Makalah Kel.4 Chapter 6 Accounting Measurement System
Makalah Kel.4 Chapter 6 Accounting Measurement System
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Disusun oleh:
UNIVERSITAS INDONESIA
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni
hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan
sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata
ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan dengan jelas
menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan
dengan tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Anggota :
1
I. THREE MAIN INCOME AND CAPITAL MEASUREMENT SYSTEMS
System akuntansi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Pacioli pada abad ke 15,
yaitu system akuntansi double-entry. Sejak saat itu teknik dasar akuntansi tidak berubah
secara signifikan. Bersamaan dengan revolusi industry, khususnya setelah jatuhnya wall
street pada tahun 1929, system akuntansi trandisional berdasarkan historical cost system
muncul dan memimpin sebagai fundamental accounting system. Kemudian pada tahun 1960-
an beberapa alternative dasar system akuntansi lainnya muncul dan mulai berkembang, yaitu
current cost accounting dan current selling prices (exit prices). Current cost accounting juga
dianggap sebagai metode pertama yang mempresentasikan fair value accounting system.
A. Objective of Accounting
Historical cost accounting menekankan pada dua objek kritis tersebut, yaitu
stewardship dan accountability. Tujuan penggunaan historical cost menekankan hubungan
“kontraktual” yang konservatis antara perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber
dana, dan membuat management bertanggungjawab atas penggunaan asset dalam operasi
perusahaan, hasil “profit/output” dari operasional tersebut dan dampaknya terhadap nilai
tambah ekuitas. Maka income statement adalah kunci komunikasi yang tepat dari
mekanisme ini.
Dalam pandangan historical cost accounting perubahan nilai asset dan kewajiban
pada dasarnya diabaikan, sampai asset tersebut dijual atau dilepaskan atau dihapuskan.
Dalam historical cost theory informasi mengenai nilai sisa bersih dari perusahaan tidak
begitu penting, namun yang terpenting adalah profit.
2
Berdasarkan akuntansi konvensional ‘net worth’ adlaah pengukuran yang tidak tepat
relevan pemilik perusahaan hanya ingin mengetahui hasil investasi mereka pad aperuahaan.
Maka fungsi akuntansi yang paling pentng adalah bukanlah menunjukkan ‘net worth’
pemilik melainkan menunjukkan profit.
Dalam historical cost system, pencatatan akuntansi harus menjaga nilai capital ( assets
dikurangi kewajiban) memiliki nilai yang sama dengan nilai pada periode awal, dimana
semua asset dan kewajiban dinilai sesuai dengan nilai saat pembelian. Income menunjukkan
hasil dari perusahaan selama periode tertentu, expenses merupakan sumber daya yang
dibelanjakan dan profit menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam beroperasi.
Income statement adalah bagian yang paling penting dalam laporan keuangan, dimana
menunjukkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan balance sheet
dianggap bukan merupakan bagian yang signifikan. FASB menggunakan istilah ‘revenue-
expense view’ dan ‘asset-liability view’. Terdapat dua konsep dasar dalam historical cost
revenue-expense viewpoint yaitu ‘matching of cost’ dan ‘conservatism’.
Akuntan harus melacak aliran biaya yang keluar, terutama karena biaya yang melekat
pada pendapatan ‘cost attach’. Akuntan mencatat setiap transaksi biaya dan men-trasir-nya
kepada pendapatan yang diterima dari biaya tersebut. Akuntan memutuskan biaya yang bisa
diakui ‘expired’ untuk kemudian dilekatkan (matching) pada pendapatan di income
statement, dan biaya yang belum dapat diakui ‘unexpired’ akan dilaporkan di balance sheet
(unmatched assets). Hal ini merupakan konsep ‘matching cost against revenue’ yang
merupakan konsep penting dalam historical cost accounting.
