Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan budaya dan seni. Dari semua budaya dan
seni, batik mampu mengangkat nama negara ini di kancah internasional. Pada tanggal 2 Oktober
2009 menjadi hari yang sangat membanggakan bagi masyarakat Indonesia. Pada hari itulah,
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (United Nations Educational,
Scientific and Cultural Organization/UNESCO) mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan
untuk budaya lisan dan nonmateri (masterpieces of the oral and the intangibel heritage of
humanity). Sejak saat itu, setiap tanggal 2 Oktober diperingati sebagai hari batik nasional. Batik
kini bukan sekedar budaya, tetapi telah menjelma menjadi bisnis yang berkelas dunia (katadata,
2018).
Menurut Gati Wibawaningsih selaku Dirjen IKM Kementerian Perindustrian, Batik telah
bertransformasi menjadi berbagai bentuk fashion, kerajinan dan home decoration yang telah
mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat dari berbagai kelompok usia dan mata
pencaharian di dalam dan luar negeri. Perdagangan produk pakaian jadi pada perdagangan
internasional mencapai USD 442 miliar dan menjadi peluang besar bagi industri batik, mengingat
batik sebagai salah satu bahan baku produk pakaian jadi.
Hingga saat ini, IKM batik tersebar di 101 sentra seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, dan D.I Yogyakarta. Jumlah tenaga kerja yang terserap di sentra IKM batik termasuk para
pengrajin dan karyawan mencapai 15 ribu orang. Artinya, industri batik sangat membantu
mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan negara. Sehingga, tentu saja sektor yang
didominasi oleh industri kecil dan menengah (IKM) ini mampu menyumbang devisa negara yang
cukup signifikan dari ekspor produk hasil seni batik yang telah mereka produksi.
Semua pernyataan ini bukan tanpa alasan dan bukti, karna ekspor batik dalam bentuk
pakaian jadi maupun produk batik lainnya mencapai ratusan juta dolar Amerika Serikat (AS).
Pencapaian ekspor batik Indonesia dari tahun 2012-2016 dapat dilihat di bawah ini.

1
Tabel 1.1. Nilai Ekspor Batik Indonesia 2012-2016 (juta rupiah)

Sumber : katadata.co.id, 2018.

Data Kementerian Perindustrian mencatat ekspor batik pada tahun 2015 sebesar USD 775,2
juta atau setara Rp 10,42 triliun. Kemudian, pada 2016 mencapai USD 738,9 juta atau setara Rp
9,92 triliun dengan kurs Rp 13.436/dolar AS pada saat itu. Dari jumlah tersebut, sekitar USD
413,22 juta atau sekitar 50% nya di ekspor ke Amerika. Sayangnya, ekspor produk batik nasional
mengalami penurunan hingga 2016. Maka dari itu, pemerintah terus mendukung perkembangan
batik dan memfasilitasi perajin batik untuk mengembangkan merek dan mendaftarkan paten agar
dapat meningkatkan kembali penjualan khususnya mancanegara.
Berdasarkan data perkembangan ekspor batik di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang
dapat dijadikan sebagai salah satu alternative atau penanggulangan dari permasalahan diatas.
Penelitian ini berjudul “Perkembangan Ekspor Batik di Indonesia tahun 2012-2016”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang mengenai nilai ekspor batik yang terus meningkat
sampai akhirnya mengalami penurunan. Maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah :

2
1. Bagaimana perkembangan ekspor perdagangan batik Indonesia pada tahun 2012-
2016?
2. Apa saja faktor penyebab turunnya nilai ekspor batik?
3. Apa saja usaha pemerintah dalam menyembuhkan nilai ekspor perdagangan batik?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan ekspor perdagangan batik Indonesia pada tahun
2012-2016.
2. Untuk menganalisis faktor penyebab turunnya nilai ekspor batik.
3. Untuk mengetahui usaha pemerintah dalam menyembuhkan nilai ekspor
perdagangan batik.

1.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitia ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
peneliti mengenai ilmu dalam bidang ekspor komoditi khususnya komoditi
yang telah menjadi ciri khas Indonesia yaitu batik. Dan dapat menjadi bahan
tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya dibidang yang sama.
2. Manfaat Praktisi
Sebagai sumbangan informasi dan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak
yang memerlukan serta mampu menjadi acuan kebijakan, perencanaan kebijakan,
khususnya dibidang perdagangan internasional yang akan dilaksanakan oleh
berbagai pihak yang terkait.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain.
Orang atau badan yang menjual barang ke luar negeri disebut eksportir. Proses ini seringkali
digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama
untuk bersaing di tingkat internasional. Salah satu alasannya karna strategi ekspor memiliki risiko
lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya.
Strategi lainnya misalnya franchise dan akuisisi perusahaan lain.
Dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah kegiatan menjual barang dari dalam negeri ke luar
negeri menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas, syarat dan ketentuan penjualan yang
telah disetujui oleh pihak eksportir dan importer masing-masing negara. Sedangkan, Harga barang-
barang yang diekspor ke luar negeri lebih mahal dibandingkan dengan harga yang ditetapkan di
dalam negeri. Karena, Jika tidak lebih mahal, eksportir tidak akan tertarik untuk mengekspor
barang-barang tersebut. Semakin banyak jumlah ekspor, maka semakin besar pula devisa yang
diperoleh negara.

