Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP

AGROHIDROLOGI

PENGUKURAN MUKA AIR TANAH

Efrima diana
05101181621003

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan bahwa semua
jenis kehidupan bersifat aquatic. Dalam prakteknya suatu habitat aquatic apabila mediumnya
baik external maupun internal adalah air. Aquatic merujuk perairan yang meliputi laut, sungai,
danau, gua basah, air tanah, rawa baik asin maupun tawar dan sejenisnya. Air adalah fasa cair
dari persenyawaan kimia yang dibentuk oleh dua bagian berat hydrogen dan 16 bagian berat
oksigen. Didalam air itu dikandung pula sejumlah kecil air berat, gas, dan zat padat, terutama
berbentuk garam dalam larutan. Benda cair seperti yang biasa terdapat didanau, sungai, rawa,
sumur dan sebagainya. Kualitas air yang bagus di tentukan oleh pH air tersebut. Bila pH air
berkisar 7 maka kualitas air tersebut bagus dan air itu belum terkontaminasi senyawa-senyawa
yang mengandung logam berat yang dapat menyebabkan air tidak layak lagi untuk di pakai atau
di pergunakan oleh manusia atau organisme lain karena menyebabkan kematian.
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala
digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut
terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan
umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya
(telaga, kolong-kolong dan legokan.Debit air adalah jumlah air yang mengalir dari suatu
penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) per satuan waktu (ltr/dtk, m3/dtk, dm3/dtk).
Pemilihan lokasi pengukuran debit air dapat dilakukan di bagian sungai yang relatif lurus, jauh
dari pertemuan cabang sungai, tidak ada tumbuhan air, aliran tidak turbulen, dan aliran tidak
melimpah melewati tebing sungai.Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus
air. Kecepatan arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan
gradien permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan debit
air dan penggunaan pipa well dan piscall.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air
tanah ditemukan pada aliran air di bawah permukaan tanah. Pergerakan air tanah sangat lambat,
kecepatan arus berkisar antara 10-10-10-3 m/det dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas
dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air. Karakteristik utama yang membedakan air tanah
dari air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal yang sangat lama,
dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lambat dan waktu
yang tinggal lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih kembali jika mengalami pencemaran
(Hefni E, 2003).

Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau, waduk, rawa dan badan air lain,
yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu
badan air disebut watersheads atau drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu
badan air disebut limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju
laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai berasal dari
hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal dari air
tanah.Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut catchment
basin.

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikeringkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang
karena pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Menurut
Hardjowigeno (1992), bahwa air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat
meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air dalam tanah dapat dibedakan menjadi:
1. Air hidroskopik adalah air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan
tanaman, kondisi ini terjadi karena adanya gaya adhesi antara tanah dengan air. Air
hidroskopik merupakan selimut air pada permukaan butir-butir tanah.
2. Air kapiler adalah air dalam tanah dimana daya kohesi (gaya tarik menarik antara sesama
butir-butir air) dan daya adhesi (antara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat
bergerak secara horisontal (ke samping) atau vertikal (ke atas) karena gaya-gaya kapiler.
Sebagian besar dari air kapiler merupakan air yang tersedia (dapat diserap) bagi tanaman.
Menurut Hanafiah (2007), bahwa koefisien air tanah merupakan koefisien yang
menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis,
sehingga tegangan antara air dan udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah
lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas dan mempertahankan turgornya.
4. Koefisien higroskopis adalah kondisi dimana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik
tanah.
Kondisi jika kelebihan atau kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya curah hujan atau air irigasi,
kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah
dan vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid, 2010).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapang dan
koefisien layu. Kadar air yang diperlukan tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman
dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tapi jika mendekati
titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang cepat sehingga dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah
ditunjukkan dengan baik (Buckman & Brady, 1982)
Menurut Madjid, 2001 adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air di dalam
tanah adalah :
1. Kadar Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah mempunyai pori-pori yang jauh lebih
banyak daripada partikel mineral tanah yang berarti luas permukaan penyerapan juga lebih
banyak sehingga makin tinggi kadar bahan organik tanah maka makin tinggi kadar air dan
ketersediaan air tanah.
2. Kedalaman Solum atau Lapisan Tanah Kedalaman solum atau lapisan tanah menentukan
volume simpan air tanah, semakin dalam lapisan maka ketersediaan dan kadar air tanah juga
semakin banyak.
3. Iklim dan Tumbuhan Faktor iklim dan tumbuhan mempunyai pengaruh yang berarti pada
jumlah air yang dapat diabsorbsi dengan efisiensi tumbuhan dalam tanah. Perubahan iklim
mempengaruhi efisiensi pengguanaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui
saluran evaporasi permukaan tanah. Kelakuan akan ketahanan pada keadaan kekeringan dan
tingkat pertumbuhan adalah faktor pertumbuhan yang berarti.
4. Senyawa Kimiawi Garam-garam dan senyawa pupuk atau ameliorant baik alamaiah maupun
non alamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik dan menghidrolisis air sehingga
koefisien laju meningkat.
5. Tekstur tanah Faktor lainnya yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah.
Perbedaan jenis tekstur tanah dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah untuk
mengikat air, contohnya tanah yang bertekstur liat lebih mampu mengikat air dalam jumlah
banyak dibandingkan tanah yang bertekstur pasir, sedangkan tanah bertekstur pasir lebih
mampu mengikat air daripada tanah bertekstur debu.
Faktor lain yang mempengaruhi kadar air tanah adalah struktur tanah, pori tanah, dan
peremeabilitas tanah. Tanah yang mempunyai ruang pori lebih banyak akan mampu menyimpan
air dalam jumlah lebih banyak. Karena ruang-ruang pori tanah akan terisi oleh air. Kapasitas
lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi (Madjid, 2010).
Berbagai tipe tanah mempunyai kepekaan terhadap erosi yangberbeda-beda. Kepekaan erosi
tanah yaitu mudah atau tidaknya tanahtererosi adalah fungsi berbagai interaksi sifat-sifat fisik
dan kimia tanah.Empat sifat tanah yang penting dalam menentukan erodibilitas tanah(mudah
atau tidaknya tanah tererosi) adalah: tekstur tanah, unsur organik,struktur tanah, dan
permeabilitas tanah. Setiap jenis tanah mempunyaikepekaan yang berbeda-beda terhadap
erosi.Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diartikan sebagai mudahtidaknya tanah tererosi atau
erodibilitas. Faktor-faktor yangmempengaruhi erodibilitas yaitu sifat fisik, tofografi dan
pengelolaan tanaholeh manusia. Sifat tanah yang mempengaruhi aliran permukaan dan
erosiadalah kapasitas infiltrasi dan erodibilitasnya. Infiltrasi adalah banyaknyaair yang merembes
ke dalam tanah melalui permukaan tanah yangdinyatakan dalam mm/jam, sedangkan kapasitas
infiltrasi adalahkemampuan tanah menginfiltrasikan air. Kapasitas infiltrasi tanah sangat
menentukan banyak tidaknya air yang mengalir di atas permukaan tanahsebagai aliran
permukaan. ( N. Suharta,2008 )
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruang-
ruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif
terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan tekanan
atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air tanah. Tanah
diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara.
( Supardi, 2000)
Tinggi muka air tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah
karena pengaruh dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah
dangkal, di atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan
permeabilitas tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi
berdasarkan tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh
lapisan rapat air. ( supardi, 2000 )

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat

Adapun praktikuum ini dilaksanakan pada tanggal 28 September 2018 Pukul 16.00 WIB,
yang bertempat di Lahan Arboretum dan Lahan Rawa Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Inderalaya

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunaka pada praktikum ini adalah : 1) Bor
Tanah, 2) Meteran, 3) Pipa Well, 4) Papan Piscall.

3.3. Cara kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah :

a. Cara kerja pipa piscall adalah :


1. Siapkan papan piscall
2. Letakkan papan piscall dialiran siring (gorong-gorong)
3. Amati setiap hari.
4. Catat hasil.
b. Sedangkan cara kerja pipa well adalah :
1. Siapkan semua alat, sepeti bor, pipa well, dan meteran.
2. Bor tanah sedalam 200 cm (tanah yang dibor ada 2, yaitu tanah yang didarat dan tanah
yang dirawa)
3. Masukkan pipa well kedalam lubang bor di kedua tempat tersebut.
4. Ukur dengan menggunakan meteran tinggi pipa diatas permukaan tanah dan air.
5. Amati dan hitung tinggi muka air tanah setiap hari.
6. Catat hasil.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Tabel pengamatan

No Tanggal pengamatan Pipa 2 Papan 2

1. 29 September 2018 16 cm 29 cm

2. 30 September 2018 16.5 cm 28 cm

3. 1 Oktober 2018 18 cm 26 cm

4. 2 Oktober 2018 19 cm 26 cm

5. 3 Oktober 2018 19.5 cm 25.5 cm

6. 4 Oktober 2018 20 cm 24 cm

7. 5 Oktober 2018 20 cm 24 cm

8. 6 Oktober 2018 21 cm 24 cm

9. 7 Oktober 2018 22.5 cm 24 cm

10. 8 Oktober 2018 22 cm 22 cm

11. 9 Oktober 2018 22.5 cm 22 cm

12. 10 Oktober 2018 26 cm 22 cm

13. 11 Oktober 2018 26.5 cm 21.5 cm

14. 12 Oktober 2018 26 cm 20 cm

15. 13 Oktober 2018 26.5 cm 21 cm

16. 14 Oktober 2018 27 cm 21 cm

17. 15 Oktober 2018 26 cm 20 cm

18. 16 Oktober 2018 25 cm 20 cm

19. 17 Oktober 2018 24 cm 21 cm

20. 18 Oktober 2018 24.5 cm 20 cm

21. 19 Oktober 2018 25 cm 19.5 cm

22. 20 Oktober 2018 25.5 cm 19 cm


23. 21 Oktober 2018 24 cm 20 cm

24. 22 Oktober 2018 24 cm 20.5 cm

25. 23 Oktober 2018 23 cm 21 cm

26. 24 Oktober 2018 26 cm 10.5 cm

27. 25 Oktober 2018 27 cm 18 cm

28. 26 Oktober 2018 28 cm 18.5 cm

29. 27 Oktober 2018 27 cm 18 cm

30. 28 Oktober 2018 27.5 cm 18.5 cm

Anda mungkin juga menyukai