“PENILAIAN AUTENTIK ”
OLEH :
NAMA : Imam Ikhsan Daulay
NIM : 4161121010
KELAS : Fisika Reguler A 2016
DOSEN PENGAMPU :
Yul Ifda Tanjung, M.Pd
BAB II
PENILAIAN AUTENTIK
A. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik yang dilakukan melalui pengumpulan data
atau informasi yang sahih (valid) dan reliable, dan selanjutnya data atau informasi tersebut diolah
sebagai upaya melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program
pendidikan. Guru yang professional memanfaatkan penilaian proses dan hasil belajar untuk
memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Guru juga dapat menerapkan metode
dan teknik yang bervariasi dalam melakukan penilaian dengan mengumpulkan catatan
pertemuan, observasi, portofolio, catatan harian, produk, ujian, data hasil interview, survey dan
sebagainya.
Penilaian dibutuhkan dalam melaksanakan sebuah evaluasi. Evaluasi merupakan proses
menafsirkan fakta dan informasi, serta menimpulkan fakta dan informasi tersebut dalam upaya
membuat pertimbangan dasar untuk mengambil kebijakan. Pada umumnya, kegiatan evaluasi
pembelajaran dilakukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum atau merupakan proses refleksi dari
program belajar. Evaluasi hasil belajar tersebut diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi guru
untuk mengelola program belajar mengajar.
Beberapa istilah yang umum dikenal dalam evaluasi adalah tes, pengukuran, dan penilaian.
Perbedaan antara tes, pengukuran, dan penilaian dideskripsikan secara sederhana pada table berikut
ini :
Istilah Deskripsi
Evaluasi Evaluasi adalah proses untuk mengambil keputusan yang didasarkan
atas hasil penilaian, sebagai dasar untuk mengambil kebijakan.
Kegiatan evaluasi juga dapat digunakan untuk keperluan penelitian
dan/atau pengembangan program pendidikan, kurikulum, bahan ajar
dan sebagainya.
Penilaian Penilaian atau asesmen adalah proses dengan maksud tertentu
berdasarkan data kuantitatif dan/atau data kualitatif yang terkait
dengan kondisi seseorang.
Pengukuran Pengukuran adalah proses memperoleh informasi dengan cara
memberi angka atau nilai untuk sebuah parameter. Jadi, pengukuran
adalah sebuah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan
suatu kriterian atau ukuran.
Tes Tes adalah alat atau cara untuk melakukan pengukuran atribut yang
tidak dapat diamati. Tes dalam bidang pendidikan dapat berupa
pertanyaan atau tugas yang dirancang untuk mengungkap perilaku
yang diharapkan muncul dari peserta tes/ujian.
Beberapa jenis evaluasi yang sering dikenal adalah, evaluasi diagnostic, evaluasi formatif,
dan evaluasi sumatif. Evaluasi dan penilaian sumatif dilakukan pada akhir proses pembelajran
dlam upaya untuk menentukan kemampuan atau kompetensi peserta didik. Evaluasi dan
penilaian formatif dilakukan untuk menilai kemajuan peserta didik pada waktu tertentu ketika
masih belajar dalam upaya memperbaiki pembelajaran. Jadi, penilaian formatif merupakan
penilaian belajr, sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian hasil belajar. Untuk evaluasi
diagnostic, merupakan bagian dari evaluasi formatif yang dilakukan untuk menentukan kesulitan
peserta didik dalam topic tertentu.
Penilaian Formatif :
Tujuan penilaian
sumatif :
1. Mengukur pencapaian belajar
2. Syarat bagi peserta didik untuk mengikuti pelajaran selanjutnya
3. Mengevaluasi efektivitas strategi pembelajaran
Contoh penilaian sumatif :
Ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, ujian masuk sekolah, ujian nasional.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan secara objektif dengan menggunakan
instrument penilaian yang memiliki satu jawaban yang tepat (selected-response items), atau
secara subjektif dengan menggunakan instrument penilaian yang memiliki beberapa jawaban
(constructed-response items). Berikut beberapa contoh penilaian objektif dan subjektif :
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa penilaian autentik dapat
berupa penilaian untuk kerja (performance) berdasarkan penguasaan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya oleh peserta didik. Penilaian autentik mengarahkan peserta didik untuk
menghasilkan ide, mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnakna tugas yang terkait
dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata.
Perbedaan antara penilaian tradisional dan penilaian autentik :
Kategori tingkat kognitif untuk penilaian autentik adalah : Aplikasi (C3), Analisis (C4),
Evaluasi (C5), dan Kreasi (C6). Sedangkan penilaian tradisional pada umumnya menggunakan
tes yang hanya dapat mengukur pemahaman dengan cara mengingat dan memahami saja.
Tingkat kognitif pada penilaian autentik dan penilaian tradisional :
Penilaian
Autentik
Penilaian
Tradisional
BAB III
1. Kompetensi berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas
atau pekejaan
2. Kompetensi berkaitan dengan pengalaman belajar yang di tempuh oleh peserta didik.
3. Kompetensi berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik.
4. Kompetensi dapat dibuat standarnya yang dapat diukur.
Kurikulum 2006 dikenal sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006
merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Konsep yang diusung dalam penilaian hasil belajar
mencakup penilaian untuk aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan . Namun , dalam
implementasinya penilaian yang dilakukan lebih dominan pada aspek pengetahuan dan
keterampilan .Penilaian untuk masing-masing kelompok mata pelajaran tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian peserta didik.
b. Penilaian atas penguasaan mata pelajaran dalam kelompok ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat diukur melalui ulangan,penugasan ,dan/atau bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik topic atau materi yang dinilai.
c. Penilaian hasil belajar untuk kelompok mata pelajaran estetika perlu dilengkapi dengan
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan sikap
dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesegatan
seharusnya dilakukan melalui :
a. Pengamatan
b. Ulangan / penugasan
2. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2006
System penilaian dalam KTSP 2006 diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan , Standar penilaian pendidikan yang dimaksud adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme ,prosedur,dan instrument
penilaian hasil belajar peserta didik.
Prinsip penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang digunakan dalam KTSP 2006 didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut .
a. Sahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Terbuka
f. Menyeluruh
g. Sistematis
h. Beracuan kriteria
BAB IV
TAKSONOMI BERPIKIR
A. Taksonomi Berpikir
a. Taksonomi Alen, Feezel dan Kauffie tentang kemampuan kritis yang terkai dengan evaluasi
argumen verbal yang dicakup dalam pengenalan, analisis dan evaluasi instrumen.
b. Model Baron tentang pemikir yang handal. Seorang berpikir yang handal memiliki
karakteristik sebagai berikut : 1) menerima situasi bermasalah, 2)bersikap kritis, mencari
kemungkinan dan, dan mencari bukti, 3) bersikap refllektif, 4)meyakini bahwa nialai
rasionalitas dan bahwa berpikir dapat efektif, 5) merevisi tujuan jika diperlukan, 6)terbuka
terhadap beberapa kemungkinan, 7) berunding dalam menganalisis kemungkinan,
8)menggunakan bukti untuk menghadapi kemungkinan yang disukai.
c. Model paul tentang berpikir kritis, mencakup empat bagian yaitu elemen penalaran, standar
erpikir kritis, kemampuan intelektual, dan bakat intelektual.
d. Taaksonomi Jewel tentang penalaran peserta didik berkemampuan khusus memiliki tiga
bidang yakni tujuan penalaran, strategi menalar, dan disposisi menalar
e. Model enam fase dari prety tentang proses kreatif yaknni : inspirasi, klasifikasi, evaluasi,
distilasi, inkubasi, dan persepsi.
2. Taksonomi Bloom
a. Pengetahuan (C1) adalah peserta didik mampu mengingat informasi konkret ataupun
abstrak
b. Pemahaman (C2) peserta didik memahami dan mampu menggunakan informasi yang
didapat.
c. Aplikasi ( C3) adalah peserta didik mampu menerapkan konsep yang sesuai dengan
kondisi yang dialami.
d. Analisis (C4) peserta didik dapat menguaraikan informasi dan medefenisikan hubungan
antarbagian
e. Sintesis (C5 ) peserta didik mampu menghasilkan produk menggabungkan beberpa
bagian menjadi informasi yang baru.
f. Evaluasi (C6 ) peserta didik mampu penliaian ide atau informasi yang baru.
Pengetahuan Faktual
Pengetahuan tentang istilah Perbendaharaan kata teknis, defenisi, simbol musik,
dsb
Pengetahuan tentang detail dan Sumber daya alam dan sumber informasi yang dapat
elemen dipercaya
Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan tentang klasifikasi Kelompok besaran dilihat dari satuan dimensi
Pengetahuan prinsip dan generalisasi Hukum newton, newton tentang gravitasi
Pengetahuan tenntang teori model dan Model atom bhor, hukum Archimedes dan teori
struktur gravitasi
Pengetahuan Prosuderal
Pengetahuan tentang keterampilan Menggambar aplikasi hukum newton pada bidang
miring
Pengetahuan teknik dan metode Teknik wawancara, metode penelitian eksperimen
Pengatahuan kriteria untuk Kriteria untuk dapat menggunakan Anava
menentukan prosedur
Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan strategis Membuat rangkuman untuk mempelajari isi buku
Pengetahuan tugas kognitif, Guru menyuruh peserta didik membuat tugas
kontesktual, dan kondensional tertentu, mengetahui kapan perlu membuat
rangkuman
Pengetahuan tentang diri sendiri Menyadari kelebihan dan kekurangan pendapatnya
sendiri.
Tujuan pembelajaran dalam aspek afektif terkait dengan pengembangan perasaan peserta
didik tentang hal apa yang telah dipelajarinya. Yakni mencakup penghargaan, perasaan, niai-
nilai dan sikap. Taksonomi afektif untuk merumuskan tujuan pembelajaran dalam aspek sikap
dan perilaku, sebagai berikut :
b. Taksonomi Keterampilan
Keterampilan berbeda dengan psikomotorik, aspek keterampilan hanya mencakup tentang gerak
fisik, sedangkan aspek psikomotrik mencakup kemampuan berpikir dari bergerak. Salah satu taksonomi
untuk psikomotorik dan aspek keterampilan adalah yang diusulkan oleh simpson, sebagai berikut :
Hasil belajar adalah perubahn prilaku seseorang setela mengikuti proses belajar. Perubahan
prilaku menjadi lebih baik adalah hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran yang
menekankan pada aspek afektif.
BAB V
PENILAIAN SIKAP
Penilaian sikap harus dilakukan dalam Kurikulum 2006, namun kewajiban untuk
melakukan hal tersebut tidak disadari oleh guru. Pada Kurikulun 2006, khusus kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia dinyatakan bahwa penilaian yang dilakukan adalah sikap dan
perilaku. Pada kurikulum 2013 menuntut pembentukan sikap melalui kegiatan belajar mengajar
wajib dilakukan, sehingga standar penilaian mencakup sikap merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan dan dilaporkan. Kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah
perilaku jujur, disiplin tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja
sama, cinta damai, responsif dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cermina bangsa dalam pergaulan dunia. Penilaian sikap harus
dilakukan secara kontinu untuk melihat konsistensi sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik
baik di sekolah maupun di rumah.
Informasi yang diperoleh dari pengamatan sikap peserta didik dapat dilakukan oleh guru
dengan cara memfokuskan pengamatan pada hasil pembelajaran yang penting dan dengan cara
mencatat pengamatan secara menggunakan checklist, holistik atau skala penilaian analitik.
Informasi tersebut diperoleh guru melalui penilaian yang dilakukan oleh peserta didik sendiri,
penilaian antarteman sejawat, atau melalui penilaian yang dilaluk an oleh guru. Keikusertaan
peserta didik di dalam penilaian sikap bertujuan untuk membangkikan semangat mereka di
dalam merefleksikan sikap dan perilaku yang mereka lakukan. Pada penilaian ini guru dapat
memberikan beberapa macam format, diantaranya berupa skala penilaian analitik. Penilaian juga
dapat dilakukan oleh teman sejawat yang terdiri dari beberapa peserta didik yang bekerja
bersama-sama sebagai suatu tim atau teman dekat. Penilaian ini dilakukan oleh teman sejawat,
yang diminta untuk melakukan evaluasi terhadap sikap kelompoknya atau teman dekat, sekaligus
hal ini digunakan untuk triangulasi penilaian diri dan penilaian oleh guru. Kesukaran utama
yang ditemukan dalam penilaian sikap adalah hal penskorannya. Pada umumnya ada tiga sumber
kesalahan di penskoran penilaian sikap, sebagai berikut
Intrumen dan pedoman penskoran yang tidak jelas akan menyebabkan kesukaran
untuk digunakan oleh penilai. Pemilihan aspek yang sukar diukur juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam member skor.
2. Masalah Prosedural
Jika procedural yang digunakan dalam penelitian sikap tidak terstruktur secara baik,
maka hasil penskoran akan terpengaruh. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pertimbangan yang matang dalam memilih aspek yang akan dinilai dan membuat
pedoman penskorannya.
Pemberi skor cenderung sukar dalam hal menghilangkan masalah hubungan personal
dengan peserta didik yang dinilai sehingga terjadi “personal bias”. Pada saat
melakukan penskoran terhadap sikap peserta didik, ada kemungkinan penilai
mempunyai masalah “generosity error”, artinya cenderung membri nilai yang tinggi,
walaupun kenyataan yang sebenernya sikap peserta didik tidak baik. Kemungkinan
juga penilai mempunyai masalah “severity error”, artinya cenderung memberi nilai
rendah, walaupun kenyataannya sikap peserta didik tersebut baik.
B. Metode dan Teknik Penilaian Sikap
Pengukuran sikap yang harus dilakukan oleh guru menurut Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 antara lain: penilaian diri, observasi perilaku, penilaian teman sejawat, dan laporan
pribadi (jurnal). Metode penilaian tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1. Observasi Perilaku
Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur
sikap, namun dalam buku ini hanya dijabarkan dua model saja yakni Skala Diferensi
Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala Likert (Likert Scales).
Ada beberapa kelemahan dari metode checklist, yakni: a) penilaia atau penskor hanya
bisa memilih dua pilihan yang absolute, yaitu aspek sikap yang teramati dan tidak
teramati, jadi tidak ada nilai di tengahnya; b) sukar sekali untuk menyimpulkan sikap
seseorang dalam satu skor.
b. Rating Scale
Ada tiga jenis rating scale yang sering digunakan yaitu: (1) numerical rating scale;
(2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale. Contoh ketiga rating scale
tersebut disajikan dalam bentuk lembar observasi.
1) Perkembangan Intrapersonal
2) Perkembangan Interpersonal
Catatan anekdot adalah catatan hasil observasi informal tentang apa yang dipelajari oleh peserta
didik, bagaimana respons peserta didik terhadap instruksi, tindakan peserta didik, tau reaksi
dalam belajar yang memungkinkan guru memahami apa yang terjadi.
a. Memberikan cara bagi guru untuk menilai interaksi peserta didik di kelas dan di luar
kelas.
b. Memberikan metode yang efisien bagi guru untuk menilai peserta didik dalam beberapa
situasi yang berbeda untuk rentang waktu yang lama.
c. Perhatian guru focus pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik
d. Peserta didik tidak merasa tertekan ketika guru melakukan penelitian.
Salah satu metode penilaian sikap yang perlu dilakukan dan dapat membantu guru
melakukan penilaian secara lebih komprehensif adalah penilaian oleh teman sejawat.
Keterbatasan guru dalam mengobservasi semua peserta didik dalam waktu yang terbatas
membuat metode observasi menjadi sulit dilakukan.
3. Jurnal
Jurnal merupakan catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku peserta didik di
dalam dan di luar kelas. Jurnal juga dapat diisi oleh masing-masing peserta didik, dan
hasilnya direkapitulasi oleh guru.
Pengembangan instrument penilaian sikap yang dikelompokkan menjadi 3 tahapan, antara lain:
tahap perencanaan, tahap menilai instrument penilaian sikap, dan tahap pelaksanaan penilaian.
Penilaian diri (self assessment) merupakan salah satu strategi penilaian yang sangat diperlukan
untuk melakukan refleksi atas kompetemsi yang dimiliki. Pelaksanaan refleksi dan menilai diri
sendiri adalah dasar untuk mendorong peserta didik untuk (1) bertanggung jawab terhadap
kegiatan belajar dan mengajar, dan (2) membantu peserta didik menjadi terlibat secara aktif
dalam proses pendidikannya.
Lembar penilaian diri dapat digunakan untuk menilai tanggung jawab peserta didik,
keperdulian, keingintahuan, dan kemauan membantu teman dalam berdiskusi. Penilaian diri
untuk sikap dalam melakukan suatu aktivitas di luar kelas sangat dibutuhkan oleh guru karena
sering kali guru tidak dapat mengamati sikap dan perilaku peserta didik ketika mereka belajar
mandiri atau mengerjakan tugas di luar sekolah.
Refleksi penilian diri peserta didik akan lebih berarti jika peserta didik dapat mengerti
dan melakukan tugas yang diberikan secara praktis. Refleksi penilaian diri perlu dilakukan
karena peserta didik perlu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Guru harus selalu
mendukung kea rah lebih baik dalam usaha peserta didik melakukan penilaian diri, dan member
waktu berpikir tentang perkembangannya. Proses pelibatan peserta didik untuk berpartisipasi
dalam proses penilaian diri akan menyebabkan mereka harus diberi kesempatan untuk mengisi
dan mengumpulkan lembaran evaluasi diri terkait dengan sikap dan perilakunya sebagai hasil
belajar.
E. Penilaian Sikap dalam Implementasi Kurikulum 2013
Penilaian sikap social untuk tingkatSekolah Dasar (SD) meliputi aspek : (1) jujur; (2)
disiplin; (3) tanggung jawab; (4) santun; (5) peduli; (6) percaya diri. Beberapa aspek yang dapat
ditambahkan, terutama untuk tingkat SMP dan SMA/K, antara lain: (1) gotong royong; (2)
toleransi.
Penilaian sikap dapat dilakukan pada saat kegiatan pembelajarn misalnya, menilai
sikap santun saat sisw berdiskusi dalam kelompok, menilai sikap bertanggung jawab saat bekerja
dalam kelompok, menilai sikap percaya diri saat siswa melakukan presentasi. Penilaian sikap
juga dapat dilakukan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya sikap disiplin terkait dengan
kehadiran peserta didik, sikap santun dan peduli diamati pada saat siswa bermain bersama teman.
Perlu diperhatikan bahwa kegiatan penilaian sikap seharusnya dikaitkan dengan upaya untuk
mengatasi masalah sikap siswa. Oleh sebab itu, guru sebaiknya membuat catatan observasi yang
mencakup tindakan atau tindak lanjut yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan
BAB VI
PENILAIAN PENGETAHUAN
A. Karakteristik Penilaian Pengetahuan
Pada umumnya penilaian pengetahuan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dan
tes lisan. Beberapa jenis instrument tes yang umum digunakan adalah sebagai berikut : soal tes
pilihan ganda (multiple choice items) , soal tes benar-salah (true false items) , soal tes
menjodohkan (matching items) , soal tes isian singkat atau melengkapi (short answer items), dan
soal tes uraian (essay test). Berikut ini dideskripsikan kelebihan dan kelemahan tes tersebut.
Table 6.1 Kelebihan dan Kelemahan Tes Pengetahuan (diadopsi dari Worthen dkk, 1993).
Table 6.2 Perbandingan Antara Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian.
Bentuk soal tes tertulis terdiri dari bentuk objektif dan nonobjektif. Tes objektif meliputi:
a. Pilihan ganda
b. Bentuk soal dua pilihan jawaban (Benar - Salah atau Ya – Tidak)
c. Menjodohkan
d. Isian atau melengkapi,, dan
e. Jawaban singkat
Sedangkan tes nonobjektif, meliputi soal uraian (esai). Tes tertulis juga dapat dikelompokkan
dalam tes dengan bentuk pilihan tetap (fixed choice) dan tes dengan jawaban terbuka (open
ended). Klasifikasi tes berdasarkan kedua kelompok tersebut adalah sebagai berikut.
Soal menjodohkan
2. Tes Lisan
Tes lisan pada umumnya diajukan pada saat proses belajar mengajar. Guru dapat mengajukan tes
lisan atau pertanyaan dengan tingkat kesukaran yang beragam, mulai dari tingkat ingatan sampai
kreasi.
Table 6.4 Contoh Tes Lisan dan Pertanyaan Berdasarkan Tingkat Kognitif (Taksonomi Bloom Yang
Direvisi).
Penilaian diri dalam penguasaan pengetahuan yang umum dikenal adalah dengan melakukan
Inventori Evaluasi Diri (self evaluation inventory). Inventori Evaluasi Diri (IED) yang
umum digunakan menggunakan skala rating angka, namun pada kajian ini juga diberikan
contoh IED menggunakan daftar centang dan lembar isian agar lebih mudah diisi oleh
peserta didik. Berikut ini diberikan beberapa contoh IED menggunakan daftar centang.
Contoh 1 :
Misalnya diberikan tabulasi jawaban untuk setiap butir soal, dengan ketentuan bahwa skor 1
adalah untuk peserta didik yang menjawab benar dan skor 0 adalah untuk peserta didik yang
menjawab salah. Table analisis tersebut telah diorganisasikan, sehingga urutan nomor soal
dibuat berdasarkan jumlah jawaban yang paling banyak. Sedangkan nomor urutan peserta
didik disusun berdasarkan jumlah jawaban yang paling kecil di sebelah kiri, sampai paling
besar di sebelah kanan.
Analisis kualitas descriptor dalam sebuah soal pilihan ganda dapat dilakukan dengan
memerhatikan jawaban dari kelompok atas dan kelompok bawah, serta tidak melibatkan data
dari kelompok tengah.
Soal yang bagus adalah soal yang dapat dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik dan
sekaligus dapat membedakan peserta didik yang pintar dengan yang kurang pintar. Oleh
sebab itu, guru perlu mengetahui cara menghitung taraf kesukaran soal dan daya pembeda
soal. Taraf kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Keterangan :
BAB VII
A. Karakteristik Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan pada umumnya memiliki dua karakteristik dasar yaitu: (1) peserta tes
diminta untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan kemampuannya dalam membuat sebuah
produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (proses/perbuatan), dan (2) produk dari hasil praktik
yang juga perlu dinilai. Pada umumnya penilaian kemampuan melakukan sesuatu diuji dengan
tes praktik, sedangkan penilaian hasil atau produk kerja dinilai menggunakan penilaian proyek.
Pada umumnya penilaian keterampilan dilakukan dengan cara mengamati pelaksanaan suatu
tugas atau memeriksa produk yag dihasilkan oleh peserta didik. Kegiatan pengamatan dapat
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas sehingga diperlukan lembar pengamatan yang dilengkapi
dengan pedoman peniliaian yang relevan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor
subjektivitas adalah dengan menugaskan beberapa orang pengamat dalam menilai peserta didik.
Salah satu cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan penialaian teman sejawat.
Faktor lain yang dapat memengaruhi penilaian adalah kelengkapan fasilitas dan kejelasan
instruksi yang diberikan.
Instrumen pengamatan kinerja sangat mempengaruhi validitas tes keterampilan. Analisis isi
instrumen tes keterampilan dapat dilakukan secara rasional dengan menelaah kesesuaian tes
dengan kegiatan pembelajaran. Isi dari sebuah tes keterampilan dikatakan valid jika instrumen
yang digunakan sesuai dengan tujuan dan indikator yang ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Untuk analisis konstruksi instrumen tes keterampilan dapat dilakukan
dengan menelaah isntruksi yang diberikan bagi peserta didik serta pedoman penialaiannnya.
Berikut contoh format penialaian instrumen penilaian dengan mempertimbangkan aspek isi,
konstruksi, dan bahasa.
Tabel 7.1 Contoh Format Penialaian Instrumen Penialaian
Penilaian keterampilan dapat dilakukan pada sekelompok peserta didik atau pada seorang peserta
didik saja. Jika penilaian dilakukan untuk seorang peserta didik, maka tugas harus dilakukan
secara bergantian agar dapat diamati secara seksama. Pada kasus tertentu, tugas harus dilakukan
secara berkelompok. Namun guru masih dapat memberikan penilaian yang berbeda untuk
masing-masing anggota kelom[ok ketika mereka melaksanakan presentasi. Kesalahan umum
yang sering terjadi pada penilaian keterampilan adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan pada pedoman penialaian dan penskoran.
