Hasil
2 – 12 MSPT, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot
kering tajuk, sudut daun, volume akar dan rasio tajuk akar. Perlakuan pemupukan
berpengaruh nyata pada pada parameter jumlah daun pada 8 MSPT, diameter
tanaman pada 6 MSPT. Pada parameter total luas daun perlakuan pencampuran
media tanam dan pemupukan tidak berpengaruh nyata. Interaksi kedua perlakuaan
Tinggi Tanaman
Data pengamatan tinggi bibit dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran
Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada umur 2 MSPT dan interaksi media
Tabel 1. Tinggi bibit kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan pada umur 2 – 12 MSPT.
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Umur Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
MSPT memiliki pola yang sama, dan pada minggu ke 8 sampai 12 MSPT juga
Pola pertumbuhan tinggi bibit kakao dengan pencampuran media tanam umur 2-
36.00
31.00
M1 (Top Soil : TKKS
26.00
: Solid Decanter :
21.00 Serat )
16.00 M2 ( Top Soil :
11.00 Blotong Tebu )
6.00
1.00 M3 (Top Soil : Pupuk
4 6 8 10 12 Kandang Sapi )
Umur Tanaman ( MSPT )
Dari hasil Gambar 1. diperoleh pola pertumbuhan tinggi bibit kakao pada
pencampuran media tanam umur 2-12 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).
Jumlah Daun
Data pengamatan jumlah daun dan sidik ragam dapat dilihat pada
interaksi media tanam dan pemupukan berpengaruh nyata pada 2,10 dan 12
Tabel 2. Jumlah daun bibit kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam
dan pemupukan pada umur 2 – 12 MSPT.
Pemupukan ( gr/ Polibag ) Rataan
Umur Media Tanam P0 P1 P2 P3
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
M0 ( Top Soil ) 6,11 6,00 7,00 6,67 6,44c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 7,33 8,22 7,22 7,11 7,47a
4
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 6,89 7,11 7,33 7,56 7,22ab
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 7,33 7,56 6,89 7,56 7,33ab
Rataan 6,92 7,22 7,11 7,22
M0 ( Top Soil ) 8,33 8,33 8,67 7,78 8,28c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 8,78 9,78 9,33 9,11 9,25a
6
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 9,11 9,00 9,67 9,44 9,31b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 10,67 10,11 10,00 9,89 10,17b
Rataan 9,22 9,31 9,42 9,06
M0 ( Top Soil ) 10,44 10,22 11,44 10,00 10,53c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 12,56 13,33 12,67 11,89 12,61a
8
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 11,22 11,67 13,00 11,44 11,83b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 12,78 13,11 11,78 12,11 12,44b
Rataan 11,75c 12,08b 12,22a 11,36c
M0 ( Top Soil ) 11,78e 11,89e 14,00e 13,44e 12,55c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 18,67c 20,33a 17,44d 19,44b 18,81a
10
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 16,22d 17,78cd 17,89cd 18,56c 17,30b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 18,33c 18,11c 17,78cd 17,56d 18,07b
Rataan 16,25 17,03 16,78 17,25
M0 ( Top Soil ) 13,78f 14,22f 16,78e 16,11e 15,22c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 22,78b 24,78a 21,00d 23,56a 23,03a
12
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 21,44c 22,22c 22,56b 22,89b 22,28ab
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 22,67b 22,33c 21,33c 21,22c 21,89b
Rataan 20,17 20,89 20,42 20,94
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 2. dapat dilihat bibit yang ditanam pada media tanam M0
daun, sedangkan bibit kakao pada media M1 (Top Soil : TKSS : Solid Decanter :
28
Serat) dosis optimal pada pemupukan P1(1N + 2P) meningkatkan jumlah daun.
Pada minggu ke 12 MSPT bibit kakao yang ditanam pada pencampuran media
41.00
36.00
M0 ( Top Soil )
Tinggi tanaman (cm)
31.00
26.00
21.00 M1 (Top Soil : TKKS :
Solid Decanter : Serat )
16.00
M2 ( Top Soil :
11.00
Blotong Tebu )
6.00 M3 (Top Soil : Pupuk
1.00 Kandang Sapi )
4 6 8 10 12
Gambar 3. Pertumbuhan jumlah daun bibit kakao pada pencampuran media tanam
umur 2-12 MSPT.
