawang-Kecamatan
Banyumanik. Berikut adalah peta rencana jaringan air bersih Kota Semarang.
26
3.1.4 RW 1 Kelurahan Gedawang
RW 1 pada Kelurahan Gedawang terletak di bagian utara Kelurahan Gedawang dengan
luas wilayah 77,76 Ha. Jumlah penduduk di RW 1 Kelurahan Gedawang pada tahun 2015
mencapai 1.141 jiwa. Kelurahan Gedawang terdiri dari 8 RT. Berikut adalah batas
administrasi dari RW 1 Kelurahan Gedawang.
batas Utara : Kelurahan Padangsari
batas Timur : Kelurahan Jabungan
batas Selatan : RW 03
batas Barat : RW 05
27
3.2.1 Tataguna Lahan
Penggunaan lahan di RW 1 Kelurahan Gedawang sebagian besar masih berupa Ruang
Terbuka Hijau (RTH), dan sebagian kecil lainnya digunakan untuk kawasan permukiman.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah penduduk yang ada di RW 1 Kelurahan
Gedawang tidak mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, sehingga kebutuhan akan tempat
tinggal juga belum begitu banyak.
28
Sumber: BAPPEDA Kota Semarang, 2011
Gambar 3.8
Peta Daya Dukung Lahan RW 1
3.2.3 Kesesuaian Lahan
Secara keseluruhan, kesesuaian lahan di wilayah studi sesuai dengan peruntukkan lahan
yang telah ditetapkan dan juga daya dukung lahan di wilayah studi. Hanya sedikit yang tidak
sesuai, yaitu yang seharusnya merupakan kawasan penyangga menjadi area terbangun.
30
3.2.5 Jaringan Air Bersih
Pemenuhan air bersih di wilayah studi, yaitu RW 1 Kelurahan Gedawang masih
menggunakan sumber air yang berasal dari sumur artesis. Berdasarkan hasil observasi, 100%
masyarakat RW 1 menggunakan sumur artesis sebagai sumber air bersih utama. Kuantitas
pemenuhan air bersih dapat dikategorikan baik, karena aliran air dari sumur artesis lancar.
Sedangkan untuk kualitas air di wilayah studi tergolong jernih, dan dapat digunakan untuk
aktivitas masyarakat sehari-hari, seperti mandi dan mencuci.
31
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 3.13
Saluran Drainase di RW 1
3.2.7 Jaringan Sanitasi
Kondisi sanitasi di RW 1 Kelurahan Gedawang dapat dikatakan baik, karena setiap
rumah warga sudah memiliki jamban pribadi dan kondisinya bersih. Selain itu, septic tank
pada tiap rumah ditutup rapat agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
37
Tabel III.3
Pemetaan Stakeholder Berdasarkan Tingkat Kepentingan (Interest) dan Pengaruh (Power)
A B
Pemerintah Kota Masyarakat RW 1
C D
Ketua RW 1 Karang Taruna
Lurah/Seksi Pembangunan Dinas Tata Kota dan Perumahan
Kepentingan
Pengaruh
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B Pengembangan Masyarakat, 2016
Gambar di atas menunjukkan bahwa stakeholder dalam pengembangan masyarakat RW 1
terhadap sektor air bersih dan drainase:
A. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang tinggi tetapi memiliki pengaruh
(power) yang rendah diklasifikasikan sebagai Subjects (Kotak A). Stakeholder ini
memiliki kapasitas yang rendah dalam pencapaian tujuan, akan tetapi dapat menjadi
berpengaruh dengan membentuk aliansi dengan stakeholder lainnya (Reed et al, 2009).
Stakeholder dalam kotak A adalah Pemerintah Kota, dapat mempengaruh program
terutama dalam pendanaan tetapi tidak begitu punya kepentingan dengan program. Mereka
dapat menjadi resiko yang signifikan, perlu diperlakukan secara hati-hati dan dijaga
kepuasannya.
B. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) dan memiliki pengaruh (power) yang
tinggi diklasifikasikan sebagai Key Players (Kotak B). Dalam hal ini stakeholder terkait
adalah Masyarakat RW 1. Stakeholder yang paling penting dan minat mereka harus
mendapat keterwakilan dalam program. Perlu untuk membangun hubungan kerja yang
baik dengan mereka, untuk memastikan koalisi yang efektif dari dukungan program.
Stakeholder ini juga memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi
diklasifikasikan. Stakeholder ini harus lebih aktif dilibatkan secara penuh termasuk dalam
evaluasi dan strategi baru.
C. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) dan memiliki pengaruh (power) yang
rendah diklasifikasikan sebagai Crowd (Kotak C). Stakeholder yang berada dalam kotak C
bukanlah merupakan stakeholder kunci, mereka tetap memerlukan pemantauan yang
terbatas, tetapi prioritasnya rendah. Diperlukan sedikit dipertimbangkan untuk melibatkan
38
stakeholder ini lebih jauh karena kepentingan dan pengaruh yang dimiliki biasanya
berubah seiring berjalannya waktu (Reed et al, 2009). Stakeholder ini harus tetap
dimonitor dan dijalin komunikasi dengan baik (Thompson, 2011; Gardner et al, 1986).
Stakeholder yang diklasifikasikan sebagai crowd dalam penelitian ini adalah Ketua RW 1
dan Lurah/Seksi Pembangunan.
D. Stakeholder dengan tingkat kepentingan (interest) yang rendah dan memiliki pengaruh
(power) yang tingi diklasifikasikan sebagai Context Setters (Kotak D). Demikian juga
dengan stakeholder yang berada dalam kotak D yang memiliki minat paling kuat perlu
terwakilkan dalam program. Mereka bisa menjadi penting untuk mempengaruhi pihak
yang lebih kuat, dan kepentingannya perlu dilindungi. Stakeholder ini relatif pasif, akan
tetapi dapat berubah menjadi key players karena suatu peristiwa (Gardner et al, 1986).
Hubungan baik dengan stakeholder ini terus dibina. Untuk itu segala informasi yang
dibutuhkan harus tetap diberikan sehingga mereka dapat terus berperan aktif dalam
pencapaian tujuan (Thompson, 2011).
39
BAB IV
STRATEGI, METODE DAN TEKNIK FASILITASI COMMUNITY ACTION PLAN
4.1 Strategi
Strategi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi adalah Community
Action Planning (CAP). CAP merupakan suatu langkah yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kapasitas masyarakat dalam hal pengambilan keputusan dan tindakan yang
tepat. Melalui CAP ini, maka masyarakat ikut berpartisipasi secara penuh dari proses
perencanaan pembangunan, implementasi, hingga monitoring dari perencanaan yang telah
mereka buat. Proses CAP akan menghasilkan suatu rencana tindak bersama yang berorientasi
pada hasil dalam jangka waktu tertentu, dengan pelaksanan dan penanggung jawab kegiatan
yang jelas, rincian strategi pelaksanaan yang lengkap dan disepakati oleh seluruh pihak yang
terlibat dalam rencana tindak tersebut. Perumusan strategi yang dibuat dan disepakati oleh
seluruh pihak masyarakat diharap mampu memberi jaminan ketepatan sasaran untuk semua
pihak yang terlibat dari pelaksanaan maupun pemeliharaan hasil tindakan yang telah
dilakukan.
4.2 Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan program pengembangan lingkungan
permukiman terhadap sektor air bersih dan drainase di RW 1 Kelurahan Gedawang adalah
metode CAP (Community Action Planning) dengan pendekatan “Strategic Action Planning”.