2.1.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Ekspor


1. Kebijakan pemerintah di bidang perdagangan luar negeri
Apabila pemerintah memberikan kebijakan berupa kemudahan kepada para
eksportir, eksportir akan terdorong untuk meningkatkan penjualan ke luar negeri
dan otomatis meningkatkan nilai ekspor negara. Kemudahan-kemudahan tersebut
diantaranya yaitu penyederhanaan prosedur ekspor, penghapusan atau
menurunkan berbagai biaya ekspor, pemberian fasilitas produksi barang-barang
ekspor, penyediaan sarana ekspor dan lain sebagainya.
2. Keadaan pasar di dalam dan luar negeri
Tuntuntan permintaan dan penawaran dari berbagai negara dapat
mempengaruhi harga di pasar dunia. Apabila jumlah barang yang diminta di pasar
dunia lebih banyak dari pada jumlah barang yang ditawarkan, maka harga

4
cenderung naik. Sehingga, keadaan ini menjadi peluang bagus bagi para eksportir
dan mendorong mereka untuk meningkatkan ekspornya.
3. Kecerdasan eksportir untuk memanfaatkan peluang pasar
Eksportir harus cerdas mencari dan memanfaatkan peluang pasar. Dengan
kecerdasan tersebut, mereka dapat memperoleh wilayah pemasaran yang luas.
Oleh karena itu, para eksportir harus ahli di bidang strategi pemasaran dan strategi
jaringan pengembang usaha.

2.1.1.2 Langkah-langkah pemerintah untuk mengembangkan ekspor


1. Menambah keragaman produk ekspor
Usaha menambah macam barang yang diekspor ke luar negeri disebut juga
dengan diversifikasi ekspor yaitu dengan tujuan agar keankaragaman barang
dapet menarik pembeli internasional dan tidak terpaku dengan barang yang itu-
itu saja. Diversifikasi adalah kebijakan yang sangat membantu dalam
mengembangkan ekspor produk ke luar negeri. Misalnya negara kita hanya
mengekspor kelapa sawit di awal perdagangan internasional, kemudian
bertambahlah produk ekspor menjadi cengkeh, karet, hasil pertanian, batik,
rumput laut, hasil peternakan dan lain sebagainya.
Diversifikasi ekspor dibagi menjadi dua jenis diversifikasi :
 Diversifikasi Horizontal
Diversifikasi horizontal dilakukan dengan menambah macam
barang yang diekspor. Horizontal adalah membagi usaha ke samping.
Artinya bahwa setiap unit produksi / usaha memiliki tingkatan dan
derajat yang sama, yang membedakannya adalah target pasar dan
kebutuhan calon pembeli. Contoh disertivikasi horizontal yaitu,
menambah berbagai macam barang yang berbeda misalnya sebelumnya
ekspor kayu saja, maka ditambah dengan ekspor minyak mentah, batu
bara, busana muslim, rumput laut dan lain sebagainya.
 Diversifikasi Vertikal
Diversifikasi Vertikal dilakukan dengan menambah variasi barang
yang diekspor dengan mengolah dahulu barang yang ada dan siap

5
diekspor. Contohnya seperti kulit hewan seperti sapi diolah dahulu
menjadi berbagai macam produk turunan seperti sepatu, tas, dompet dan
jaket.
2. Memberikan dukungan kepada produsen barang ekspor melalui bantuan dan
subsidi.
Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan bagi para eksportir produk dan
jasa. Bantuan yang sangat nyata membantu para eksportir contohnya subsidi
ekspor yang diberikan dalam bentuk keringanan pajak, tarif angkutan yang
murah, kemudahan impor bahan yang diperlukan untuk industri komiditas
ekspor, kemudahan dalam mengurus ekspor, dan kemudahan dalam memperoleh
kredit dengan bunga yang rendah.
3. Mengendalikan harga di dalam negeri untuk dapat bersaing di pasar
internasional.
Jika harga barang yang menjadi produk ekspor menjadi murah di dalam
negeri, maka akan mempermudah eksportir dalam bersaing di pasar
internasional.
4. Mengadakan perjanjian internasional
Dalam rangka meningkatkan hubungan dengan negara-negara lain, juga
sekaligus melakukan perjanjian kerjasama ekonomi baik bilateral, regional
maupun multilateral. Perjanjian ini akan dapat membuka dan memperluas pasar
bagi produk dalam negeri di luar negeri. Serta dapat menghasilkan kontrak
pembelian produk dalam negeri oleh negara lain.
5. Meningkatkan promosi dagang di luar negeri
Promosi produk dalam negeri dapat dilakukan dengan mengadakan pameran
produk-produk di luar negeri untuk meningkatkan pemasaran suatu produk yang
akan dijual agar semakin dapat dikenal. Serta memperluas jejaring pangsa pasar
dan memilah pasar yang cocok bagi produk tertentu.
6. Membina dan memberi informasi kepada para eksportir agar lebih profesional
untuk memasarkan produk di luar negeri.

6
Pembinaan dan edukasi terkait syarat dan ketentuan, serta strategi penjualan
ke luar negeri juga perlu dilakukan agar eksportir mendapatkan bekal untuk
meningkatkan penjualan yang maksimal.
7. Devaluasi
Devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata
uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Dengan kebijakan
devaluasi akan mengakibatkan harga barang ekspor di luar negeri lebih murah
jika diukur dengan mata uang asing, sehingga dapat memancing para pembeli
untuk membeli lebih banyak produk sehingga dapat meningkatkan ekspor agar
bisa bersaing di pasar internasional.

2.1.1.3 Manfaat Ekspor


Kegiatan ekspor membawa banyak manfaat bagi masyarakat. Berikut ini beberapa
manfaat kegiatan ekspor :
1. Meningkatkan devisa negara
Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual
barang kepada masyarakat luar negeri. Maka dari itu, transaksi ini dapat
menambah penerimaan devisa negara dan membuat kekayaan negara bertambah,
karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara
2. Memperluas pasar untuk produk Indonesia
Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk
Indonesia ke berbagai pangsa pasar luar negeri untuk mencapai keuntungan dan
dikenal oleh dunia.
3. Memperluas lapangan Kerja
Kegiatan ekspor menyediakan lapangan pekerjaan yang sangat menjanjikan.
Karna akan banyak dibutuhkannya karyawan yang akan bekerja untuk membantu
memproduksi barang yang akan dijual ke luar negeri. Dengan semakin luasnya
pasar bagi produk Indonesia, maka kegiatan produksi di dalam negeri akan
meningkat.