Dari hasil Gambar 3. diperoleh pola jumlah daun bibit kakao pada
pencampuran media tanam umur 2-12 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).
Jumlah daun
13.00
(helai)
12.50
12.00
11.50
11.00
10.50
10.00
9.50 8 MSPT
9.00
P0 P1 P2 P3
Pemupukan
Dari hasil Gambar 4. diperoleh pola jumlah daun bibit kakao pada
Diameter Batang
Data pengamatan diameter batang dan sidik ragam dapat dilihat pada
interaksi media tanam dan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter
batang.
MSPT memiliki pola yang sama. Dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan
M2 = Top Soil : blotong tebu sebesar 8,30 mm dan rataan terendah pada M0 =
31
Top Soil sebesar 6,22 mm. Pada minggu ke 6 pemberian pupuk P0 (Kontrol)
9.00
8.00
Diameter batang (mm)
7.00
M0 ( Top Soil )
6.00
5.00
M1 (Top Soil : TKKS
4.00 : Solid Decanter :
Serat )
3.00 M2 ( Top Soil :
Blotong Tebu )
2.00
Dari hasil Gambar 5. diperoleh pola diamer batang bibit kakao pada
pencampuran media tanam umur 2-12 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada
2.55
2.45
2.40
2.35 6 MSPT
2.30
2.25
2.20
P0 P1 P2 P3
Pemupukan
Dari hasil Gambar 4. diperoleh pola jumlah daun bibit kakao pada
Data pengamatan bobot basah tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada
pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan
Tabel 4. Bobot basah tajuk kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam
dan pemupukan
Media Tanam Pemupukan ( gr/ Polibag ) Rataan
33
P0 P1 P2 P3
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 16,16 14,72 18,37 16,63 16,47c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 46,79 43,12 55,86 43,79 47,39a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 34,03 40,50 39,63 39,44 38,40b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 35,37 40,64 37,87 46,67 40,14b
Rataan 33,09 34,75 37,93 36,63
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 4. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada
160.00
140.00
Bobot basah tajuk (g)
120.00
100.00
80.00
Bobot basah tajuk
60.00
40.00
20.00
0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam
Gambar 7. Pola pertumbuhan bobot basah tajuk bibit kakao dengan pencampuran
media tanam
Dari hasil Gambar 7. diperoleh pola bobot basah tajuk bibit kakao pada
Data pengamatan bobot baasah akar dan sidik ragam dapat dilihat pada
pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan
Rataan bobot basah akar dengan perlakuan pencampuran media tanam dan
Tabel 5. Bobot basah akar kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam
dan pemupukan
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 8,41 10,50 11,94 9,04 9,97c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 23,07 20,86 24,98 18,60 21,88a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 16,41 18,68 15,38 16,58 16,76b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 18,38 18,04 15,07 16,66 17,04b
Rataan 16,57 17,02 16,84 15,22
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 5. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada
pola bobot basah akar tanaman kakao pada pencampuran media tanam
300.00
250.00
Bobot basah akar (g)
200.00
150.00
Bobot basah akar
100.00
50.00
0.00
MO M1 M2 M3
media tanam
Gambar 8. Pola bobot basah akar bibit kakao pada pencampuran media tanam
Dari hasil Gambar 8. diperoleh pola bobot basah tajuk bibit kakao pada
Data pengamatan bobot kering tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada
pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan
Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pencampuran media tanam dan
Tabel 6. Bobot kering tajuk kakao pada perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan
Media Tanam Pemupukan ( gr/ Polibag ) Rataan
36
P0 P1 P2 P3
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 3,88 4,53 5,52 6,23 5,04c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 15,43 14,60 17,28 14,51 15,45a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 9,54 12,89 11,96 12,74 11,78b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 14,59 14,79 16,62 15,69 15,42a
Rataan 10,86 11,70 12,85 12,29
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 6. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada
Pola bobot kering tajuk bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat
dilihat Gambar 9.
50.00
40.00
Bobot kering tajuk (g)
30.00
10.00
0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam
Gambar 9. pertumbuhan bobot kering tajuk bibit kakao pada pencampuran media
tanam
Dari hasil Gambar 9. diperoleh pola bobot basah tajuk bibit kakao pada
Data pengamatan bobot kering akar dan sidik ragam dapat dilihat pada
pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan
Rataan bobot kering akar pada perlakuan pencampuran media tanam dan
Tabel 7. Bobot kering akar kakao pada perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 1,43 1,84 2,14 2,07 1,87c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 3,52 3,63 3,88 3,02 3,51a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 2,93 2,70 2,53 2,59 2,69b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 3,13 3,24 2,89 2,69 2,99b
Rataan 2,76 2,86 2,86 2,59
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 7. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada
Pola bobot kering akar bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat
12.00
8.00
6.00
Bobot kering akar
4.00
2.00
0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam
Gambar 10. pertumbuhan bobot kering akar bibit kakao pada pencampuran media
tanam
Dari hasil Gambar 10. diperoleh pola bobot kering akar bibit kakao pada
Volume Akar
Data pengamatan volume akar dan sidik ragam dapat dilihat pada
berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan berpengaruh
Tabel 8. Volume akar kakao pada perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan
39
Pemupukan ( ml / Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...ml………….........
M0 ( Top Soil ) 10,89 9,78 11,56 9,11 10,33c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 20,22 17,33 22,44 17,33 19,33a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 17,11 18,67 14,44 14,89 16,28ab
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 18,00 18,00 14,89 14,67 16,39ab
Rataan 16,56 15,94 15,83 14,00
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 8. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada
Pola volume akar bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat
70.00
60.00
Volume akar (ml)
50.00
40.00
30.00
Volume akar
20.00
10.00
0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam
Gambar 11. Pola volume akar bibit kakao pada pencampuran media tanam
Dari hasil Gambar 10. diperoleh pola bobot kering akar bibit kakao pada
Data pengamatan total luas daun dan sidik ragam dapat dilihat pada
tanam dan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter total luas
daun.
Rataan total luas daun pada perlakuan pencampuran media tanam dan
Tabel 9. Total luas daun kakao pada perlakuan media tanam dan pemupukan
Pemupukan ( mm / Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...ml………….........
M0 ( Top Soil ) 439,42 508,27 531,11 561,99 510,20
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 734,66 775,40 757,63 847,94 778,91
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 576,28 594,34 603,65 626,07 600,09
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 644,27 685,16 648,61 716,80 673,71
Rataan 598,66 640,79 635,25 688,20
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 9. dapat dilihat bibit kakako yang di tanam dengan
dengan M0 ( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu 510,20 mm, walaupun
secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap peubah amatan total luas daun.
Data pengamatan rasio tajuk akar dan sidik ragam dapat dilihat pada
pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan
Rataan rasio tajuk akar pada perlakuan pencampuran media tanam dan
Tabel 10. Rataan rasio tajuk akar kakao pada perlakuan pencampuran media
tanam dan pemupukan
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) ( 1N+2P) ( 2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 2,71 2,57 2,79 3,09 2,79b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 4,26 3,86 3,72 4,66 4,13a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 3,31 4,27 3,87 3,99 3,86a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 4,23 3,69 4,04 4,48 4,11a
Rataan 3,63 3,60 3,61 4,05
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.