Metode ini bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam mengelola air bersih
dan drainase yang ada di lingkungan sekitarnya. Pelaksanaan metode CAP dengan
pendekatan Strategic Action Planning di RW 1 Kelurahan Gedawang ini akan dilaksanakan
dengan beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu:
1. Tahap pertama: Pra-CAP
Merupakan tahap persiapan yang memberikan pengarahan kepada masyarakat tentang
kegiatan CAP dan pembuatan panitia lokakarya. Hal-hal yang dilakukan pada saat tahap
pra-CAP adalah:
Sosialisasi persiapan pelaksanaan di tingkat kelurahan dan RT/RW tentang tujuan
pelaksanaan program pengembangan lingkungan permukiman di wilayah studi, serta
memaparkan kondisi yang diharapkan dari adanya pelaksanaan program tersebut
40
Memetakan potensi dan permasalahan, serta aktivitas sosial dan ekonomi, termasuk
juga kelembagaan-kelembagaan lokal yang ada di dalam wilayah studi
2. Tahap kedua: Lokakarya
Merupakan tahap diskusi yang melibatkan seluruh anggota masyarakat untuk mencapai
konsensus. Dalam melakukan diskusinya, seluruh anggota masyarakat ini dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil dan pembagiannya berdasarkan kesamaan lingkungan tempat
tinggal terhadap program pengembangan sektor masing-masing. Hal-hal yang akan
dilakukan pada saat tahap lokakarya adalah:
Diskusi hasil analisis masalah dan merumuskan tujuan
Menyusun rencana pengelolaan air bersih dan drainase dengan memperhatikan prinsip-
prinsip pengelolaannya
Diskusi dan sinkronisasi program dengan analisis potensi dan masalah yang telah
dilakukan sebelumnya
3. Tahap ketiga: Post-CAP
Merupakan tahap terakhir yang meliputi pengadaan kesepakatan program terhadap
pelaksanaan dan anggaran biaya yang dibutuhkan. Selain itu, pada tahap ini juga akan
dilakukan monitoring proses implementasi kegiatan yang telah dilakukan. Berikut ini
adalah alur pelaksanaan metode Community Action Planning di RW 1 Kelurahan
Gedawang.
Sosialisasi Membuat
Pelatihan
Kegiatan penampungan air hujan
Pelaksanaan
Menyusun
rencana kegiatan
41
4.3 Teknik
Teknik yang telah dilakukan dalam menyusun Community Action Planning (CAP)
adalah seperti berikut:
1. Survei dan musyawarah swadaya menggunakan teknik transformasi pengalaman
Survei lapangan ini dilakukan oleh masyarakat setempat secara swadaya dengan
pendampingan dari fasilitator. Masyarakat diajak untuk mengetahui dan menggali
permasalahan serta potensi yang ada di lingkungan tempat tinggalnya terkait jaringan air
bersih dan drainase. Selanjutnya dilakukan musyawarah untuk menandai titik-titik persebaran
air bersih dan jaringan drainase pada kondisi eksisting di lapangan. Dari musyawarah ini
dihasilkan preferensi masyarakat terkait sumber air bersih dan identifikasi kondisi jaringan
drainase yang ada. Menurut Kolb (1984), menegaskan bahwa belajar hakekatnya merupakan
proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman. Proses pembelajaran yang
baik adalah proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri
secara keseluruhan proses baik secara mental maupun secara fisik. Hal inilah yang membuat
kegiatan survei dan musyawarah awal dengan masyarakat sangat penting untuk dilakukan
oleh fasilitator.
