Anda di halaman 1dari 6

Kelas Rhodophyceae

Deskripsi
Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang kadang juga lembayung atau pirang
kemerah merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran,vmengandung klorofil -
a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna yang mengadakan fluoresensi, yaitu
fikoeritrin. Alga ini pada umumnya banyak sel (multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya
antara 10 cm sampai 1 meter dan berbentuk berkas atau lembaran.

Sifat biologi rhodophyceae


1. Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki membran.
2. Sebagian besar multiseluler (bersel banyak).
3. Umumnya makroskopis (dapat dilihat dengan kasat mata) dengan panjang dapat mencapai
1 meter.
4. Satu-satunya alga yang tidak memiliki fase berflagel dalam siklus hidupnya.
5. Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk melakukan fotosintesis.
6. Kloroplas mengandung pirenoid untuk menyimpan hasil fotosintesis.
7. Cadangan makanan disimpan dalam bentuk tepung fluoride (sejenis karbohidrat), floridosid
(senyawa gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak. Floridosid akan bewarna kemerah-
merahan jika ditambah dengan iodium.
8. Bentuk talus berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
9. Talus bewarna merah sampai ungu tetapi ada juga yang pirang atau kemerah-merahan.
10.Tubuhnya diselimuti kalsium karbonat (CaCO3).
11. Dinding sel terdiri atas komponen yang berlapis-lapis. Dinding sel sebelah dalam tersusun
dari myofibril, sedangkan sel sebelah luar tersusun dari zat lendir.
Struktur rhodophyceae
Struktur sel Rhodophyta (Alga merah)

Dinding selnya terdiri dua lapis, lapisan bagian dalam kasar (rigid) dan menyerupai
mikrofibril, sedangkan bagian luar berbentuk lapisan mucilaginous. pada dinding selnya terdapat
berbagai macam bahan selain selulosa, yaitu polisakarida sulfat, agar dan karagenin. Pada alga
pembentuk koral, dapat mengumpulkan CaCO3 di dalam dinding selnya. Oleh karena hal tersebut
jenis alga ini berperan penting dalam proses pembentukan karang.

Taksonomi rhodophyceae
Dibagi dalam dua anak kelas yaitu Bangie dan Florodeae
1. Anak kelas Bangieae(Protoflorideae)
Talus terbentuk benang, cakram, atau pita dengan tidak ada percabangan yang
beraturan. Pembiakan vegetatif dengan monospora yang dapat memperlihatkan gerakan
ameboid. Pembiakan seksual dengan oogami. Oogonium berupa sel yang sedikit saja bedanya
dengan sel sel talus, kadang kadang mempunyai alat tambahan seperti trikogin. Anteridium
menghasilkan gamet jantan yang disebut spermatium. Zigot dengan langsung membuat spora
atau setelah mengadakan pembelahan baru mengeluarkan spora. Dalam golongan ini termasuk
suku bangiaceae, yang membawahi antara lain ganggang tanah dan ganggang laut.

2. Anak kelas Florideae


Talus ada yang masih sederhana, tetapi umumnya hampir selalu bercabang cabang
dengan beraturan dan mempunyai beraneka ragam bentuk seperti benang, lembar lembaran.
Percabangannya menyirip atau menggarpu.
Florideae dibagi dalam sejumlah bangsa, diantaranya yaitu:
1. bangsa Nemalionales
Di dalamnya termasuk suku Helminthocladiaceae yang antara lain mencakup
Batrachospermum moniliforme, Bonnemaisonia hamifera.
2. Bangsa Gelidiales
Di dalamnya termasuk suku Gelidiaceae, misalnya Gelidium cartilagineum dan
Gelidium lichenoides, terkenal sebagai penghasil agar-agar.

Gelidium cartilagineum Gelidium lichenoides

3. Bangsa Gigartinales
Kebanyakan terdiri atas ganggang laut. Yang penting ialah suku Cigartinaceae dengan
dua warganya yang menghasilkan bahan yang berguna ialah Chondrus crispus dan Gigartina
mamillosa, penghasil karagen atau lumut islandia yang berguna sebagai bahan obat.

