Anda di halaman 1dari 13

5

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Tanam ( Bibit )

Pada awal perkecambahan benih, akar tunggang tumbuh cepat, yakni

mencapai 1 cm pada umur 1 minggu, 16-18 cm pada umur satu bulan, dan 25 cm

pada umur tiga bulan. Laju pertumbuhannya kemudian melambat dan untuk

mencapai panjang 50 cm diperkirakan memakan waktu dua tahun. Kedalaman

akar tunggang menembus tanah dipengaruhi oleh kondisi air tanah dan struktur

tanah. Pada tanah yang jeluknya dalam dan berdrainase baik, akar tunggang kakao

dewasa mencapai kedalaman 1,0-1,5 m (Wahyudi et al., 2008).

Tanaman kakao yang berasal dari biji, setelah berumur sekitar satu tahun

dan memiliki tinggi 0,9-1,5 m, pertumbuhan vertikalnya akan berhenti kemudian

membentuk perempatan (jorket/jorquette). Tinggi rendah jorket tergantung pada

kualitas bibit, kesuburan tanah, dan intensitas cahaya yang diterima. Jorket

merupakan tempat perubahan pola percabangan, yakni dari tipe ortotrop ke

plagiotrop (Wahyudi et al., 2008).

Pengaruh temperatur pada kakao baerkaitan erat dengan ketersediaan

air, sinar matahari, dan kelembaban. Temperatur sangat berpengaruh terhadap

pembentukan flush, pembungaan serta kerusakan daun. Menurut hasil penelitian,

temperatur ideal bagi tanaman kakao adalah 300 – 320 C (maksimum) dan 180 –

210 C (minimum). Kakao dapat juga tumbuh baik pada temperatur 150 C perbulan

dengan temperatur minimum absolut 100 C per bulan (Rosniawaty, 2010).

Curah hujan adalah faktor iklim terpenting dalam budidaya kakao.

Tanaman kakao membutuhkan curah hujan yang sebaranya merata atau curah

hujan tahunannya lebih besar dari evapotranspirasinya. Kisaran curah hujan yang
6

ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 1500-2500 mm/tahun

(Wahyudi et al., 2008).

Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu

daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada

tajuk sebesar 20 % dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam

fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30

% cahaya matahari atau pada 15 % cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula

dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima

lebih banyak (Karmawati et al., 2010).

Tanaman kakao menghendaki lingkungan yang dengan kelembaban

tinggi dan konstan, yakni diatas 80%. Nilai kelembapan ini merupakan

mikroklimat hutan tropis yang dapat menjaga kestabilitas tanaman. Kelembapan

tinggi bisa mengimbangi evapotranspirasi tanaman dan mengompensasi curah

hujan yang rendah. (Wahyudi et al., 2008).

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH

6-7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4, paling tidak pada

kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH

tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah

(Karmawati et al., 2010).

Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat

berpasir dengan komposisi 30-40 % fraksi liat,50% pasir, dan 10-20 % debu.

Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi

tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan

gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah
7

tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan

tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat

walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao

(Firdausil et al., 2008).

Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah yang berkualitas baik,

misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm, dan berasal dari

areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur

yang baik, tekstur yang remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas

kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut,

residu, bahan kimia) (Semangun, 2000).

Lapisan atas tanah atau top soil cukup banyak mengandung bahan

organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan bahan organik.

Sedangkan tanah sub soil adalah tanah yang mengalami cukup pelapukan,

mengandung lebih sedikit bahan organik. Produktifitasnya sedikit karena

ditentukan oleh keadaan sub soil tersebut (Buckman dan Brady,1982).

Tanah yang subur yaitu tanah yang mempunyai profil yang dalam

melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah, pH sekitar 6 - 6,5, mempunyai

aktivitas jasad renik yang tinggi. Kandungan unsur haranya yang tersedia bagi

tanaman adalah cukup dan tidak terdapat pembatasan tanah untuk pertumbuhan

tanaman. Pupuk adalah bahan yang diberikan kedalam tanah baik yang organik

maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara

dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam

keadaan faktor lingkungan yang baik (Sutedjo, 2002).


8

Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan

subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam

(80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial,

tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan

kelapa sawit (Deputi Menegristek, 2002).

Kedalaman akar tunggang menembus tanah dipengaruhi keadaan air

tanah dan struktur tanah. Pada tanah yang dalam dan berdrainase baik, akar kakao

dewasa mencapai kedalaman 1,0 – 1,5 m. Pertumbuhan akar kakao sangat peka

pada hambatan, baik berupa batu, lapisa keras, maupun air tanah. Apabila selama

pertumbuhan, akar menjumpai batu, akar tunggang akan membelah diri menjadi

dua dan masing-masing tumbuh geosen-tris (mengarah ke dalam tanah).

(Karmawati et al., 2010)

TKKS

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah

padat yang dihasilkan dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar

karena hampir sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Limbah

tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal. Komponen terbesar dari

TKKS adalah selulosa (40-60%), disamping komponen lain yang jumlahnya lebih

kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %) (Dekker, 1991). Salah

satu alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk

organik dengan melakukan pengomposan (Besri et al., 2013.).

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan sisa tandan buah segar (TBS)

yang telah dirontokan buahnya setelah dipanen dalam proses pengolahan dipabrik

kelapa sawit. Banyaknya tandan kosong adalah 27% dari produksi tandan buah segar
9

dan bila dibakar akan diperoleh abunya sebanyak 1.65% dari berat tandan kosong

(Putra, 2010).

Abu TKKS atau disebut juga dengan abu janjang merupakan limbah padat dari

hasil pembakaran TKKS didalam incenerator pabrik pengolahan kelapa sawit. Abunya

tersebut dapat dijadikan sebagai pupuk dengan kandungan kalium yang cukup tinggi,

yaitu sekitar 35-45% K2O. Komposisi kandungan kimia dari abu TKKS adalah sebagai

berikut: K2O (35-40 %), P2O5 (3,4-5,0%), MgO (6,0-9,0%), CaO (5,0-5,5%), Mn (200-

250 ppm) dan B (800-1000 ppm). Selain itu Hermawan, et al., (1999) menyatakan

bahwa TKKS mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan berpotensi untuk dijadikan

sebagai pupuk organik. Hasil analisis kimianya adalah : 34% C, 0,8% P2O5, 5,0% K2O,

1,7% CaO, 4,0% MgO dan 275 ppm Mn serta dengan nilai C/N rasio yang tinggi yaitu

43, sehingga sulit di dekomposisi oleh mikroba. Nuryanto (2000) menambahkan bahwa

TKKS mengandung selulosa 45, 95%, hemiselulosa 22,84% dan lignin 22,60 %.

Tingginya kandungan lignin dan selulosa dalam TKKS menyebabkan bahan tersebut

sulit mengalami proses dekompsisi (Sorensen,2015).

Fungsi TKKS antara lain adalah konservasi air, perbaikan truktur tanah,

dan penyediaan beberapa unsur hara. Dalam hal konservasi air, pupuk organik

turut menjamin agar air tetap tersedia bagi tanaman dan tidak segera turun ke

lapisan bawah tanah. Ketersediaan air tersebut juga berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan tanaman akan air. Air tersebut juga berfungsi melarutkan unsur-unsur

hara yang pada mulanya tidak tersedia bagi tanaman. Proses pelarutan ini sangat

penting karena unsur-unsur hara hanya dapat tersedia bagi tanaman dalam bentuk

larutan. Selain itu, bahan-bahan organik juga memperkecil laju pencucian


10

(leaching), yaitu pelenyapan unsur-unsur hara yang telah terlarutkan karena

terbawa turun bersama kelebihan air (Duaja, 2012).

Perbaikan struktur tanah di sini mengandung arti mencegah terjadinya

kompaksi (pemadatan) tanah, sehingga pori-pori tanah tersedia dalam jumlah

yang mencukupi. Fungsi pori-pori tanah adalah menjamin tersedianya oksigen

bagi akar untuk pernafasan, memungkinkan penetrasi akar dalam tanah, dan

memberi peluang bagi terjadinya penguapan air dari dalam tanah (evaporasi)

(Putra, 2010).

Blotong Tebu

Blotong adalah limbah pabrik gula yang berbentuk lumpur berwarna

gelap, yang sering dibuang sehingga menimbulkan polusi bau.,blotong yang sudah

dikeringkan dapat digunakan untuk memupuk tanaman, karena mengandung

unsur hara N, P, K, Ca, Mg, dan S dalam kadar tertentu( Satyohadi,2010).

Blotong atau disebut “filtermud” adalah kotoran nira tebu dari proses

pembuatan gula yang disebut sebagai byproduct. Persentase blotong yang

dihasilkan dari tiap hektar pertanaman tebu yaitu sekitar 4-5%. Kotoran nira ini

terdiri dari kotoran yang dipisahkan dalam proses penggilingan tebu dan

pemurnian gula. Persentase kotoran nira ini cukup tinggi yaitu 9-18% dari tebu

basah, dan sangat cepat terdekomposisi menjadi kompos. Pada umumnya blotong

ini diakumulasi di lapangan terbuka di sekitar pabrik gula, sebelum dimanfaatkan

untuk pertanian. Limbah pabrik tersebut dapat dimanfaatkan menjadi salah satu

alternatif solusi sebagai pupuk kompos dalam budidaya tanaman tebu di lahan

kering guna meningkatkan pertumbuhan dan hasil tebu itu sendiri (Leovici, 2012)
11

Dilihat dari potensinya blotong berpotensi dijadikan pupuk organik karena

memiliki kandungan hara berupa C-organik, Nitrogen, Kalium dan Fosfor yang

merupakan unsur hara makro primer yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk

pertumbuhannya. Namun limbah ini tidak bisa langsung diberikan kepada

tanaman karena kandungan unsur haranya belum memenuhi standar pupuk. Untuk

itu diperlukan proses pengomposan terlebih dahulu guna meningkatkan unsur hara

bahan sehingga bisa dijadikan pupuk yang bisa dimanfaatkan tanaman. Untuk

dapat dijadikan kompos, suatu bahan organik harus memiliki rasio C/N berkisar

antara 25-50 (Faridah et all, 2013).

Menurut Triwahyuningsih dan Muhammad sifat blotong yang mendukung

perbaikan sifat tanah antara lain daya menahan air tinggi, berat volume rendah,

porous dan KTK tinggi. Blotong menunjukkan potensi yang besar untuk

dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik tanpa mengganggu pertumbuhan

tanaman (Ramadhani, 2003).

Percobaan penggunaan kompos blotong sebagai pupuk organik telah

banyak dilakukan dalam mempelajari peranannya pada sifat-sifat tanah maupun

efeknya pada tanaman. Pemberian blotong dapat meningkatkan kandungan hara

dalam tanah terutama unsur N, P, dan Ca serta unsur mikro lainnya. Peranan

kompos blotong pada tanah dapat dipastikan sama dengan peranan kompos atau

pupuk organik lainnya dalam memperbaiki sifat-sifat kesuburan tanah

(Ginggold el all , 2012).

Solid Decanter

Decanter solid (DS) adalah limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan

TBS di PKS yang memakai sistem decanter. Untuk pemanfaatannya sebagai


12

bahan pengganti pupuk, DS segar biasanya dikeringkan dulu, untuk itu diperlukan

dryer yang investasi dan biaya operasinya cukup besar. DS kering yang

dihasilkan, kadar airnya tidak boleh lebih dari 15%, kalau lebih maka bahan cepat

berjamur dan tidak dapat disimpan lama. Produksi DS segar adalah sekitar 5.7%

dari TBS. Sedangkan produksi DS kering adalah sekitar 2% dari TBS. Baik DS

segar maupun DS kering dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk pada

TM (Lubis et al., 2000).

Decanter solid dihasilkan dari decanter dari stasiun klarifikasi dan solid ini

dari pabrik akan diaplikasikan ke perkebunan sawit, solid ini merupakan bahan

organik yang mengandung sejumlah hara terutama Nitrogen(N). Kandungan hara

dapat bervariasi, tetapi secara umum 1 ton DS segar (setara dengan 0.35 ton DS

kering) mengandung sekitar 17 kg Urea, 3 kg TSP, 8 kg MOP dan 5 kg Kiserit

(Schucardt et al., 2001).

Pupuk Kandang Sapi

Pemberian pupuk untuk menambah persediaan unsur hara yang

dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman yang

dihasilkan. Aplikasi pupuk (pemupukan) sangat penting karena memperkaya

tanah sehingga unsur-unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman

dapat tersedia dan dimanfaatkan oleh tanaman untuk menjalankan proses

pertumbuhan dan perkembangannya (Samekto, 2006).

Menurut Samekto (2006) pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari

kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang bercampur sisa makanan

maupun air kencing (urine), seperti sapi, kambing ayam dan jangkrik. Pupuk

kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan
13

kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium

(Ca), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta

berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena pupuk

kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang

makanan bagi tanaman.

Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki

kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para

petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap

tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai

sumber zat makanan bagi tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan

pupuk kandang dalam budidaya tanaman (Anang, 2011).

Pupuk kandang memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah,

menyediakan unsur makro (nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, dan belerang) dan

mikro (besi, seng, boron, kobalt, dan molibdenium). Selain itu, pupuk kandang

berfungsi untuk meningkatkan daya menahan air, aktivitas mikrobiologi tanah,

nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki struktur tanah (Syekhfani, 2000).

Jenis pupuk kandang berdasarkan jenis ternak atau hewan yang menghasilkan

kotoran antara lain adalah pupuk kandang sapi, pupuk kandang kuda, pupuk

kandang kambing atau domba, pupuk kandang babi, dan pupuk kandang unggas

(Hasibuan, 2006).

Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2011) pupuk kandang dapat

dikatakan sebagai pupuk lengkap di samping unsur N, P, dan K sebagai unsur

makro utama juga mengandung Ca, Mg, dan S sebagai unsur makro sekunder dan

sejumlah kecil unsur mikro seperti Mn, Cu, dan B. Akan tetapi, pemanfaatan
14

pupuk kandang sebagai sumber hara yang tersedia harus mengalami dekomposisi

yang sebagian besar harus dilakukan oleh aktifitas mikroorganisme

tanah.Kelebihan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk buatan adalah

karena kandungan bahan organik yang tinggi berperan dalam meningkatkan

kesuburan tanah (Sarief, 1985). Sedangkan menurut Buckman dan Brady tahun

1961 (Hakim et al., 1986) pupuk kandang juga mempunyai kekurangan yaitu

lambat bereaksi karena sebagian besar zat-zat makanan harus mengalami

perubahan sebelum dapat diserap tanaman.

Pupuk Nitrogen

Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N)

berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan

tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus

kimia CO(NH2)2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya

sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di

tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar

46% dengan pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen

(Damanik et al., 2010).

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting dalam

tanaman. Sekira 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup

dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh

tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein.

Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti

klorofil,asam nukleat, dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah

relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya


15

pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas, atau

perkembangan batangdan daun. Memasuki tahap pertumbuhan generatif,

kebutuhan nitrogen mulai berkurang. Tanpa suplai nitrogen yang cukup,

pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi

(Suriadita dan adimihardja, 2001).

Pemupukan Nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein,

dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati.

Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan disimpan

dalam jaringan tanaman apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen. Untuk

pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi

dengan pemupukan unsur lain. Pembentukan senyawa N organik tergantung pada

imbangan imbangan ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion

fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi

protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K+

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Tingkat serapan N pada tanaman sangat dipengaruhi umur, kondisi saat

aplikasi dan proses fotosintesis tanaman. Respon pemberian pupuk N pada

tanaman juga tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan bentuk/jenis pupuk

( padat/cair ) yang diberikan. Pemberian N bertingkat sangat berpengaruh

terhadap tinggi tanaman dan bobot biomas tanaman. Semakin besar pemberian N,

tinggi dan bobot biomas tanaman semakin besar ( Hasibuan, 1999).

Pemberian hara N yang tidak seimbang dengan kebutuhan tanaman baik

jumlah maupun waktu pemberiannya akan menyebabkan kehilangan N dalam


16

tanah, pertumbuhan tanaman yang tidak optimal, dan pada akhirnya menyebabkan

rendahnya efisiensi penggunaan N ( Suwardi, 2009).

Pupuk Fosfor

Fosfor (P) merupakan salah satu nutrisi utama yang sangat penting dalam

pertumbuhan tanaman. Fosfor tidak terdapat secara bebas di alam. Fosfor

ditemukan sebagai fosfat dalam beberapa mineral, tanaman dan merupakan unsur

pokok dari protoplasma. Fosfor terdapat dalam air sebagai ortofosfat. Sumber P

alami dalam air berasal dari pelepasan mineral dan biji-bijian (Sianturi, 2008).

Unsur hara fosfor (P) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan

tanaman. Tidak ada unsur hara lain yang dapat mengganti fungsinya di dalam

tanaman, sehingga tanaman harus mendapatkan atau mengandung P secara cukup

untuk pertumbuhannya secara normal, oleh karena P dibutuhkan tanaman cukup

tinggi. Fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintetis, transfer

dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di

dalam tanaman lainnya yang membantu mempercepat perkembangan akar dan

perkecambahan. Unsur P dapat merangsang pertumbuhan akar, kemudian

berpengaruh pada pertumbuhan bagian di atas tanah. Kekurangan unsur P dapat

menunjukkan gejala menurunnya sintesis protein, seperti: lambatnya

pertumbuhan bibit dan daun berwarna keunguan (Winarso, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk SP-36 dan pupuk

kandang serta interaksi keduanya berpengaruh nyata dalam meningkatkan C-

organik tanah, P-tersedia tanah, kadar P-daun, serapan P-tanaman, tinggi tanaman,

berat kering tajuk tanaman dan berat kering akar tanaman (Siregar et al., 2015).
17

Pada tanaman muda, kadar P paling tinggi dijumpai pada pusat

pertumbuhan. Seperti halnya unsur N, unsur P juga bersifat mobil, yaitu apabila

tanaman defisiensi P maka P yang ada dalam jaringan tua ditranslokasikan ke

jaringan muda, sehingga yang defisiensi lebih dulu pada jaringan tua. Ciri

tanaman yang kekurangan P : tanaman menjadi kerdil, bentuk daun tidak normal

dan apabila sudah parah maka bagian daun, buah, dan batang akan mati dan

warna daun akan berwarna ungu (akumulasi gula)

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Anda mungkin juga menyukai