2. Identifikasi potensi dan masalah menggunakan teknik pemetaan
Pada saat melakukan identifikasi dan pengelompokkan potensi-masalah, masyarakat
diajak untuk belajar memetakan dengan cara yang sederhana namun mudah
diimplementasikan. Fasilitator menyediakan suatu peta dengan ukuran A0 dan masyarakat
diajak untuk memberi tanda terkait potensi-masalah air bersih dan drainase yang ada di
lingkungannya, seperti berikut:
Jalan = garis dengan spidol berwarna merah
Sungai = garis dengan spidol berwarna biru
Batas administrasi RW = garis putus-putus dengan spidol berwarna ungu
Letak sumur artetis = titik dengan spidol berwarna biru
Drainase tersumbat = arsiran dengan spidol berwarna hijau
Drainase terputus = tanda silang dengan spidol berwarna cokelat
3. Penyusunan pohon masalah dengan teknik sebab-akibat
Sebelum menyusun pohon masalah, warga diajak untuk menuliskan potensi pada kertas
berwarna biru dan permasalahan pada kertas berwarna merah sesuai dengan yang mereka
alami di lingkungannya. Fasilitator mengarahkan masyarakat untuk menuliskan potensi serta
permasalahan di kertas warna dengan menggunakan huruf kapital dan jumlahnya maksimal
42
tujuh suku kata. Hal ini bertujuan agar tulisan masih dapat terbaca dari jarak yang cukup
jauh. Setelah itu, masyarakat diajak untuk melakukan voting terkait urgensi permasalahan dan
potensi dari apa yang telah mereka tulis dan dikumpulkan kepada fasilitator. Jika telah
ditemukan potensi dan masalah yang menjadi prioritas warga, dapat disusun sebuah pohon
masalah dengan menghubungkan sebab-akibatnya. Sedangkan dari potensi yang sudah
dibuat, dapat dijadikan sebagai suatu strategi pemecahan permasalahan utama yang ada di
RW 1 Kelurahan Gedawang tersebut.
Berikut ini adalah timeline dari kegiatan Community Action Planning (CAP) di RW 1
Kelurahan Gedawang.
43
Tabel IV.1
Timeline Kegiatan Community Action Planning (CAP) RW 1 Kelurahan Gedawang
Bulan Ke-
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 PJ
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Sosialisasi tingkat Kelurahan dan
1
Kelurahan Fasilitator
Sosialisasi tingkat Fasilitator dan
2
RW Ketua RW
Survei I (Impresi
3 Fasilitator
Awal)
Verifikasi peta
4 administrasi dan Fasilitator
hasil survei I
Pemaparan CAP I
Fasilitator dan
5 (Gambaran Umum
Dosen
Wilayah)
Pemaparan CAP II Fasilitator dan
6
(Teknik Survei) Dosen
Survei II (Identifikasi
7 Fasilitator
Potensi dan Masalah)
Pembuatan peta
8 Fasilitator
potensi dan masalah
Verifikasi data
potensi dan masalah Fasilitator dan
9
kepada masing- Ketua RT
masing Ketua RT
Revisi peta potensi
10 Fasilitator
dan masalah
Verifikasi dan
persetujuan data Fasilitator dan
11
potensi dan masalah Ketua RW
kepada Ketua RW
44
Bulan Ke-
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 PJ
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemaparan CAP III
Fasilitator dan
12 (Potensi dan Masalah
Dosen
Wilayah)
FGD dengan
13 masyarakat terkait Fasilitator
potensi dan masalah
Penentuan konsep Fasilitator dan
berdasarkan pada Perwakilan
14
potensi dan masalah Kelompok
eksisting Masyarakat
Sosialisasi konsep
perencanaan kepada
15 perwakilan Fasilitator
kelompok
masyarakat
Pembuatan dan
Fasilitator dan
16 Persetujuan
Dosen
Masterplan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B Pengembangan Masyarakat, 2016
45
BAB V
SURVEI BERBASIS KOMUNITAS: PERMASALAHAN DAN POTENSI WILAYAH
5.1 Permasalahan
Permasalahan RW 1 terkait sektor air bersih dan drainase dilakukan melalui diskusi
dengan tiap elemen masayarakat yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Selanjutnya
setelah permasalahan dilakukan identifikasi, kemudian dianalisis menggunakan metode USG
(Urgency, Seriousness dan Growth) sehingga muncul prioritas permasalahan yang harus
ditangani dan menjadi permasalahan yang paling dirasakan oleh masyarakat RW 1. Berikut
merupakan permasalahan serta prioritas masalah sektor air bersih dan drainase di RW 1
Kelurahan Gedawang.