7
2.1.2. Devisa
Devisa adalah alat yang menjadi sumber pembiayaan yang sangat penting yang dimiliki
suatu negara. Devisa memiliki catatan resmi pada kurs di bank sentral suatu negara dan digunakan
untuk bertransaksi dalam perdagangan atau pembayaran dengan luar negeri. Devisa yang berlaku
adalah devisa yang dapat diterima dan diakui luas oleh dunia internasional.
Devisa dapat berbentuk :
 Valuta asing
Valuta asing yaitu mata uang asing yang digunakan dalam pembayaran transaksi
internasional. Valuta asing yang biasa digunakan adalah dollar Amerika. Tidak semua
mata uang asing yang berada di Indonesia adalah devisa. Mata uang asing yang disebut
devisa adalah mata uang asing yang beredar di dalam negeri dan dicatat resmi oleh
Bank Sentral (Bank Indonesia). Contoh valuta asing yang tercatat di Bank Indonesia
yaitu US Dollar, Dollar Canada, Euro (Eropa), Pound Sterling (Inggris), Franc
(Perancis), Deutsche Mark (Jerman), Yen (Jepang).
 Surat wesel luar negeri
Surat wesel ini sering diperoleh pada saat tenaga kerja yang bekerja di luar negeri
mengirimkan uang ke dalam negeri.
 Surat berharga, yang meliputi obligasi, commercial papers, dan saham.
 Emas
Emas umunya dapat diterima internasional sebagai alat pembayaran.
Negara yang melakukan perdagangan internasional memiliki cadangan devisa yang
merupakan simpanan mata uang asing seperti Dollar, Euro, Yen, ataupun dalam bentuk logam
mulia. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang menunjukkan kuat lemahnya
perekonomian suatu negara. Apabila suatu negara mempunyai cadangan devisa yang banyak,
maka stabilitas moneter dan ekonomi makro negara tersebut akan terjamin.

2.1.2.1. Sistem Devisa.


Sistem devisa adalah sistem yang mengatur pergerakan lalu lintas devisa (valuta
asing) dari suatu negara ke negara lain. Pemerintahan suatu negara diharuskan untuk
menentukan besar kecilnya devisa dengan sistem-sistem yang dapat diberlakukan di
negara tersebut.

8
Terdapat beberapa sistem untuk menentukan besarnya devisa dalam suatu negara,
yaitu :
1. Sistem Kurs Mengambang
Pada sistem ini, nilai tukar mata uang atau valas ditentukan oleh
permintaan dan penawaran pada valas.
Sistem kurs mengambang dibagi menjadi dua macam, yaitu :
 Sistem kurs mengambang murni, di mana penentuan nilai tukar di
pasar uang tidak ada campur tangan pemerintah sama sekali.
 Sistem kurs mengambang tidak murni, di mana penentuan nilai tukar
di pasar uang terdapat campur tangan pemerintah dalam permintaan
dan permintaan mata uangnya, sehingga mempengaruhi nilai tukar di
pasar uang.
2. Sistem Kurs Tambatan.
Dalam sistem ini, nilai tukar dilakukan dengan mengaitkan atau
menambatkan nilai mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain atau
sejumlah mata uang tertentu.
3. Sistem Standar Emas.
Asumsi-asumi negara yang memakai sistem devisa ini adalah :
 Nilai mata uang negaranya dinyatakan dengan emas.
 Jumlah emas yang tidak terbatas bebas keluar masuk negara tersebut.
 Badan moneter negara tersebut bersedia membeli dan menjual emas
berdasarkan perbandingan nilai yang telah ditentukan.
4. Sistem Pengawasan Devisa atau sistem devisa control
Dalam sistem ini, pemerintah akan mengawasi hingga memonopoli
seluruh transaksi mata uang asing. Tujuan memonopoli ini adalah untuk
mencegah adanya modal yang mengalir ke luar negeri.
Sebelum tahun 1964, sistem devisa masih berdasarkan UU Belanda
tahun 1940. UU tersebut diganti dengan UU Lalu Lintas Devisa No.32/1964.
Ketentuan tersebut antara lain mencakup :
 Penggunaan devisa untuk keperluan apapun harus dengan ijin
pemerintah

9
 Tidak diperbolehkan menyimpan devisa (valuta asing) tanpa ijin
 Semua penerimaan devisa harus dijual (diserahkan) kepada Bank
Indonesia
 Pelaksana operasi harian transaksi devisa dilakukan oleh Biro Lalu
Lintas Devisa (BLLD) di bawah pengawasan Bank Indonesia
 Ekspor dibayar pada harga pengiriman yang ditetapkan oleh BLLD
Biro Lalu Lintas Devisa (BLLD) adalah pengawas dan penanggungjawab
atas penggunaan devisa Di Indonesia. Pengawasan terhadap penggunaan
devisa harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan devisa
pada pemakaian yang tidak semestinya.
5. Sistem Devisa Semi Bebas
Pada sistem devisa semi bebas, perolehan dan penggunaan devisa-devisa
tertentu wajib diserahkan dan mendapat izin dari negara, sedangkan jenis
devisa lainnya dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan.
Sistem ini pernah diterapkan di Indonesia berdasarkan Perpu No. 64
Tahun 1970. Perolehan dan penggunaan devisa hasil ekspor (DHE) wajib
diserahkan dan mendapat izin dari Bank Indonesia, sementara untuk devisa
umum (DU) dapat secara bebas diperoleh dan dipergunakan. Administrasi
perolehan dan penggunaan DHE dilakukan oleh Bank Indonesia (Zulkarnain
Sitompul, 2009)
6. Sistem Devisa Bebas
Pada sistem devisa bebas, masyarakat dapat secara bebas memperoleh
dan menggunakan devisa. Namun demikian, masih terdapat kewajiban untuk
melaporkan perolehan dan penggunaan devisa tersebut.
Sistem ini mulai diterapkan di Indonesia dengan PP No. 1 tahun 1982.
Berdasarkan sistem ini setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan
menggunakan devisa. Ketentuan ini berlaku baik bagi devisa dalam bentuk
DHE (Devisa Hasil Ekspor) maupun DU (Devisa Umum).
Tidak ada pengaturan mengenai kewajiban bagi masyarakat untuk
melaporkan devisa yang diperoleh dan dipergunakannya. Kebebasan sistem