D. Conservatism
Biaya harus segera diakui sesegera mungkin, sedangkan pendapatan hanya dapat
diakui jika terdapat keyakinan yang tinggi (‘high probability’) bahwa pendapatan tersebut
akan diterima. Konsep konservatis ini menyebabkan perlakuan yang bias antara pengakuan
biaya dibandingkan dengan pengakuan pendapatan. Konsep konservatis lainnya
mengatakan peningkatan nilai asset tidak boleh diakui, tapi penurunan nilai harus diakui –
the lower of cost or market rule.
3
E. Arguments of Historical Cost Accounting
Historical cost accounting banyak diserang, terutama banyak dikritik karena tidak
mampu melaporkan kondisi sebenarnya atau tidak dapat menyediakan nilai up-to-date dari
‘net-worth’. Atas hal tersebut defender memiliki argument-argumen berikut ini :
1. Objective of accounting
Kritik terhadap historical cost system berulang-ulang berargumen bahwa system gagal
menjamin terpenuhinya tujuan penyediaan informasi yang objektif. Sangat banyak
keputusan yang berhubungan dengan pencatatan, pengukuran dan pelaporan
4
informasi, namun historical cost system sangat jauh dari objektif dan justru membuka
terjadinya manipulasi.
Biaya historis memang mempunyai manfaat tetapi tidak cukup untuk mengevaluasi
keputusan bisnis. Ketika asset diperoleh biaya historis adalah tepat karena nilainya
mengacu pada kejadian saat ini (saat itu up to date). Akan tetapi segera setelah
periode akuisi lewat, nilai ini tidak lagi up to date dan oleh karena nya tidak lagi logis
untuk dijadikan dasar untuk mengevaluasi keputusan bisnis.
Jika laba adalah perubahan dalam kemampuan membeli (purchasing power), konsep
modal yang sedang dipertahankan merupakan modal financial yang diukur pad aharga
saat ini (current prices). Lagi, informasi ini berguna dalam menghasilkan informasi
yang memperhatikan perubahan dalam kapasitas perusahaan di masa depan utntuk
bertransaksi di masa depan.
Kritikus berargumen bahwa profit yang dilaporkan historical cost system tidak
memiliki interprestasi ‘prospective’ melainkan ‘retrospective’. Capital hanya
dianggap sebagai nominal dollar yang diinvestasikan pada perusahaan bukan sebagai
daya beli (purchasing power). Setelah tahun akusisi, biaya historis tidak
menghubungkan kejadian pada tahun tersebut dan setelahnya. Akuntansi menciptakan
sebuah kenyataan yg fiksi yang harus dipercayai bahwa biaya historis berhubungan
dengan operasi saat ini.
Historical cost system akan menyajikan laba terlalu tinggi saat harga-harga naik
karena meng-offset biaya perolehan historis (yang rendah) dengan pendapatan
sekarang yang tinggi (inflasi). Hal tersebut tanpa disadari dapat mengarah pada
pengurangan capital dimana capital didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan
untuk berproduksi, bertransaksi, atau sebaliknya untuk beroperasi dimasa depan.
Profit berdasaran historical cost juga dapat memperdaya management lebih dalam lagi
5
bahwa laba yang dibayarkan dapat melebihi laba tahunan yang sesungguhnya
menghilangkan basis modal.
Salah satu pembelaan dari penggunaan biaya historis adalah adanya prinsip going
concern assumption. Dimana menggang bahwa uum perusahaan adalah tidak dapat
ditentukan jadi ekspektasi normal mengenai item non-monetary akan terpenuhi.
Inventori sepenuhnya akan terjual, dan non-current asset akan speenuhnya digunakan
dalam bisnis. Oleh karena itu nilai histori asset , atau bagian yang dialokasikan
merupakan jumlah yang tepat untuk disandingkan dnegan pendapatan. Namun pada
kenyataannya tidak ada bisnis yang berlangsung ‘tidak pasti’ ke masa depan. Semua
bisnis sangat dimungkinkan akan berhenti beroperasi. Dan akan lebih beralasan untuk
mengasumsikan penghentian daripada keberlangsungan.