Tabel V.1
Permasalahan Sektor Air Bersih dan Drainase RW 1 Kelurahan Gedawang
No. Permasalahan Fakta U S G Total
46
Berdasarkan tingkat USG maka diperoleh prioritas masalah pasokan air bersih terbatas
pada saat musim kemarau, pencemaran air tanah, air hujan tidak diserap oleh tanah secara
maksimal, terdapat jaringan drainase yang terputus, dan terdapat jaringan drainase yang
hanya di satu sisi jalan. Dari identifikasi serta prioritas masalah, bersama masyarakat
menyusun pohon masalah dan pohon tujuan untuk mengetahui sebab, akibat dan isu
permsalahan sektor air bersih dan drainase di RW 1 Kelurahan Gedawang.
51
6. Menyediakan sumber pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan dalam pengembangan
Rain Water Harvesting
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola pelayanan air bersih melalui uji
kompetensi, pendidikan, pelatihan dan perbaikan pelayanan kesehatan.
Sedangkan strategi perencanaan yang digunakan untuk pengembangan sektor drainase
adalah:
1. Mewujudkan drainase yang ramah lingkungan dengan penerapan Eco-Drainage
2. Melakukan operasional dan pemeliharaan drainase di RW 01 Kelurahan Gedawang
3. Meningkatkan kualitas sarana prasarana drainase di RW 01 Kelurahan Gedawang
4. Meningkatkan kuantitas jangkauan sarana prasarana drainase di RW 01 Kelurahan
Gedawang
5. Melakukan rehabilitasi drainase yang mengalami kerusakan di RW 01 Kelurahan
Gedawang
6. Menyediakan sumber pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan dalam pengembangan
Eco-Drainage.
52
BAB VII
MASTERPLAN PENGEMBANGAN SEKTORAL
53
BAB VIII
USULAN RENCANA TINDAK, RENCANA ANGGARAN, MODEL KELEMBAGAAN
DAN INSTRUMEN MONITORING DAN EVALUASI
8.1 Rencana Tindak Pengembangan Sektor Air Bersih dan Drainase Berbasis Komunitas
Rencana tindak merupakan proses persiapan secara sistematis dan berisikan kegiatan-kegiatan yang dijadikan sebagai prioritas untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan sebuah rencana pelaksanaan program berdasarkan strategi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Penyusunan rencana tindak komunitas di RW 1 Kelurahan Gedawang ini dibagi ke dalam beberapa tahapan atau kegiatan yang
akan dilaksanakan selama lima tahun. Berikut adalah tabel rencana tindak komunitas RW 1 Kelurahan Gedawang.