10
devisa kemudian diartikan juga tidak wajib lapor, meskipun di negara-negara
lain kewajiban pelaporan ini masih diberlakukan.

2.1.2.2. Fungsi Devisa


1. Alat pembayaran perdagangan internasional
Fungsi devisa yang pertama dan utama adalah sebagai alat pembayaran
dalam perdagangan internasional yang dilakukan antarnegara, seperti pada
kegiatan ekspor dan impor.
Adanya devisa mempermudah terjadinya transaksi perdagangan ekspor
impor. Dengan fungsi tersebut devisa menjadi mata uang bagi negara yang
melakukan perdagangan internasional.
2. Alat pembayaran dalam menjalin hubungan internasional
Selain digunakan untuk bertransaksi dalam perdagangan internasional,
devisa juga dimanfaatkan untuk membangun hubungan internasional, misalnya
membiayai perjalanan dinas atau kegiatan diplomatik di luar negeri.
3. Alat pembayaran utang luar negeri
Devisa negara yang tersedia juga berfungsi sebagai alat pembayaran utang
dari negara yang bersangkutan. Maka dari itu, perlu adanya alokasi cadangan
devisa yang dikelola secara bijak. Namun, agar negara lebih cepat maju dan
berkembang suatu negara juga membutuhkan berbagai macam kemajuan sektor
yang dibiayai oleh devisa negara. Atas dasar itulah cadangan devisa yang dimiliki
setiap negara harus diatur sedemikian rupa dalam hal penggunaannya, agar dapat
membangun perekonomian negara yang kuat. Dan devisa tidak hanya dijadikan
sebagai alat membayar utang, tetapi dialokasikan pada sektor-sektor lainnya.
7. Sumber pendapatan negara
Pembangunan nasional dan perekonomian negara tentu saja memerlukan
pembiayaan. Devisa menjadi sumber pendapatan negara untuk membiayainya.

2.1.2.3. Sumber-sumber Devisa


TKI (Tenaga Kerja Indonesia) adalah sebutan untuk para warga Indonesia yang
bekerja di luar negeri. TKI yang bekerja akan mendapatkan penghasilan dalam bentuk mata

11
uang asing dari negara tempat mereka bekerja. Umumnya, para TKI ini akan mengirimkan
sebagian penghasilannya ke tanah air untuk keluarga mereka dalam bentuk rupiah yang
sudah mereka beli dengan menukarkan mata uang dari asal negara tempat mereka bekerja.
Inilah salahsatu sumber yang mengakibatkan bertambahnya devisa negara.
Sumber-sumber devisa lainnya yaitu :
1. Kegiatan ekspor
Kegiatan ekspor atau penjualan barang dari dalam ke luar negeri adalah
salah satu andalan negara untuk mendapatkan devisa. Semakin banyak ekspor
barang atau jasa, maka semakin besar pula pemasukan devisa negara.
2. Perdagangan jasa
Biasanya negara yang bergerak dan mengandalkan perdagangan jasa
merupakan negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang dapat
diperjual belikan. Contohnya, Singapura yang mengandalkan jasa perdagangan
sebagai sumber utama devisa. Beberapa contoh jasanya yaitu pengiriman barang,
perbankan, bandar udara, pelabuhan kapal laut dan kapal-kapal layar ke luar
negeri, dan lain sebagainya.
3. Kegiatan pariwisata
Devisa diperoleh dari kunjungan turis mancanegara. Dikarenakan uang dari
negaranya tidak bisa digunakan di Indonesia, untuk bertransaksi turis asing akan
menukarkan mata uang negara asal mereka dengan mata uang negara yang
dikunjungi. Sehingga valuta asing yang ditukarkan ke rupiah dengan mata uang
negara mereka merupakan devisa. Semakin banyak turis yang berkunjung ke
suatu negara maka semakin banyak pula devisa yang akan diperoleh negara
tersebut.
4. Pinjaman luar negeri atau bantuan luar negeri
Pinjaman luar negeri adalah sumber devisa khususnya bagi negara-negara
yang sedang berkembang. Pinjaman inilah yang biasanya digunakan untuk
membiayai kegiatan impor barang atau jasa. Pinjaman luar negeri yang berupa
uang, secara langsung dapat menambah devisa. Pinjaman ini dapat digunakan
untuk membayar semua pembiayaan ke luar negeri. Tapi negara mempunyai

12
kewajiban untuk mengembalikan pinjaman beserta bunga yang telah ditentukan
oleh pihak peminjam.
5. Hibah atau hadiah dari luar negeri
Hibah atau hadiah adalah sumber devisa yang sifatnya tidak mengikat,
artinya negara yang diberi hibah tidak mempunyai tanggung jawab membalas
jasa atau tuntutan tertentu atas apa yang sudah dihibahkan.
Bantuan atau hibah yang diperoleh dari luar negeri dapat berupa barang
ataupun uang. Jika yang diterima berupa mata uang asing, maka akan menambah
cadangan devisa suatu negara. Sedangkan, apabila bantuannya berupa barang,
maka bantuan tersebut dapat menghemat devisa negara karena negara dapat
memperoleh barang tanpa harus membayarnya.
6. Bunga atau pendapatan dari investasi
Warga negara yang mempunyai investasi, tabungan, atau perusahaan di luar
negeri akan mendapatkan devisa jika investasi atau perusahaannya itu memberi
keuntungan.

