Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/315486362

Studi Vulkanisme dan Struktur Geologi untuk Eksplorasi Awal Panas Bumi di
Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang

Conference Paper · October 2016

CITATIONS READS

0 3,204

3 authors:

Hari Wiki Utama Agung Harijoko


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    41 PUBLICATIONS   82 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Salahuddin Husein
Universitas Gadjah Mada
96 PUBLICATIONS   72 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Geologi Cekungan Ombilin View project

Yogyakarta Earthquake 2006 Researches View project

All content following this page was uploaded by Salahuddin Husein on 22 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI VULKANISME DAN STRUKTUR GEOLOGI UNTUK EKSPLORASI AWAL


PANAS BUMI DI KOMPLEKS GUNUNG API ARJUNO WELIRANG

Hari Wiki Utama1*


Agung Harijoko1
Salahuddin Husein1
1
Departmen Teknik geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
*Email : h.wikiutama@gmail.com*

SARI
Kompleks Gunung api Arjuno Welirang (KGAW) terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan
kompleks gunung api Kuarter yang tersusun oleh beberapa tubuh gunung api, yaitu Arjuno, Welirang,
Kembar, Bulak, Bakal dan Pundak. Kerucut atau tubuh gunung api tersebut membentuk kelurusan
berarah utara – selatan menunjukkan adanya kontrol struktur geologi dalam pembentukan KGAW.
Daerah ini merupakan daerah prospek panas bumi ditandai dengan kemunculan manifestasi panas
bumi seperti mata air panas Cangar dan mata air panas Padusan dengan variasi suhu 39.50C -
46.50C, pH netral serta fumarol di puncak Gunung Welirang.
Untuk melengkapi data awal eksplorasi panas bumi perlu pemahaman mengenai vulkanisme dan
struktur geologi. Oleh karena itu dalam studi ini dilakukan dengan survei geologi lapangan yang
didukung dengan studi penginderaan jauh dan pekerjaan laboratorium berupa pengamatan sayatan
tipis petrografi untuk memahami petrologi batuan yang sangat berguna untuk studi vulkanisme.
Kondisi geologi yang merupakan batuan berumur Kuarter terdiri dari lava andesit, lava andesit
basaltik, breksi vulkanik dan batuan piroklastik bertipe aliran yang bersumber dari hasil erupsi
KGAW. Struktur geologi berupa sesar disekitar mata air panas Padusan mengindikasikan adanya
hubungan erat antara keberadaan manifestasi panas bumi terhadap vulkanisme dan struktur geologi.

Kata kunci : vulkanisme, struktur geologi, panas bumi, Arjuno-Welirang

I. PENDAHULUAN dari Van Bemmelen (1949). KGAW


termasuk ke dalam rangkaian kompleks
Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang
Andjasmoro-Ardjuno-Welirang-Kelud-
(KGAW) merupakan bagian dari rangkaian
Kawi-Butak (Duyejes, 1938 dalam Van
gunung api aktif berumur Kuarter di pulau
Bemmelen, 1949).
Jawa yang berada di Jawa Timur (Gambar
1). Keberadaan gunung api ini berasosiasi KGAW termasuk ke dalam sistem panas
dengan prospek sistem panas bumi oleh bumi bermedan terjal yang berasosiasi
Wahyuningsih (2005). Arjuno Welirang dengan sistem vulkanik. Manifestasi panas
juga merupakan salah satu dari sekitar 50 bumi yang ditemukan, seperti fumarol
gunung api aktif di pulau Jawa berumur Kawah Plupuh dijumpai pada bagian atas,
Kuarter, di mana gunung api ini dan mata air panas dijumpai merupakan tipe
berhubungan dengan sistem subduksi oleh bikarbonat, seperti mata air panas Padusan
Setijadji (2010). dan Cangar, serta alterasi argilik dan argilik
lanjut pada Gunung Pundak menurut Hadi
Secara fisiografi KGAW termasuk ke dalam
dkk., (2010).
sabuk vulkanik Kuarter Zona Solo yang
terletak antara Zona Pegunungan Serayu Keberadaan vulkanisme dan struktur geologi
Utara-Kendeng dan Pegunungan Selatan KGAW sangat tercermin dari hasil
83
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

pengamatan melalui penginderaan jauh tahun lalu-sekarang (Oligosen Akhir-Resen)