Tabel VIII.1
Rencana Tindak Komunitas RW 1 Kelurahan Gedawang
Tahun ke-
No. Rencana/Program Indikator I II Pelaksana Sumber Data
III IV V
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Masyarakat memahami
pentingnya pelayanan air
bersih dan drainase untuk
Sosialisasi pengelolaan Pemerintah,
kebutuhan sehari-hari dan Masyarakat dan
1. air bersih dan drainase Swasta, dan
termotivasi untuk Pemerintah
berbasis komunitas Swadaya
bekerjasama dalam
pengentasan masalah air
bersih dan drainase
Identifikasi potensi Masyarakat mampu
dan masalah mengenai mengidentifikasi serta Pemerintah,
2. air bersih dan drainase memetakan potensi dan Masyarakat Swasta, dan
di RW 1 Kelurahan masalah yang ada di Swadaya
Gedawang lingkungannya terkait air
54
Tahun ke-
No. Rencana/Program Indikator I II Pelaksana Sumber Data
III IV V
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
bersih dan drainase
Penyusunan dan
penentuan konsep
yang akan diterapkan Masyarakat ikut serta
Pemerintah,
di RW 1 Kelurahan memberikan ide terkait Masyarakat dan
3. Swasta, dan
Gedawang dalam konsep yang akan Pemerintah
Swadaya
mengatasi masalah diterapkan
terkait air bersih dan
drainase
Masyarakat ikut
Penyusunan master berpartisipasi dalam
Pemerintah,
plan sistem air bersih menyusun dan memetakan Masyarakat dan
4. Swasta, dan
dan drainase RW 1 master plan terkait air Pemerintah
Swadaya
Kelurahan Gedawang bersih dan drainase di RW
1 Kelurahan Gedawang
Masyarakat ikut serta
dalam penyusunan
Penyusunan proposal Pemerintah,
substansi proposal yang Masyarakat dan
5. terkait konsep Swasta, dan
akan diajukan kepada Pemerintah
perencanaan Swadaya
pemerintah sebagai sumber
dana
Penyusunan
kesepakatan bersama Masyarakat ikut
sebagai acuan dalam berpartisipasi dalam
Pemerintah,
mewujudkan rencana penyusunan aturan, serta Masyarakat dan
6. Swasta, dan
penataan sistem air dapat memahami dan Pemerintah
Swadaya
bersih dan drainase di menaati aturan bersama
RW 1 Kelurahan yang telah dibuat
Gedawang
Musrenbang dan Musyawarah antara Masyarakat dan Pemerintah,
7.
legalisasi rencana masyarakat, pemerintah, Pemerintah Swasta, dan
55
Tahun ke-
No. Rencana/Program Indikator I II Pelaksana Sumber Data
III IV V
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
dan fasilitator dapat Swadaya
terselenggara, serta
dokumen perencanaan telah
dilegalisasi
Masyarakat berperan aktif
dalam perbaikan sistem air
Pemerintah,
bersih dan drainase sesuai Masyarakat dan
8. Realisasi rencana Swasta, dan
dengan konsep master plan Pemerintah
Swadaya
yang telah disusun
sebelumnya
Monitoring dan
evaluasi realisasi
Keseluruhan program Pemerintah,
program penataan Masyarakat dan
9. dilihat sejauh mana sudah Swasta, dan
sistem air bersih dan Pemerintah
terealisasikan Swadaya
drainase berbasis
komunitas
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B Pengembangan Masyarakat, 2016
56
8.2 Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya dibuat untuk mengetahui berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan sektor air bersih dan drainase
di RW 1 Kelurahan Gedawang. Biaya tersebut terdiri dari biaya fasilitator, mobilisasi, identifikasi, rencana, sosialisasi dokumen perencanaan,
dan pembangunan terkait implementasi konsep. Berikut adalah rincian RAB terkait pelaksanaan rencana tindak pengembangan sektor air bersih
dan drainase RW 1 Kelurahan Gedawang.