2.1.2.4. Jenis-jenis Devisa


Terdapat beberapa jenis devisa yang dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sumber diperolehnya devisa secara umum terbagi dalam dua
kelompok, yaitu :
 Devisa Kredit
Devisa yang yang diperoleh dari hasil pinjaman kredit luar negeri. Tingkat
devisa kredit sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah dan bukan oleh
permintaan dan penawaran. Contohnya, pemerintah memperoleh pinjaman dari
Bank Dunia, kredit itu disalurkan ke masyarakat dalam bentuk devisa kredit.
Biasanya devisa kredit digunakan untuk membiayai impor.
 Devisa Umum
Devisa yang didapat dari hasil kegiatan ekspor atau dari penjualan jasa dan
dari transfer. Devisa ini diperoleh tanpa adanya kewajiban untuk

13
mengembalikannya. Tingkat devisa umum ditentukan oleh seberapa banyak
permintaan dan penawaran.
2. Berdasarkan wujudnya
Berdasarkan wujudnya devisa secara umum terbagi dalam dua kelompok,
yaitu :
 Devisa Kartal, yaitu suatu devisa yang mempunyai wujud uang kertas atau uang
logam.
 Devisa Giral, yaitu suatu devisa yang mempunyai wujud surat-surat berharga,
seperti cek, wesel, cek perjalanan, dan lain-lain.

14
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Gambaran Umum
Seni membatik mulai membudaya pada abad ke-12 dan diperkirakan mulai dikenal luas yaitu
pada abad ke-17. Sejarah batik di Indonesia diduga berkaitan dengan Kerajaan Mataram Hindu dan
Kerajaan Majapahit yang terjadi pada abad ke-9 sampai abad ke-13 dan seterusnya. Kemudian,
terjadi pengembangan batik yang banyak dilakukan pada masa-masa Kerajaan Mataram Islam,
yang diteruskan pada masa Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

3.1.1 Deskripsi Produk batik


Industri batik di Indonesia menghasilkan tiga macam produk batik yaitu : batik tulis,
batik cap dan batik printing. Macam-macam produk batik tersebut diklasifikasikan
berdasarkan proses pembuatan yang berbeda-beda. Berikut penjelasan macam-macam produk
batik :
 Batik Tulis
Awalnya, pengrajin batik hanya membuat batik tulis yang menggunakan pewarna dari
alam seperti pohon mengkudu, jati, soga, nila. Disebut batik tulis karena proses penggambaran
motifnya yang menggunakan tangan. Proses pembuatan batik tulis lebih lama dibanding
dengan jenis batik lainnya. Pembuatan batik tulis memakan waktu berminggu-minggu bahkan
bulanan bila desain motifnya memang sulit, inilah yang membuat harga jualnya relatif mahal.
Selembar kain batik tulis dapat dihargai 200 ribu rupiah sampai dengan jutaan rupiah.
Tergantung pada kerumitan proses pembuatannya. Karena tingkat kesulitan pegerjaan atau
lama tidaknya pengerjaan menentukan harga batik. Sehingga biasanya produksi batik tulis ini
hanya diproduksi sesuai pesanan.
 Batik Cap
Disebut batik cap karena motif batik dibentuk dengan cap, biasanya cap yang digunakan
terbuat dari tembaga. Batik cap juga disebut dengan batik cetak. Sehingga pada
pengembangannya muncul jenis produksi sablon yaitu penggunanan klise atau hand print untuk
mencetak motif diatas kain. Dengan proses produksi menggunakan sistem cap ini, para
pengrajin dapat menghasilkan produksi batik lebih banyak. Karena proses pembuatannya tidak
terlalu lama.

15
 Batik Printing
Batik printing diproduksi dengan mesin. Jika dengan teknik tulis produksi untuk satu kain
batik tulis membutuhkan waktu yang lama maka dengan mesin printing hanya dengan sehari
bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan kain batik. Tetapi kemunculan batik printing ini
banyak dipertanyakan oleh para seniman batik. Sebab batik printing dianggap merusak tatanan
dalam seni batik apalagi proses pembuatannya tidak menggunakan proses pembuatan batik
pada umumnya yaitu menggunakan lilin atau malam. Sehingga tidak sedikit seniman yang
menyebut batik printing sebagai kain bermotif batik.

3.1.2 Fungsi Batik

Pada awalnya, batik merupakan kesenian gambar di atas kain yang dikhususkan untuk
pakaian keluarga para raja Jawa dan para pengikutnya. Karena itu batik hanya dikerjakan dan
dipakai terbatas dalam lingkungan keraton. Namun karena banyak pengikut raja bertempat
tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini dibawa ke luar keraton dan dikerjakan di rumah
masing-masing. Sampailah saat kesenian batik ini ditiru oleh rakyat dan meluas menjadi
pekerjaan rumah tangga untuk mengisi waktu senggang. Maka, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari oleh wanita dan pria
dari segala golongan ataupun umur.
Berikut macam-macam fungsi batik :
1. Batik Tradisional
Batik telah menjadi pakaian tradisional bagi rakyat Indonesia, terutama di Jawa.
Hal ini dapat dilihat dari asal usul kata dan sejarahnya. Batik mempunyai banyak
pengertian dan arti yang luas, beberapa pengertian diberikan dari akhiran “tik” yang
berasal dari kata menitik atau menetes. Batikan dalam bahasa Jawa berarti seratan,
dibatik sama dengan dipun-serat, yaitu diberi gambar dengan lilin (W Kertscher,1954)
Dari pengertian di atas maka batik dapat diartikan sebagai menulis diatas kain
dengan menggunakan alat canting dengan bahan lilin kemudian diberi warna. Bahan
lilin ini disebut rengrengan.
Kata batik dalam Ensiklopedi Indonesia adalah:
“Cara menulis di atas kain-kain mori, katun, tetoron, adakalanya kain sutera,
dengan cara melapisi bagian-bagian yang tidak berwarna dengan lilin yang disebut juga