4. Matching
Pada faktanya dalam banyak kasus penandingan biaya dan pendapatan tidak mungkin
dipraktikkan.pepandingan adalah sebuah proses untuk keputusan acak yang harus
dibuat daripada sebuah analisis yang konsisten. Dalam matching konsep tidak ada
konsep penandingan yang pasti, tidak ada cara untuk metode lain dalam penyandingan
kecuali secara arbitrary.
Salah satu konsekuensi dari ‘matching concept’ adalah meletakkan neraca sebagai
posisi kedua setelah laporan laba rugi, karena lebih memfokuskan pada net profit.
Kritikus berargumen bahwa ini bias terhadap neraca dimana laba rugi meletakkan
neraca pada posisi yang kedua.Padahal neraca memiliki kepentingannya sendiri,
neraca adalah sumber utama informasi dari posisi keuangan perusahaan.
“Historical cost accounting system hanya memberikan ide untuk kebutuhan investor
yang tertarik pada analisa pasar bukan intelegent investor yang tertarik pada apa
yang terjadi pada perusahaan.”
6
Historical cost accounting yang hanya memfokuskan hanya pada penentuan net-profit
menyebabkan penyimpangan dan penyembunyian atas pengungkapkan penting
informasi perusahaan. Hal ini karena tujuan kauntansi konvensional telah
disalahartikan, dimana akuntan berpandangan sempit akan kebutuhan investor dan
menerima cara lama dalam menganalisis perusahaan dan sahamnya. Akuntansi
konvensional memandang bahwa prosedur mendasar dalam analisis perusahaan
menekankan pada profit dan dividend, dan pendekatan tersebut adalah pendekatan
yang tepat untuk semua perusahaan.
Akuntan seharusnya menyediakan informasi untuk investor yang canggih dan pintar,
yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis perusahaan. Investor ini
lebih tertarik pada nilai pengembalian jangka panjang.
A. Objective of Accounting
Current Cost Accounting (CCA) adalah sistem akuntansi dimana Asset dinilai
berdasarkan harga beli saat ini (current market buying price), dan profit ditentukan oleh
alokasi berdasarkan biaya saat itu. Untuk memahami tujuan dari penggunaan Current Cost
Accounting terlebih dahulu kita harus memahami macam-macam keputusan yang dihadapi
oleh manajer dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini kita asumsikan terlebih dahulu
bahwa tujuana dari manajer adalah mengalokasikan sumber daya perusahaan yang tersedia
dengan tujuan untuk memaksimalkan laba. Edwards dan Bell merumuskan permasalahan ini
menjadi tiga buah pertanyaan, yaitu:
Walaupun Edward dan Bell menyadari benar pentingnya informasi bagi manajemen,
mereka juga menjelaskan bahwa data tersebut juga berguna bagi pihak luar, seperti pemegang
7
saham dan kreditur karena mereka ingin menilai performance perusahaan. Dari tero tersebut,
informasi akuntansi memiliki dua tujuan, yaitu:
Atas nama profit manajemen sering menghadapi dua keputusan yaitu apakah akan
menahan atau membuang suatu aset atau kewajiban (1) dan bagaimana mendanai dan
menggunakan aktivitas operasi perusahaan (2).
Untuk menilai dua keputusan tersebut, Edwards dan Bell menawarkan sebuah konsep
profit yang dinamakan ‘Bussiness Profit’ yang terdiri dari (1) current operating profit dan
(2) realisable cost savings. Current Operating Profit adalah selisih dari current value dari
output yang terjual dengan current cost dari aset yang dicimpan dalam waktu tertentu.
Keduanya mencakup perubahan biaya yang direalisasi dan yang belum direalisasi. Busines
profit dihitung secara real basis – yaitu, elemen fiksi akibat perubahan tingkat harga umum
dihilangkan. Istilah yang kita gunakan untuk realisable cost savings adalah ‘holding gains /
losses’, yang dapat direalisasikan atau belum direalisasi.
