Anda di halaman 1dari 27

24

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam diketahui bahwa

pencampuran media tanam berpengaruh nyata terhadap semua parameter amatan

yaitu tinggi tanaman 2 - 8 MSPT, jumlah daun 2 – 8 MSPT, diameter tanaman

2 – 12 MSPT, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot

kering tajuk, sudut daun, volume akar dan rasio tajuk akar. Perlakuan pemupukan

berpengaruh nyata pada pada parameter jumlah daun pada 8 MSPT, diameter

tanaman pada 6 MSPT. Pada parameter total luas daun perlakuan pencampuran

media tanam dan pemupukan tidak berpengaruh nyata. Interaksi kedua perlakuaan

terjadi pada parameter jumlah daun 10 dan 12 MSPT.

Tinggi Tanaman

Data pengamatan tinggi bibit dan sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran

3 - 12 . Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit pada umur 2 – 12 MSPT.

Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada umur 2 MSPT dan interaksi media

tanam dan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit.

Rataan tinggi bibit kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam

dan pemupukan umur 2 -12 MSPT dapat dilihat pada Tabel 1.


25

Tabel 1. Tinggi bibit kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan pada umur 2 – 12 MSPT.
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Umur Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan

(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)


M0 ( Top Soil ) 16,96 17,07 17,93 18,21 17,54c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 19,36 20,30 18,80 18,96 19,35b
4
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 22,23 21,69 20,83 21,76 21,63a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 23,11 21,69 20,59 22,71 22,03a
Rataan 20,41 20,19 19,54 20,41
M0 ( Top Soil ) 18,21 18,44 19,87 19,24 18,94c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 21,94 21,74 20,43 20,43 21,14b
6
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 24,10 23,11 22,09 22,64 22,99a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 24,24 23,61 22,81 25,00 23,92a
Rataan 22,13 21,73 21,30 21,83
M0 ( Top Soil ) 20,00 20,90 22,43 21,17 21,13b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 28,29 27,28 27,26 27,39 27,51a
8
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 27,22 27,48 27,47 27,04 27,30a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 28,22 26,37 25,98 27,48 27,01a
Rataan 25,43 25,51 25,78 25,52
M0 ( Top Soil ) 21,63 23,53 26,56 24,76 24,12b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 32,91 33,23 34,53 35,00 33,92a
10
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 32,59 34,32 32,78 32,57 33,06a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 33,18 33,42 31,74 34,26 33,15a
Rataan 30,08 31,13 31,40 31,64
M0 ( Top Soil ) 23,16 27,17 29,80 28,87 27,25b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 36,77 37,83 39,32 40,64 38,64a
12
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 36,88 38,44 38,21 38,16 37,92a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 38,30 39,09 36,82 38,64 38,21a
Rataan 33,78 35,63 36,04 36,58
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 1. dapat dilihat pertambahan tinggi bibit 4 sampai 5

MSPT memiliki pola yang sama, dan pada minggu ke 8 sampai 12 MSPT juga

memiliki pola yang sama.

Pada minggu ke 12 MSPT bibit kakao yang ditanam dengan pencampuran

media tanam M1 ( Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ), menghasilkan


26

rataan tertinggi dibandingkan dengan M0 ( Top Soil ) memiliki rataan terendah.

Pola pertumbuhan tinggi bibit kakao dengan pencampuran media tanam umur 2-

12 MSPT dapat dilihat Gambar 1.

41.00 M0 ( Top Soil )


Tinggi tanaman (cm)

36.00
31.00
M1 (Top Soil : TKKS
26.00
: Solid Decanter :
21.00 Serat )
16.00 M2 ( Top Soil :
11.00 Blotong Tebu )
6.00
1.00 M3 (Top Soil : Pupuk
4 6 8 10 12 Kandang Sapi )
Umur Tanaman ( MSPT )

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi bibit kakao dengan pencampuran media tanam


umur 2-12 MSPT

Dari hasil Gambar 1. diperoleh pola pertumbuhan tinggi bibit kakao pada

pencampuran media tanam umur 2-12 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada

M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).

Pada 6 MSPT menuju 8 MSPT pola pertumbuhan bibit kakao mengalami

peningkatan yang signikfikan.

Jumlah Daun

Data pengamatan jumlah daun dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 15 – 26. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada umur 2 – 12

MSPT. Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada umur 8 MSPT dan

interaksi media tanam dan pemupukan berpengaruh nyata pada 2,10 dan 12

MSPT terhadap jumlah daun.


27

Rataan jumlah daun dengan perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan umur 2 -12 MSPT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun bibit kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam
dan pemupukan pada umur 2 – 12 MSPT.
Pemupukan ( gr/ Polibag ) Rataan
Umur Media Tanam P0 P1 P2 P3
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
M0 ( Top Soil ) 6,11 6,00 7,00 6,67 6,44c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 7,33 8,22 7,22 7,11 7,47a
4
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 6,89 7,11 7,33 7,56 7,22ab
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 7,33 7,56 6,89 7,56 7,33ab
Rataan 6,92 7,22 7,11 7,22
M0 ( Top Soil ) 8,33 8,33 8,67 7,78 8,28c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 8,78 9,78 9,33 9,11 9,25a
6
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 9,11 9,00 9,67 9,44 9,31b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 10,67 10,11 10,00 9,89 10,17b
Rataan 9,22 9,31 9,42 9,06
M0 ( Top Soil ) 10,44 10,22 11,44 10,00 10,53c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 12,56 13,33 12,67 11,89 12,61a
8
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 11,22 11,67 13,00 11,44 11,83b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 12,78 13,11 11,78 12,11 12,44b
Rataan 11,75c 12,08b 12,22a 11,36c
M0 ( Top Soil ) 11,78e 11,89e 14,00e 13,44e 12,55c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 18,67c 20,33a 17,44d 19,44b 18,81a
10
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 16,22d 17,78cd 17,89cd 18,56c 17,30b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 18,33c 18,11c 17,78cd 17,56d 18,07b
Rataan 16,25 17,03 16,78 17,25
M0 ( Top Soil ) 13,78f 14,22f 16,78e 16,11e 15,22c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 22,78b 24,78a 21,00d 23,56a 23,03a
12
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 21,44c 22,22c 22,56b 22,89b 22,28ab
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 22,67b 22,33c 21,33c 21,22c 21,89b
Rataan 20,17 20,89 20,42 20,94
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 2. dapat dilihat bibit yang ditanam pada media tanam M0

(Top Soil) peningkatan pemberian pupuk N dan P tidak meningkatkan jumlah

daun, sedangkan bibit kakao pada media M1 (Top Soil : TKSS : Solid Decanter :
28

Serat) dosis optimal pada pemupukan P1(1N + 2P) meningkatkan jumlah daun.

Pada minggu ke 12 MSPT bibit kakao yang ditanam pada pencampuran media

tanam M1 ( Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ), menghasilkan rataan

tertinggi di bandingkan dengan M0 ( Top Soil ) memiliki rataan terendah, dan

pada minggu ke 10 dan ke 12 interaksi antara pencampuran media tanam dengan

pemupukan berpengaruh nyata pada peubah amatan jumlah daun.

Pola pertumbuhan jumlah daun bibit kakao pada pencampuran media

tanam umur 2-12 MSPT dapat dilihat Gambar 3.

41.00
36.00
M0 ( Top Soil )
Tinggi tanaman (cm)

31.00
26.00
21.00 M1 (Top Soil : TKKS :
Solid Decanter : Serat )
16.00
M2 ( Top Soil :
11.00
Blotong Tebu )
6.00 M3 (Top Soil : Pupuk
1.00 Kandang Sapi )
4 6 8 10 12

Gambar 3. Pertumbuhan jumlah daun bibit kakao pada pencampuran media tanam
umur 2-12 MSPT.

Dari hasil Gambar 3. diperoleh pola jumlah daun bibit kakao pada

pencampuran media tanam umur 2-12 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada

M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).

Pola pertumbuhan jumlah daun bibit kakao pada perlakuan pemupukan

umur 8 MSPT dapat dilihat Gambar 4.


29

Jumlah daun
13.00

(helai)
12.50
12.00
11.50
11.00
10.50
10.00
9.50 8 MSPT
9.00
P0 P1 P2 P3

Pemupukan

Gambar 4. Pertumbuhan jumlah daun bibit kakao pada perlakuan pemupukan 8


MSPT

Dari hasil Gambar 4. diperoleh pola jumlah daun bibit kakao pada

pemupukan umur 8 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada P2 ( 2gr N + 4gr P )

dan terendah pada P0 (Kontrol)

Diameter Batang

Data pengamatan diameter batang dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 27 - 38 . Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada umur 2 – 12

MSPT. Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada umur 6 MSPT dan

interaksi media tanam dan pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter

batang.