16
malam. Kemudian kain yang telah dilapisi lilin tersebut, dicelupkan ke dalam zat warna
yang dikehendaki dan dikeringkan. Proses demikian diulangi untuk setiap warna yang
digunakan.”
Batik bagi orang Jawa adalah kata kerja karena membatik mempunyai arti yaitu
membuat bintik-bintik. Membatik juga dapat berarti menulis karena alat yang
digunakan untuk membatik yaitu canting. Canting adalah sebuah alat dari tembaga yang
mempunyai lubang kecil untuk mengaliri lilin dengan berbagai ukuran agar menempel
pada kain. Canting mempunyai pegangannya dari bambu dan penggunaannya hampir
sama dengan alat tulis yang lain. Sehingga terciptalah gambar yang dihasilkan seolah-
olah diciptakan dari titik-titik.
2. Pakaian adat
Batik sudah sangat melekat dengan dunia kekeraton-an atau kerajaan-kerajaan
jawa, karena keraton yang paling banyak menggunakan batik untuk keperluan adat.
Keraton sehubungan dengan daerah raja atau disebut juga kerajaan yang merupakan
istana raja atau sultan. Contoh keratin di Indonesia seperti keraton Yogyakarta, keraton
Surakarta, keraton Cirebon dan lain lain. Keraton juga menjadi pusat aktivitas
kebudayaan dan agama, di keraton juga berlangsung upacara keagamaan dan upacara-
upacara tradisional. Misalnya, grebeg, tujuh bulan kehamilan, kelahiran dan lain-lain.
Salah satu perlengkapan upacara adalah kain batik. Karna inilah kain batik selalu
dihubungkan dengan pakaian tradisional karena upacara-upacara tersebut hanya ada
dalam acara tradisional.
Kegiatan lain yang menghubungkan budaya yang ada dalam masyarakat dengan
batik adalah tari. Kesenin tari juga sangat lekat dengan keraton. Karna, tari-tarian
diselenggarakan untuk menyambut tamu yang berkunjung ke keraton atau untuk
menghormati sultan. Tari sebagai bentuk kesenian tradisional juga memanfaatkan kain
batik sebagai pakaiannya.
3. Pakaian Sehari-hari
Sampai sekarang batik masih mampu bertahan sebagai busana keseharian dalam
guncangan berbagai macam model fashion terbaru di negara ini. Batik menjadi pakaian
sehari-hari baik sebagai busana resmi, setengah resmi, dan bahkan santai.

17
3.1.3 Jenis Batik

Berbagai macam jenis batik telah dilahirkan oleh para seniman batik, berikut jenis-
jenis batik yang ada di Indonesia sesuai dengan nama kota asal batik-batik ini menjadi
sebuah karya, yaitu :
1. Batik Pekalongan
Batik ini berasal dari Pekalongan. Ciri khas batik ini berwarna natural dan
motifnya beragam. Gaya batik Pekalongan lebih bebas dan banyak mendapat pengaruh
dari budaya lainnya. Salah satu jenis batik dari Pekalongan yaitu batik pecinan yang
memiliki ciri khas warnanya variatif dan cerah. Dalam selembar kain terdapat beberapa
macam warna. Motif yang digunakan banyak memasukkan unsur budaya cina seperti
motif burung hong atau merak dan naga. Biasanya motif batik pecinan lebih sulit dan
halus. Kemudian Batik Rifa’iyah, yang motifnya dipengaruhi olehbudaya Islam.
Biasanya diproduksi oleh warga keturunan Arab yang menjadi penduduk tetap di
Pekalongan.
2. Batik Yogyakarta
Batik Yogyakarta terdiri dari motif klasik dan modern. Motif parang, geometri,
banji, tumbuhan menjalar, motif tumbuhan air, bunga, satwa adalah contoh motif klasik
dari Batik Yogyakarta. Warna batik Yogyakarta biasanya berdasar putih, dengan motif
berwarna hitam dan coklat.
3. Batik Ciamis
Batik Ciamis mempunyai warna dasar putih, dan motifnya didominasi oleh
warna hitam dan coklat yang disebut batik sarian.
4. Batik Indramayu
Karna Indramayu merupakan kota yang dekat dengan laut dan kebanyakan
penduduknya adalah nelayan. Jadi, batik ini termasuk ke dalam kategori batik pesisir,
hal itu ditunjukkan dengan mayoritas motifnya yang menggambarkan kegiatan nelayan
ditengah laut. Diantaranya Etong, kapal kandas, Ganggeng, Kembang gunda dan
Loksan.
5. Batik Cirebon, variasi coraknya sangat beragam.

