Anda di halaman 1dari 44

CRITICAL BOOK REPORT

“PENILAIAN AUTENTIK ”

OLEH :
NAMA : Imam Ikhsan Daulay
NIM : 4161121010
KELAS : Fisika Reguler A 2016

DOSEN PENGAMPU :
Yul Ifda Tanjung, M.Pd

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
I. Pengantar
Identitas Buku
Judul Buku : Penilaian Autentik
Penulis : Ridwan Abdullah Sani
Halaman : 388 halaman
Penerbit : Bumi Aksara
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-602-217-577-3

Tujuan Penulisan : Untuk membangkitkan penilaian autentik terhadap proses


pembelajaran agar lebih ditingkatkan dan dikembangkan. Karena biasanya yang dinilai
hanyalah penilaian hasil belajarnya saja bukan bagaimana proses pembelajaran tersebut.
Penilaian ini akan dilakukan yaitu dengan menggunakan penilaian autentik. Dimana pada
proses penilaian autentik disusun secara sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang keberhasilan belajar murid dan bermanfaat untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

II. Ringkasan Isi Buku


BAB 1
PENDAHULUAN
Penilaian digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses
pembelajaran, serta untuk melakukan diagnosis dan perbaikan proses pembelajaran. Sebuah
proses pembelajaran yang bermakna memerlukan sistem penilaian yang baik, terencana dan
berkesinambungan. Permasalahan yang dihadapi dalam upaya perbaikan penilaian proses dan
hasil belajar adalah dari kesulitan mengubah paradigma guru tentang penilaian yang seharusnya
dilakukan. Kesulitan lain yang dihadapi guru dalam melakukan penilaian adalah kurangnya
improvisasi dalam menggunakan instrumen penilaian.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang membutuhkan bukti-bukti autentik dan
akurat terkait kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Penilaian dapat digunakan untuk
memicu pembelajaran transformatif, yakni dengan melibatkan peserta didik dalam merencanakan
tujuan belajar dan melakukan penilaian diri. Penilaian autentik sangat dibutuhkan dalam
penilaian sikap dan keterampilan. Penilaian perlu dilakukan untuk mengukur efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan kompetensi yang
seharusnya dimiliki peserta didik.
Kegiatan penilaian dilakukan dalam upaya memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian yang baik pada umumnya terkait
langsung dengan aktivitas Proses Belajar Mengajar, karena penilaian merupakan bagian integral
dari Proses Belajar Mengajar. Tahapan yang dilakukan oleh guru dalam rangkaian aktivitas
Proses Belajar Mengajar meliputi penyusunan rencana mengajar, pelaksanaan pembelajaran,
penilaian, dan umpan balik. Penilaian yang seharusnya digunakan dalam implementasi
kurikulum berbasis kompetensi, mencakup teknik-teknik penilaian untuk mengukur aspek
kognitif, sikap, dan keterampilan peserta didik. Penilaian hendaknya menyediakan peluang
kepada peserta didik untuk mengkonstruksi respon-respon dan menerapkan hasil belajar mereka
dalam menyelesaikan masalah dan berpikir secara kompleks yang mencerminkan aktivitas kelas
dengan cara-cara yang autentik.

BAB II
PENILAIAN AUTENTIK

A. Pengertian Penilaian
Penilaian adalah upaya sistematik dan sistemik yang dilakukan melalui pengumpulan data
atau informasi yang sahih (valid) dan reliable, dan selanjutnya data atau informasi tersebut diolah
sebagai upaya melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program
pendidikan. Guru yang professional memanfaatkan penilaian proses dan hasil belajar untuk
memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Guru juga dapat menerapkan metode
dan teknik yang bervariasi dalam melakukan penilaian dengan mengumpulkan catatan
pertemuan, observasi, portofolio, catatan harian, produk, ujian, data hasil interview, survey dan
sebagainya.
Penilaian dibutuhkan dalam melaksanakan sebuah evaluasi. Evaluasi merupakan proses
menafsirkan fakta dan informasi, serta menimpulkan fakta dan informasi tersebut dalam upaya
membuat pertimbangan dasar untuk mengambil kebijakan. Pada umumnya, kegiatan evaluasi
pembelajaran dilakukan untuk memenuhi tuntutan kurikulum atau merupakan proses refleksi dari
program belajar. Evaluasi hasil belajar tersebut diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi guru
untuk mengelola program belajar mengajar.
Beberapa istilah yang umum dikenal dalam evaluasi adalah tes, pengukuran, dan penilaian.
Perbedaan antara tes, pengukuran, dan penilaian dideskripsikan secara sederhana pada table berikut
ini :

Keterangan Tes Pengukuran Penilaian


(Measurement) (Assesment)
Tujuan Mencari informasi Pemberian angka Pemberian nilai
tentang kemampuan tertentu
Pengembilan
Keputusan
Contoh Tes jantung Tekanan darah +210 Gawat
Masuk UGD

Deskripsi secara rinci terkait evaluasi, penilaian, pengukuran dan tes.

Istilah Deskripsi
Evaluasi Evaluasi adalah proses untuk mengambil keputusan yang didasarkan
atas hasil penilaian, sebagai dasar untuk mengambil kebijakan.
Kegiatan evaluasi juga dapat digunakan untuk keperluan penelitian
dan/atau pengembangan program pendidikan, kurikulum, bahan ajar
dan sebagainya.
Penilaian Penilaian atau asesmen adalah proses dengan maksud tertentu
berdasarkan data kuantitatif dan/atau data kualitatif yang terkait
dengan kondisi seseorang.
Pengukuran Pengukuran adalah proses memperoleh informasi dengan cara
memberi angka atau nilai untuk sebuah parameter. Jadi, pengukuran
adalah sebuah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan
suatu kriterian atau ukuran.
Tes Tes adalah alat atau cara untuk melakukan pengukuran atribut yang
tidak dapat diamati. Tes dalam bidang pendidikan dapat berupa
pertanyaan atau tugas yang dirancang untuk mengungkap perilaku
yang diharapkan muncul dari peserta tes/ujian.

Beberapa jenis evaluasi yang sering dikenal adalah, evaluasi diagnostic, evaluasi formatif,
dan evaluasi sumatif. Evaluasi dan penilaian sumatif dilakukan pada akhir proses pembelajran
dlam upaya untuk menentukan kemampuan atau kompetensi peserta didik. Evaluasi dan
penilaian formatif dilakukan untuk menilai kemajuan peserta didik pada waktu tertentu ketika
masih belajar dalam upaya memperbaiki pembelajaran. Jadi, penilaian formatif merupakan
penilaian belajr, sedangkan penilaian sumatif adalah penilaian hasil belajar. Untuk evaluasi
diagnostic, merupakan bagian dari evaluasi formatif yang dilakukan untuk menentukan kesulitan
peserta didik dalam topic tertentu.
Penilaian Formatif :

Tujuan penilaian formatif :


1. Sebagai umpan balik peserta didik dalam meningkatkan usaha belajarnya
2. Sebagai umpan balik bagi guru akan pembelajran yang dilakukannya
3. Manjamin akuntabilitas proses pembelajaran
4. Mamotivasi peserta didik
5. Mandiagnosis kekuatan dan kekurangan peserta didik
Contoh penilaian formatif :
Catatan anekdot, observasi sikap, tes esai, tes praktik, portofolio, dan sebagainya.
Penilaian Sumatif
:

Tujuan penilaian
sumatif :
1. Mengukur pencapaian belajar
2. Syarat bagi peserta didik untuk mengikuti pelajaran selanjutnya
3. Mengevaluasi efektivitas strategi pembelajaran
Contoh penilaian sumatif :
Ujian akhir semester, ujian kenaikan kelas, ujian masuk sekolah, ujian nasional.
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran
(output) pembelajaran. Penilaian dapat dilakukan secara objektif dengan menggunakan
instrument penilaian yang memiliki satu jawaban yang tepat (selected-response items), atau
secara subjektif dengan menggunakan instrument penilaian yang memiliki beberapa jawaban
(constructed-response items). Berikut beberapa contoh penilaian objektif dan subjektif :

Penilaian Objektif Penilaian Subjektif


Soal B-S (Benar Salah) Soal dengan respons diperluas (extended-
response items)
Soal pilihan berganda (multiple-choice items) Soal dengan respons terbatas (restricted-
respinse itams)
Soal dengan respons berganda (multiple- Soal uraian (esai)
response items)
Soal menjodohkan Lembar Observasi
B. Pengertian Penilaian Autentik
Istilah penilaian autentik diperkenalkan oleh Wiggins pada tahun 1990. Wiggins menentang
penilaian bersifat umum dilakukan di sekolah, seperti isian singkat, tes pilihan ganda, dan tes sejenis.
Padahal, di dunia nyata, orang diuji dengan cara menunjukkan kemempuannya secara langsung atau
dengan menunjukkan produk yang telah dibuatnya. Defenisi penilaian autentik (authentic assessment)
dari beberapa referansi adalah sebagai berikut :

Sember Defenisi Penilaian Autentik


Wikipedia Pengukuran pencapaian intelektual yang bermakna, signifikan, dan
berharga.
Jonathan Muller (2008) Suatu bentuk penilaian dengan meminta peserta didik untuk
menunjukkan tugas “dunia nyata” yang mendemonstrasikan
aplikasi yang bermakna dari pengetahuan dan keterampilan penting.
Grant Wiggins (1993) Bentuk penilaian yang melibatkan peserta didik dalam persoalan
yang berguna atau pertanyaan penting sehingga peserta didik harus
menggunakan pengetahuan untuk menunjukkan kinerja secara
efektif dan kreatif.
Richard J Stiggins Penilaian kinerja dengan meminta peserta didik atau peserta ujian
(1987) untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi khusus,
yakni dengan mengaplikasikakn keterampilan dan kompetensi yang
telah dikuasai.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa penilaian autentik dapat
berupa penilaian untuk kerja (performance) berdasarkan penguasaan pengetahuan yang telah
dipelajari sebelumnya oleh peserta didik. Penilaian autentik mengarahkan peserta didik untuk
menghasilkan ide, mengintegrasikan pengetahuan, dan menyempurnakna tugas yang terkait
dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia nyata.
Perbedaan antara penilaian tradisional dan penilaian autentik :