Rataan diameter batang dengan perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan umur 2 -12 MSPT dapat dilihat pada Tabel 3.


30

Tabel 3. Diameter batang bibit kakao dengan perlakuan pencampuran media


tanam dan pemupukan pada umur 2 – 12 MSPT.
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Umur Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan

(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)


M0 ( Top Soil ) 1,85 1,55 1,96 1,71 1,77b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 2,30 2,31 2,16 2,09 2,22a
4
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 2,19 2,20 2,31 2,51 2,30a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 2,56 2,25 2,14 2,24 2,30a
Rataan 2,22 2,08 2,14 2,14
M0 ( Top Soil ) 2,14 1,99 2,23 2,08 2,11b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 2,52 2,49 2,54 2,29 2,46a
6
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 2,65 2,46 2,59 2,50 2,55a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 2,76 2,60 2,36 2,46 2,54a
Rataan 2,52a 2,38a 2,43a 2,33b
M0 ( Top Soil ) 2,57 2,68 2,73 2,46 2,61b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 3,13 3,26 3,19 2,89 3,12a
8
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 3,29 2,99 3,25 3,07 3,15a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 3,35 3,20 2,99 3,21 3,19a
Rataan 3,08 3,03 3,04 2,91
M0 ( Top Soil ) 6,13 6,11 6,30 6,35 6,01b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 8,46 8,02 7,92 7,71 7,69a
10
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 8,52 8,11 8,58 7,97 8,25a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 8,47 8,43 7,92 8,09 7,89a
Rataan 7,89 7,67 7,68 7,53
M0 ( Top Soil ) 6,13 6,11 6,30 6,35 6,22b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 8,46 8,02 7,92 7,71 8,03a
12
MSPT M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 8,52 8,11 8,58 7,97 8,30a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 8,47 8,43 7,92 8,09 8,23a
Rataan 7,89 7,67 7,68 7,53
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 3. dapat dilihat pertambahan diameter batang 2 - 12

MSPT memiliki pola yang sama. Dimana rataan tertinggi terdapat pada perlakuan

M2 = Top Soil : blotong tebu sebesar 8,30 mm dan rataan terendah pada M0 =
31

Top Soil sebesar 6,22 mm. Pada minggu ke 6 pemberian pupuk P0 (Kontrol)

menghasilkan rataan tertinggi sedangkan P3 (3N+6P) memiliki rataan terendah.

Pola pertumbuhan diameter batang bibit kakao pada pencampuran media

tanam umur 2-12 MSPT dapat dilihat Gambar 5.

9.00

8.00
Diameter batang (mm)

7.00
M0 ( Top Soil )
6.00

5.00
M1 (Top Soil : TKKS
4.00 : Solid Decanter :
Serat )
3.00 M2 ( Top Soil :
Blotong Tebu )
2.00

1.00 M3 (Top Soil : Pupuk


Kandang Sapi )
0.00

Gambar 5. Pola pertumbuhan diameter batang bibit kakao pada pencampuran


media tanam umur 2-12 MSPT.

Dari hasil Gambar 5. diperoleh pola diamer batang bibit kakao pada

pencampuran media tanam umur 2-12 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada

M2 (Top Soil : Blotong Tebu) dan terendah pada M0 (Top Soil).

Pola pertumbuhan diameter batang bibit kakao dengan perlakuan

pemupukan umur 6 MSPT dapat dilihat Gambar 6.


32

2.55

Diameter batang (mm) 2.50

2.45

2.40

2.35 6 MSPT
2.30

2.25

2.20
P0 P1 P2 P3
Pemupukan

Gambar 6. Pola pertumbuhan diameter batang bibit kakao dengan perlakuan


pemupukan umur 6 MSPT.

Dari hasil Gambar 4. diperoleh pola jumlah daun bibit kakao pada

pemupukan umur 6 MSPT perlakuan tertinggi terdapat pada P0 (Kontrol) dan

terendah pada P3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi).

Bobot Basah Tajuk

Data pengamatan bobot basah tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 39 - 40 . Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Perlakuan

pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk.