2. Kesalahan dalam prosedur penilaian.
3. Kesalahan akibat faktor subjektivitas penilai.
Faktor subjektivitas berdampak pada rendahnya relibilitas hasil penilaian, yakni perbedaan hasil
penilaian ketika dilakukan pada waktu yang berbeda atau oleh orang yang berbeda. Oleh sebab
itu, sebaiknya penilaian dilakukan oleh beberapa orang dengan jumlah yang ganjil. Nilai yang
sama atau hampir sama dari sekelompok penilai tersebut dapat dijadikan sebagai nilai dari
peserta didik.
Pada beberapa kasus, penilaian kompetensi tidak terlepas dari penilaian keterampilan dan
penilaian siap secara serentak. Contoh kasus adalah penialain berkomunikasi dengan pelanggan,
yang mencakup beberapa aspek penialain sebagai berikut: 1) komunikasi secara terbuka, ramah
dan santun, 2) komunikasi dilakukan dua arah, 3) berbicara dengan intonasi yang sesuai, 4)
kemampuan mendengarkan lawan bicara, 5) memperhatikan aspek sosial dan budaya dalam
berkomunikasi dan 6) menggunakan bahasa tubuh yang alami.
Instrumen penilaian keterampilan dapat menggunakan daftar centang (checklist) atau rating
scale seperti hnya pada instrumen penilaian sikap. Daftar centang digunakan untuk menilai apek
yang hanya punya dua kategori, yakni benar atau salah digunakan untuk mengetahui apakah
peserta didik dapat menggunakan amaperemeter yang benar. Berikut contoh rating scale untuk
beberapa kategori.
Tabel 7.2 Contoh Skala Rating Angka (Numerical Rating Scale)
BAB VIII
ANALISIS DAN PELAPORAN HASIL BELAJAR
3. Laporan Semester
Laporan semester adalah laporan perkembangan sikap peserta didik pada akhir suatu
semester. Laporan semseter berupa catatan yang mendeskripsikan sikap peserta didik:
kejujuran, kedisiplinan, tanggungjawab, kepedulian, yang berkaitan dengan nilai nilai
positif yang ingin diinternalisasikan melalui proses pembelajaran mata pelajarannya.
Laporn semester mencakup deskripsi sikap peserta didik yang menggambarkan
pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
verinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan
peradabannya.
a. Laporan Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan
Laporan ini dilengkapi tentang: 1. Apa yang telah dipelajari atau dimiliki oleh
peserta didik, 2. Kekuatan atau kelebihan yang dimiliki peserta didik. 3. Langkah
perbaikan yang dilakukan pada tahap selanjutnya untuk meningkatkan
pengetahuan peserta didik.
b. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Beberapa manfaat hasil penelitian yakni, 1. Perbaikan bagi peserta didik yang
belum mencapai kriteria ketuntasan,2. Pengayaan bagi peserta didik yang
mencapaii kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, 3.
Perbaikan program dan proses pembelajaran, 4. Pelaporan, . penentuan kenaiikan
kelas.
c. Pelaporan Hasil Penilaian
Ini merupakan wujud akuntabilitas pada masyarakat atau publik terkait kegiatan
kegiatan pendidikan yang dilakukan di sekolah. Pelapran hasil belajar hendaknya
memuat hal,
1. Rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang yang telah
ditentukan
2. Informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat tentang perkembangan peserta
didik.
3. Bahan informasi kepada orang tua tentang perkembangan hasil belajar
anaknya.
2. Buku ini dapat membuka pemikiran yang baru tentang evalausi proses dan hasil
belajar dalam penilaian autentik. Karena penilaian autentik digunakan untuk menilai
siswa secara langsung bukan dengan menggunakan cara tradisional saja yang kurang
menggambarkan kemampuan siswa yang dijelaskan di halaman 56 paragraf kedua.
3. Bahasa yang digunakan penulis mudah dimengerti oleh pembaca dalam memahami
materi yang disampaikan penulis dalam buku ini.
4. Buku ini juga menjelaskan secara rinci mengenai penjelasan dari masing-masing
materi yang dibahas setiap bab dan sub bab. Penulis juga banyak mengembangkan
materi sehingga menambah wawasan pembaca untuk memahami lebih jauh tentang
materi yang dijelaskan.
Keterkaitan antar bab pada buku ini sudah saling berketerkaitan dan berkesinambungan
satu dengan yang lain yakni disusun secara berurut untuk menejeaskan materi seanjutnya.
Dimana pada bab 1 menjelaskan tentang pendahuluan mengenai evaluasi dan penilaian,
pada bab 2 penulis mmbahas tentang konsep dasar dari penilaian itu, dan selanjutnya
pada bab 3 penulis mulai masuk ke inti dari isi buku yakni pengertian penilaian autentik
yang merupakan hasil dari konsep dasar penilaian dan membahas semakin jauh tentang
penilaian autentik serta tuntutannya dalam kurikulum yang dijelaskan pada bab pada bab
selanjutnya hingga pada bab terahir buku ini menjelaskan tentang pengelolaan dan
pemanfaatan dari hasil penilaian ini.
2. Buku ini tidak menyusun secara rapi dan berurutan setiap materinya. Contohnya
seperti halaman 4 yang membahas tentang teori yang melandasi penilaian dan
evaluasi adalah taksonomi Bloom ranah Kognitif yang tidak menjelaskan kapan teori
ini digunakan sedangkan pada taksonomi Bloom Revisi dijelaskan pada tahun 2001
taksonomi Bloom ranah Kognitif direvisi oleh Anderson dan David. Kemudian
taksonomi Gagne juga tidak disinggung tahun berapa taksonomi ini digunakan
sedangkan pada Taksonomi Merril dijelaskan taksonominya pertama kali
diperkenalkan awal tahun 1970-an dan ranah pengetahuan CANGELOSI pada tahun
1990. Sehingga secara urutan tahun pemaparan penulis tidak rapi yang megikuti
perubahan setiap tahunnya dan kurang lengkap.
V. Implikasi Terhadap
a. Teori / konsep
Pada buku ini dijelaskan tentang perbedaan anatara tes standard an penilaian autentik.
Dimana pada tes standar dikatakan bahwa tes standar menciptakan tekanan yang
memberikan pengaruh negative terhadap kinerja siswa sedangkan pada penilaian autentik
menawarkan pengalaman yang menarik, aktif, hidup, dan menyenangkan. Kenyataannya
apa yang dikatakan penulis ini tidaklah benar tentang tes standar yang menciptakan
tekanan terhadap siswa. Kemudian, penulis juga mengatakan pada halaman 57 bagian
“Padanan Nama Penilaian Autentik”, penilaian ini jarang digunakan sehingga untuk
membuktikan bahwa penilaian autentik dapat menawarkan pengalaman yang menarik
kurang dapat dipercaya.
c. Analisis mahasiswa
Secara keseluruhan penilaian autentik ini sangatlah baik jika diterapkan oleh guru di
sekolah. Karena seperti yang sudah dijelaskan pada buku mengatakan bahwa penilaian
autentik merupakan penilaian secara langsung yang berbasis kinerja yang dilakukan oleh
siswa. Karena guru menilai siswa memang dari apa yang dia kerjakan dan dinilai secara
langsung. Sehingga tidak ada unsur-unsur kecurangan dalam penilaian. Siswa juga
dituntut agar lebih aktif dan rajin dalam melakukan kegiatan materi yang berhubungan
dengan pembelajaran.
Namun, penilaian autentik ini akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan waktu dalam
materi pembeajaran. Kemudian sistem pendidikan di Indonesia belum mampu
menerapkan penilaian ini mengingat terbatasnya tenaga pendidik di Indoesia dan
banyaknya peserta didik yang ingin dievaluasi.
b. Saran
Saran yang dapat diberikan pembaca kepada penulis adalah :
3. Sebaiknya penulis lebih rapi dalam menyusun materi yang akan dijelaskan pada buku
agar pembaca dapat mengikuti kelanjutan dan perkembangan dengan baik setiap
materi.
4. Sebaiknya penulis tidak perlu mengulang pengertian yang sama yang dapat membuat
pembaca merasa bosan untuk membahas pengertian yang dijelaskan di buku.