berupa citra digital elevation model (DEM) menurut Sribudiyani dkk., (2003).
yang menunjukkan bahwa lebih dari Vulkanisme dan struktur geologi utama di
sebagian daerah penelitian merupakan pulau Jawa, keberadaannya sangat dikontrol
gunung api Kuarter yang dikontrol oleh oleh kondisi tektonik sehingga berdampak
struktur-struktur tektonik maupun vulkanik. rangkaian gunung api aktif berasosiasi
Fenomena ini sangat menarik untuk dengan sistem panas bumi (Katili, 1975;
diketahui lebih detil, karena keberdaan dari Hamilton, 1979; Simandjutak dan Barber,
sistem panas bumi sangat berhubungan 1996; MarcPherson dan Hall, 2002, dalam
dengan gunung api aktif Kuarter dan kontrol Setijadji, 2010) pada (Gambar 2).
dari struktur geologi.
Produk vulkanik baru dari Welirang dan
II. KONDISI GEOLOGI Arjuno Muda, Gunung Kembar I-II, dan
REGIONAL Gunung Bakal, yang juga dipengaruhi oleh
sesar mendatar di permukaan (Sesar
Kepulauan Indonesia merupakan suatu
Dekstral Padusan) yang berarah baratlaut-
wilayah tektonik komplek secara geologi
tenggara sebagai antitetik dari Sesar
yang dipengaruhi oleh interaksi lempeng
Sinistral Welirang yang berarah baratdaya-
konvergen Eurasia yang berada dibagian
timurlaut menurut Hadi dkk., (2010).
utara yang relatif tetap, lempeng Indo-
Struktur geologi Kompleks Gunung Api
Australia dibagian selatan yang bergerak
Arjuno Welirang (KGAW) memiliki arah
relatif ke utara, serta lempeng Pasifik
kelurusan pola struktur yaitu arah utara-
dibagian timur yang bergerak relatif ke barat
selatan, baratlaut-tenggara, baratdaya-
menurut Hall (1996). Pulau Jawa
timurlaut, dan barat-timur. Selain itu
terdapatnya Zona gunung api Kuarter yang
terbentuk beberapa stuktur vulkanik seperti
mencerminkan hubungan antara tektonik
ring fracture dan zona amblasan Hadi dkk.,
dan vulkanisme oleh Van Bemmelen (1949).
(2010).
Vulkanisme Kompleks Gunung Api Arjuno
Stratigrafi regional daerah KGAW dan
Welirang (KGAW) diindikasikan dengan
sekitarnya disusun oleh batuan yang
kehadiran batuan beku, batuan piroklastik,
bersumber dari Gunung api Anjasmoro
dan batuan vulkanik klastik yang berumur
(Plistosen Awal), Gunung api Ringgit –
Kuarter. Kompleks Gunung Api Arjuno
Pundak - Butak (Plistosen Tengah), Gunung
Welirang berada pada tatanan tektonik jalur
api Arjuno – Welirang - Kembar I dan II
magmatik Jawa Bagian Selatan dengan
(Plistosen Akhir), Gunung api
susunan berupa batuan vulkanik Kuarter.
Penanggungan (Holosen) pada (Gambar 3).
Pembentukan erupsi samping yang diiringi
dengan erupsi besar mengeluarkan material III. METODE PENELITIAN
vulkanik Arjuno-Welirang tua sehingga
Metode penelitian yang digunakan dalam
membentuk kekosongan pada produk
penelitian ini yaitu mengolah data peta
Arjuno-Welirang Tua, hal tersebut terlihat
topografi dari Peta Rupa Bumi Digital
dengan nampaknya bentukan ring fracture
1:25,000 yang bersumber dari Badan
berupa zona amblesan Hadi dkk., (2010).
Informasi Geospasial (BIG). Pengolahan
Jawa Timur memiliki dua pola struktur menggunakan software ArcGis 10.3 dan
utama yaitu pola Meratus berarah timurlaut- Global Mapper 17 dengan kontur digital
baratdaya terbentuk 80-53 juta tahun lalu interval 12.5 meter, sehingga menghasilkan
(Kapur Akhir-Eosen Awal) dan pola Jawa digital elevation model (DEM) beresolusi 25
berarah timur-barat terbentuk sejak 32 juta meter. Dengan citra DEM dapat
84
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