Tabel VIII.2
Rencana Tindak Komunitas RW 1 Kelurahan Gedawang
Alat, media
Sosialisasi tingkat sosialisasi, Masyarakat dan
1 orang 8 10.000,00 80.000,00 80.000,00
Kelurahan ATK, dan pemerintah
konsumsi
57
Biaya Sumber dana
No Kegiatan Kebutuhan Pelaksana
Satuan Biaya satuan
Volume Jumlah Swadaya Pemda Swasta
kegiatan kegiatan
A B C D E F G H I J K
Alat, media
sosialisasi, Masyarakat dan
2 Sosialisasi tingkat RW orang 369 15.000,00 5.535.000.00 535.000.00 5.000.000.00
ATK, dan pemerintah
konsumsi
III. IDENTIFIKASI
Verifikasi peta
Peta, ATK, Masyarakat dan
2 administrasi dan hasil orang 20 10.000.00 200.000,00 200.000,00
konsumsi tenaga ahli
survey I
58
Biaya Sumber dana
No Kegiatan Kebutuhan Pelaksana
Satuan Biaya satuan
Volume Jumlah Swadaya Pemda Swasta
kegiatan kegiatan
A B C D E F G H I J K
Masyarakat,
Pemaparan CAP II Konsumsi +
4 orang 369 5.000.00 1.845.000,00 845.000,00 1.000.000.00 tenaga ahli, dan
(Teknik Survey) ATK
pemerintah
Survey Lapangan II
Instrumen Masyarakat dan
5 (Identifikasi Potensi dan lembar 20 1.000.00 20.000,00 20.000,00
Survei tenaga ahli
Masalah)
Verifikasi dan
Peta Potensi
persetujuan peta potensi Ketua RW dan
8 dan Masalah lembar 2 20.000,00 40.000,00 40.000,00
dan masalah kepada tenaga ahli
Ukuran A1
ketua RW
59
Biaya Sumber dana
No Kegiatan Kebutuhan Pelaksana
Satuan Biaya satuan
Volume Jumlah Swadaya Pemda Swasta
kegiatan kegiatan
A B C D E F G H I J K
2.810.000,0
Sub Jumlah III 7.810.000,00 5.000.000,00
0
IV RENCANA
Penentuan konsep
perencanaan
Konsumsi +
1 berdasarkan pada orang 4 5.000,00 20.000,00 20.000,00 Tenaga ahli
ATK
potensi dan masalah
eksisting
Sosialisasi konsep
perencanaan
Konsumsi + Masyarakat dan
2 pengelolaan air bersih orang 369 5.000.00 1.845.000.00 345.000.00 1.500.000.00
ATK pemerintah
dan drainase RW 01
Gedawang
Penyusunan Masterplan
Sektor Air Bersih dan Masyarakat dan
3 Tenaga ahli orang 1 2.000.000.00 2.000.000.00 2.000.000.00
Drainase RW 01 pemerintah
Gedawang
60
Biaya Sumber dana
No Kegiatan Kebutuhan Pelaksana
Satuan Biaya satuan
Volume Jumlah Swadaya Pemda Swasta
kegiatan kegiatan
A B C D E F G H I J K
Penyusunan dan
Konsumsi + Masyarakat dan
4 Penyepakatan Aturan orang 369 5.000.00 1.845.000.00 345.000.00 1.500.000.00
ATK pemerintah
Bersama
Konsultasi dengan
Masyarakat,
Pemkot terkait legalisasi Konsumsi +
5 orang 12 20.000.00 240.000,00 240.000,00 tenaga ahli dan
dokumen dan ATK
pemerintah
masterplan
Sub Jumlah IV 5.950.000,00 950.000,00 5.000.000,00
V SOSIALISASI DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN SEKTOR AIR BERSIH DAN DRAINASE, MASTEPLAN, DAN ATURAN BERSAMA
Penggandaan Dokumen
Fotocopy,
Rencana Pengembangan
cetak Masyarakat dan
1 Sektor Air Bersih dan lembar 10 200.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00
Masterplan pemerintah
Drainase, Masterplan,
dan jilid
dan Aturan Bersama
61
Biaya Sumber dana
No Kegiatan Kebutuhan Pelaksana
Satuan Biaya satuan
Volume Jumlah Swadaya Pemda Swasta
kegiatan kegiatan
A B C D E F G H I J K
VI PELAPORAN & PERTANGGUNGJAWABAN KEMAJUAN PEKERJAAN DAN KEUANGAN
Penyusunan Laporan
ATK,
1 Pertanggungjawaban exemplar 1 20.000.00 20.000,00 20.000,00
Fotocopy