Chondrus crispus
4. Bangsa Nemastomales
Dari bangsa ini perlu disebut suku Rhodophylliadaceae yang salah satu warganya
terkenal sebagai penghasil agar agar, yaitu Euchema spinosum.
Euchema spinosum

5. Bangsa Ceramiales
Dalam bangsa ini termasuk antara lain suku Ceramiaceae di dalamnya. Contoh jenis
ganggang yang tergolong dalam suku ini ialah Callithamnion corymbosum.

Manfaat Rhodophyceae
beberapa alga merah bermanfaat sebagai penyokong penting bagi batu karang tropis.
Ganggang merah merupakan bahan pangan penting di negara-negara Asia. Di Jepang misalnya,
alga merah dikeringkan dan digunakan dalam berberapa hidangan masakan. Selain
menghasilkan algin, ganggang merah juga menghasilkan karagenan dan agar.

Karagenan (carrageenan) merupakan sejenis polisakarida yang digunakan sebagai


bahan kosmetik dan kapsul gelatin dan merupakan zat aditif yang dapat ditambahkan pada
puding dan es krim. Agar digunakan sebagai bahan pangan. Selain untuk bahan makanan, agar-
agar juga dimanfaatkan sebagai medium kultur mikroorganisme, kosmetik, obat, pelapis
daging kaleng, pengeras es krim, serta pengelmusi lemak dan cokelat batangan.

Beberapa contoh Rodophyta adalah sebagai berikut.


1. Eucheuma spinosum, banyak dibudidayakan karena menghasilkan agar, banyak terdapat di
perairan Indonesia.
2. Chondrus crispus, juga dibudidayakan yang dikenal sebagai rumput laut.
3. Gelidium coulteri dan Gracilaria sp., sebagai bahan pembuatan agar-agar banyak terdapat
di perairan negara yang agak dingin.
Reproduksi
Ganggang merah dapat bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dan secara seksual
(generatif). Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk aplanospora, yaitu spora nonmotil
(tidak bergerak) dan berasal dari talus ganggang yang diploid. Selanjutnya, spora tersebut akan
tumbuh menjadi ganggang merah baru. Pada Rhodophyta, perkembangbiakan aseksual secara
fragmentasi jarang terjadi.
Perkembangbiakan seksual (generatif) terjadi secara oogami, dan pada beberapa jenis
mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Reproduksi secara generatif dilakukan dengan
peleburan antara gamet jantan yang tidak memiliki alat gerak (spermatium) dan ovum. Gamet
jantan tersebut dibentuk dalam spermatangium, sedangkan gamet betina dibentuk dalam
karpogonium. Zigot hasil pembuahan selanjutnya akan tumbuh menjadi ganggang merah yag
diploid.
Berikut ini bagan daur hidup atau pergiliran keturunan pada salah satu contoh spesies
alga merah yaitu Polysiphonia.

Sporofit menghasilkan meiospora yang akan berkembang menjadi gametofit.


Gametofit membentuk spermatangia yang menghasilkan spermatia dan carpogonium yang
mengandung sel trichogen. Spermatia menempel pada ujung trichogen, terus masuk ke dasar
sel. Di sini terjadi peleburan antara inti sperma dan inti sel betina membentuk zigot
(goninoblast). Goninoblast adalah filamen yang terbentuk dari zigot dan di ujung filamen
terbentuk carposporangium.

Selanjutnya, di dalam carposporangium terbentuk carpospora. Carpospora keluar dari


carposporangium, untuk selanjutnya tumbuh menjadi sporofit (Polysphonia baru). Dalam
pertumbuhannya, Polysiphonia mengalami pergiliran keturunan (metagenesis), yaitu
perkembangbiakan aseksual dan perkembangbiakan seksual berlangsung secara bergantian

Anda mungkin juga menyukai