Penilaian Tradisional Penilaian Autentik


Memilih respon Menunjukkan tugas/kinerja
Pengetahuan akademik Tugas dunia nyata
Mengukur aplikasi pengetahuan Memperkaya pengembangan kompetensi
yang bermakna
Mengingat/memahami Konstruksi/aplikasi
Strukturisasi oleh gurur Strukturisasi oleh peserta didik
Bukti tidak lagsung Bukti nyata secara langsubg
Mengukur pengetahuan tentang “APA” Mengukur pengetahuan tentang
“BAGAIMANA”
Mendukung cara berpikir konvergen untuk Mendukung cara berpikir divergen untuk
mengemukakakn satu jawaban yang tepat mengemukakan beberapa pilihan jawaban

Kategori tingkat kognitif untuk penilaian autentik adalah : Aplikasi (C3), Analisis (C4),
Evaluasi (C5), dan Kreasi (C6). Sedangkan penilaian tradisional pada umumnya menggunakan
tes yang hanya dapat mengukur pemahaman dengan cara mengingat dan memahami saja.
Tingkat kognitif pada penilaian autentik dan penilaian tradisional :

Penilaian
Autentik

Penilaian
Tradisional

Beberapa karakteristik penilaian autentik :


1. Berpusat pada peserta didik
2. Merupakan bagian terintegrasi dari proses belajar mengajar
3. Bersifat kontekstual dan bergantung pada konten pembelajaran
4. Merefleksikan komplimentasi belajar
5. Menggunakan metode/prosedur yang bervariasi
6. Menginformasikan cara pembelajran atau program pengembangan yang seharudanya
dilakukan
7. Bersifat kualitatif
Cara penilaian autentik untuk pembelajaran sains :
1. Penilaian dengan meminta pada peserta didik untuk mengerjakan instruksi atau prosedur
sains
2. Penilaian yang memerlukan praktik
3. Peniliaian yang mengukur pemahaman peserta didik dalam berpikir secara mendalam
4. Penilaian dengan melibatkan peserta didik dalam melakukan presentasi atau penulisan
laporan eksplorasi
5. Penilaian yang meminta peserta didik untuk merancang eksperimen

C. Tahapan Pengembangan Instrumen Penilaian Autentik


Tahapan Pertanyaan Aktivitas
Identifikasi standar Apa yang harus diketahui dan Guru mengidentifikasi
dapat dilakukan oleh peserta standar yang harus dipenuhi
didik ? oleh peserta didik, terutama
dengan mengacu pada
kurikulum yang digunakan
Pengembangan Tugas Tugas apa yang perlu Guru mengambangkan tugas
Autentik dilakukan agar peserta didik yang harus dilakukan oleh
dapat menunjukkan peserta didik dalam upaya
kompetensinya ? mengetahui capaian peserta
didik atas standar yang telah
ditetapkan
Penetapan kriteria Bagaimana kriteria atau ciri- Guru mengidentifikasi
ciri yang menunjukkan bahwa karakteristik unjuk kerja
tugas dilaksanakan dengan (kriteria) yang menunjukkan
baik ? pemenuhan tugas secara baik
Pengambangan Rubrik Bagaimana membedakan Guru mengembangkan
peserta didik yang terampil beberapa kategori atau
dan yang tidak tingkatan pemenuhan kriteria
atau insikator penvapaian
kompetensi, dan dijadikan
pedoman penskoran atau
“rubric” untuk menilai
pemenuhan kompetensi

BAB III

PENILAIAN DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

A. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum berbasis kompetensi yang diberlakukan di Indonesia adalahKurikulum 2006 dan
Kurikulum 2013. Adopsi kurikulum berbasis kompetensi dalam dunia pendidikan terjadi dengan
bergesernya paradigm pendidikan dari “transfer pengetahuan “ menjadi “berorientasi proses”
atau “berbasis kompetensi” (Hoogveld,2003). Konsep kompetensi dapat digunakan dalam
kurikulum pendidikan akademi karena :

1. Kompetensi berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas
atau pekejaan
2. Kompetensi berkaitan dengan pengalaman belajar yang di tempuh oleh peserta didik.
3. Kompetensi berkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik.
4. Kompetensi dapat dibuat standarnya yang dapat diukur.

B. Penilaian dalam Kurikulum 2006

1. Konsep Penilaian dalam Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 dikenal sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006
merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Konsep yang diusung dalam penilaian hasil belajar
mencakup penilaian untuk aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan . Namun , dalam
implementasinya penilaian yang dilakukan lebih dominan pada aspek pengetahuan dan
keterampilan .Penilaian untuk masing-masing kelompok mata pelajaran tersebut adalah sebagai
berikut.

a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian peserta didik.
b. Penilaian atas penguasaan mata pelajaran dalam kelompok ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat diukur melalui ulangan,penugasan ,dan/atau bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik topic atau materi yang dinilai.
c. Penilaian hasil belajar untuk kelompok mata pelajaran estetika perlu dilengkapi dengan
pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai perkembangan sikap
dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesegatan
seharusnya dilakukan melalui :
a. Pengamatan
b. Ulangan / penugasan
2. Sistem Penilaian dalam Kurikulum 2006

System penilaian dalam KTSP 2006 diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian Pendidikan , Standar penilaian pendidikan yang dimaksud adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme ,prosedur,dan instrument
penilaian hasil belajar peserta didik.

Prinsip penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
yang digunakan dalam KTSP 2006 didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut .

a. Sahih
b. Objektif
c. Adil
d. Terpadu
e. Terbuka
f. Menyeluruh
g. Sistematis
h. Beracuan kriteria

3. Mekanisme Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar

System penilaian meliputi kegiatan perancangan,pelaksanaan penilaian


,analisis,pemanfaatan,tindak lanjut hasil penilaian serta pelaporan penilaian.

C. Penilaian dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 juga merupakan kurikulum berbasis kompetensi dan menggunakan


istilah KTSP untuk dokumen kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah atau satuan
pendidikan .

BAB IV

TAKSONOMI BERPIKIR

A. Taksonomi Berpikir

1. Taksanomi dalam Pendidikan

Konsep dan taksonomi yang digunakan untuk desain pembelajaran adalah :


a. Taksonomi Bloom tentanng tujuan pendidikan, mengatakan tingkatan intelektual
berdasarkan kompleksitas dalamberpikir, yakni : pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Teori Feuestein tentang pembelajaran mediasi melalui pengayaan instrumen.
c. Teori Gagne tentang delapan tipe pembelajaran dan lima domain pembelajaran.
d. Teori Ausubel dan Robinson tentang enam kategori hirarki yaitu belajar representasi, belajar
konsep, belajar proporsi, aplikasi, penyesuaian masalah, dan kreativitas.
e. Model William untuk mengembangkan proses berpikir dan merasakan.
f. Teori Hannah dan Michaelis tentang kerangka tujuan pembelajaran, mengembangakan
taksonomi yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Taksonomi kerangka berpikir berbeda dengan taksonomi desain pembelajaran, berikut


beberapa taksonomi kerangka berpikir :

a. Taksonomi Alen, Feezel dan Kauffie tentang kemampuan kritis yang terkai dengan evaluasi
argumen verbal yang dicakup dalam pengenalan, analisis dan evaluasi instrumen.
b. Model Baron tentang pemikir yang handal. Seorang berpikir yang handal memiliki
karakteristik sebagai berikut : 1) menerima situasi bermasalah, 2)bersikap kritis, mencari
kemungkinan dan, dan mencari bukti, 3) bersikap refllektif, 4)meyakini bahwa nialai
rasionalitas dan bahwa berpikir dapat efektif, 5) merevisi tujuan jika diperlukan, 6)terbuka
terhadap beberapa kemungkinan, 7) berunding dalam menganalisis kemungkinan,
8)menggunakan bukti untuk menghadapi kemungkinan yang disukai.
c. Model paul tentang berpikir kritis, mencakup empat bagian yaitu elemen penalaran, standar
erpikir kritis, kemampuan intelektual, dan bakat intelektual.
d. Taaksonomi Jewel tentang penalaran peserta didik berkemampuan khusus memiliki tiga
bidang yakni tujuan penalaran, strategi menalar, dan disposisi menalar
e. Model enam fase dari prety tentang proses kreatif yaknni : inspirasi, klasifikasi, evaluasi,
distilasi, inkubasi, dan persepsi.

2. Taksonomi Bloom

Bloom membagi taksonomi hasil belajar dalam enam kategori yaitu :

a. Pengetahuan (C1) adalah peserta didik mampu mengingat informasi konkret ataupun
abstrak
b. Pemahaman (C2) peserta didik memahami dan mampu menggunakan informasi yang
didapat.
c. Aplikasi ( C3) adalah peserta didik mampu menerapkan konsep yang sesuai dengan
kondisi yang dialami.
d. Analisis (C4) peserta didik dapat menguaraikan informasi dan medefenisikan hubungan
antarbagian
e. Sintesis (C5 ) peserta didik mampu menghasilkan produk menggabungkan beberpa
bagian menjadi informasi yang baru.
f. Evaluasi (C6 ) peserta didik mampu penliaian ide atau informasi yang baru.

Pengetahuan Faktual
Pengetahuan tentang istilah Perbendaharaan kata teknis, defenisi, simbol musik,
dsb
Pengetahuan tentang detail dan Sumber daya alam dan sumber informasi yang dapat
elemen dipercaya
Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan tentang klasifikasi Kelompok besaran dilihat dari satuan dimensi
Pengetahuan prinsip dan generalisasi Hukum newton, newton tentang gravitasi
Pengetahuan tenntang teori model dan Model atom bhor, hukum Archimedes dan teori
struktur gravitasi
Pengetahuan Prosuderal
Pengetahuan tentang keterampilan Menggambar aplikasi hukum newton pada bidang
miring
Pengetahuan teknik dan metode Teknik wawancara, metode penelitian eksperimen
Pengatahuan kriteria untuk Kriteria untuk dapat menggunakan Anava
menentukan prosedur
Pengetahuan Metakognitif
Pengetahuan strategis Membuat rangkuman untuk mempelajari isi buku
Pengetahuan tugas kognitif, Guru menyuruh peserta didik membuat tugas
kontesktual, dan kondensional tertentu, mengetahui kapan perlu membuat
rangkuman
Pengetahuan tentang diri sendiri Menyadari kelebihan dan kekurangan pendapatnya
sendiri.

Contoh kata kerja dalam dua dimensi revisi taksonomi Bloom

Dimensi berpikir kognitif


Dimensi
Mengingat Memahami Menerapkan Menganali Mengeval Berkreasi
Pengetahuan
sis uasi
Pengetahuan Membuat – Menyimpulk Mengklasifik Mengurut- meranking Mengkombi-
faktual draft -an -asikan kan nasi
Pengetahuan Mendeskri- Menginterpr Mengeksperi Menjelas- menilai Merencana-
konseptual psikan e-sentasikan -menkan kan kan
Pengetahuan Mentabulas Memprediksi Menghitung Menurun- Menyimpu Mengkompo
prosedural -ikan kan -lkan -sisi
Pengetahuan Menggunak Mengekseku Mengkonstru Mencapai Bertindak Mengkalku-
metakognitif -an -si -ksi lasikan

3. Taksonomi untuk Sikap dan Keterampilan


a. Taksonomi Sikap

Tujuan pembelajaran dalam aspek afektif terkait dengan pengembangan perasaan peserta
didik tentang hal apa yang telah dipelajarinya. Yakni mencakup penghargaan, perasaan, niai-
nilai dan sikap. Taksonomi afektif untuk merumuskan tujuan pembelajaran dalam aspek sikap
dan perilaku, sebagai berikut :

1) Menerima, kemampuan peserta didik dalam mendengarkan informasi


2) Memberikan respon, kemampuan peserta didik dalam memberikan respon tentang materi
yang dipelajari
3) Menilai, komitmen peserta didik dalam hal yang dipelajari dan meyakini bahwa hal tersebut
bermanfaat
4) Mengorganisasi, hirarki nilai-nilai oeleh peserta didik.
5) Karekteristik nilai, peserta didik menginternalisasi nilai-nilai yang dipelajari dalam
prilakunya.

b. Taksonomi Keterampilan
Keterampilan berbeda dengan psikomotorik, aspek keterampilan hanya mencakup tentang gerak
fisik, sedangkan aspek psikomotrik mencakup kemampuan berpikir dari bergerak. Salah satu taksonomi
untuk psikomotorik dan aspek keterampilan adalah yang diusulkan oleh simpson, sebagai berikut :

Aspek psikomotorik Aspek keterampilan


Persepsi Meniru
Kesiapan Mengikuti pola
Gerakan terbimbing (guided respon Menguasai
Gerakan terbiasa (mechanism) Menerapkan
Gerakan kompleks (complex overt response) improvisasi
Penyesuaian (adaptation)
Kreativitas (origination)

B. Keterampilan Proses sebagai Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahn prilaku seseorang setela mengikuti proses belajar. Perubahan
prilaku menjadi lebih baik adalah hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran yang
menekankan pada aspek afektif.

Keterampilan proses IPA terdiri dari Mengukur, Melakukan Eksperimen, Melakukan


Inferensi, Memprediksi. Beberapa ahli menambahkan keterampilan proses yang penting dimiliki
dalam mempelajari IPA, yaitu kemampuan merumuskan hipotesisi dan kemampuan membuat
rancangan prosedur

Keterampilan proses Deskripsi

Merumuskan hipotesis Hipotesis menyatakan hubungan antara dua


variabel atau mengajukan pernyataan
perkiraan sebab sesuatu terjadi.

Merancang percobaan atau penyelidikan Keterampilan menentukan alat dan bahan


yang diperlukan untuk menguji atau
menyelidiki sesuatu. Guru dapat melatih
peserta didik dengan memberikan LKS yang
tidak mencamtukan secara khusus alat dan
bahan serta prosedur percobaan. Siswa
diberikan tugas untuk mencari alat dan bahan
serta membuat sendiri percobaan dalam LKS
tersebut.

BAB V

PENILAIAN SIKAP

A. Karakteristik Penilaian Sikap

Penilaian sikap harus dilakukan dalam Kurikulum 2006, namun kewajiban untuk
melakukan hal tersebut tidak disadari oleh guru. Pada Kurikulun 2006, khusus kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia dinyatakan bahwa penilaian yang dilakukan adalah sikap dan
perilaku. Pada kurikulum 2013 menuntut pembentukan sikap melalui kegiatan belajar mengajar
wajib dilakukan, sehingga standar penilaian mencakup sikap merupakan suatu kewajiban yang
harus dilakukan dan dilaporkan. Kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah
perilaku jujur, disiplin tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja
sama, cinta damai, responsif dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cermina bangsa dalam pergaulan dunia. Penilaian sikap harus
dilakukan secara kontinu untuk melihat konsistensi sikap yang ditunjukkan oleh peserta didik
baik di sekolah maupun di rumah.

Informasi yang diperoleh dari pengamatan sikap peserta didik dapat dilakukan oleh guru
dengan cara memfokuskan pengamatan pada hasil pembelajaran yang penting dan dengan cara
mencatat pengamatan secara menggunakan checklist, holistik atau skala penilaian analitik.
Informasi tersebut diperoleh guru melalui penilaian yang dilakukan oleh peserta didik sendiri,
penilaian antarteman sejawat, atau melalui penilaian yang dilaluk an oleh guru. Keikusertaan
peserta didik di dalam penilaian sikap bertujuan untuk membangkikan semangat mereka di
dalam merefleksikan sikap dan perilaku yang mereka lakukan. Pada penilaian ini guru dapat
memberikan beberapa macam format, diantaranya berupa skala penilaian analitik. Penilaian juga
dapat dilakukan oleh teman sejawat yang terdiri dari beberapa peserta didik yang bekerja
bersama-sama sebagai suatu tim atau teman dekat. Penilaian ini dilakukan oleh teman sejawat,
yang diminta untuk melakukan evaluasi terhadap sikap kelompoknya atau teman dekat, sekaligus
hal ini digunakan untuk triangulasi penilaian diri dan penilaian oleh guru. Kesukaran utama
yang ditemukan dalam penilaian sikap adalah hal penskorannya. Pada umumnya ada tiga sumber
kesalahan di penskoran penilaian sikap, sebagai berikut

1. Masalah dalam Instrumen

Intrumen dan pedoman penskoran yang tidak jelas akan menyebabkan kesukaran
untuk digunakan oleh penilai. Pemilihan aspek yang sukar diukur juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam member skor.

2. Masalah Prosedural

Jika procedural yang digunakan dalam penelitian sikap tidak terstruktur secara baik,
maka hasil penskoran akan terpengaruh. Oleh sebab itu, perlu dilakukan
pertimbangan yang matang dalam memilih aspek yang akan dinilai dan membuat
pedoman penskorannya.

3. Masalah Bias pada Pemberi Skor

Pemberi skor cenderung sukar dalam hal menghilangkan masalah hubungan personal
dengan peserta didik yang dinilai sehingga terjadi “personal bias”. Pada saat
melakukan penskoran terhadap sikap peserta didik, ada kemungkinan penilai
mempunyai masalah “generosity error”, artinya cenderung membri nilai yang tinggi,
walaupun kenyataan yang sebenernya sikap peserta didik tidak baik. Kemungkinan
juga penilai mempunyai masalah “severity error”, artinya cenderung memberi nilai
rendah, walaupun kenyataannya sikap peserta didik tersebut baik.
B. Metode dan Teknik Penilaian Sikap

Pengukuran sikap yang harus dilakukan oleh guru menurut Permendikbud Nomor 66
Tahun 2013 antara lain: penilaian diri, observasi perilaku, penilaian teman sejawat, dan laporan
pribadi (jurnal). Metode penilaian tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1. Observasi Perilaku

Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam suatu


hal. Misalnya orang yang biasa membaca buku, dapat dipahami sebagai kecenderungan
yang senang membaca buku. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi perilaku
peserta didik yang mengikuti proses belajar mengajar.

Ada beberapa model skala yang dikembangkan oleh para pakar untuk mengukur
sikap, namun dalam buku ini hanya dijabarkan dua model saja yakni Skala Diferensi
Semantik (Semantic Differential Techniques) dan Skala Likert (Likert Scales).

a. Daftar Centang (Checklists)

Ada beberapa kelemahan dari metode checklist, yakni: a) penilaia atau penskor hanya
bisa memilih dua pilihan yang absolute, yaitu aspek sikap yang teramati dan tidak
teramati, jadi tidak ada nilai di tengahnya; b) sukar sekali untuk menyimpulkan sikap
seseorang dalam satu skor.

b. Rating Scale

Ada tiga jenis rating scale yang sering digunakan yaitu: (1) numerical rating scale;
(2) graphic rating scale; dan (3) descriptive rating scale. Contoh ketiga rating scale
tersebut disajikan dalam bentuk lembar observasi.

Aspek perkembangan personal peserta didik yang perlu dinilai :

1) Perkembangan Intrapersonal
2) Perkembangan Interpersonal
Catatan anekdot adalah catatan hasil observasi informal tentang apa yang dipelajari oleh peserta
didik, bagaimana respons peserta didik terhadap instruksi, tindakan peserta didik, tau reaksi
dalam belajar yang memungkinkan guru memahami apa yang terjadi.

Beberapa keuntungan menggunakan catatan aneldot adalah sebagai berikut :

a. Memberikan cara bagi guru untuk menilai interaksi peserta didik di kelas dan di luar
kelas.
b. Memberikan metode yang efisien bagi guru untuk menilai peserta didik dalam beberapa
situasi yang berbeda untuk rentang waktu yang lama.
c. Perhatian guru focus pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik
d. Peserta didik tidak merasa tertekan ketika guru melakukan penelitian.

2. Penilaian Teman Sejawat

Salah satu metode penilaian sikap yang perlu dilakukan dan dapat membantu guru
melakukan penilaian secara lebih komprehensif adalah penilaian oleh teman sejawat.
Keterbatasan guru dalam mengobservasi semua peserta didik dalam waktu yang terbatas
membuat metode observasi menjadi sulit dilakukan.

3. Jurnal

Jurnal merupakan catatan guru yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan
dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku peserta didik di
dalam dan di luar kelas. Jurnal juga dapat diisi oleh masing-masing peserta didik, dan
hasilnya direkapitulasi oleh guru.

Kelebihan penggunaan jurnal untuk penilaian sikap dan perilaku adalah


pencatatan peristiwa/kejadian dengan segera, sehingga data dapat direkam secara lebih
akurat dan tidak terlupakan. Oleh sebab itu, jurnal bersifat asli dan objektif dan dapat
digunakan untuk memahami peserta didik secara lebih tepat. Namun, jurnal memiliki
kelemahan, yakni reliabilitas yang rendah, memerlukan waktu yang banyak, perlu
ketelitian, dan dapat mengganggu perhatian dan tugas guru dalam mengajar, sehingga
objektivitasnya dapat berkurang jika kejadian tidak dicatat dengan segera.

C. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap

Pengembangan instrument penilaian sikap yang dikelompokkan menjadi 3 tahapan, antara lain:
tahap perencanaan, tahap menilai instrument penilaian sikap, dan tahap pelaksanaan penilaian.

D. Penilaian Diri untuk Sikap

Penilaian diri (self assessment) merupakan salah satu strategi penilaian yang sangat diperlukan
untuk melakukan refleksi atas kompetemsi yang dimiliki. Pelaksanaan refleksi dan menilai diri
sendiri adalah dasar untuk mendorong peserta didik untuk (1) bertanggung jawab terhadap
kegiatan belajar dan mengajar, dan (2) membantu peserta didik menjadi terlibat secara aktif
dalam proses pendidikannya.

Keuntungan penggunaan penilaian diri dalam pembelajaran adalah dapat menumbuhkan


kepercayaan diri peserta didik, membantu melakukan instrospeksi diri, dan mendorong peserta
didik untuk berperilaku jujur.

Lembar penilaian diri dapat digunakan untuk menilai tanggung jawab peserta didik,
keperdulian, keingintahuan, dan kemauan membantu teman dalam berdiskusi. Penilaian diri
untuk sikap dalam melakukan suatu aktivitas di luar kelas sangat dibutuhkan oleh guru karena
sering kali guru tidak dapat mengamati sikap dan perilaku peserta didik ketika mereka belajar
mandiri atau mengerjakan tugas di luar sekolah.

Refleksi penilian diri peserta didik akan lebih berarti jika peserta didik dapat mengerti
dan melakukan tugas yang diberikan secara praktis. Refleksi penilaian diri perlu dilakukan
karena peserta didik perlu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Guru harus selalu
mendukung kea rah lebih baik dalam usaha peserta didik melakukan penilaian diri, dan member
waktu berpikir tentang perkembangannya. Proses pelibatan peserta didik untuk berpartisipasi
dalam proses penilaian diri akan menyebabkan mereka harus diberi kesempatan untuk mengisi
dan mengumpulkan lembaran evaluasi diri terkait dengan sikap dan perilakunya sebagai hasil
belajar.
E. Penilaian Sikap dalam Implementasi Kurikulum 2013

Penilaian sikap social untuk tingkatSekolah Dasar (SD) meliputi aspek : (1) jujur; (2)
disiplin; (3) tanggung jawab; (4) santun; (5) peduli; (6) percaya diri. Beberapa aspek yang dapat
ditambahkan, terutama untuk tingkat SMP dan SMA/K, antara lain: (1) gotong royong; (2)
toleransi.

Penilaian sikap dapat dilakukan pada saat kegiatan pembelajarn misalnya, menilai
sikap santun saat sisw berdiskusi dalam kelompok, menilai sikap bertanggung jawab saat bekerja
dalam kelompok, menilai sikap percaya diri saat siswa melakukan presentasi. Penilaian sikap
juga dapat dilakukan di luar kegiatan pembelajaran, misalnya sikap disiplin terkait dengan
kehadiran peserta didik, sikap santun dan peduli diamati pada saat siswa bermain bersama teman.
Perlu diperhatikan bahwa kegiatan penilaian sikap seharusnya dikaitkan dengan upaya untuk
mengatasi masalah sikap siswa. Oleh sebab itu, guru sebaiknya membuat catatan observasi yang
mencakup tindakan atau tindak lanjut yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan

BAB VI

PENILAIAN PENGETAHUAN
A. Karakteristik Penilaian Pengetahuan

Pada umumnya penilaian pengetahuan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dan
tes lisan. Beberapa jenis instrument tes yang umum digunakan adalah sebagai berikut : soal tes
pilihan ganda (multiple choice items) , soal tes benar-salah (true false items) , soal tes
menjodohkan (matching items) , soal tes isian singkat atau melengkapi (short answer items), dan
soal tes uraian (essay test). Berikut ini dideskripsikan kelebihan dan kelemahan tes tersebut.

Table 6.1 Kelebihan dan Kelemahan Tes Pengetahuan (diadopsi dari Worthen dkk, 1993).

Jenis Tes Kelebihan Kekurangan


Soal Pilihan 1. Dapat digunakan untuk menilai 1. Penulisan soal yang
Ganda penguasaan materi yang banyak bagus cukup sulit dan
dalam waktu singkat. membutuhkan waktu
2. Data dapat diolah dengan cepat.
yang lama.
3. Dapat digunakan untuk mengukur 2. Ada kemungkinan
kemampuan kognitif tingkat tinggi. menebak jawaban yang
tepat.
Soal Benar- 1. Dapat dikelola dalam waktu singkat. 1. Pada umumnya hanya
2. Dapat ditulis dengan mudah dan
Salah dapat digunakan untuk
diolah secara tepat.
menguji ingatan.
2. Jawaban mudah
ditebak walaupun
materi belum dikuasai.
Soal 1. Soal dapat ditulis dengan mudah. 1. Tidak dapat digunakan
2. Dapat digunakan untuk menilai
Menjodohkan untuk mengukur
kecakupan materi yang banyak.
kemampuan berpikir
3. Data dapat diolah secara efisien.
tingkat tinggi.

1. Soal dapat ditulis dengan mudah. 1. Sulit mengidentifikasi


2. Dapat dikelola secara singkat untuk
kriteria yang dapat
Soal Isian beberapa jenis pertanyaan.
dipertahankan untuk
Singkat 3. Secara relative, data dapat diolah
jawaban yang benar.
secara efisien.
2. Hanya terbatas untuk
pertanyaan yang dapat
dijawab secara singkat.
Soal Uraian 1. Dapat digunakan untuk mengukur 1. Membutuhkan waktu
(Essay) kemampuan kognitif tingkat tinggi untuk mengelola
(higher order thinking). jawaban dan
2. Relative mudah untuk menulis
memberikan skor.
pertanyaan. 2. Sulit untuk
3. Peserta tes sulit menebak jawaban
mengidentifikasi
yang tepat.
kriteria penskoran yang
relrabel.
3. Hanya sedikit cakupan
materi yang dapat diuji
pada sebuah tes.
Tes yang paling sering digunakan untuk menilai pengetahuan peserta didik adalah tes
pilihan ganda dan tes uraian. Karakteristik dari kedua tes tersebut dideskripsikan sebagai berikut.

Table 6.2 Perbandingan Antara Soal Pilihan Ganda dan Soal Uraian.

Karakteristik Soal Uraian Soal Pilihan Ganda


Penulisan Soal Relative mudah Relative sukar
Jumlah materi Terbatas Lebih banyak
atau kompetensi
yang diuji

Aspek atau Dapat lebih dari satu Hanya satu


kemampuan yang
diukur dalam satu
soal
Jawaban peserta Mengorganisasikan jawaban, Memilih jawaban, penekanannya
didik penekanannya pada kedalaman pada penguasaan materi
materi
Kecenderungan Tidak ada Ada
menebak
Penskoran Sukar, lama, dan subjektif Mudah, cepat, dan objektif

B. Instrumen Penilaian Pengetahuan


1. Tes Tertulis

Bentuk soal tes tertulis terdiri dari bentuk objektif dan nonobjektif. Tes objektif meliputi:

a. Pilihan ganda
b. Bentuk soal dua pilihan jawaban (Benar - Salah atau Ya – Tidak)
c. Menjodohkan
d. Isian atau melengkapi,, dan
e. Jawaban singkat

Sedangkan tes nonobjektif, meliputi soal uraian (esai). Tes tertulis juga dapat dikelompokkan
dalam tes dengan bentuk pilihan tetap (fixed choice) dan tes dengan jawaban terbuka (open
ended). Klasifikasi tes berdasarkan kedua kelompok tersebut adalah sebagai berikut.

Table 6.3 Soal Pilihan Dan Soal Terbuka

Tes dengan Pilihan Tetap Tes dengan Jawaban Terbuka


Soal pilihan ganda Soal jawaban singkat

Soal benar-salah Soal uraian

Soal menjodohkan

2. Tes Lisan

Tes lisan pada umumnya diajukan pada saat proses belajar mengajar. Guru dapat mengajukan tes
lisan atau pertanyaan dengan tingkat kesukaran yang beragam, mulai dari tingkat ingatan sampai
kreasi.

Table 6.4 Contoh Tes Lisan dan Pertanyaan Berdasarkan Tingkat Kognitif (Taksonomi Bloom Yang
Direvisi).

Taksonomi Bloom Yang Contoh Tes Lisan / Pertanyaan


Direvisi
Mengingat 1. Deskripsikan empat hal yang harus dimiliki rusa
dalam habitatnya agar dapat bertahan hidup.
2. Berapakah perbedaan waktu antara Indonesia bagian
barat dengan GMT ?
Memahami 1. Deskripsikan dengan kata – kata sendiri tentang
habitat.
2. Kenapa daerah Indonesia bagian timur lebih cepat
gelap daripada bagian barat?
Mengaplikasikan 1. Jika untuk membuat dinding bata seluas satu meter
persegi dibutuhkan 60 batu bata, berapa batu bata
yang dibutuhkan untuk membuat tembok sepanjang 8
meter dengan tinggi 1,5 meter ?
Menganalisis 1. Mengapa tsunami terjadi di daerah pantai selatan
pulau Jawa, dan tidak terjadi di daerah pantai utara ?
Mengevaluasi 1. Mengapa kamu berpikir bahwa pola pemberian
insektisida memengaruhi hama belalang di sawah ?
2. Bagaiman pendapat kamu tentang program
pengolahan sampah di kotamu ?
Berkreasi 1. Menurut kamu, bagaimana mengatur factor – factor
yang dapat mengurangi populasi hama keong mas
yang menyerang tanaman padi ?
3. Penilaian Diri dalam Penguasaan Pengetahuan

Penilaian diri dalam penguasaan pengetahuan yang umum dikenal adalah dengan melakukan
Inventori Evaluasi Diri (self evaluation inventory). Inventori Evaluasi Diri (IED) yang
umum digunakan menggunakan skala rating angka, namun pada kajian ini juga diberikan
contoh IED menggunakan daftar centang dan lembar isian agar lebih mudah diisi oleh
peserta didik. Berikut ini diberikan beberapa contoh IED menggunakan daftar centang.

Contoh 1 :

Table 6.5 Penilaian Diri Menggunakan Daftar Centang

No Aspek Penilaian Diri Ya Tidak


1. Saya kurang memahami tujuan pembelajaran ini.

2. Saya kurang memahami materi pelajaran yang


disampaikan oleh guru.
3. Saya kurang tertarik mempelajari materi pelajaran
ini.
4. Saya mmemiliki kesulitan dalam menguasai konsep
yang dipelajari dalam materi ini.
5. Saya membutuhkan bantuan dalam mempelajari
materi pelajaran ini.
6. Saya dapat memahami sebagian besar konsep yang
dipelajari.
7. Saya dapat menerapkan konsep untuk
menyesuaikan permasalahan.

C. Menguji Soal Bentuk Pilihan


1. Memilih Soal yang Valid Berdasarkan Jawaban Peserta Tes

Misalnya diberikan tabulasi jawaban untuk setiap butir soal, dengan ketentuan bahwa skor 1
adalah untuk peserta didik yang menjawab benar dan skor 0 adalah untuk peserta didik yang
menjawab salah. Table analisis tersebut telah diorganisasikan, sehingga urutan nomor soal
dibuat berdasarkan jumlah jawaban yang paling banyak. Sedangkan nomor urutan peserta
didik disusun berdasarkan jumlah jawaban yang paling kecil di sebelah kiri, sampai paling
besar di sebelah kanan.

2. Analisis Kualitas Deskriptor

Analisis kualitas descriptor dalam sebuah soal pilihan ganda dapat dilakukan dengan
memerhatikan jawaban dari kelompok atas dan kelompok bawah, serta tidak melibatkan data
dari kelompok tengah.

3. Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Soal

Soal yang bagus adalah soal yang dapat dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik dan
sekaligus dapat membedakan peserta didik yang pintar dengan yang kurang pintar. Oleh
sebab itu, guru perlu mengetahui cara menghitung taraf kesukaran soal dan daya pembeda
soal. Taraf kesukaran soal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
Keterangan :

BAB VII
A. Karakteristik Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan pada umumnya memiliki dua karakteristik dasar yaitu: (1) peserta tes
diminta untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan kemampuannya dalam membuat sebuah
produk atau terlibat dalam suatu aktivitas (proses/perbuatan), dan (2) produk dari hasil praktik
yang juga perlu dinilai. Pada umumnya penilaian kemampuan melakukan sesuatu diuji dengan
tes praktik, sedangkan penilaian hasil atau produk kerja dinilai menggunakan penilaian proyek.
Pada umumnya penilaian keterampilan dilakukan dengan cara mengamati pelaksanaan suatu
tugas atau memeriksa produk yag dihasilkan oleh peserta didik. Kegiatan pengamatan dapat
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas sehingga diperlukan lembar pengamatan yang dilengkapi
dengan pedoman peniliaian yang relevan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi faktor
subjektivitas adalah dengan menugaskan beberapa orang pengamat dalam menilai peserta didik.
Salah satu cara yang sering dilakukan oleh guru adalah menggunakan penialaian teman sejawat.
Faktor lain yang dapat memengaruhi penilaian adalah kelengkapan fasilitas dan kejelasan
instruksi yang diberikan.
Instrumen pengamatan kinerja sangat mempengaruhi validitas tes keterampilan. Analisis isi
instrumen tes keterampilan dapat dilakukan secara rasional dengan menelaah kesesuaian tes
dengan kegiatan pembelajaran. Isi dari sebuah tes keterampilan dikatakan valid jika instrumen
yang digunakan sesuai dengan tujuan dan indikator yang ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Untuk analisis konstruksi instrumen tes keterampilan dapat dilakukan
dengan menelaah isntruksi yang diberikan bagi peserta didik serta pedoman penialaiannnya.
Berikut contoh format penialaian instrumen penilaian dengan mempertimbangkan aspek isi,
konstruksi, dan bahasa.
Tabel 7.1 Contoh Format Penialaian Instrumen Penialaian

Aspek Kriteria Ya Tidak


Isi/Ma 1. Pedoman pengamatan sesuai dengan
teri isntruksi.
2. Instruksi dan pedoman pengamatan sesuai
dengan tujuan penilaian.
3. Materi ujian sesuai dengan jenjang
pendidikan.
Konst 1. Petunjuk mengerjakan tugas dapat
ruksi dipahami dan jelas.
2. Isntruksi dapat dikerjakan dan mengikuti
tahapan yang sesuai.
3. Pedoman penialaian memuat kriteria
pengukuran dan penskoran yang jelas.
Bahas 1. Menggunakan kalimat yang sederhana dan
a digunakan sesuai dengan kosakata yang dikenal
peserta didik.
2. Isntruksi dan pedoman penilaian
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
3. Kalimat yang digunakan tidak
menimbulkan tafsiran ganda.

Penilaian keterampilan dapat dilakukan pada sekelompok peserta didik atau pada seorang peserta
didik saja. Jika penilaian dilakukan untuk seorang peserta didik, maka tugas harus dilakukan
secara bergantian agar dapat diamati secara seksama. Pada kasus tertentu, tugas harus dilakukan
secara berkelompok. Namun guru masih dapat memberikan penilaian yang berbeda untuk
masing-masing anggota kelom[ok ketika mereka melaksanakan presentasi. Kesalahan umum
yang sering terjadi pada penilaian keterampilan adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan pada pedoman penialaian dan penskoran.
2. Kesalahan dalam prosedur penilaian.
3. Kesalahan akibat faktor subjektivitas penilai.
Faktor subjektivitas berdampak pada rendahnya relibilitas hasil penilaian, yakni perbedaan hasil
penilaian ketika dilakukan pada waktu yang berbeda atau oleh orang yang berbeda. Oleh sebab
itu, sebaiknya penilaian dilakukan oleh beberapa orang dengan jumlah yang ganjil. Nilai yang
sama atau hampir sama dari sekelompok penilai tersebut dapat dijadikan sebagai nilai dari
peserta didik.
Pada beberapa kasus, penilaian kompetensi tidak terlepas dari penilaian keterampilan dan
penilaian siap secara serentak. Contoh kasus adalah penialain berkomunikasi dengan pelanggan,
yang mencakup beberapa aspek penialain sebagai berikut: 1) komunikasi secara terbuka, ramah
dan santun, 2) komunikasi dilakukan dua arah, 3) berbicara dengan intonasi yang sesuai, 4)
kemampuan mendengarkan lawan bicara, 5) memperhatikan aspek sosial dan budaya dalam
berkomunikasi dan 6) menggunakan bahasa tubuh yang alami.
Instrumen penilaian keterampilan dapat menggunakan daftar centang (checklist) atau rating
scale seperti hnya pada instrumen penilaian sikap. Daftar centang digunakan untuk menilai apek
yang hanya punya dua kategori, yakni benar atau salah digunakan untuk mengetahui apakah
peserta didik dapat menggunakan amaperemeter yang benar. Berikut contoh rating scale untuk
beberapa kategori.
Tabel 7.2 Contoh Skala Rating Angka (Numerical Rating Scale)

Kemampuan yang Dinilai 1 2 3 4


Menghiduokan dan mengatur tombol pada osiloskop
Mengatur batas ukur yang sesuai dengan sinyal masukan
pada osiloskop
Menentukan nilai tegangan yang diukur menggunakan
osiloskop
Keterangan :
1 : Tidak teranpil
2 : Kurang terampil
3 : Cukup terampil
4 : Sangat terampil

Tabel 7.3 Contoh Skala Rating Deskriptif (Descriptive Rating Scale)


Nama Kualitas Produk Makanan
Peserta
Tampilan Makanan Tampilan Makanan Tampilan Makanan
Didik
Menarik dan Enak Menarik, Namun Tidak Menarik dan
Rasanya Kurang Enak Rasanya Kurang Enak
Atika
Beby
...
Siti
Contoh skala diferensial semantic (semantic differntial scale)

Tidak Rapi Sangat Rapi

B. Metode dan Teknik Penilaian Keterampilan


1. Tes Praktik
a. Karakteristik Tes Praktik
Penilaian unjuk kerja dengan tes praktik merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
keiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian jenis ini digunakan untuk menilai
pencapaian kompetensi yang menuntut peserta didik untuk melakukan tugas tertentu. Pada
umunya tes praktik meminta peserta didik untuk melakukan pekerjaan yang bersifat fisik, yang
dinilai berdasarkan hasik pengamatan. Tes ini diperlukan untuk menilai kesesuaian antara
penuasaan teori dan keterampilan terhadap kemampuan peserta didik dalam melakukan praktik.
Tes praktik dapat menggunakan lembar observsi atau menggunakan peralatan yang telah
distandarisasi.
Penilaian praktik mencakup penilaian proses dan penilaian akhir. Beberapa langkah yang
seharusnya dipenuhi dalam merencanakan penilaian praktik untuk penilaian proses adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui unjuk kerja.
2. Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi.
3. Menentukan kriteria kunci yang menunjukkan capaian indikator hasil belajar.
4. Menyusun kriteria kunci dalam rubrik penilaian.
5. Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
6. Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau penggunaan alat.
7. Memperbaiki tugas berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji coba.
Beberapa langkah yang seharusnya dipenuhi dalam merencanakan penilaian praktik untuk
penilaian akhir adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kompetensi akhir yang penting untuk dinilai melalui unjuk kerja.
2. Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan dinilai.
3. Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator hasil belajar.
4. Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
5. Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
6. Mengujicobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau penggunaan alat.
7. Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji coba.
8. Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian kompetensi peserta
didik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan tes praktik adalah sebagai berikut:
1. Cara mengkonstruksi dan mengadminstrasikan tes praktik harus sama untuk semua
peserta didik.
2. Peserta tes perlu diberi penjelasan yang jelas tentang apa saja yang harus dipersiapkan,
termasuk waktu pelaksanaan tes.
3. Informasi yang disampaikan kepada peserta didik, tes harus mencakup komponen apa
saja yang akan dinilai dan bagaimana kriteria penilaiannya.
4. Pekerjaan yang diuji dapat dilakukan dengan ketersediaan peralatan, biaya, dan waktu.
Perlu diperhatikan bahwa untuk pengukuran kerja praktik diperlukan lembar observasi, sehingga
guru perlu mempersiapkan rubrik penilaian untuk menilai kompetensi setiap peserta didik yang
diuji. Tes praktik dapat digunakan sebagai tes diagnostik, tes formatif, atau tes sumatif. Jika
digunakan sebagai tes diagnostik, maka perlu dilakukan pengecekan kesulitan dan kemajuan
bekajar. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat rubrik penilaian keterampilan
menggunakan tes praktik adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang dapat mempengaruhi hasil kerja.
2. Menuliskan dan mengurutkan semua aspek kemampuan yang diperlukan untuk
mengerjakan aktivitas dan menghasilkan hasil yang terbaik.
3. Mengusahakan agar aspek yang akan diukur tidak terlalu banyak, agar semuanya dapat
diobservasi secara seksama selama peserta didik melakukan tugas.
4. Mendefinisikan dengan jelas semua aspek kemampuan yang akan diukur sehingga dapat
diamati.
5. Membandingkan semua aspek kemampuan dengan kriteria yang sudah dibuat
sebelumnya oleh orang lain.
Beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan penilaian praktik untuk penilaian
proses adalah sebagai berikut.
1. Menyampaikan rubrik kunci sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik.
2. Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang penilaian.
3. Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
4. Memberikan penjelasan kepada peserta didik atau berdiskusi tentang tugas yang harus
dikerjakan agar semua peserta didik memahami tugas yang harus dilakukan.
5. Melakukan penilaian selama peserta didik belajar melakukan praktik.
6. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
7. Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi minimal.
8. Mencatat hasil penilaian.
Sedangkan beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam melaksanakan penilaian praktik untuk
penilaian akhir adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik.
2. Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria penilaian.
3. Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
4. Memeriksa kesediaan alat dan bahan ang digunakan untuk unjuk kerja.
5. Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
6. Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
7. Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
8. Mencatat hasil penilaian.
9. Mendokumentasikan hasil penilaian.
Pelaporan dan umpan balik untuk penilaian proses seharusnya memenuhi beberapa acuan
sebagai berikut:
1. Umpan balik diberikan langsung dan segera selama proses penilaian dilakukan.
2. Umpan balik disampaikan secara lisan dan atau tertulis.
3. Umpan balik menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh peserta didik.
4. Umpan balik bersifat konstruktif.
5. Pelaporan hasil penilaian ditulis dalam bentuk deskripsi dan atau kategorisasi
kemampuan.
Pelaporan dan pengambilan keputusan pada penilaian praktik untuk penilaian akhir, seharusnya
memenuhi beberapa acuan sebagai berikut:
1. Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik.
2. Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori kemampuan dengan
dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna.
3. Pelaporan bersifat tertulis.
4. Pelaporan disampaiakn kepada peserta didik dan orang tua.
5. Pelaporan bersifat komunikatif , dapat dipahami oleh orang tua dan peserta didik.
6. Pelaporan mencantumkan pertimbangan/keputusan terhadap capaian kinerja peserta
didik.
b. Konstruksi Tes Praktik
Konstruksi lembar penilaian praktik seharusnya disesuaikan dengan indikator yang ditetapkan
dalam rencana pembelajaran. Pada beberapa kasus tertentu, format penilaian dapat disesuaikan
jika guru hendak melakukan penilaian secara singkat dan menggunakan beberapa lembar
instrumen penilaian saja. tugas dan rubrik yang digunakan dalam penilaian tes praktik harus
memenuhi beberapa kriteria. Berikut kriteria yang harusnya dipenuhi dalam perumusan tugas
untuk penilaian proses dan penilaian akhir:
1. Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2. Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik.
3. Tugas dikerjakan selam proses pembelajaran atau merupakan bagian dari pembelajaran
mandiri.
4. Tugas sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.
5. Tugas sesuai dengan konten/cakupan kurikulum.
6. Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi).
7. Terdapat rentang waktu pengerjaan tugas.
Beberapa kriteris yang harusnya digunakan dalam membuat atau menilai rubrik penilaian tes
praktik untuk penilaian proses sebagai berikut:
1. Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur(valid).
2. Seseuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diobservasi.
4. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur.
5. Sederhana, hanya memuat kata-kata kunci.
6. Dapat memetakan kemampuan peserta didik.
Sedangkan kriteria rubrik tes untuk penilaian akhir adalah sebagai berikut:
1. Memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu.
2. Indikator diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau sistematika pada
hasil kerja peserta didik.
3. Dapat engukur kemampuan yang akan diukur (valid).
4. Dapat digunakan (feasibe) dalam menilai kemampuan peserta didik.
5. Disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan.
2. Penilaian Proyek
a. Karakteristik Penilaian Proyek
1. Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengerjaan proyek atau pengumpulan data serta penulisan laporan,
2. Relavansi atau kesesuaian proyek dengan mata pelajaran, dengam mempertimbangkan
pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran,
3. Keaslian proyek yang dibuat.
Tahapan utama dalam melaksanakan sebuah proyek ada tiga yakni: 1) perencanaan proyek, 2)
pelaksanaan atau pengerjaan proyek, dan 3) pelaporan atau presentasi.
b. Penilaian Proyek yang Fokus pada Proses
Perencanaan penilaian proyek yang fokus pada proses mencakup 4 tahapan:
1. Membuat perencanaan penilaian,
2. Merancang spesifikasi proyek,
3. Merencanakan kegiatan pencatatan dalam pelaksanaan proyek,
4. Merencanakan cara pelaporan hasil oleh peserta didik.
c. Penilaian Proyek yang Fokus pada Produk
Penilaian produk mempertimbangkan tahapan pengembangan produk yang mencakup tiga
tahapan sebagai berikut:
1. Penilaian tahap persiapan yang mencakup penilaian kemampuan peserta didik dalam
merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
2. Penilaian tahapan pembuatan produk yang mencakup penilaian kemampuan peserta didik
dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat dan teknik.
3. Penilaian tahap presentasi atau display produk yang mencakup penilaian kualitas produk
sesuai manfaat, kreativitas/inovasi, dan pemenuhan kriteria keindahan, presisi dan sebagainya.
Perencanaan penilaian proyek yang fokus pada pada produk mencakup 4 tahapan:
1. Membuat perencanaan penilaian,
2. Menentukan Spesifikasi produk,
3. Merencanakan kegiatan pembuatan catatan,
4. Merencanakan cara pelaporan produk.
3. Penilaian Portofolio
a. Pengertian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode
tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didikatau dokumen yang dianggap terbaik
oleh peserta didik. Pada akhir pembelajaran, hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai.
b. Karakteristik Portifolio
Penilaian portofolio merupakan alternatif untuk meningkatkan kemampuan peserta didik melalui
evaluasi umpan balik, bersifat terbuka dan melibatkan peserta didik dalam pengukuran
keterampilan berdasarkan hasil kerjanya. Penilaian portofolio merupakan penilaian proses dan
hasil belajar. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari buku catatan harian tentang
pekerjaan yang dilakukan atau log book, perkembangan karya, dokumentasi foto kegiatan dan
sebagainya.
Karakteristik yang harus dimiliki oleh portofolio menurut Barton Collins tahun 1997 adalah
sebagai berikut:
1. Multi sumber (multi sourced),
2. Autentik (authentic),
3. Eksplisist,
4. Terintegrasi,
5. Berdasarkan kepemilikan,
6. Multiguna.
c. Jenis Portofolio
Berdasarkan penggunaannya, portofolio dibedakan dalam:
1. Portofolio kerja,
2. Portofolio dokumentasi,
3. Portofolio pertunjukan (showcase).
d. Penskoran Portofolio
Pemberian skor dapat dilakukan sengan menentukan bobot setiap komponen yang dinilai dan
menghitung capaian berdasarkan rubrik penilaian yang telah dibuat.
e. Pengembangan dan Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Beberapa tahapan yang umum dilakukan dalam membuat rencana penilaian menggunakan
portofolio sebagai berikut:
1. Menentukan maksud penggunaan portofolio,
2. Memilih kompetensi yang akan dinilai menggunakan portofolio,
3. Menentukan aspek dan kriteria penilaian,
4. Menentukan aspek isi yang dinilai,
5. Menentukan bentuk, susunan, atau organisasi portofolio,
6. Menentukan cara menilai portofolio,
7. Menentukan format pendokumntasian hasil penilaian portofolio.
C. Penilaian Diri dalam Keterampilan
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dengan meminta prserta didik untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan
psikomotorik. Proses pelaksanaan penilaian diri oleh peserta didik seharusnya meliputi tiga
tahapan utama yaitu: 1) peserta didik mengukur diri atas kemampuan yang dimilikinya, 2)
peserta didik menentukan cara mencapai tujuan pembelajaran, 3) peserta didik melakukan
refleksi atas capaian yang diperolehnya. Beberapa tahapan yanh seharusnya diepnuhi dalam
membuat perencanaan penilaian diri adalah sebagai berikut:
1. Menentukan ranah kemampuan yang akan dinilai.
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3. Menyusun kriteria penilaian yang akan digunakan.
4. Menyusun format penilaian.
Sedangkan dalam pelaksanaan penilaian diri dan pemberian impan balik seharusnya dilakukan
tahapan sebagai berikut:
1. Menyampaikan kriteria penilaian kepada peserta didik.
2. Membagikan format penilaian diri kepda peserta didik.
3. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri, dan
4. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarikan hasil kajian terhadap hasil
penilaian diri peserta didik.
Beberapa kriteria yang seharusnya dipenuhi oleh perangkat penilaian diri adalah sebagai berikut:
1. Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana.
2. Menggunakan bahasa yang lugas dan dapat dipahami peserta didik.
3. Menggunakan format penilaian yang sederhana dan mudah dipahami oleh peserta didik.
4. Menggunakan kriteria penilaian yang jelas dan tidak bermakna ganda atau mungkin dapat
ditafsirkan secara berbeda.
5. Menunjukkab kemampuan peserta didik dalam situasi yang nyata/ sebenernya.
6. Mengungkap kekuatan dan kelemahan capaian kompetensi peserta didik.
7. Bermakna, mengarahkan peserta didik untuk memahami kemampuannya.
8. Dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid).
9. Memuat indikator kunci/indikator esensial yang menunjukkan pengusaan satu
kompetensi peserta didik.
10. Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur dan,
11. Dapat memetakan kemampuan peserta didik dari kemampuan pada level terendah sampai
kemampuan tertinggi.
Manfaat penilaian diri bagi peserta didik adalah sebagai berikut:
1. Menemukan strategi untuk melakukan tugasnya.
2. Memungkinkan untuk menilai dan merevisi tugasnya bersama teman sejawat.
3. Menelaah kemjuan tugasnya.
4. Membandingkan hasil pekerjannnya dari waktu ke waktu, dan
5. Melakukakan refleksi untuk melaksanakan tugas berikutnya.