Apa manfaat dari pemisahan pengukuran antara holding gain and loss? Memegang
komposisi tertentu dari aset dan kewajiban adalah salah satu cara manajemen untuk
meningkatkan posisi pasar perusahaan. Manajer dan lain-lain ingin tahu apakah harapan ini
sukses. Dalam akuntansi konvensional, keuntungan dicatat hanya ketika aset tersebut
dilepaskan. Oleh karena itu, menentukan apakah harapan manajemen berhasil atau tidak
adalah hampir mustahil kecuali aset yang dibeli dan dijual dalam periode yang sama. Juga,
dalam akuntansi konvensional, ketika membandingkan perusahaan, kita dapat disesatkan
perusahaan mana yang lebih efisien. Misalkan semua perusahaan dalam suatu industri
tertentu sama-sama efisien, tetapi Perusahaan A dimulai 10 tahun lebih awal dari yang lain.
Keuntungan operasional A akan lebih besar karena beban penyusutan rendah, sehingga
memberikan kesan bahwa A lebih efisien daripada yang lain. Tapi keuntungan yang lebih
besar bukan karena efisiensi dari manajer dalam operasi perusahaan pada tahun berjalan.
Sebaliknya, itu mencerminkan efisiensi para manajer dari 10 tahun yang lalu dalam memulai
bisnis dan pembelian suatu aset pada saat itu. Oleh karena itu, pemisahan holding gain dan
operating profit memberikan kredit untuk manajer yang tepat.
8
Misalkan bahwa A Perusahaan menjadi kurang efisien dan sejarah saat ini biaya laba
operasi adalah sama dengan perusahaan lain. Inefisiensi akan tersembunyi juka memakai
akuntansi konvensional karena holding gain akan dicampur dengan laba operasional. Sebuah
asumsi yang mendasari Current Cost Accounting adalah bahwa percampuran holding gains
dan operating gains membingungkan evaluasi kebijakan manajemen dan menghalangi alokasi
sumber daya dalam perekonomian. Namun, pemisahan current operating profits dan holding
gain (or losses) tidak selalu diterima bermanfaat. Drake dan Dopuch, serta Prakash dan
Sunder, menegaskan bahwa beberapa kebijakan manajer mempengaruhi kedua komponen,
sehingga dalam beberapa kasus holding gain dan current operating profit tidak independen
satu sama lain. Misalnya, aset yang diperoleh untuk menurunkan future operating expenses
(misalnya mesin baru yang dibeli untuk menghasilkan persediaan dengan biaya yang lebih
rendah). Manfaat yang berhubungan langsung dengan aset akan tercermin dalam future
operating profits daripada perubahan dalam current cost aset saat diperoleh. Jika current cost
aset mengalami penurunan, hal itu tidak akan masuk akal untuk menyalahkan manajemen
dalam menimbulkan kerugian jika peningkatan laba usaha karena penurunan beban usaha
(HPP di contoh kita) lebih dari offset kerugian.
Dari sudut pandang praktis, perbedaan utama diantara kedua konsep tersebut adalah ada
atau tidaknya holding gains (or lossess) dalam komponen profit. Secara kuantitaif, holding
gains (lossess) termasuk di dalam profit pada konsep financial capital dan tidak termasuk
dalam profit pada physical capital. Sebagai ilustrasi, terdapat perusahaan yang memulai
operasinya dengan kas sebesar $1000 pada tanggal 1 januari, kemudian menggunakannya
untuk membeli 100 unit dengan harga $10 per unit. Pada tanggal 31 januari, unit tersebut
dijual dengan harga $18 per unit. Harga perolehan unit tersebut pada tanggal 31 januari
meningkat menjadi $12 per unit. Jika diasumsikan profit akan digunakan untuk membayar
dividen pada akhir bulan, maka kalkulasi perhitungan profit adalah sebagai berikut:
Pendukung physical capital concept berpendapat bahwa capital adalah unit fisik yang
menunjukkan kemampuan operasi perusahaan. Pada kasus sebelumnya, awalnya perusahaan
memiliki 100 unit maka seharusnya harus mampu membeli 100 unit pada akhir periode.
Ketika harga unit naik sebesar $2 per unit, perusahaan membutuhkan tambahan sebesar $200
pada akhir periode untuk mempertahankan kemampuan operasionalnya. Sehingga, $200
9
bukanlah merupakan holding gain, tetapi penyesuaian terhadap pemeliharaan modal (capital
maintenance adjustment). Analisis tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
Financial Physical
Capital Capital
Sales Revenue (100 x $18) 1800 1800
Cost Of Sales (100 x $12) 1200 1200
Curent Operating Profit 600 600
Holding Gain (100 x $2) 200 0
Profit 800 600
Paid as Dividends 800 600
Jika dividen dibayarkan sebesar $800, perusahaan akan memiliki modal sebesar
$1000 pada akhir periode yang dapat digunakan untuk membeli sebanyak 83 unit pada awal
februari, sehingga tidak dapat mempertahankan kemampuan operasional pada level yang
sama seperti periode sebelumnya, yaitu 100 unit.
Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal menunjukkan bahwa stok
fisik dari net aset dapat dipertahankan (tetap). Hal tersebut diperoleh dengan
menyamakan pemakaian sumber daya yang diukur dengan harga perolehan saat ini
dan memastikan nilai pembelian item moneter dipertahankan. Hal tersebut juga dapat
digunakan untuk mengkalkulasi harga yang harus dibayar untuk mendapatkan input
serta harga minimal penjualan output dengan asumsi continuity dan non-liquidation.
Menurut logika ekonomi, efisiensi operasi yang optimal terjadi saat jumlah output
yang diproduksi berasal dari input dengan total opportunity cost yang minimum.
Contohnya, jika upah mengalami peningkatan maka dibutuhkan metode capital-
intensive pada kegiatan produksi untuk mengurangi input labour sehingga biaya
menjadi minimal.
2. Valuation Principles
a. Non-monetary Items
Item moneter dan non moneter memiliki efek dan risiko yang berbeda terhadap
inflasi. Item moneter adalah elemen yang mempunyai klaim moneter dalam jumlah
yang tetap dan tidak berubah saat inflasi harga. Sedangkan item non moneter seperti
tanah dan bangunan, akan disesuaikan harganya sesuai dengan kondisi pasar. Untuk
10
tujuan pelaporan, aset non moneter harus dinilai dan ditampilkan pada current cost.
Penilaian diperoleh dengan cara:
Potensi servis dari barang identik atau sejenis dari aset terspesialisasi.
Kewajiban moneter dinilai sesuai jumlah yang diekspektasikan akan dibayar dan
memberikan keuntungan jika ditahan saat nilai uang kehilangan kemampuan
membeli. Keuntungan atau kerugian item moneter dikalkulasikan sesuai dengan
perubahan pada current cost dari barang atau jasa.
Saham dan komoditas tertentu seperti emas, perak dan aset lain yang ditahan untuk
tujuan spekulasi, dibeli dan dijual pada pasar yang sama. Aset tersebut tidak secara
langsung menambah kemampuan operasional perusahaan. Aset tersebut umumnya
digunakan sebagai profit-generating purpose atau untuk dijual kembali saat ada
capital gain.
1. Recognition Principle
3. Technological Change
11
Current cost accounting dikritik karena mengabaikan peningkatan teknologi yang dapat
terjadi dalam jangka panjang. Ketika mesin baru mengubah biaya produksi, maka harga
dari mesin lama harus disesuaikan.
Perbedaan profit dari historical cost dan current cost dari operasional perusahaan
dikarenakan perbedaan unrealised holding gains.
Pada teori exit price, biaya diimplikasikan pada opportunity cost atau pengorbanan
atas alternative yang lebih baik. Pada sebagian besar kasus, pengorbanan perusahaan
adalah menjual aset disbanding menggunakannya, bukan membelinya karena
perusahaan sudah memilikinya, sehingga current cost yaitu harga pembelian barang
tersebut tidaklah relevan.
