Anda di halaman 1dari 8

1

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dalam bab ini penulis akan membahas secara singkat kesenjangan

yang terdapat pada landasan teoritis pada BAB II dan pada pengamatan kasus

kepada Tn. S dengan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal :

Fraktur Humerus diruangan Sto. Fransiskus RSU. Sto. Antonius. Setelah penulis

melakukan proses keperawatan selama 3 hari, pada tanggal 22 Mei 2014 sampai

dengan 24 Mei 2014.

Ruang lingkup pembahasan kasus ini dilakukan melalui pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

memandang manusia sebagai makhluk yang utuh terdiri dari bio, psiko,

sosial, spiritual sesuai dengan konsep keperawatan yang memandang

manusia sebagai makhluk sosial.

Dalam melaksanakan pengkajian untuk memperoleh data, penulis

mengkaji status kesehatan pasien sebelum sakit dan sesudah sakit. Adapun

sumber yang diperoleh penulis dengan cara wawancara dengan pasien dan

1
2

keluarga, melakukan observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada

pasien. Selain itu juga penulis mendapat data dari perawat di ruangan dan

dokter yang merawat serta mempelajari catatan medik dan catatan perawatan.

Disini penulis berusaha selalu menciptakan hubungan saling percaya

dan akrab sehingga penulis tidak mengalami hambatan dalam pengkajian

status tersebut. Pengkajian mengacu pada tinjauan teoritis dan disesuaikan

dengan kondisi klien yang nyata yang dialami pasien.

Berdasarkan landasan teori, tanda dan gejala fraktur adalah : nyeri,

karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat

menyebabkan penekanan sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.

Inspeksi : bengkak atau penumpukan cairan yang disebabkan oleh kerusakan

pembuluh darah deformitas (perubahan struktur dan bentuk tulang). Palpasi :

nyeri tekan, nyeri sumbu, krepitasi (dapat dirasakan atau didengarkan bila di

gerakkan), gerakan : aktif (tidak bisa : functionlaesa) pasif (gerakan

abnormal), perubahan warna kulit : pucat, ruam, cyanosis, parastesia

(kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, dimana

saraf ini dapat terjepit dan terputus oleh fragmen tulang). Sedangkan pada

pengamatan kasus pada Tn. S ditemukan tanda dan gejala yaitu : pasien

mengalami nyeri pada punggung kaki kanan dan bertambah nyeri apabila di

gerakkan, skala nyeri 2 – 3, terdapat luka pada punggung kaki kanan ditutupi

verban dan tampak gips di kaki kanan.


3

Dilihat dari pengkajian secara teoritis dan dari pengamatan langsung

ke pasien data yang didapat tidak jauh berbeda, karena fraktur merupakan

suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya trauma langsung maupun tidak

langsung ataupun keadaan patologik seperti osteoporosis, infeksi tulang

keganasan dan keadaan malnutrisi menurunnya kadar Ca, F, K dan Vitamin

D. Selama pengumpulan data, penulis tidak menemukan kesulitan yang

berarti karena informasi yang diperlukan dapat penulis kumpulkan dari

pasien, keluarga dan data medik pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan tinjauan teoritis diagnosa keperawatan yang sering

muncul pada pasien dengan fraktur Humerus adalah sebagai berikut adalah :

1. Resiko tinggi terhadap

trauma yang berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur).

2. Nyeri yang berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen

tulang, edema, cedera, cedera pada jaringan lunak, alat traksi/mobilisasi,

stress, ansietas.

3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer yang

berhubungan dengan penurunan/ interupsi aliran darah, cedera vaskuler

langsung, endema berlebihan, pembentukan thrombus, hipovolemia.


4

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas yang berhubungan

dengan perubahan aliran darah/emboli lemak, perubahan membran

alveola / kapiler, interstisial, edema paru, kongesti.

5. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan

rangka neuromuskuler; nyeri/ketidaknyamanan; therapy restritif

(mobilisasi tungkai).

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit/jaringan yang

berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur, bedah perbaikan, pemasangan

traksi pen, kawat, sekrup, imobilisasi fisik.

7. Resiko tinggi terhadapa infeksi yang berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan primer, kerusakan kulit, trauma jaringan, terpajan

lingkungan, traksi tulang.

8. Kurang pembelajaran mengenai kondisi dan pengobatan yang

berhubungan dengan kurangnya informasi

Sedangkan dari pengamatan kasus secara langsung pada Tn. S dengan

Gangguan Muskuloskletal : Fraktur Humerus, penulis merumuskan tiga

diagnosa keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

fragmen tulang

2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan

rangka neuromuskuler
5

3. resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kerusakan kulit

dan prosedur infansif/ traksi tulang.

Dalam Konsep Dasar Keperawatan secara teoritis terdapat beberapa

diagnosa keperawatan yang tidak diangkat, karena selama penulis melakukan

pengkajian tidak didapatkan data yang bisa menegakkan diagnosa

keperawatan tersebut.

Adapun diagnosa keperawatan tersebut adalah :

1. Resiko tinggi terhadap

trauma yang berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur).

2. Resiko tinggi terhadap disfungsi

neurovaskuler perifer yang berhubungan dengan penurunan/ interupsi

aliran darah, cedera vaskuler langsung, endema berlebihan,

pembentukan thrombus, hipovolemia.

3. Resiko tinggi terhadap kerusakan

pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan aliran

darah/emboli lemak, perubahan membran alveola / kapiler, interstisial,

edema paru, kongesti.

4. Resiko tinggi terhadap kerusakan

integritas kulit/jaringan yang berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur,

bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup, imobilisasi

fisik.
6

5. Kurang pembelajaran mengenai kondisi

dan pengobatan yang berhubungan dengan kurangnya informasi

Faktor penunjang menegakkan diagnosa yang sangat berarti bagi

penulis yaitu adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan pasien serta

keluarga pasien, sehingga semua pertanyaan yang diajukan penulis dapat

dijawab dengan baik oleh pasien.

C. Perencanaan Keperawatan

Rencana Keperawatan yang diberikan pada Tn. S. Disusun

berdasarkan prioritas masalah. Rencana keperawatan ini juga disesuaikan

dengan kondisi pasien dan apa tindakan yang dibutuhkan pasien pada saat

menjalani perawatan. Pada kasus Tn. S dengan Gangguan Sistem

Muskuloskletal : Fraktur Humerus perencanaan dibuat pada dasarnya untuk

mengatasi masalah-masalah yang muncul pada pasien seperti : Nyeri yang

berhubungan dengan kerusakan kontinuitas tulang, kerusakan mobilitas fisik

yang berhubungan dengan kerusakan kontinuitas tulang, resiko tinggi infeksi

yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak.

Dalam menyusun rencana tindakan penulis tidak menemukan

hambatan yang berarti karena didukung oleh literatur yang cukup selain itu

penulis merencanakan beberapa tindakan melibatkan beberapa tim kesehatan

lain dan keterlibatan anggota keluarga.


7

D. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan sebagai tahapan pelaksaaan intervensi

nyata untuk membantu klien dalam mencegah, mengurangi dan

menghilangkan dampak atau respon yang ditimbulkan oleh masalah

kesehatan. Implementasi merupakan tindakan nyata yang dilakukan

berdasarkan rencana yang sudah dibuat yang bertujuan untuk merubah dan

menghilangkan suatu masalah keperawatan.

Dalam memberikan tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan

perawat ruangan, karena penulis dibatasi waktu hanya dinas pagi, sehingga

kelanjutan perkembangan serta tindakan keperawatan pada Tn. S. dilakukan

pada sore dan malam hari oleh perawat ruangan.

Pada tahap implementasi ini, penulis berusaha untuk melaksanakan

berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat. Dalam hal ini penulis

sebagai anggota tim kesehatan bekerja sama dengan tim kesehatan lain agar

asuhan keperawatan yang diberikan dapat maksimal.


8

Implementasi untuk masalah keperawatan pertama sampai keempat

dilakukan dari tanggal 22 Mei 2014 sampai dengan tanggal 24 Mei 2014,

penulis tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam melaksanakan

implementasi keperawatan. Hal ini dikarenakan adanya fasilitas yang cukup

pada unit keperawatan serta kerja sama yang baik dengan perawat ruangan

dan keluarga pasien.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

dilakukan. Evaluasi merupakan umpan balik dari asuhan keperawatan yang

dilakukan pada Tn. S dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal : Fraktur

Humerus.

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan didapatkan bahwa ketiga

masalah keperawatan yang ada pada Tn. S teratasi sebagian ditandai dengan

Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang lagi pada punggung kaki kanan,

pasien sudah mobilisasi secara bertahap dengan ditempat tidur dengan

dibantu perawat dan keluarga. Keadaan luka baik, tampak kering dan tidak

terlihat adanya tanda-tanda infeksi. Pasien juga memahami cara perawatan

luka di rumah dan cara penggunaan alat bantu (Gips). Hal ini dikarenakan

pada saat penulis melakukan pengkajian pasien.

Anda mungkin juga menyukai