menginterpretasikan kelurusan baik itu penyinaran tersebut maka didapatkan peta


berupa struktur vulkanik, struktur tektonik, DEM dari Kompleks Gunung Api Arjuno
dan satuan dari morfologi mengacu pada Welirang (KGAW). Dari data DEM
klasifikasi Verstappen (1985) dan pola memperlihatkan tekstur permukaan dari
aliran sungai oleh Howard (1967), KGAW, sehingga dapat dilakukan
Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang pembagian satuan vulkanostratigrafinya
(KGAW) secara manual dan prinsip dasar yang bersifat tentatif. Pemetaan geologi
geologi mengacu pada Sandi Stratigrafi lapangan untuk menghasilkan peta geologi
Indonesia oleh Ikatan Ahli Geologi daerah KGAW berdasarkan prinsip dasar
Indonesia (1996). Pemetaan geologi geologi meliputi litologi batuan,
lapangan dilakukan untuk mengetahui geomorfologi, struktur geologi, dan
struktur geologi mengacu pada klasifikasi stratigrafi.
Rickard (1972) dan struktur geologi daerah
Pola Kelurusan dan Struktur Geologi
vulkanik/gunung api menurut Nakamura, K.,
KGAW
(1977) dan Tibaldi, A., (2008), sistem
vulkanisme oleh Schmincke, H.U., (2004), Pola kelurusan dan struktur geologi KGAW
manifestasi panas bumi menurut Hochstein, diinterpretasi menggunakan citra DEM
M.P., Browne, P.R.L. (2000), data mengenai berdasarkan prinsip geologi. Dengan
alterasi hidrotermal batuan mengacu pada menginterpretasi pola kelurusan KGAW
Rose, A.W., dan Burt, D.W., (1979), dengan kombinasi dari beberapa hillshade dengan
cara mengambil dan mengukur data tersebut empat arah penyinaran yang berbeda, maka
termasuk pengambilan sampel batuan secara didapatkan arah-arah kelurusan hasil
representatif. interpretasi secara visual menggunakan
prinsip dasar geologi, yaitu berarah
Pengamatan sayatan tipis petrografi
tenggara-baratlaut, utara-selatan, timur-
menggunakan klasifikasi Williams, H.,
barat, dan dominan berarah timurlau-
Turner F.J., dan Gilbert C.M., (1982),
baratdaya. Dari kelurusan tersebut beberapa
batuan dilakukan di laboratorium Teknik
membentuk pola radial terhadap
Geologi Universitas Gadjah Mada, yaitu
penggungan, lembah sungai, dan gunung
beberapa sampel yang digunakan untuk
api. Pola radial pada gunung api tersebut
mengetahui komposisi mineralogi batuan,
mengindikasikan bahwa terdapat adanya
tekstur, dan struktur batuan produk KGAW.
vulkanisme aktif di KGAW.
Pengukuran dan analisis struktur geologi
untuk mengetahui kontrol struktur geologi Struktur geologi berupa sesar dapat
terhadap kemunculan manifestasi panas diidentifikasikan menggunakan citra DEM
bumi dan hubungannya dengan vulkanisme dengan skala sesuai yang tercantum didalam
yang ada pada KGAW. metode penelitian, maka dapat
diinterpretasikan sesar pada bagian utara
IV. ANALISIS DATA, HASIL, DAN
KGAW meliputi : sesar yang berarah utara-
PEMBAHASAN
selatan (Sesar Nogosari) membentuk pola
Analisis data digital elevation model (DEM) relatif lurus dimulai dari puncak Welirang
yang beresolusi 25 meter merupakan hasil hingga kebagian utara, kemudian adanya
interpolasi kontur peta topografi digital pola timurlaut-baratdaya (Sesar Trawas)
skala 1:25,000. Interpretasi citra DEM yang dimulai dari bagian bawah morfologi
dilakukan dengan cara overlay dari hillshade gunung Penanggungan sampai ke pola
dengan arah penyinaran dari 3150, 00, 450, stuktur utara-selatan Welirang yang
dan 900. Kombinasi dari empat arah memotong gunung Pundak, dan sesar

85
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

dengan arah dan pola yang sama timurlaut- di Kali Dlundung (Gambar 4) dan Trawas
baratdaya (Sesar Prigen) terletak dibagian yang mewakili Sesar Trawas. Kemudian
bawah sesar Trawas. Sesar yang berarah sesar berarah timurlaut-baratdaya di bawah
tenggara-baratlaut yang berdekatan terhadap Sesar Trawas diwakili oleh pengukuran
kemunculan mata air panas Padusan (Sesar struktur geologi di Air Terjun Kakek Bodo.
Padusan), berada pada bagian baratlaut Sesar berarah tenggara-baratlaut pengukuran
Welirang. Sesar bagian selatan KGAW dilakukan struktur geologi di Air Terjun
diwakili oleh pola keluran struktur dari Coban Cangu dan Air Terjun Grejengan.
Welirang-Kembar I-Kembar II-Arjuno yang Pada bagian selatan KGAW diwakili oleh
membentuk pola relatif utara-selatan. Pada pengukuran struktur geologi di Tegalrejo
bagian tenggara KGAW terdapat sesar Barat berarah tenggara-baratlaut, dimana
berarah tenggara-timurlaut (Sesar Tegalrejo) kemenerusan sesar sampai pada zona
yang diinterpretasikan sebagai pengontrol longsoran bagian tenggara dari gunung api
adanya zona longsorang yang cukup besar Arjuna. Adanya zona longsoran yang cukup
pada bagian tubuh gunung api Arjuno. besar ini sangat memungkinkan adanya
kontrol struktur geologi berupa sesar. Pada
Pada bagian barat dari KGAW ini
kemunculan mata air panas Cangar dan mata
merupakan gunung api Anjasmoro, dimana
air panas Padusan struktur geologi bersifat
pola kelurusannya relatif membentuk radial
interpretatif berarah utara-selatan yang
hingga trellis pada slope yang terjal.
dicirikan adanya kemunculan manifestasi
Morfologi Anjasmoro ini dibatasi oleh
panas bumi.
kelurusan berupa struktur geologi yang
berarah relatif utara-selatan yang membatasi Mineralogi dan Petrologi KGAW
terhadap KGAW. Pada morfologi KGAW
Analisis petrografi sayatan tipis batuan dari
ini muncul manifestasi panas bumi berupa
KGAW menunjukkan lebih dari sebagian
mata air panas Cangar dibagian barat
sampel merupakan batuan andesit hingga
KGAW dan mata air panas Padusan
andesit basaltik, dengan hasil deskripsi
dibagian baratlaut KGAW.
umunya berwarna abu-abu; hipokristalin,
Pada pengamatan geologi lapangan fanerik halus-sedang, dengan bentuk kristal
ditemukan adanya indikasi struktur geologi subhedral-anhedral; memiliki hubungan
berupa bidang sesar dan gores garis sesar. antar kristal inequigranular porfiritik;
Pengambilan dan pengukuran data geologi memiliki tekstur umur berupa porfiritik,
berupa struktur diambil pada lokasi-lokasi vitroverik dengan fenokris plagioklas dan
seperti ini. Interpretasi struktur geologi mikrolit berupa plagioklas, mineral mafik
berupa sesar berdasarkan citra DEM serta lainnya, dan masa dasar gelas; sebagian
dilengkapi dengan pengukuran aspek memperlihatkan tekstur khusus berupa
struktur geologi sebagai data lapangan, pilotaksitik yaitu tekstur aliran sebagai
mengindikasikan bahwa dari penelitian penciri lava, dimana plagioklas fenokris dan
dikontrol oleh sesar-sesar berarah utara- mikrolit plagioklas membentuk pola aliran;
selatan, timurlaut-baratdaya, tenggara- komposisi mineral umumnya plagioklas,
baratlaut. klinopiroksen, ortopiroksen, hornblende,
mineral opak, dan masa dasar gelas.
Pengukuran struktur geologi berupa sesar
bagian utara KGAW yaitu pada data struktur Kondisi Geologi dan Manifestasi Panas
di Kali Gembulu yang mewakili sesar Bumi KGAW
berarah relatif utara-selatan yaitu Sesar
Kondisi geologi KGAW tercermin dari
Nogosari. Sesar berarah timurlaut-baratdaya
pengamatan citra DEM dan pengamatan
86
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

geologi lapangan. Dari citra DEM dapat membentu dalam menentukan


memperlihatkan produk batuan dihasilkan morfologi suatu gunung api yang memiliki
dari gunung api Arjuno - Welirang - Kembar karakteristik berupa gunung api aktif yang
I - Kembar II – Bulak – Bakal – Pundak – memperlihatkan bentuk kerucut yang relatif
Pananggungan - Anjasmoro. Dari beberapa lancip/sempurna, kondisi dan pola kelurusan
produk ataupun sumber dari gunung api dapat teramati dari suatu gunung api ataupun
tersebut menghasilkan batuan berupa lava lembah dengan membentuk pola relatif
andesit-andesit basaltik, aliran piroklastik, radial. Dari pola kelurusan ini sangat
dan breksi vulkanik. membantu di dalam menentukan struktur
geologi berupa sesar dan kontrol sesar
Kemunculan manifestasi panas bumi, seperti
terhadap kemunculan manifestasi panas
mata air panas daerah Cangar dan mata air
bumi yang ada.
panas Padusan dengan variasi suhu 39.50C -
46.50C, pH netral, fumarol di puncak Pengamatan lapangan mengindikasikan
gunung api Welirang dengan bau belerang adanya kontrol struktur geologi berupa sesar
begitu menyengat, fumarol di Kembar I dan dan vulkanisme terhadap kemunculan
Kembar II, alterasi di kawah Plupuh - manifestasi. Kemunculan mata air panas
gunung Pundak – Kembar I dan Kembar II daerah Cangar dan Padusan yang terdapat
sangat mencerminkan adanya hubungan pada bagian dari tubuh gunung
antara vulkanisme dan struktur geologi api/vulkanisme Welirang yang disertai
terhadap kemunculan manifestasi panas dengan adanya indikasi sesar di Air Terjun
bumi di KGAW (Gambar 5). Coban Cangu dan Air Terjun Grejengan.
Fumarol di puncak Welirang dan alterasi di
Pengamatan geologi lapangan dengan
kawah Plupuh dengan kelurusan berupa
mengamati ciri fisik batuan, struktur
struktur relatif utara-selatan dari gunung api
geologi, dan hubungan stratigrafi, maka
Welirang – Kembar I – Kembar II –
produk dari KGAW tersebut dapat diamati
Anjarmoro. Alterasi hidrotermal di gunung
sehingga sangat membantu dalam
Pundak pada bagian utara gunung api
menentukan sejarah ataupun proses
Welirang dan adanya struktur sesar berarah
pembentukan dari Kompleks Gunung Api
timurlaut-baratdaya dari Sesar Trawas yang
Arjuno Welirang (KGAW). Setiap satuan
dipotong oleh Sesar Nogosari dengan pola
stratigrafi memiliki karakteristik khusus baik
relatif utara-selatan yang berada di bagian
itu dari morfologinya maupun batuan
utara gunung api Welirang sudah cukup
penyusun yang ada. Kondisi geologi KGAW
menjadi bukti data bahwa studi vulkanisme
ini sangat dikontrol oleh vulkanisme dan
dan struktur geologi di dalam eksplorasi
struktur geologi yang berdampak pada
awal panas bumi sangatlah penting untuk
kondisi stratigrafi dari KGAW (Gambar 6).
menentukan daerah yang berpotensi untuk
Diskusi dilakukan peneltian lebih lanjut.

Berdasarkan penjelasan diatas di dalam V. KESIMPULAN


eksplorasi awal panas bumi, pemahaman
Studi vulkanisme dan struktur geologi untuk
mengenai vulkanisme dan struktur geologi
ekslporasi awal panas bumi merupakan
merupakan kondisi utama yang perlu
langkah awal untuk menentukan daerah
diketahui. Studi vulkanisme dan struktur
potensi sebagai rekomendasi untuk
geologi dapat dilakukan melalui foto udara
dilakukan penelitian lebih lanjut. Studi
dalam kasus ini menggunakan citra DEM
vulkanisme dan struktur geologi sangat
dan pengamatan ataupun observasi geologi
membantu dalam mengetahui sumber dari
lapangan. Pengamatan dengan citra DEM
87
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

munculnya manifestasi panas bumi dan jenis Agung Harijoko, S.T., M.Eng., dan
struktur geologi, arah serta kemenerusan Salahuddin Husein, S.T., M.Sc., Ph.D yang
dari keterdapatan manifestasi panas bumi telah memberikan materi serta berdiskusi di
yang ada di Kompleks Gunung Api Arjuno dalam pembuatan makalah ini, terima kasih
Welirang. juga penulis ucapkan kepada Program Studi
Pascasarjana Teknik Geologi, Department
VI. UCAPAN TERIMA KASIH Teknik Geologi, Fakultas Teknik,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Gadjah Mada atas dana
kedua orang tua dan adik-adik, kepada Dr. penelitian yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Hadi, M.N., Kusnadi, D., Rezky, Y., 2010, Penyelidikan Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah
Panas Bumi Arjuno-Welirang, Kabupaten Mojokerto dan Malang, Provinsi Jawa Timur,
Pusat Sumber Daya Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pp. 405 – 412.
Hall, R. (1996) : Reconstructing Cenozoic SE Asia. In: Hall, R. and Blundell, D. J. (eds.), Tectonic
Evolution of Southeast Asia. Geological Society, Special Publication, 106, 152 – 184.
Hamilton, W., 1979, Tectonic of Indonesian Region, U.S. Geological Survey Professional Paper 1078,
United States Government Printing Office, Washington, USA, pp. 345.
Howard, A.D., 1967, Drainage Analysis in Geologic Interpretation: A Summation, AAPG Bulletin,
vol. 51, pp. 2246-2259.
Hochstein, M.P., Browne, P.R.L. (2000), “Surface manifestations of geothermal systems with volcanic
heat sources” in: H. Sigurdsson (Ed.), Encyclopedia of Volcanoes, Academic Press.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Jakarta : Ikatan Ahli Geologi
Indonesia.
International Geothermal Conference, 2014, Geothermal Power Generation in the World 2010-2014,
http://international-geothermal-conference.co.id (diakses April 2016).
Nakamura, K., 1977, Volcanoes as possible indicators of tectonic stress orientation – principle and
proposal, Journal of Volcanology and Geothermal Research 2, pp. 1-16.
Rickard, M.J., 1972, Fault Classification Discussion: Geological Society of America Bulletin, vol. 83,
pp. 2545-2546.
Rose, A.W., dan Burt, D.W., 1979, Hydrothermal Alteration, in H.L. Barnes, Geochemistry and
Hydrothermal Ore Deposits, 2nd edition: John Wiley and Sons, New York, pp. 173-235.
Santosa, S. dan Suwarti, T., 1992, Peta Geologi Lembar Malang, Jawa Timur, skala 1 : 100.000,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Setijadji, L.D., 2010, Segmented Volcanic Arc and its Association with Geothermal Fields in Java
Island, Indonesia, Proceedings World Geothermal Congress 2010, Bali, Indonesia, 25-29
April 2010, pp. 1 – 12.
Schmincke, H.U., 2004, Volcanism, Springer-Verlag, Berlin, Germany, 324 pp.
Simandjuntak, T.O., Barber, A.J., 1996. Contrasting tectonic styles in the neogeneorogenic belts of
Indonesia. In: Hall, R., Blundell, D.J. (Eds.), Tectonic Evolution of Southeast AsiaGeol. Soc.
Spec. Publ. 106, 185–201.

88
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Sribudiyani, Muchsin, N., Ryacudu, R., Kunto, T., Astono, P., Prasetya, I., Sapiie, B., Asikin, S.,
Harsolumakso, A.H., dan Yulianto, I., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its
Implication for Hydrocarbon Occurences in The East Java Basin, Proceeding of Indonesia
Petroleum Association, Jakarta.
Tibaldi, A., 2008, Contractional tectonics and magma paths in volcanoes, Journal of Volcanology and
Geothermal Research 178, pp. 291-301.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Volume 1A, Government Printing Office, The
Hague, Netherlands. pp. 732.
Verstappen, 1985, Geomorphological Surveys for Eviromental Development, Elsevier Science
Publishing Company Lnc, Amsterdam.
Wahyuningsih, R., 2005, Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Indonesia, Kolokium
Hasil Lapangan Pusat Survei Geologi, Bandung, Indonesia.
Williams, H., Turner F.J., dan Gilbert C.M., 1982, Petrography, An Introduction to Study of Rock in
Thin Section, University of California, Barkeley, W.H, Freeman and Company, San Fransisco,
pp. 406.

GAMBAR

Gambar 1. Peta kesampaian lokasi daerah KGAW

Gambar 2. Struktur geologi utama dan vulkanisme di pulau Jawa. Keberadaan gunung api aktif yang
berasosiasi dengan sistem panas bumi, mengacu pada peta (Katili, 1975; Hamilton, 1979;
Simandjuntak dan Barber, 1996; MacPherson dan Hall, 2002, dalam Setijadji, 2010)

89
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta geologi regional Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW) dan sekitarnya
pada lembar Malang skala 1 : 100.000, terbitan Direktorat Geologi Bandung, dengan
modifikasi (Santoso dan Suwarti, 1992)

Gambar 4. Indikasi sesar pada air terjun Dlundung

90
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Mata air panas Padusan yang merupakan salah satu manifestasi panas bumi di KGAW

91
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 6. Peta geologi Kompleks Gunung Api Arjuno Welirang (KGAW), modifikasi dari hasil
penelitian Pusat Sumber Daya Geologi (Hadi dkk, 2010), serta korelasi citra digital
elevation model, peta geologi regional KGAW (Santoso dan Suwarti, 1992) dan
kelurusan (lineament) tektonik dan vulkanik, berdasarkan citra satelit digital elevation
model.
92

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai