Obyektif presentasi :
Tujuan : Mendiagnosis dan memberikan penatalaksanaan yang tepat pada pasien DSS
1. Riwayat pengobatan : Pasien sudah minum PCT, namun panas tidak turun.
2. Riwayat penyakit : Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Asma (-),
Kejang demam (-), TBC (-), Alergi (-).
3. Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa. Asma (-), Kejanng
demam (-), TBC (-), Alergi (-).
Kepala : Simetris
Paru :
PemeriksaanPenunjang :
MCHC : 33
Daftar Pustaka
1. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ 2002;324:1563-6
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis , Ed II.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
3. Lestari K. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Indonesia. Farmaka. Desember 2007; Vol. 5 No.3: hal . 12-29.
4. Malavinge G, Fernando S, Senevirante S. Dengue Viral Infection. Postgraduate
Medical Journal. 2004;Vol 80:p. 588-601
5. Rani, A. Soegondo, S. dan Nasir, AU. (ed). Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta:Pusat Penerbitan IPD FKUI,
2006.p.137-8
6. Wills BA, Nguyen MD, Ha TL, Dong TH, Tran TN, Le T, et al. Comparison of three
fluid solutions for resuscitation in dengue shock syndrome. N Engl J Med 2005;
353:877–89
7. World Health Organization. Dengue hemorrhage fever. Fact sheet No. 331.
2013.Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.
8. World Health Organization. Dengue, dengue haemorrhagic fever and dengue shock
syndrome in the context of the integrated management of childhood illness.
Departmentof Child and Adolescent Health and Development.
WHO/FCH/CAH/05.13. Geneva,2005.
9. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen
Kesehatan RI. Profil pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. Jakarta, 2007
10. Kusriastuti R. Kebijaksanaan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Jakarta: Depkes R.I; 2005.
HasilPembelajaran :
Mual (+), muntah (+) 2x sejak kemarin ± 1/2 gelas, cairan (+), nafsu makan berkurang,
lemas.
Batuk (-), pilek (-), kejang (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), sesak nafas (-). Riwayat BAB &
BAK normal.
II. RESUME
Anak laki-laki, umur 12 tahun datang ke RSUD Noongan diantar orang tuanya dengan
keluhan panas 4 hari, tidak turun dengan pemberian obat panas
III. DIAGNOSE
An GN, 12 tahun, DSS
IV. PENANGANAN
IVFD RL makro drips guyur
PCT 3x500
Oralit ad libitum
Cek hematokrit dan trombosit serial
V. FOLLOW UP RUANGAN
30 Mei 2015
S : demam (-) sakit kepala (-)
O : T: 90/60 N: 68x/m R: 20x/m S: 36,8
Kepala : Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF grade I
P : IVFD RL 30 gtt/m
PCT 3x500mg
Oralit ad libitum
Observasi vital sign per 6 jam
Cek trombosit per 8 jam
31 Mei 2015
S : demam (-) sakit kepala (-) lemah badan (+)
O : T: 85/60 N: 74x/m R: 20x/m S: 36,4
Kepala : Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : dingin, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF grade III
P : IVFD RL 30 gtt/m + RL 14 gtt/m
PCT 3x500mg
Oralit 6x1 sch
Observasi vital sign per 6 jam
Cek trombosit per 8 jam
1 Juni 2015
S : demam (-) sakit kepala (-)
O : T: 100/60 N: 70x/m R: 20x/m S: 36,5
Kepala : Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF
P : IVFD RL 20 gtt/m + 20 gtt/m
PCT 3x500mg k/p
Oralit ad libitum
Observasi vital sign per 6 jam
Cek trombosit per 12 jam
2 Juni 2015
S : demam (+) sakit kepala (-)
O : T: 100/60 N: 76x/m R: 18x/m S: 38,0
Kepala : Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : DHF
P : Aff infus
PCT 3x500mg k/p
Oralit ad libitum
Observasi vital sign per 12 jam
Cek trombosit per 24 jam
3 Juni 2015
S : demam (-) sakit kepala (-)
O : T: 100/60 N: 74x/m R: 20x/m S: 36,3
Kepala : Conj. anemis (-) skelra ikterik (-) pernapasan cuping hidung (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (-) cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : datar, lemas, bising usus (+) N. hepar dan lien tidak teraba
Extremitas : hangat, edema (-) capillary refill time < 2 detik, sianosis (-)
A : Post DHF
P : PCT 3x500mg k/p
Oralit ad libitum
Rawat Jalan
DISKUSI
Diagnosis DBD dapat ditegakkan secara klinis dan laboratoris. Berdasarkan kriteria
WHO 1997, diagnosis DBD secara klinis dapat ditegakkan bila semua hal di bawah ini
terpenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif; petekiae,
ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa; hematemesis, dan melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites, hipoproteinemia, dan
hiponatremia.
• Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan
adalah uji torniquet.
• Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.
• Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut kulit dingin
dan lembab, tampak gelisah.
• Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur.
1. Cairan
Kristaloid :
• Ringer Laktat
• 5 % Dextrose di dalamlarutan Ringer Laktat
• 5 % Dextrose di dalamlarutan Ringer asetat
• 5 % Dextrose di dalamlarutansetengah normal garamfaali, dan
• 5 % Dextrose di dalamlarutan normal garamfaali.
Koloidal :
2. Padakasus yang berat (grade IV) dapatdiberikan bolus 10 ml/kg BB (1 x atau 2 x).
3. Jika renjatan berlangsung terus (HCT tinggi) diberikan larutan koloidal (Dextran atau
Plasma) sejumlah 10 – 20 ml/kg BB/ 1 jam.
2. Tranfusi darah
Diberikan pada :
Kasus dengan renjatan yang sangat berat atau renjatan yang berkelanjutan.
4. Koreksi asidosis
Natrium bicarbonat dapatdiberikan 1 – 2 mEq/kgBB, diberikan dengan kecepatan 1
mEq/menit atau jumlah Nabic dapat dihitung dengan rumus : KebutuhanNabic : 0,5 x
BB x Defisit HCO3- atau 0,3 x BB x Base defisit
5. Koreksi kelainan-kelainan yang terjadi
6. Kortikosteroid
Penggunaannya masih kontroversial pada pengobatan DSS.Bisa diberikan dengan
dosis :