(LPJ)
Biaya Listrik
4 unit bulan 1 2.500.000,00 2.500.000,00 2.500.000,00 Swasta
Telepon/Internet
10.000.000,0
Sub Jumlah VII 10.000.000,00
0
62
Biaya Sumber dana
No Kegiatan Kebutuhan Pelaksana
Satuan Biaya satuan
Volume Jumlah Swadaya Pemda Swasta
kegiatan kegiatan
A B C D E F G H I J K
VIII IMPLEMENTASI KONSEP
Tandon Masyarakat,
Pembelian Tandon 2.187.000.000, 364.500.00 1.800.000.00
1 Ukuran unit 729 3.000.000,00 22.500.000,00 pemerintah, dan
Penguin 00 0,00 0,00
30.000 L swasta
Masyarakat,
1.400.000,0
2 Pembelian Alat Biopori Bor Tanah unit 8 175.000,00 1.400.000,00 pemerintah, dan
0
swasta
Masyarakat,
Pembelian Pipa untuk Lubang 500.000.000,0 500.000.000,0
3 unit 10.000 50.000,00 pemerintah, dan
Lubang Biopori Biopori 0 0
swasta
2.688.400.000, 365.900.00 522.500.000,0 1.800.000.00
Sub Jumlah VIII
00 0,00 0 0,00
2.792.215.000, 370.295.00 612.000.000,0 1.810.000.00
Total Jumlah
00 0,00 0 0,00
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B Pengembangan Masyarakat, 2016
63
8.3 Kelembagaan
Dalam hal impelementasi program pengembangan sektor air bersih dan drainase,
diperlukan penggerak berupa sumberdaya manusia yang berupaya untuk menjalankan
program tersebut sesuai dengan analisis stakeholder yang dilakukan pada bab sebelumnya.
Stakeholder dalam rencana ini digolongkan menjadi 4 bagian yaitu key players, subject,
crowd, dan context setter masing-masing golongan memiliki peran dan tanggung jawab
dalam rencana ini, yaitu:
Tabel VIII.3
Rencana Peran dan Tanggung Jawab Stakeholder
No Stakeholder Golongan Peran dan Tanggung Jawab
Memanfaatkan program secara optimal
Menyusun rencana program bersama fasilitator
Melaksanakan implementasi program (pemasangan
1. Masyarakat RW 1 Key Player
komponen Pemanenan Air Hujan dan Biopori)
Menyusun instrumen pengawasan dan evaluasi
program
Mendukung masyarakat RW 1 dalam hal kebijakan
2. Pemerintah Kota Subject
dan alokasi APBD dalam pelaksanaan program
3. Ketua RW 1 Mengkoordinasikan seluruh elemen masyarakat RW I
Bersama ketua RW 1 mengkoordinasikan seluruh
Crowd elemen RW 1
4. Lurah/Sie.Pembangunan
Menjamin pengembangan sektor air bersih dan
drainase di RW I selaras dengan RW lainnya
Mengajak seluruh pemudah di RW 1 untuk
6. Karang Taruna
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program
Dinas Tata Kota dan Membantu masyarakat dalam pelaksanaan program
7.
Perumahan sesuai standar/petunjuk ditetapkan oleh pemerintah.
Membantu masyarakat dalam pelaksanaan program
8. Dinas PSDA dan ESDM
sesuai standar/petunjuk ditetapkan oleh pemerintah.
Bersama masyarakat RW 1 menyampaikan aspirasi
masyarakat
9. Tokoh Masyarakat
Context Memberikan pengaruh kepada masyarakat RW 1
Setter dalam mendukung program
Sosialisasi pentingnya hidup sehat terkait sektor air
bersih dan drainase.
Menjadi perantara antara dinas terkait dengan
10. LSM
masyarakat RW 1
Mengadvokasi dan memperjuangkan aspirasi
masyarakat
Mengajak seluruh anggota PKK di RW 1 untuk
11. PKK
berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4B Pengembangan Masyarakat, 2016
64
8.4 Monitoring dan Evaluasi
65
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
9.2 Rekomendasi
66