Pendukung exit price menyatakan bahwa current cost accounting memiliki problem
matematis dikarenakan pada prakteknya melibatkan metode pengukuran yang
bervariasi. Chambers menentang penggunaan specific price indexes yang merupakan
harga rata-rata. Pendukung exit price accounting juga berpendapat bahwa informasi
current cost umumnya tidak relevan pada keputusan investasi.
Exit price accounting adalah sistem akuntansi dimana menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi finansial beserta performa perusahaan. Terdapat dua perbedaan yang
mendasar dengan perhitungan historical cost pada akuntansi:
12
Nilai dari aset non moneter yang disesuaikan berdasarkan harga pasar berfungsi
untuk mengukur aset tersebut dan jika terdapat income dianggap sebagai unrealized
gains.
Perubahan dalam kekuatan daya beli uang secara umum yang dipertimbangkan ketika
mengukur modal keuangan dan hasil dari operasi
Jadi aset yang tercatat pada neraca disajikan kembali pada exit values (harga jual),
sehingga laporan yang ada menggambarkan nilai wajar pasar pada perusahaan, bukan saat
situasi fire-sale (ambigu). Laporan laba rugi menggambarkan profit atau losses dari hasil
operasi yang disesuaikan dengan keuntungan dalam memegang aset. Bagaimanapun, profit
diukur dalam konsep comprehensive dimana dalam konsep ini mengukur secara total
perubahan riil dalam nilai daripada elemen ekuitas yang telah di akui.
Ketika perusahaan membeli aset tidak lancar, maka akan merubah kemampuannya
dalam beradaptasi. Misal, jika aset tersebut dibeli secara cash maka saldo kas perusahaan
akan turun dan membatasi perusahaan untuk mengeluarkan kas untuk investasi lain.
Sebaliknya, jika perusahaan membelinya secara kredit, maka akan mengurangi kemampuan
pengambilan kredit perusahaan di masa datang. Konsep perilaku adatif melihat perusahaan
untuk siap dalam tindakan untuk membuang aset, jika tindakan ini memberikan keuntungan
terbaik bagi perusahaan. Perusahaan akan menjaga aset tidak lancarnya hanya jika nilai
sekarang dari arus kas masa depan dari penggunaan aset lebih besar dari nilai sekarang dari
arus kas masa depan jika ada alternatif investasi lain.
Chamber mengakui bahwa setiap aset yang dimiliki pada prinsipnya adalah nilai dari
pertukaran (exit value) dan nilai pakai (value in use). Nilai pakai (Nilai saat ini) pada
dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan saaat ini, dan hal itu merupakan
keyakinan atas masa depan, bukan fakta pada saat ini.
13
kreditur, yang memiliki ketertarikan atas kemampuan pemilik dalam membayar pinjaman
yang jatuh tempo.
Solusi ideal bagi akuntan adalah untuk melaporkan segala profit dan kerugian, lalu
nilainya ditentukan berdasarkan kompetitf dari pasar yang ada. Bagaimanapun, tidak semua
aset memiliki pasar yang siap. Berikut ini adalah pasar yang diharapkan dapat hadir untuk
menentukan nilainya
Marketable assets at market price (exit price)
Non-marketable reproducible assets at replacement costs
Occasional non-marketable, non-reproducible assets at historical costs.
Profit harus mencakup semua hal yang telah direalisasikan juga unrealized dalam
hubungannya dengan prinsip clean surplus.
14
Positifnyadari exit price accounting bahwa laporan keuangan dialokasikan secara bebas.
Profit menggambarkan jumlah dari perubahan dari daya beli yang rill dari aset bersih,
terkecuali tambahan investasi dari atau didistribusikan oleh owner.
5. Reality
Exit price accounting melibatkan referensi yang nyata karena memang menggunakan
harga pasar actual saat ini. Penyusutan tidak terjadi jika nilai aset selalu naik atau harga
konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item yang ada
memiliki saldo nol. Dengan dua kendala – dipertukarkan dan adanya harga jual – item-item
dari laporan keuangan bisa semakin kuat dengan bukti nyata yang ada di dunia.
6. Objectivity
Banyak yang mengatakan bahwa harga pasar tidak objektif, namun pada
kenyataannya nilai pasar adalah nilai yang mencerminkan kenyataan pada saat ini. Parker
melakukan penelitian relative dan objektivitas untuk exit price dengan historical cost.
Parket menunjukkan bahwa exit price mengungkapkan dispersi dari jumlah tercatat.
Penyebab utamanya adalah perbedaan estimasi masa manfaat dan nilai sisa.
7. A measure of risk
Untuk memungkinkan para pengguna laporan keuangan dalam mengevaluasi berbagai
risiko dan kinerja dalam risiko finansial yang signifikan akan membutuhkan:
deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta
kebijakan untuk mengelola risiko tersebut.
Informasi mengenai dampak risiko terhadap neraca dan laporan kinerja keuangan
Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan dalam
mengestimasi nilai wajar instrument keuangan
15
Pendukung exit price mengklaim bahwa pengukuran akuntansi, jika berpikir objektif,
harus didasarkan hanya pada nilai masa lalu dan masa kini. Perhitungan antisipasi tidak
dapat ditambahkan bersama-sama dengan angka saat ini. Pengkritik berpikir bahwa
arus kas yang setara aset ditentukan berdasarkan asumsi likuidasi bertahap dan teratur.
Jika itu terjadi maka peristiwa masa depan harus diasumsikan dengan menggunakan
dan tercatat sesuai tanggal neraca.
3. The Valuation of Liabilities
Chambers berpendapat bahwa hutang obligasi secara efektif berbentuk modal dan harus
dinyatakan sebesar nilai nominal bukan, nilai pasar. Oleh karena itu terdapat
inkosistensi karena obligasi sebagai aktiva harus dinyatakan dengan harga pasar.
4. Current Cost vs Exit Price
Ada satu pertanyaan yang krusial dalam memutuskan apakah menggunakan current
cost atau exit price: pada saat apa siklus operasi harus menggunakan exit price atas
penilaian sebuah aset? Current cost berpendapat bahwa metode penilaian normal lebih
baik, diantaranya karena:
Exit Price mengarah pada revaluasi anomali, dimana setelah pembelian harga
akan jatuh dan kurang dari harga perolehan
Exit Price menyiratkan pada pendekatan jangka pendek, karena fokus
terhadap likuidasi dan disposal
Exit price pada persediaan barang jadi merupakan bentuk antisipasi terhadap
laba operasi karena persediaan dinilai lebih dari biaya saat ini
Pendekatan Value in use menggunakan investor external atau entitas yang berorientasi
pada produksi sebagai benchmark yang relevan. Investor lebih tertarik pada future cash flow
perusahaan dibandingkan nilai likuidasinya yang dapat diprediksi secara akurat dengan laba
operasional dibandingkan dengan current cash flow. Sehingga yang dibutuhkan adalah
pengukuran income yang sesuai dengan current cos dari input aset terhadap output.
Pendekatan ini lebih terkonsentrasi pada perolehan hasil yang paling efisien dari penggunaan
aset dengan tidak mempertimbangkan adaptasinya.
Pada pendekatan value in exchange, sudut pandang lebih kepada manajer internal atau
kreditur yang akan membuat keputusan yang berkaitan dengan likuiditas dari perusahaan dan
current spending power yang merupakan performa jangka pendek perusahaan. Pendekatan ini
penting bagi perusahaan dengan masalah likuiditas atau perusahaan yang berhubungan
dengan tradeable goods yang operasinya dengan cepat beradaptasi pada kondisi pasar.
16
VII. PERSPEKTIF GLOBAL DAN INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING
STANDARDS
Berbagai jenis penerapan biaya kini (current cost) dan akuntansi perubahan telah diuji
dan diadaptasi di beberapa negara antara lain :
1. Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mencabut Accounting Series Release (ASR) 190 yang
dikeluarkan tahun 1976 untuk kemudian menggantinya dengan Statement 33 yang
menekankan pada pengungkapan tambahan untuk penyesuaian akun akun atas inflasi dan
biaya penjualan kini. Pada saat itu, persyaratan untuk mengungkapkan data biaya kini
mendapatkan resistensi yang tinggi dari banyak perusahaan. Setelah dilakukan banyak debat
yang membahas tentang manfaat dari informasi tambahan, FASB mengeluarkan Statement 89
di tahun 1986, membatalkan persyaratan tersebut namun tetap meminta setiap perusahaan
untuk melakukan pengungkapan data.
a. Profit dari Continuing Operations dengan menggunakan Current Cost Basis untuk
tahun finansial berjalan
b. Current Cost untuk Persediaan, Properti, Pabrik dan Peralatan di akhit tahun finansial
c. Perubahan current cost di tahun finansial berjalan untuk Persediaan, Properti, Pabrik
dan Peralatan, menggunakan Basis Dolar Konstan.
Perubahan biaya yang tidak termasuk dalam keuntungan yang berasal dari operasi berjalan
perusahaan harus diungkapkan dalam basis nominal dollar untuk masing-masing dalam
jangka waktu maksimal 5 tahun, yaitu : keuntungan dari operasi berjalan, keuntungan per
saham dari operasi berjalan serta aset bersih di akhir tahun finansial. Statement 33 ditujukan
sebagai bentuk eksperimen selama 5 tahun. Setelah mempertimbangkkan berbagai bukti dan
reaksi mengenai data tambahan, FASB menerbitkan Statement 82 di bulan November 1984
untuk menghapuskan persyaratan sebagaimana pada Statement 33 dalam pelaporan.
2. Inggris
a. Standar AS mengharuskan akuntansi dollar konstan dan biaya kini. SSAP hanya
metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
b. Apabila di AS penyesuaian atas inflasi lebih berpusat pada laporan laba rugi, laporan
biaya kini di Inggris wajib diungkapkan pada laporan laba rugi dan neraca beserta
catatan penjelasan.
17
c. Standar ini banyak diaplikasikan oleh perusahaan besar namun ASC menarik kembali
SSAP 16 di tahun 1985 setelah banyaknya debat mengenai isi penggunaan SSAP 16.
3. Australia
a. Fakta bahwa penyajian ualng untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan.
b. Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama
(yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini).
c. Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan.
d. Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
Perbedaan dalam pengukuran yang diadopsi oleh berbagai negara yang disebabkan
oleh belum adanya konsep teoritis mengenai penilaian menimbulkan adanya sistem
18
pengukuran secara campuran. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perpindahan dari biaya
historis dan penggunaan dalam konsep pengukuran yang berbeda di bawah standar
internasional :
Para Auditor membutuhkan bukti yang relevan untuk mendukung opini mereka ketika
melakukan audit atas laporan keuangan secara adil dengan dasar relevansi. Adapun beberapa
masalah yang sering didapatkan oleh Para Auditor dalam melakukan audit antara lain :
a. Kebutuhan akan bukti yang memadai dan kualitas atas bukti tersebut mendukung
relevansi dan reliabilitas dalam penyajian data, mendeteksi adanya misstatements,
dalam jurnal, akun, dan pengungkapan entitas.
b. Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman atas beberapa metode pengukuran yang
dikenal seta kombinasinya. Oleh karena itu, peran ahli sangat mungkin untuk
dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan.
c. Dalam hal Arm Length Transaction, dibutuhkan bukti-bukti spesifik transaksi dan
informasi pihak ketiga juga dibutuhkan untuk memastikan setiap transaksi telah
dicatat dan diungkapkan dengan benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
Accounting Theory, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc. 2010. (GOD)
20