Hasil pada Tabel 10. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada
Pola rasio tajuk akar bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat
15.00
10.00
Media tanam
42
Gambar 13. pertumbuhan rasio tajuk akar bibit kakao pada pencampuran media
tanam
Dari hasil Gambar 13. diperoleh pola rasio tajuk akar bibit kakao pada
Pembahasan
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap
parameter tinggi tanaman 2-8 MSPT, jumlah daun 2-8 MSTP, diameter batang 2-
12 MSPT, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering
tanaman 2-8 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada
perlakuan M0 ( Top Soil ). Hal ini disebabkan karena perlakuan M1 tidak hanya
decanter dan serat yang mana TKSS itu sendiri memiliki kandungan mengandung
pertumbuhan dari tanaman, serta solid decanter dan serat memiliki sifat fisik tanah
yang mampu mendukung pertumbuhan karena dapat memegang air dan juga
aerasi cukup. Hal ini sesuai literatur Pahan (2008) yang menyatakan bahwa
Kompos TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N,
43
P, K, dan Mg. Menurut Hakim et al., (1986) yang menyatakan bahwa tekstur
tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di
dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan
demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap jumlah daun tanaman
2-8 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan tertinggi pada perlakuan
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada perlakuan M0 (
Top Soil ). Hal ini disebabkan karena perlakuan M1 tidak hanya memakai top soil
sebagai bahan tanamnya namun juga memakai TKSS yang mengandung (N, K,
Ca) dan solid decanter yang mengandung (P dan K), Seperti yang kita ketahui
banyak dibandingkan M0. Hal ini sesuai literatur Suriadita dan Adimihardja
yang menyatakan bahwa TKSS mengandung unsur hara seperti C-organik ±18%,
N-total ±1%, C/N ±17%, K2O ± 3%, CaO ±3% MgO ±1 dan rendemen ±59%.
tanaman 2-12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada
44
perlakuan M0. Hal ini sesuai dengan literatur Schucardt et al., (2001) menyatakan
bahwa solid ini merupakan bahan organik yang mengandung sejumlah hara
terutama Nitrogen (N) dan menurut Gardner et al., (1991) yang menyatakan
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot basah tajuk
tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 4. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 47,39 gr dan
terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 16,47 gr. Hal ini disebabkan karena
permukaan tanah yang menempel pada batang utama, jadi tajuk merupakan bagian
dari jumlah daun dan volume batang. Pada perlakuan M1 diatas jumlah daun dan
volume batang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya sehingga bobot basah
tajuk M1 otomatis juga lebih tinggi. Hal ini sesuai literatur Afrillah et al., (2015)
yang menyatakan bahwa bobot basah tajuk dipengaruhi oleh jumlah daun dan
volume batang, semakin banyak jumlah daun dan semakin besar volume
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot basah akar
45
tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 5. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 21,88 gr dan
terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 9,97 gr. Hal ini disebabkan karena
sehingga akar menjadi lebih besar dan banyak memiliki anakan dan serabut. Hal
ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa P merangsang
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot kering tajuk
tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 6. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 15,45gr dan
terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 5,04 gr. Hal ini disebabkan karena
bobot kering merupakan cerminan dari bobot basahnya sehingga apabila bobot
awalnya sudah besar maka bobot kering hanya mengikuti karena faktor
pengeringan hanya dapat mengurangi 50-60% dari bobot awalnya serta Bobot
kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkkan tingkat efesiensi metabolisme dari
dalam mengikat energy dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Hal ini
sesuai literatur Fried dan Hademenos (2000) yang menyatakan bahwa Bobot
kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkkan tingkat efesiensi metabolisme dari
awalnya.
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot kering akar
tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 7. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 3,51 gr dan
terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 1,87 gr. Hal ini disebabkan karena
bobot kering merupakan cerminan dari bobot basahnya sehingga apabila bobot
awalnya sudah besar maka bobot kering hanya mengikuti saja serta translokasi
asimilat pada media tanam campuran ini lebih tinggi dibandingkan media tanam
lainnya. Hal ini sesuai literatur Hasanah dan Setiari (2007) yang menyatakan
terkandung dalam tanaman, semakin tinggi biomassa maka senyawa kimia yang
tanaman.