Rataan bobot basah tajuk dengan perlakuan pencampuran media tanam

dan pemupukan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah tajuk kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam
dan pemupukan
Media Tanam Pemupukan ( gr/ Polibag ) Rataan
33

P0 P1 P2 P3
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 16,16 14,72 18,37 16,63 16,47c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 46,79 43,12 55,86 43,79 47,39a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 34,03 40,50 39,63 39,44 38,40b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 35,37 40,64 37,87 46,67 40,14b
Rataan 33,09 34,75 37,93 36,63
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 4. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada

pencampuran media tanam M1 ( Top Soil : TKSS : Solid Decanter : Serat)

menghasilkan rataan tertinggi yaitu sebesar 47,39 gr ,dibandingkan dengan M0

( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu sebesar 16,47 gr.

Pola pertumbuhan bobot basah tajuk bibit kakao dengan pencampuran

media tanam dapat dilihat Gambar 7.

160.00
140.00
Bobot basah tajuk (g)

120.00
100.00
80.00
Bobot basah tajuk
60.00
40.00
20.00
0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam

Gambar 7. Pola pertumbuhan bobot basah tajuk bibit kakao dengan pencampuran
media tanam

Dari hasil Gambar 7. diperoleh pola bobot basah tajuk bibit kakao pada

pencampuran media tanam, perlakuan tertinggi terdapat pada M1 (Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).


34

Bobot Basah Akar

Data pengamatan bobot baasah akar dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 41 - 42. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah akar. Perlakuan

pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Rataan bobot basah akar dengan perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot basah akar kakao dengan perlakuan pencampuran media tanam
dan pemupukan
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 8,41 10,50 11,94 9,04 9,97c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 23,07 20,86 24,98 18,60 21,88a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 16,41 18,68 15,38 16,58 16,76b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 18,38 18,04 15,07 16,66 17,04b
Rataan 16,57 17,02 16,84 15,22
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 5. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada

pencampuran media tanam M1 ( Top Soil : TKSS : Solid Decanter : Serat)

menghasilkan rataan tertinggi yaitu sebesar 21,88 gr ,dibandingkan dengan M0

( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu sebesar 9,97 gr.

pola bobot basah akar tanaman kakao pada pencampuran media tanam

dapat dilihat Gambar 8.


35

300.00

250.00
Bobot basah akar (g)

200.00

150.00
Bobot basah akar
100.00

50.00

0.00
MO M1 M2 M3
media tanam

Gambar 8. Pola bobot basah akar bibit kakao pada pencampuran media tanam

Dari hasil Gambar 8. diperoleh pola bobot basah tajuk bibit kakao pada

pencampuran media tanam, perlakuan tertinggi terdapat pada M1 (Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan bobot kering tajuk dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 43 - 44 . Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Perlakuan

pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk.

Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering tajuk kakao pada perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan
Media Tanam Pemupukan ( gr/ Polibag ) Rataan
36

P0 P1 P2 P3
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 3,88 4,53 5,52 6,23 5,04c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 15,43 14,60 17,28 14,51 15,45a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 9,54 12,89 11,96 12,74 11,78b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 14,59 14,79 16,62 15,69 15,42a
Rataan 10,86 11,70 12,85 12,29
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 6. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada

pencampuran media tanam M1 ( Top Soil : TKSS : Solid Decanter : Serat)

menghasilkan rataan tertinggi yaitu sebesar 15,45 gr ,dibandingkan dengan M0

( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu sebesar 5,04 gr.

Pola bobot kering tajuk bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat

dilihat Gambar 9.

50.00

40.00
Bobot kering tajuk (g)

30.00

20.00 Bobot kering tajuk

10.00

0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam

Gambar 9. pertumbuhan bobot kering tajuk bibit kakao pada pencampuran media
tanam

Dari hasil Gambar 9. diperoleh pola bobot basah tajuk bibit kakao pada

pencampuran media tanam, perlakuan tertinggi terdapat pada M1 (Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).


37

Bobot Kering Akar

Data pengamatan bobot kering akar dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 45 – 46 . Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Perlakuan

pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan

berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Rataan bobot kering akar pada perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering akar kakao pada perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 1,43 1,84 2,14 2,07 1,87c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 3,52 3,63 3,88 3,02 3,51a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 2,93 2,70 2,53 2,59 2,69b
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 3,13 3,24 2,89 2,69 2,99b
Rataan 2,76 2,86 2,86 2,59
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 7. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada

pencampuran media tanam M1 ( Top Soil : TKSS : Solid Decanter : Serat)

menghasilkan rataan tertinggi yaitu sebesar 3,51 gr ,dibandingkan dengan M0

( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu sebesar 1,87 gr.

Pola bobot kering akar bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat

dilihat Gambar 10.


38

12.00

Bobot kering akar (g) 10.00

8.00

6.00
Bobot kering akar
4.00

2.00

0.00
M0 M1 M2 M3

Media tanam

Gambar 10. pertumbuhan bobot kering akar bibit kakao pada pencampuran media
tanam

Dari hasil Gambar 10. diperoleh pola bobot kering akar bibit kakao pada

pencampuran media tanam, perlakuan tertinggi terdapat pada M1 (Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).

Volume Akar

Data pengamatan volume akar dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 47 – 48 . Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar. Perlakuan pemupukan

berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan berpengaruh

tidak nyata terhadap volume akar .

Rataan volume akar pada perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Volume akar kakao pada perlakuan pencampuran media tanam dan
pemupukan
39

Pemupukan ( ml / Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...ml………….........
M0 ( Top Soil ) 10,89 9,78 11,56 9,11 10,33c
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 20,22 17,33 22,44 17,33 19,33a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 17,11 18,67 14,44 14,89 16,28ab
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 18,00 18,00 14,89 14,67 16,39ab
Rataan 16,56 15,94 15,83 14,00
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 8. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada

pencampuran media tanam M1 ( Top Soil : TKSS : Solid Decanter : Serat)

menghasilkan rataan tertinggi yaitu sebesar 19,33 gr, dibandingkan dengan M0

( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu sebesar 10,33 gr.

Pola volume akar bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat

dilihat Gambar 11.

70.00
60.00
Volume akar (ml)

50.00
40.00
30.00
Volume akar
20.00
10.00
0.00
M0 M1 M2 M3
Media tanam

Gambar 11. Pola volume akar bibit kakao pada pencampuran media tanam

Dari hasil Gambar 10. diperoleh pola bobot kering akar bibit kakao pada

pencampuran media tanam, perlakuan tertinggi terdapat pada M1 (Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).


40

Total Luas Daun

Data pengamatan total luas daun dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 49 - 50. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam dan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter total luas

daun.

Rataan total luas daun pada perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Total luas daun kakao pada perlakuan media tanam dan pemupukan

Pemupukan ( mm / Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) (1N+2P) (2N+4P) (3N+6P)
....………..……...ml………….........
M0 ( Top Soil ) 439,42 508,27 531,11 561,99 510,20
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 734,66 775,40 757,63 847,94 778,91
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 576,28 594,34 603,65 626,07 600,09
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 644,27 685,16 648,61 716,80 673,71
Rataan 598,66 640,79 635,25 688,20
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 9. dapat dilihat bibit kakako yang di tanam dengan

pencampuran media tanam dan pemupukan M1 ( Top Soil : TKSS : Solid

Decanter : Serat) menghasilkan rataan tertinggi yaitu 778,91 mm, dibandingkan

dengan M0 ( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu 510,20 mm, walaupun

secara statistik tidak berpengaruh nyata terhadap peubah amatan total luas daun.

Rasio Tajuk Akar

Data pengamatan rasio tajuk akar dan sidik ragam dapat dilihat pada

Lampiran 51 - 52. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa pencampuran media

tanam berpengaruh nyata terhadap parameter rasio tajuk akar. Perlakuan


41

pemupukan berpengaruh tidak nyata dan interaksi media tanam dan pemupukan

berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar.

Rataan rasio tajuk akar pada perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan rasio tajuk akar kakao pada perlakuan pencampuran media
tanam dan pemupukan
Pemupukan ( gr/ Polibag )
Media Tanam P0 P1 P2 P3 Rataan
(0) ( 1N+2P) ( 2N+4P) (3N+6P)
....………..……...gr………….........
M0 ( Top Soil ) 2,71 2,57 2,79 3,09 2,79b
M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) 4,26 3,86 3,72 4,66 4,13a
M2 ( Top Soil : Blotong Tebu ) 3,31 4,27 3,87 3,99 3,86a
M3 (Top Soil : Pupuk Kandang Sapi ) 4,23 3,69 4,04 4,48 4,11a
Rataan 3,63 3,60 3,61 4,05
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama pada umur yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada
taraf α = 5 %.

Hasil pada Tabel 10. dapat dilihat bibit kakao yang di tanam pada

pencampuran media tanam M1 ( Top Soil : TKSS : Solid Decanter : Serat)

menghasilkan rataan tertinggi yaitu sebesar 4,13 gr, dibandingkan dengan M0

( Top Soil ) memiliki rataan terendah yaitu sebesar 2,79 gr.

Pola rasio tajuk akar bibit kakao pada pencampuran media tanam dapat

dilihat Gambar 13.


Rasio tajuk akar (g)

15.00

10.00

5.00 Rasio tajuk akar


0.00
M0 M1 M2 M3

Media tanam
42

Gambar 13. pertumbuhan rasio tajuk akar bibit kakao pada pencampuran media
tanam

Dari hasil Gambar 13. diperoleh pola rasio tajuk akar bibit kakao pada

pencampuran media tanam, perlakuan tertinggi terdapat pada M1 (Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada M0 (Top Soil).

Pembahasan

Respons pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap


pencampuran media tanam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap

parameter tinggi tanaman 2-8 MSPT, jumlah daun 2-8 MSTP, diameter batang 2-

12 MSPT, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering

akar, volume akar, dan rasio tajuk akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap parameter tinggi

tanaman 2-8 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada

perlakuan M0 ( Top Soil ). Hal ini disebabkan karena perlakuan M1 tidak hanya

mutlak memakai topsoil namun perlakuan M1 didukung dengan TKSS, Solid

decanter dan serat yang mana TKSS itu sendiri memiliki kandungan mengandung

unsur hara utama N, P, K, dan Mg yang membantu untuk mendukung

pertumbuhan dari tanaman, serta solid decanter dan serat memiliki sifat fisik tanah

yang mampu mendukung pertumbuhan karena dapat memegang air dan juga

aerasi cukup. Hal ini sesuai literatur Pahan (2008) yang menyatakan bahwa

Kompos TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N,
43

P, K, dan Mg. Menurut Hakim et al., (1986) yang menyatakan bahwa tekstur

tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di

dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan

demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi

perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap jumlah daun tanaman

2-8 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan tertinggi pada perlakuan

M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada perlakuan M0 (

Top Soil ). Hal ini disebabkan karena perlakuan M1 tidak hanya memakai top soil

sebagai bahan tanamnya namun juga memakai TKSS yang mengandung (N, K,

Ca) dan solid decanter yang mengandung (P dan K), Seperti yang kita ketahui

dalam proses pertumbuhan bibit tanaman sangat membutuhkan N dan P yang

cukup dimana fungsi N mampu merangsang pertumbuhan batang, daun dan P

merangsang pertumbuhan akar. Sehingga jumlah daun pada perlakuan M1 lebih

banyak dibandingkan M0. Hal ini sesuai literatur Suriadita dan Adimihardja

(2001) yang menyatakan bahwa N mampu merangsang pertumbuhan batang dan

daun khususnya pada pertumbuhan vegetatif dan menurut Purnamayani (2013)

yang menyatakan bahwa TKSS mengandung unsur hara seperti C-organik ±18%,

N-total ±1%, C/N ±17%, K2O ± 3%, CaO ±3% MgO ±1 dan rendemen ±59%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap diameter batang

tanaman 2-12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) dan terendah pada
44

perlakuan M0 ( Top Soil ). Hal ini disebabkan karena perlakuan M1 ditambahkan

Solid Decanter yang mengandung hara N (nitrogen) yang berguna dalam

pertumbuhan batang sehingga diameter batang menjadi lebih besar dibandingkan

perlakuan M0. Hal ini sesuai dengan literatur Schucardt et al., (2001) menyatakan

bahwa solid ini merupakan bahan organik yang mengandung sejumlah hara

terutama Nitrogen (N) dan menurut Gardner et al., (1991) yang menyatakan

bahwa nitrogen merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida,

nukleotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran

sel, dan untuk pertumbuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot basah tajuk

tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 4. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 47,39 gr dan

terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 16,47 gr. Hal ini disebabkan karena

tajuk merupakan keseluruhan dari bagian tumbuhan yang berada diatas

permukaan tanah yang menempel pada batang utama, jadi tajuk merupakan bagian

dari jumlah daun dan volume batang. Pada perlakuan M1 diatas jumlah daun dan

volume batang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya sehingga bobot basah

tajuk M1 otomatis juga lebih tinggi. Hal ini sesuai literatur Afrillah et al., (2015)

yang menyatakan bahwa bobot basah tajuk dipengaruhi oleh jumlah daun dan

volume batang, semakin banyak jumlah daun dan semakin besar volume

batangnya menyebabkan besarnya bobot basah tajuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot basah akar
45

tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 5. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 21,88 gr dan

terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 9,97 gr. Hal ini disebabkan karena

pada perlakuan M1 media tanam ditambahkan TKKS yang mengandung Fosfor

(P) dimana berguna agar dapat merangsang percepatan pertumbuhan akar

sehingga akar menjadi lebih besar dan banyak memiliki anakan dan serabut. Hal

ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) yang menyatakan bahwa P merangsang

percepatan pertumbuhan akar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot kering tajuk

tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 6. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 15,45gr dan

terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 5,04 gr. Hal ini disebabkan karena

bobot kering merupakan cerminan dari bobot basahnya sehingga apabila bobot

awalnya sudah besar maka bobot kering hanya mengikuti karena faktor

pengeringan hanya dapat mengurangi 50-60% dari bobot awalnya serta Bobot

kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkkan tingkat efesiensi metabolisme dari

tanaman tersebut. Akumulasi bahan kering digunakan sebagai indikator ukuran

pertumbuhan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman

dalam mengikat energy dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis. Hal ini

sesuai literatur Fried dan Hademenos (2000) yang menyatakan bahwa Bobot

kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkkan tingkat efesiensi metabolisme dari

tanaman tersebut. Akumulasi bahan kering digunakan sebagai indikator ukuran


46

pertumbuhan faktor pengeringan hanya dapat mengurangi 50-60% dari bobot

awalnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap bobot kering akar

tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 7. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 3,51 gr dan

terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 1,87 gr. Hal ini disebabkan karena

bobot kering merupakan cerminan dari bobot basahnya sehingga apabila bobot

awalnya sudah besar maka bobot kering hanya mengikuti saja serta translokasi

asimilat pada media tanam campuran ini lebih tinggi dibandingkan media tanam

lainnya. Hal ini sesuai literatur Hasanah dan Setiari (2007) yang menyatakan

bahwa biomassa tanaman mengindikasikan banyaknya senyawa kimia yang

terkandung dalam tanaman, semakin tinggi biomassa maka senyawa kimia yang

terkandung di dalamnya lebih banyak sehingga meningkatkan berat kering

tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap volume akar tanaman

12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 8. Perlakuan tertinggi pada perlakuan M1

(Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 19,33 ml dan terendah pada

perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 10,33 ml. Hal ini disebabkan karena media tanam

pada M1 diberikan TKKS yang merupakan bahan organik yang beguna dalam

memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah, serta pemberian serat dapat

memperbaiki aerasi pada tanah sehingga perakaran tanah menjadi baik. Hal ini

sesuai literatur Lakitan (2000) sistem perakaran tanaman dapat dipengaruhi oleh
47

kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Menurut Islami dan Utomo (1995)

juga menyatakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi sistem perakaran

adalah kelembaban tanah, suhu tanah, kesuburan tanah, keasaman tanah (pH) dan

aerasi tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencampuran media tanam

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao terhadap rasio tajuk akar

tanaman 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 10. Perlakuan tertinggi pada

perlakuan M1 (Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat ) yaitu 4,13 gr dan

terendah pada perlakuan M0 ( Top Soil) yaitu 2,79 gr. Hal ini disebabkan karena

Tandan kosong kelapa sawit diketahui mempunya kandungan C-organik yang

tinggi dan kandungan N-total dalam kategori sedang. Hal ini diduga yang

menyebabkan rasio tajuk akar bibit kakao yang di tanam pada media ini

menghasilkan rasio tajuk akar yang tinggi. Kandungan Nitrogen yang tinggi akan

memacu pertumbuhan ujung tanaman sedangkan N yang terbatas akan memacu

pertumbuhan akar. Menurut Engelstad (1997) menyatakan bahwa kecukupan C-

organik dan N pada media ini memacu pertumbuhan tajuk yang baik dan menekan

pertumbuhan akar akibat kecukupan hara sehingga menghasilkan rasio tajuk akar

yang tinggi.

Respons pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap


pemberian pupuk nitrogen dan fosfor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen dan fosfor

berpengaruh nyata pada pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.) terhadap

parameter jumlah daun 8 MSTP dan diameter batang 6 MSTP yang dapay dilihat

pada Tabel 2 dan Tabel 3. Perlakuan tertinggi terdapat pada P2 ( 2gr N + 4gr P )
48

dan terendah pada P0 (Kontrol). Hal ini disebabkan karena faktor pupuk

merupakan faktor mutlak yang digunakan sebagai unsur hara untuk meningkatkan

pertumbuhan tanaman, sehingga apa bila bibit tanaman tumbuh hanya

mengandalkan hara pada media tanam yang tanpa diberikan perlakuan dan tidak

pula diberikan unsur hara tambahan melalui pupuk maka tanaman akan

kekurangan hara sehingga pertumbuhan bibit kakao akan terganggu seperti

kekurangan N daun pada tanaman kakao menjadi sedikit menguning yang dapat

dilihat pada (gambar 13). Hal ini sesuai literatur lindawati et al., (2000) yang

menyatakan bahwa pada tanaman apabila kekurangan unsur hara nitrogen maka

menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang akhirnya mempengaruhi laju

fotosintesis persatuan luas, umunya akan menyebabkan duan menjadi kuning,

batang akan lebih kurus dan ramping.

Interaksi pencampuran media tanam dan pemberian pupuk nitrogen dan


fosfor terhadap pertumbuhan bibit kakao (Theobroma cacao L.)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pencampuran media

tanam dan pembarian pupuk nitrogen dan fosfor berpengaruh nyata pada jumlah

daun 10 dan 12 MSPT yang dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan tertinggi

terdapat pada perlakuan M1P1 (M1 = Top Soil : TKKS : Solid Decanter : Serat

dan P1 = 1gr nitrogen + 2gr fosfor) yaitu 24,78 helai dan terendah pada perlakuan

M0P0 (Kontrol) yaitu 13,78 helai. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan

M0P0 (Kontrol) bibit kakao benar benar dibiarkan ditanam dalam polybag yang

unsur haranya mutlak hanya dari kandungan di dalam tanah tersebut artinya tanpa

di berikan unsur hara lain sedangkan pada perlakuan M1P1 (M1 = Top Soil :

TKKS : Solid Decanter : Serat dan P1 = 1gr nitrogen + 2gr fosfor) bibit kakao
49

diberikan lebih dari 1 unsur hara yaitu N, P, TKSS yang mengandung (N, K, Ca)

dan solid decanter yang mengandung (P dan K), Seperti yang kita ketahui dalam

proses pertumbuhan bibit tanaman sangat membutuhkan N dan P yang cukup

dimana fungsi N mampu merangsang pertumbuhan batang, daun dan P

merangsang pertumbuhan akar. Sehingga apabila tanaman kekurangan N dan P

maka pertumbuhannya akan terganggu. Hal ini sesuai literatur Purnamayani

(2013) yang menyatakan bahwa TKSS mengandung unsur hara seperti C-organik

±18%, N-total ±1%, C/N ±17%, K2O ± 3%, CaO ±3% MgO ±1 dan rendemen

±59%. Menurut Utomo dan widjaja (2005) yang menyatakan bahwa Solid

Decanter mengandung bahan kering 81,65%, protein kasar 12,63%, serat kasar

9,98%, lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,03%. Menurut Suriadita dan

Adimihardja (2001) yang menyatakan bahwa N mampu merangsang pertumbuhan

batang dan daun khususnya pada pertumbuhan vegetatif dan menurut Winarso

(2005) yang menyatakan bahwa P merangsang percepatan pertumbuhan akar.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Pencampuran media tanam dapat meningkatkan semua parameter amatan

yaitu tinggi tanaman 2 - 8 MSPT, jumlah daun 2 – 8 MSPT, diameter


50

tanaman 2 – 12 MSPT, bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering

akar, bobot kering tajuk, sudut daun, volume akar dan rasio tajuk akar.

2. Perlakuan pemupukan berpengaruh nyata pada pada parameter jumlah

daun pada 8 MSPT, diameter tanaman pada 6 MSPT.

3. Pada parameter total luas daun perlakuan pencampuran media tanam dan

pemupukan tidak berpengaruh nyata.

4. Interaksi kedua perlakuaan terjadi pada parameter jumlah daun 10 dan 12

MSPT.

SARAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan bahwa bibit kakao hasil

dari penelitian ini dapat dilanjutkan untuk di teliti sebagai bahan tanam di

lapangan agar dapat melihat respon dari bibit ini pada kondisi lapangan.

Anda mungkin juga menyukai