BAB VIII
ANALISIS DAN PELAPORAN HASIL BELAJAR

A. Analisis Hasil Penilaian


1. Analisis Hasil Penilaian Sikap dan Perilaku
Penilaian sikap dan perilaku tidak hanya dilakukan saat peserta didik belajar di kelas,
namun juga ketika berinteraksi dengan teman dan guru di sekolah. Misalnya skor
untuk sikap jujur dalam berkomunikasi dapat diambil berdasarkan kejujuran peserta
didik dalam menjawab pertanyaan guru tentang tindakan yang dilakukannya, dan juga
kejujurannya dalam mengkomunikasikan sebuah laporan. Bagi seorang pendidik,
seharunya nilai sebuah kejujuran lebih utama daripada pengetahuan. Oleh karena itu,
pekerjaaan guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik. Penilaian sikap pada
kurikulum 2013 melibatkan guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang melaporkan
hasil penilaian pada wali kelas.
2. Analisis Penilaian Penguasaan Keterampilan dan Pengetahuan
Salah satu format isian yang digunakan berupa kelebihan, kekurangan dan
Rekomendasi/Tindak lanjut. Pengisian format berdasarkan atas penilaian kompetensi
dasar tertentu. Khusus untuk penilaian menggunakan portofolio, guru sebaiknya
membuat catatan tentang perkembangan kemampuan peserta didik.
B. Pelaporan Hasil Belajar
Laporan hasil belajar menggunakan penilaian autentik seharusnya memungkinkan orang
mengetahui kompetensi peserta didik secara jelas, terkai dengan apa yang dilakukan.
Laporan hasil belajar seharusnya mencakup deskriptif kualitatif dan kuantitatif sehingga
orang yang membaca laporan dapat mengetahui kompetensi peserta didik secara jelas.

C. Bentuk Laporan Hasil Belajar Peserta Didik


1. Laporan Sikap dan Perilak
Estimasi tentang prestasi peserta didik akan shahih, handal, dan objektif bila bukti
yang dijadikan dasar dalam penilaian berkualitas baik. Kesahihan estimasi tergantung
pada relevansi antara sikap yang diamati guru dengan laporan yang disampaikan.
Kehadndalan estimasin tergantung pada kesinambungan penilaian atau triangulasi
pengamatan yang dilakukan.
a. Pelaporan menggunakan cara Holistis
Dengan membuat rata rata nilai dari seluruh data untuk masing masing sikap yang
dinilai.
b. Pelaporan menggunakan Cheklist
Guru harus dpaat menentukan kriteria kapan seorang peserta didik dapat
dikatakan sudah memenui sikap yang diharapkan.
c. Pelaporan menggunakan Anekdotal
Guru menetapkan kriteria sikap dan perilaku yang harus dimiliki peserta didik
untuk dikatakan sesuai sikapnya pada level tertentu.
d. Pemanfaatn dan Pelaporan Hasil Penilaian
Manfaat utama pengukuran dan penilaian sikap adalah untuk memperoleh
masukan atau umpan balik bagi peningkatan profesionalisme guru, perbaikan
proses pembelajaran, dan pembinaan sikap peserta didik.
e. Laporan Kemajauan Belajar Kepada Orang Tua
Penilaian hasil sikap kepada orang tua dibedakan dalam dua bentuk, yakni laporan
kemajuan belajar, dan laporan semester.
2. Laporan Kemajuan Belajar
Laporan kemajuan belajar adalah laporan yang disampaikan kepada orang tua/wali
pesera didik sewaktu waktu dipandang penting oleh guru, setelah proses
pembelajaran suatu atau sejumlah kompetensi. Laporan kemajuan yang berkaitan
dengan sikap disampaikan kepada orang tua dalam satu format laporan, dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan hasil belahjar aspek
kompetensi kognitif dan psikomotor.
Selain melihat perkembangan sikap, guru juga perlu membuat rekapitulasi skor sikap
dari berbagai sumber penilaian, yakni: observasi, penilaian diri, jurnal, dan penilaian
antar teman.

3. Laporan Semester
Laporan semester adalah laporan perkembangan sikap peserta didik pada akhir suatu
semester. Laporan semseter berupa catatan yang mendeskripsikan sikap peserta didik:
kejujuran, kedisiplinan, tanggungjawab, kepedulian, yang berkaitan dengan nilai nilai
positif yang ingin diinternalisasikan melalui proses pembelajaran mata pelajarannya.
Laporn semester mencakup deskripsi sikap peserta didik yang menggambarkan
pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam
verinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan
peradabannya.
a. Laporan Penguasaan Pengetahuan dan Keterampilan
Laporan ini dilengkapi tentang: 1. Apa yang telah dipelajari atau dimiliki oleh
peserta didik, 2. Kekuatan atau kelebihan yang dimiliki peserta didik. 3. Langkah
perbaikan yang dilakukan pada tahap selanjutnya untuk meningkatkan
pengetahuan peserta didik.
b. Pemanfaatan Hasil Penelitian
Beberapa manfaat hasil penelitian yakni, 1. Perbaikan bagi peserta didik yang
belum mencapai kriteria ketuntasan,2. Pengayaan bagi peserta didik yang
mencapaii kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan, 3.
Perbaikan program dan proses pembelajaran, 4. Pelaporan, . penentuan kenaiikan
kelas.
c. Pelaporan Hasil Penilaian
Ini merupakan wujud akuntabilitas pada masyarakat atau publik terkait kegiatan
kegiatan pendidikan yang dilakukan di sekolah. Pelapran hasil belajar hendaknya
memuat hal,
1. Rincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria yang yang telah
ditentukan
2. Informasi yang jelas, komprehensif, dan akurat tentang perkembangan peserta
didik.
3. Bahan informasi kepada orang tua tentang perkembangan hasil belajar
anaknya.

d. Kriteria Kenaikan Kelas


Adapun kriteria kenaikan kelas SMP dan SMA/K dinyatakan naik kelas apabila
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
1. Menyelesaikan seluruh program pembelajran dalam dau semeseter pada tahun
pelaaran yang diikuti.
2. Deskripsikan sikap sekurang kurangnya BAIK sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan
3. Nilai ekstrakulikuler kepramukaan minimal baik
4. Tidak memiliki lebih dari dua mata pembelajaran yang masing masing nilai
kompetensi pengetahuan dan/atau kompetensi keterampilannya di bawah
KBM/KKM.
5. Ketuntasan belajar minimal sekurang kurangnya 60.
6. Seorang siswa dinyatakan naik kelas didasarkan pada hasil rapat pleno dewan
guru dengan mempertimbangkan kebijakan sekolah, seperti minimal
kehadiran, ketaatan pada tata tertib, an peraturan lainnya yang berlaku pada
sekolah tersebut.
7.