18
3.2. Perkembangan Ekspor Batik
Ekspor batik menjadi strategi pemerintah dalam meningkatkan aset tak berwujud sebagai
tradisi budaya untuk memperluas pasar terhadap penjualan batik Indonesia. Batik memiliki corak
dan motif yang khas sebagai bentuk dari kekayaan budaya nasional Indonesia dan telah lama
dikenal oleh kalangan pembeli internasional. Batik adalah bagian dari komoditi ekspor tekstil dan
produk tekstil yang menjadi ekspor utama produk tekstil.
Namun, Industri tekstil nasional mengalami penurunan akibat persaingan yang semakin
ketat karna masuknya sejumlah negara pesaing seperti China dan Vietnam ke pasar persaingan
tekstil Internasional. Kondisi pasar itulah yang mengisyaratkan adanya peluang besar bagi produk
batik Indonesia, karna batik Indonesia mempunya corak yang khas dan menarik pembeli. Sehingga
produk batik mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di pasar perdagangan
Internasional. Perkembangan ekspor batik mempunyai dampak yang cukup luas di dalam negeri,
bukan hanya dapat menghasilkan devisa negara tetapi juga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
Walaupun batik adalah budaya, pemerintah tidak dapet serta merta memaksa masyarakat
Indonesia untuk berpakaian batik. Karna batik sebagai komoditas ekonomi, tidak bisa lepas dari
nukum-hukum ekonomi, seperti komoditas perdagangan lainnya, yaitu menyangkut harga, biaya,
efisiensi, dan sebagainya.
Produk batik memiliki daya saing terhadap produk tekstil lainnya dari segi motif dan cerita
dibalik motif yang ada, jadi sulit untuk dapat dijiplak. Hingga peminat batik sampai saat ini terus
bertambah baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Batik Indonesia memang terkenal di dunia internasional. Namun, peluang perdagangan
ekonomi batik ke depan tetap sangat tergantung dari kecerdasan peran pengusaha dan pedagang
batik dalam mengolah produksi dan memasarkannya. Seni memang menunjang sebuah komoditas
agar menjadi barang yang memiliki nilai tambah lebih terhadap produk batik itu sendiri. Namun,
pemberian nilai tambah berupa nilai seni itu tidak harus membuat beban biaya produksi yang
tinggi, karena jika hal itu terjadi maka peminat batik akan semakin menurun.
Data Kementerian Perindustrian mencatat bahwa pada tahun 2012 dan tahun 2013 terjadi
peningkatan nilai ekspor batik namun sejak tahun 2014 nilai ekspor batik terus menurun.

19
Sumber : katadata.co.id, 2018.

Perkembangan ekspor batik Indonesia selama periode 2012-2016 mengalami perkembangan


yang sangat mencengangkan. Pada tahun 2013 ekspor batik Indonesia mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya. Namun, pada tahun 2014 hingga nilai ekspor batik terus menurun hingga tahun
2016.
Pada tahun sebelumnya. Selama kurun empat tahun, Indonesia berhasil meningkatkan ekspor
batik dari USD 32 juta pada 2008 menjadi USD 278 juta pada 2012.
Data Kementerian Perindustrian mencatat ekspor batik pada tahun 2015 sebesar USD 775,2
juta atau setara Rp 10,42 triliun. Kemudian, pada 2016 mencapai USD 738,9 juta atau setara Rp
9,92 triliun dengan kurs Rp 13.436/dolar AS pada saat itu. Dari jumlah tersebut, sekitar USD
413,22 juta atau sekitar 50% nya di ekspor ke Amerika.

3.2.1 Kebijakan Pemerintah terhadap Batik Indonesia

Industri batik di Indonesia termasuk ke dalam unit usaha kecil menengah (UKM).
UKM atau usaha kecil menengah di Indonesia mempunyai dua definisi, yaitu :
 Menurut Undang-Undang N0.9 tahun 1995
Undang-undang ini menjelaskan definisi usaha kecil yaitu kegiatan ekonomi rakyat
yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan
bersih tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha paling banyak Rp 200 juta.

20
 Menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS)
BPS mendefinisikan usaha kecil yaitu usaha kecil identik dengan industri kecil dan
industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya
yaitu :
a. industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang
b. industri kecil dengan pekerja 5-19 orang
c. industri menengah dengan pekerja 20-99 orang
d. industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.
Walaupun definisi dari usaha kecil beragam tapi umumnya memiliki karakteristik
yang seragam yaitu tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi
dan operasi. Kebanyakan industri kecil dikelola oleh perorangan yang merangkap sebagai
pemilik sekaligus pengelola perusahaan serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan
kerabat dekat.
Kebijakan pemerintah untuk mendukung usaha kecil tertulis dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 127 tahun 2001 tentang bidang/jenis usaha yang
dicadangkan untuk usaha kecil dan bidang /jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah
atau besar dengan syarat kemitraan. Karena sulitnya bagi usaha kecil menengah khususnya
industri batik untuk bersaing dengan industri tekstil yang mempunyai modal besar tanpa
ada dukungan pemerintah. Dengan berbagai dukungan pemerintah termasuk pengadaan
mitra usaha dapat membantu industri kecil menghidupi usaha-usaha yang digelutinya.
Sejak tahun 1990 pemerintah telah mewajibkan BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
untuk menyisihkan 1-5% dari laba bersihnya untuk pemberdayaan usaha kecil, menengah
dan koperasi. Juga adanya dukungan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
tanggal30 Juli 2003 Nomor 233/M.PAN/07/2003 yang menyatakan perlunya
meningkatkan produksi dalam negeri terutama produk daerah, termasuk batik. Berdasarkan
surat menteri tersebut, beberapa bupati menetapkan pemakaian baju batik untuk daerah
tertentu. Tetapi hal ini justru menimbulkan pemalsuan untuk batik tertentu. Sejumlah motif
batik tertentu ditiru oleh pengrajin dari daerah lain dan terdapat penjiplakan yang dilakukan
oleh negara pesaing seperti Cina dan Malaysia.

21
3.2.1.1. Hak Paten Batik
Karna banyaknya penjiplakan motif batik oleh para perajin dari negara-negara tetangga dan
negara pesaing ekspor tekstil di perdagangan internasional. Mematenkan motif-motif batik
merupakan hal yang segera harus dilakukan. Karna upaya tersebut sangat penting untuk melindungi
industri batik. Menurut Job Ave (2001), Pematenan batik dengan nama batik Indonesia juga
merupakan bentuk proteksi tehadap kekayaan intelektual
Motif-motif tradisional berbagai macamnya adalah cerminan dari kekayaan intelektual bangsa
Indonesia. Namun, batik Indonesia banyak ditiru oleh para pengrajin dari negara-negara lain demi
kepentingan ekonomi.
Menurut Yoga Pramana dari Industri Kecil Menengah (IKM) Departemen Perindustrian
(DEPPERTN), tahun 2005 Depperin telah mematenkan sekitar 600 desain. Sementara pada tahun
2003-2004 telah dipatenkan 2.763 motif desain.
Perlindungan hak cipta sebenarnya mulai disuarakan pada tahun 1960-an yang dilanjutkan
dengan kajian-kajian pada dekade 1970-an. Indonesia menerbitkan peraturan yang mengatur hak
cipta ini pada tahun 1982 yaitu dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang
Hak Cipta. Kemunculan Undang-Undang Hak Cipta ini pun semakin lama semakin dianggap
penting, sehingga secara sering disempurnakan. Terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta ini membuka wawasan dan kesadaran bangsa untuk memberikan perlindungan-
perlmdungan yang berkait dengan hak cipta, sehingga tahun 1987 terbit Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1987, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, dan terakhirUndang-Undang Nomor 19
Tahun 2002.
Undang-undang hak cipta tidak berdiri sendiri, namun mendapat dukungan aturan
pelaksanaannya, antara lain:
1. Jo Pemerintah R.I Nomor 7 Tahun 1989 tentang Hak Cipta
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 1989 tentang Penerjemahan dan atau Perbanyak
Ciptaan untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan.
3. Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 1998 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara
Republik Indonesia dengan masyarakat Eropa.

22
4. Keputusan Presiden RI Nomor 25 Tahun 1989 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara
Republik Indonesia dengan Amerika Serikat.
5. Keputusan Presiden RI Nomor 38 Tahun 1993 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara
Republik Indonesia dengan Australia.
6. Keputusan Presiden RI Nomor 56 Tahun 1994 tentang pengesahan persetujuan mengenai
perlindungan hukum secara timbal balik terhadap hak cipta atas karya rekaman suara antara negara
Republik Indonesia dengan Inggris.
7. Peraturan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.HC.03.01 Tahun 1987 tentang
Pendaftaran Ciptaan.
8. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.04-PW.07.03 Tahun 1988
tentang Penyidik Hak Cipta.
9. Surat Edaran Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.01.PW.07.03 Tahun 1990
tentang Kewenangan Menyidik Tindak Pidana Hak Cipta.

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sangat penting untuk memberikan perlindungan
kepada pengusaha produk bermerek yang selama ini sering dipalsukan, bahkan dipatenkan pihak
lain karena tidak tahu aturannya. Lebih lanjut disampaikan bahwa batik yang merupakan warisan
budaya, bahkan pernah diklaim oleh Malaysia, sehingga Indonesia tidak dapat menjualnya ke
negara bersangkutan.

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Selama periode 2012-2013 terjadi kenaikan nilai ekspor batik. Namun dari tahun 2013 hingga
2016 nilai ekspor batik menurun akibat terjadinya peningkatan biaya produksi. Namun, pemerintah
tetap optimis karna batik Indonesia mempunyai potensi ekspor yang berdaya saing di pasar
internasional. Namun demikian, Industri batik nasional masih memerlukan kebijakan pemerintah
di dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitasnya agar tetap mampu bersaing dengan
negara-negara lain yang juga merupakan penghasil batik, seperti Vietnam, Cina, dan Malaysia

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan berikut masukan yang dapat diberikan oleh
berbagai pihak:
1. Untuk masyarakat
a. Agar lebih menghargai warisan budaya Indonesia sekaligus bangga akan produk lokal,
khususnya batik.
b. Agar terus melakukan berbagai inovasi yang kreatif yang dapat mendukung
perkembangan batik di Indonesia.
2. Pengusaha dan pengrajin batik
a. Agar memperhatikan biaya produksi supaya tidak terjadi kenaikan harga yang
berdampak menurunkan nilai ekspor
b. Agar memperbanyak promosi dan sosialisasi terkait batik kepada masyarakat Indonesia
juga kepada internasional.
3. Untuk pemerintah
a. Agar memperhatikan hak paten produk asli Indonesia
b. Agar lebih ketat mengawasi produk asli Indonesia agar tidak diklaim lagi oleh negara
tetangga atau negara pesaing di perdagangan Internasional.
c. Agar lebih membantu pengusaha untuk promosi produk asli Indonesia di luar negeri.

24
DAFTAR PUSTAKA
BPHN. (2016). Lalu lintas devisa. Diakses 13 Maret 2019
Haryadi (2018). Buku lengkap Ekonomi internasional, Teori dan aplikasi. Penerbit
Biografika: Bogor.
Katadata. (2018). Berapa Nilai Ekspor Batik Indonesia, diakses 9 Maret 2019
Kemendag (2019). Laporan Kinerja Kementrian Perdagangan 2015. Diakses 12 maret 2019
Kemenperin. (2019). Batik Indonesia Makin Mendunia, diakses 11 Maret 2019
Nurainun, Heriyana & Rasyimah. (2008). Analisis Industri Batik di Indonesia. 7(3) 124 - 135

25

Anda mungkin juga menyukai