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap volume akar tanaman
12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan tertinggi pada perlakuan M1
(Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 19,33 ml dan terendah pada
perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 10,33 ml. Hal ini disebabkan karena media tanam
pada M1 diberikan TKKS yang merupakan bahan organik yang beguna dalam
memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah, serta pemberian serat dapat
memperbaiki aerasi pada tanah sehingga perakaran tanah menjadi baik. Hal ini
sesuai literatur Lakitan (2000) sistem perakaran tanaman dapat dipengaruhi oleh
47
kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Menurut Islami dan Utomo (1995)
adalah kelembaban tanah, suhu tanah, kesuburan tanah, keasaman tanah (pH) dan
aerasi tanah.
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap rasio tajuk akar
tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 10. Perlakuan tertinggi pada
perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 4,13 gr dan
terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 2,79 gr. Hal ini disebabkan karena
tinggi dan kandungan N-total dalam kategori sedang. Hal ini diduga yang
menyebabkan rasio tajuk akar bibit kakao yang di tanam pada media ini
menghasilkan rasio tajuk akar yang tinggi. Kandungan Nitrogen yang tinggi akan
organik dan N pada media ini memacu pertumbuhan tajuk yang baik dan menekan
pertumbuhan akar akibat kecukupan hara sehingga menghasilkan rasio tajuk akar
yang tinggi.
berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap
parameter jumlah daun 8 MSTP dan diameter batang 6 MSTP yang dapay dilihat
pada Tabel 2 dan Tabel 3. Perlakuan tertinggi terdapat pada P2 ( 2gr N + 4gr P )
48
dan terendah pada P0 (Kontrol). Hal ini disebabkan karena faktor pupuk
merupakan faktor mutlak yang digunakan sebagai unsur hara untuk meningkatkan
mengandalkan hara pada media tanam yang tanpa diberikan perlakuan dan tidak
pula diberikan unsur hara tambahan melalui pupuk maka tanaman akan
kekurangan N daun pada tanaman kakao menjadi sedikit menguning yang dapat
dilihat pada (gambar 13). Hal ini sesuai literatur lindawati et al., (2000) yang
menyatakan bahwa pada tanaman apabila kekurangan unsur hara nitrogen maka
tanam dan pembarian pupuk nitrogen dan fosfor berpengaruh nyata pada jumlah
daun 10 dan 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan tertinggi
terdapat pada perlakuan M1P1 (M1 = Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat
dan P1 = 1gr nitrogen + 2gr fosfor) yaitu 24,78 helai dan terendah pada perlakuan
M0P0 (Kontrol) yaitu 13,78 helai. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan
M0P0 (Kontrol) bibit kakao benar benar dibiarkan ditanam dalam polybag yang
unsur haranya mutlak hanya dari kandungan di dalam tanah tersebut artinya tanpa
di berikan unsur hara lain sedangkan pada perlakuan M1P1 (M1 = Top Soil :
TKKS : Solid Decanter : Serat dan P1 = 1gr nitrogen + 2gr fosfor) bibit kakao
49
diberikan lebih dari 1 unsur hara yaitu N, P, TKSS yang mengandung (N, K, Ca)
dan solid decanter yang mengandung (P dan K), Seperti yang kita ketahui dalam
(2013) yang menyatakan bahwa TKSS mengandung unsur hara seperti C-organik
±18%, N-total ±1%, C/N ±17%, K2O ± 3%, CaO ±3% MgO ±1 dan rendemen
±59%. Menurut Utomo dan widjaja (2005) yang menyatakan bahwa Solid
Decanter mengandung bahan kering 81,65%, protein kasar 12,63%, serat kasar
9,98%, lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,03%. Menurut Suriadita dan
batang dan daun khususnya pada pertumbuhan vegetatif dan menurut Winarso
KESIMPULAN
tanaman 2 – 12 MSPT, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering
akar, bobot kering tajuk, sudut daun, volume akar dan rasio tajuk akar.
3. Pada parameter total luas daun perlakuan pencampuran media tanam dan
MSPT.
SARAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan bahwa bibit kakao hasil
dari penelitian ini dapat dilanjutkan untuk di teliti sebagai bahan tanam di
lapangan agar dapat melihat respon dari bibit ini pada kondisi lapangan.