III. Keunggulan Buku


1. Buku ini memberikan penjelasan yang sangat jelas sebagai pendahuluan pada bab 1,
yakni penulis menyampaikan alasan mengapa ia membuat buku ini dengan judul
Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. Alasan penulis membuat buku telah
disampaikan di pengantar dan pada bab 1 pendahuluan yaitu untuk mengetahui sejauh
mana tingkat efektivitas pengendalian dibutuhkan informasi tentang keadaan peserta
didik dan untuk mengembangkan penilaian autentik yang dininiali secara langsung
dari siswa ketimbang menggunakan tes tradisional. Kemudian pada halaman 2 bab 1
tentang kompetensi guru sudah dijelaskan dengan jelas.

2. Buku ini dapat membuka pemikiran yang baru tentang evalausi proses dan hasil
belajar dalam penilaian autentik. Karena penilaian autentik digunakan untuk menilai
siswa secara langsung bukan dengan menggunakan cara tradisional saja yang kurang
menggambarkan kemampuan siswa yang dijelaskan di halaman 56 paragraf kedua.

3. Bahasa yang digunakan penulis mudah dimengerti oleh pembaca dalam memahami
materi yang disampaikan penulis dalam buku ini.

4. Buku ini juga menjelaskan secara rinci mengenai penjelasan dari masing-masing
materi yang dibahas setiap bab dan sub bab. Penulis juga banyak mengembangkan
materi sehingga menambah wawasan pembaca untuk memahami lebih jauh tentang
materi yang dijelaskan.

a. Keterkaitan Antar Bab

Keterkaitan antar bab pada buku ini sudah saling berketerkaitan dan berkesinambungan
satu dengan yang lain yakni disusun secara berurut untuk menejeaskan materi seanjutnya.
Dimana pada bab 1 menjelaskan tentang pendahuluan mengenai evaluasi dan penilaian,
pada bab 2 penulis mmbahas tentang konsep dasar dari penilaian itu, dan selanjutnya
pada bab 3 penulis mulai masuk ke inti dari isi buku yakni pengertian penilaian autentik
yang merupakan hasil dari konsep dasar penilaian dan membahas semakin jauh tentang
penilaian autentik serta tuntutannya dalam kurikulum yang dijelaskan pada bab pada bab
selanjutnya hingga pada bab terahir buku ini menjelaskan tentang pengelolaan dan
pemanfaatan dari hasil penilaian ini.

b. Kemuktahiran isi buku


Buku ini membahas materi yang terbaru dan sudah mulai masuk ke tahap modern karena
metode yang dilakukan untuk mengevaluasi ini adalah dengan observasi langsung ke
peserta didik. Kemudian dilihat dari tahun buku ini diterbitkan, tahun 2014, maka isi
buku ini dapat dikatan masih baru. Isi buku ini juga dapat dikatan canggih karena penulis
ingin mengembangkan penilaian autentik agar tidak terlalu mengguankan penilaian tes
standar.

IV. Kelemahan Buku


1. Buku ini terlalu banyak menjelaskan dan membahas pengertian yang sama. Salah
satunya adalah mengenai pengertian penilaian autentik, kemudian pada halaman 218
penulis sudah menjelaskan tentang pengertian pembelajaran tuntas pada paragraph
pertama. Namun, pada paragraph kedua, ketiga dan keempat penulis juga
menjelaskan hal yang sama, sehingga kesannya penulis kebingungan dalam
memaparkan materi.

2. Buku ini tidak menyusun secara rapi dan berurutan setiap materinya. Contohnya
seperti halaman 4 yang membahas tentang teori yang melandasi penilaian dan
evaluasi adalah taksonomi Bloom ranah Kognitif yang tidak menjelaskan kapan teori
ini digunakan sedangkan pada taksonomi Bloom Revisi dijelaskan pada tahun 2001
taksonomi Bloom ranah Kognitif direvisi oleh Anderson dan David. Kemudian
taksonomi Gagne juga tidak disinggung tahun berapa taksonomi ini digunakan
sedangkan pada Taksonomi Merril dijelaskan taksonominya pertama kali
diperkenalkan awal tahun 1970-an dan ranah pengetahuan CANGELOSI pada tahun
1990. Sehingga secara urutan tahun pemaparan penulis tidak rapi yang megikuti
perubahan setiap tahunnya dan kurang lengkap.

3. Pada halaman 37 tentang penjelasan hubungan Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan


Tes kurang efisien, karena penulis hanya memaparkannya ke dalam sebuah paragraph
dan terlalu berbelit-belit penjelasannya. Todak langsung ke intinya saja.

a. Keterkaitan Antar Bab


Pada bab 6 dan 7 tidak memiliki kesinambungan yang kurang baik. Karena seharusnya
yang harus lebih dulu dijelaskan adalah teknik-teknik penilaian agar dapat menyusun
langkah-langkah pengembangan penilaian dan sebaiknya penerapan kriteria ketentuan
minimal lebih baik dipisahkan menjadi bab baru yaitu menjadi bab 6 kemudian disusul
selnjutnya bab 7 adalah teknik-teknik penilaian dan bab 8 langkah-langkah pengembangan
penilaian.

b. Kemuktahiran Isi Buku


Ada beberapa dari penjelasan penulis mengambil dari makalah-makalah lama dan buku
lama. Dapat dilihat di daftar pustaka penulis yaitu tahun 1990 dan 1880-an.

V. Implikasi Terhadap
a. Teori / konsep
Pada buku ini dijelaskan tentang perbedaan anatara tes standard an penilaian autentik.
Dimana pada tes standar dikatakan bahwa tes standar menciptakan tekanan yang
memberikan pengaruh negative terhadap kinerja siswa sedangkan pada penilaian autentik
menawarkan pengalaman yang menarik, aktif, hidup, dan menyenangkan. Kenyataannya
apa yang dikatakan penulis ini tidaklah benar tentang tes standar yang menciptakan
tekanan terhadap siswa. Kemudian, penulis juga mengatakan pada halaman 57 bagian
“Padanan Nama Penilaian Autentik”, penilaian ini jarang digunakan sehingga untuk
membuktikan bahwa penilaian autentik dapat menawarkan pengalaman yang menarik
kurang dapat dipercaya.

b. Program pembangunan di Indonesia


Dalam program pembangunan pendidikan di Indonesia akan sulit untuk mengubah
bentuk tes yang biasa digunakan oleh guru di sekolah karena tes secara tradisional
dianggap lebih mudah.

c. Analisis mahasiswa
Secara keseluruhan penilaian autentik ini sangatlah baik jika diterapkan oleh guru di
sekolah. Karena seperti yang sudah dijelaskan pada buku mengatakan bahwa penilaian
autentik merupakan penilaian secara langsung yang berbasis kinerja yang dilakukan oleh
siswa. Karena guru menilai siswa memang dari apa yang dia kerjakan dan dinilai secara
langsung. Sehingga tidak ada unsur-unsur kecurangan dalam penilaian. Siswa juga
dituntut agar lebih aktif dan rajin dalam melakukan kegiatan materi yang berhubungan
dengan pembelajaran.

Namun, penilaian autentik ini akan sulit dilakukan mengingat keterbatasan waktu dalam
materi pembeajaran. Kemudian sistem pendidikan di Indonesia belum mampu
menerapkan penilaian ini mengingat terbatasnya tenaga pendidik di Indoesia dan
banyaknya peserta didik yang ingin dievaluasi.

VI. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Secara keseluruhan buku ini sudah sangat baik. Buku ini banyak memberikan wawasan
yang luas untuk menambah tingkat pemahaman pembaca. Penulis juga ingin
mengembangkan penilaian autentik agar guru tidak terlalu fokus pada tes standar saja,
karena menurut penilaian autentik tes standar kurang efisien digunakan untuk
mengevaluasi, mengkur dan menilai siswa. Menggunakan penilaian autentik dianggap
lebih menguntungkn karena penilaian ini bersifat langsung dan lebih jelas karena dinilai
dari apa yang dilakukan oleh siswa. Dimana penilaian autentik terdiri dari berbagai
teknik penilaian yaitu mengukur langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan
dengan hasil dan proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas
perolehan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang ada.

b. Saran
Saran yang dapat diberikan pembaca kepada penulis adalah :

1. Penulis harus lebih memperhatikan gaya Bahasa yang disampaikan untuk


menyampaikan materi agar tidak menyinggung tes standar yang lain yang sudah
sering digunakan oleh gur di sekolah. Yakni pada halaman 60 - 62 penulis terlalu
membanggakan penilaian autentik dan merendahkan tes standar.
2. Penulis harus lebih memperhatikan penulisan dan terus mengembangkan potensi diri
agar mampu menciptakan karya yang lebih baik lagi.

3. Sebaiknya penulis lebih rapi dalam menyusun materi yang akan dijelaskan pada buku
agar pembaca dapat mengikuti kelanjutan dan perkembangan dengan baik setiap
materi.

4. Sebaiknya penulis tidak perlu mengulang pengertian yang sama yang dapat membuat
pembaca merasa bosan untuk membahas pengertian yang dijelaskan di buku.

5. Sebaiknya pada penjelasan di halaman 24 tentang komponen penilaian penulis akan


lebih baik jika penulis membuat point-point di masing-masing komponen atau
menyusunnya ke dalam bentuk tabel agar lebih mudah dibaca dan dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Sani, Ridwan Abdullah. 2016. Penilaian Autentik . Jakarta : Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai