Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Kimia

Larutan Asam dan Basa

disusun oleh:

Abraham Margo
Della Yuwinda
Eunike Ariella
Jovito Santoso
Samuel Evan
Sandy Tanggono
Stella Agatha
XI IPA 2
BAB I. PENDAHULUAN

Dasar Teori

Teori Asam dan Basa

· Teori Arrhenius
Pada tahun 1886, Svante Arrhenius menyataka teorinya tentang asam dan basa. Menurut
Arrhenius, Asam merupakan zat yang mengasilkan ion hidrogen (H+) apabila terlarut
dalam air. Basa didefisinkan sebagai zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH⁻) jika
dilarutkan kedalam air. Jadi teori ini hanya terbatas pada pelarut air saja. Jika pelarutnya
bukan air dan zat yang terurai tidak mengandung H+ dan OH⁻ maka teori ini tidak berlaku.
· Teori Bronsted-Lowry
Pada tahun 1923, johannes Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry mendefinisikan
tentang asam basa. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah spesi yang memberikan
(donor) proton, sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai penerima (akseptor)
proton dalam suatu reaksi transfer proton.
· Teori Lewis
Pada tahun 1923 Gilbert N. Lewis mendefinisikan asam basa berdasarkan teori ikatan
kimia. Menurut Lewis, asam adalah penerima (akseptor) pasangan elektron bebas.
Sementara itu, basa adalah pemberi (donor) pasangan elektron bebas.

Pengukuran Derajat Keasaman (pH)


Untuk menyatakan tingkat atau derajat keasaman suatu larutan, pada tahun 1910, seorang
ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen memperkenalkan suatu bilangan yang
sederhana. Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+. Bilangan ini kita
kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara 1 – 14 dan ditulis:

pH= -log [H+]


Analog dengan diatas, maka :

pOH= -log [OH–]

sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah:

Kw= [H+] [OH-]


pKw= pH + pOH

pada suhu 250C, pKw= pH + pOH=14


Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:

Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.


Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau 0< pH < 7.
Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau 7<pH<14.

Menentukan sifat suatu larutan juga dapat menggunakan beberapa cara lain seperti
menggunakan indikator. Indikator adalah suatu zat kimia yang warnanya tergantung pada
keasaman atau kebasaan larutan.
Tujuan

1. Menentukan pH dari larutan H2SO4, HCl, dan NaOH.


2. Menentukan pengaruh konsentrasi larutan terhadap pHnya.
3. Menentukan pengaruh larutan indikator terhadap warna larutan asam basa, dan
apakah perubahan secara teori maupun praktek sudah sesuai.
4. Menentukan apabila pengukuran pH secara praktikum sesuai dengan penghitungan
pH secara teori.
BAB II. METODOLOGI

Alat dan Bahan


1. Indikator Universal 4. Larutan NaOH

2. Wadah (con : Gelas 5. Larutan H2SO4


Beaker) 6. Aquadest

3. Larutan HCl 7. PP

8. Amilum
Prosedur
1. Menuangkan larutan asam/basa (1M) ke dalam wadah .
2. Mencelupkan indikator universal ke dalam larutan.
3. Melihat nilai pHnya dengan cara membandingkan dengan trayeknya.
4. Menuangkan 1 ml aquadest ke dalam larutan tersebut sehingga konsentrasi larutan
berkurang menjadi 0,5 M.
5. Melakukan ulang langkah 2 – 3.
6. Menuangkan 8 ml aquadest ke dalam larutan tersebut sehingga konsentrasi larutan
berkurang menjadi 0,1 M.
7. Melakukan ulang langkah 2 – 3.
8. Mengulang langkah 1 – 7 untuk setiap larutan (HCl, H2SO4, NaOH)
9. Mengambil 1 pipet larutan indikator (PP dan amilum)
10. Menuangkan 1 pipet dari setiap larutan indikator ke dalam setiap larutan,
11. Mencermati perubahan warnanya,
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN Larutan HCl:
HCl -> H+ + Cl-
Hasil Pengamatan ; Pengukuran pH a. 1M
[H+] = 1
Pengukuran secara praktikum : pH = -log 1
H2SO4 HCl NaOH =0
1M pH 1 pH 1 pH 13 b. 0,5 M
0,5 M pH 1 pH 1 pH 13 [H+] = 5.10-1
0,1 M pH 1 pH 2 pH 12 pH = -log 5.10-1
pH = 1-log 5
pH = 0,3
Perhitungan secara teori : c. 0,1 M
Larutan H2SO4: [H+] = 1.10-1
H2SO4 -> 2H+ + SO42+ pH = -log 1.10-1
a. 1 M pH = 1-log 1
[H+] = 2.1 pH = 1
=2 Larutan NaOH
pH = -log [H+] a. 1M
= -log 2 [OH-] = 1
= -0,3 pOH = -log 1
= 0,3 pOH = 0
b. 0,5 M pH = -log 10-14 – (-log 1)
[H+] = 2.0,5 pH = 14+0
=1 pH = 14
pH = -log [H+] b. 0,5 M
= -log 1 [OH-] = 5.10-1
=0 pOH = -log 5.10-1
c. 0,1 M pOH = 1 – log 5
[H+] = 2.10-1 pOH = 0,3
pH = -log [H+] pH = 14 – 0,3
= - log 2.10-1 pH = 13,7
= 1 – log 2 c. 0,1 M
= 0,7 pOH= -log [OH–]
= -log 10-1
=1
pH= 14-pOH
= 14-1
= 13

Perbandingan

H2SO4 HCl
Praktikum Teori Praktikum Teori
1M pH 1 0,3 (-0,3) 1M pH 1 0
0,5 M pH 1 0 0,5 M pH 1 0,3
0,1 M pH 1 0,7 0,1 M pH 2 1

NaOH
Praktikum Teori
1M pH 13 14
0,5 M pH 13 13,7
0,1 M pH 12 13
Perubahan warna
Secara teori :
 Fenolftalein (PP)
Fenolftalein memiliki trayek perubahan warna antara pH 8 – 9,8.
Jika pH kurang dari 8 maka larutan tidak berwarna, jika pH lebih dari 9,8 larutan berwarna
merah-ungu.
 Amilum
Warna larutan asam yang tercampur dengan amilum tidak akan berubah warna karena
amilum tidak dapat terlarut.

Secara praktikum :

NaOH (awal) tidak memiliki warna

NaOH (setelah diberi PP) berwarna ungu

NaOH (setelah diberi amilum) berwarna ungu lebih pudar


H2SO4 (setelah diberi PP) Tidak berwarna, tidak berubah dari awal,
sehingga gambar H2SO4 awal tidak dicantumkan

H2SO4 (setelah diberi amilum) menjadi sedikit keruh

HCl (setelah diberi PP) tidak berwarna, dan tidak berubah sehingga HCl
awal tidak kami cantumkan

HCl (setelah diberi amilum) menjadi sedikit keruh


Pembahasan
pH yang didapatkan dari mengukur larutan secara langsung dan dari perhitungan secara
teori tidak tepat sama, namun juga tidak dapat diklasifikasikan berbeda jauh. Dari
perhitungan secara teori, dapat kita lihat dengan jelas bahwa semakin besar konsentrasi
larutan asam, maka pH nya semakin kecil. Sedangkan itu, semakin besar konsentrasi suatu
larutan basa, pH nya juga semakin besar. Hal ini dapat kita lihat juga di pengukuran pH HCl
dan NaOH secara praktikum.

Untuk trayek warna, dapat dilihat bahwa perubahan warna larutan secara teoris maupun
secara praktikum sudah dapat dikatakan sesuai.

Kesalahan atau ketidaksamaan yang ditemukan dalam praktikum ini dapat merupakan
kesalahan karena persepsi anggota kelompok yang kurang tepat terhadap adanya
perbedaan warna yang bersifat marginal.

BAB IV. KESIMPULAN


1. pH dari H2SO4 berkisar sekitar 1 bila dilihat dari pengukuran secara praktikum,
dan berkisar 0~1 bila dilihat dari perhitungan secara teori
pH dari HCl berkisar dari 1 ~2 bila dilihat dari pengukuran secara praktikum,
dan berkisar dari 0~1 bila dilihat dari perhitungan secara teori
pH dari NaOH berkisar dari 12~13 bila dilihat dari pengukuran secara
praktikum, dan berkisar dari 13~14 bila dilihat dari perhitungan secara teori
2. Semakin besar konsentrasi suatu larutan asam, makin kecil pHnya.
Semakin besar konsentrasi suatu larutan basa, makin besar pHnya.
3. Dilihat dari percobaan, PP dapat mengubah larutan NaOH menjadi ungu, H2SO4
tetap tak berwarna, dan HCl juga tetap tak berwarna, Sedangkan itu, amilum
mengubah NaOH menjadi ungu yang sedikit pudar, H2SO4 menjadi lebih keruh,
dan HCl juga menjadi lebih keruh.
Dilihat dari teorinya, saat diberi PP, larutan asam tidak akan berwarna dan
larutan basa akan menjadi merah ungu. Sedangkan amilum tidak merubah
warna larutan asam, sehingga dapat kita simpulkan bahwa perubahan warna
baik secara teori maupun praktek sudah sesuai
4. Pengukuran pH secara praktikum dan perhitungan pH secara teori tidak dapat
kita katakan sama persis, namun dikarenakan perbedaannya yang marginal,
dapat kita katakan sudah sesuai.

BAB V. DAFTAR PUSTAKA

https://itautami35.wordpress.com/2015/01/01/laporan-praktikum-kimia-ph-asam-
basa/

Anda mungkin juga menyukai