Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gastroenteritis


Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh.
Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya
lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful Noer, 1996 ).
Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi
4 kali) dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir.
Gastroenteritis juga dikenal dengan gastro, gastric flu, atau stomach flu, akan tetapi
tidak ada hubungannya dengan influenza. Keluhan yang biasa dilaporkan pada penderita
gastroenteritis bervariasi dari sakit ringan di perut selama satu atau dua hari sampai
menderita muntah dan diare selama beberapa hari atau lebih lama. Gastroenteritis adalah
infolamasi pada lapisan membran gastrointestinal disebabkan oleh beberapa varian
enteropatogen yang luas, yaitu bakteri, virus, dan parasit. Manifestasi klinik tergantung
pada respon penderita terhadap infeksi yaitu infeksi asimptomatik, diare, diare dengan
darah, diare kronik, dan manifestasi ekstrainternal dari infeksi.
Anatomi fisiologi dari saluran gastrointestinal berjalan dari mulut melalui esofagus,
lambung dan usus sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior
terhadap tulang punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat
mengempis ini, yang panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan
melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal.
Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di
bawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan
kapasitas kira-kira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis,
kardia, fundus, korpus dan pilorus. Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran
gastrointestinal, yang jumlah panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran.
Untuk sekresi dan absorbsi, usus halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut
duodenum, bagian tengah disebut yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara
usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum
pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke
dalam usus besar, dan mencegah refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini
terdapat apendiks veriformis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan
abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke kiri dan
segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana fungsinya mengabsorbsi air dan
elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian ujung dari usus besar terdiri dua
bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi menampung massa faeces yang
sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorbsi sekitar 600 ml air
perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml kapasitas absorbsi usus besar
adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya adalah karena adanya kiriman
yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.
Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang
membentuk baik sfingter internal dan eksternal.
Traktus gastrointestinal jika terinfeksi akan melakukan mekanisme pengeluaran
cairan yang banyak ke dalam lumen dan gerakan motilitas yang meningkat untuk
membersihkan lumen usus dari patogen. Hal ini menyebabkan terjadinya diare, karena
banyak cairan ekstrasel yang keluar maka pasien memerlukan terapi cairan dan elektrolit
sebagai terapi suportif, juga terapi antimikroba, dan terapi nonspesifik lain

2.2 Etiologi Gastroenterisis


C. Etiologi Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare
akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh:
1) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen:
a) Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae.
b) Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk.
c) Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia.
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan,
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.
b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh :
1) Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral).
2) KKP (Kekurangan Kalori Protein).
3) BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir.
(Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

Penyebab gastroenteritis diantaranya yaitu:


1. Makanan dan Minuman
 Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) apalagi bila perut kosong dalam
waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan makanan dan minuman dalam
jumlah banyak pada waktu yang bersamaan, terutama makanan yang berlemak,
terlalu manis, banyak serat atau dapat juga karena kekurangan zat putih telur.
 Tidak tahan terhadap makanan tertentu (Protein, Hidrat Arang, Lemak) yang
dapat menimbulkan alergi.
 Keracunan makanan

2. Infeksi atau Investasi Parasit Bakteri, virus, dan parasit yang sering ditemukan:
 Vibrio cholerae, E. coli, Salmonella, Shigella, Compylobacter, Aeromonas.
 Enterovirus (Echo, Coxsakie, Poliomyelitis), Adenovius, Rotavirus, Astovirus.
 Beberapa cacing antara lain: Ascaris, Trichurius, Oxyuris, Strongyloides,
Protozoa seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Tricomonas hominis.
Gastroenteritis yang disebabkan oleh virus berlangsung selama satu sampai dua hari.
Sementara itu, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri berlangsung dalam
periode yang lebih lama.
3. Jamur (Candida albicans)
4. Infeksi diluar saluran pencernaan yang dapat menyebabkan Gastroenteritis adalah
Encephalitis (radang otak), OMA (Ortitis Media Akut radang dikuping),
Tonsilofaringitis (radang pada leher tonsil), Bronchopeneumonia (radang paru).
5. Perubahan udara
Perubahan udara sering menyebabkan seseorang merasakan tidak enak dibagian
perut, kembung, diare dan mengakibatkan rasa lemas, oleh karena cairan tubuh
yang terkuras habis.
6. Faktor Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana air
membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau dimana
lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup besar,
sehingga penularan lebih mudah terjadi.

Persediaan air bersih kurang sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan
terkadang lupa cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Akibat Yang Dapat Terjadi:


Radang pada saluran cerna dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh, diare
dengan berbagai macam komplikasi yaitu dehidrasi, baik ringan, sedang atau
berat. Selain itu diare juga menyebabkan berkurangnya cairan tubuh
(Hipovolemik), kadar Natrium menurun (Hiponatremia), dan kadar gula dalam
tubuh turun (Hipoglikemik), sebagai akibatnya tubuh akan bertambah lemas dan
tidak bertenaga yang dilanjutkan dengan penurunan kesadaran, bahkan dapat
sampai kematian. Kondisi seperti ini akan semakin cepat apabila diare disertai
dengan muntah-muntah, yang artinya pengeluaran cairan tidak disertai dengan
masukkan cairan sama sekali.

Pada keadaan tertentu, infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan perdarahan.
Kuman mengeluarkan racun diaregenik yang menyebabkan hipersekresi
(peningkatan volume buangan) sehingga cairan menjadi encer, terkadang
mengandung darah dan lendir.

Faktor Infeksi Gastroenteritis


Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada
saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus,
bakteri, dan parasit usus.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus
lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus
bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah Aeromonas
hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium defficile, Clostridium
perfringens, E, coli, Plesiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococcus aureus,
Vibrio cholerae, dan Versinia enterocolitica.

Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli,
Capillaria philippinensis, cryptosporidium, Entamoeba histolitica, Giardia lamblia,
Isospora billi, Fasiolapsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercoralis, dan
Trichuris trichuria.

Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri non
invasive dan bakteri invasive, yang termauk dalam golongan bakteri non invasive adalah : Vibrio
cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasif adalah
Salmonella spp, Shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan
camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non invasif terjadi melalui suatu mekanisme
yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP
(cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan
pengaturan ulang sitoskeleton.
c.Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis
media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
Gastroenteritis merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia di bawah 5 tahun.
Gastroenteritis akut terjadi di Amerika dengan 37 juta kasus setiap tahun. Di Indonesia
merupakan penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak-anak. Rotavirus adalah
penyebab dari 35-50% hospitalisasi karena gastroenteritis akut, antara 7-17% disebabkan
adenovirus, dan 15% disebabkan bakteri. Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa
angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua
golongan umur dan 1,6-2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita.
Patogenesis
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit),
faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor makanan dan faktor psikologis. Diare karena
infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh
manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asan
lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa lolos sampai
keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, orga tubuh yang
diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan
mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk
kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri mengeluarkan toksik yang merangsang sekresi
cairan-cairan usus dibagian cripta villi dan menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari
keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus
menggembung dan tegang sebagian dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi
hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi
kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan
mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus mengakibatkan hiperperistaltik sehingga terjadi
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehinggan timbul diare. Sebaliknya
jika peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul
diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus
menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri
abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat oleh bakteri diusus
yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang menimbulkan kembung dan flatus
berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah
serta nafsu makannya menurun. Karena terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan
elektrolit. Bila keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan
menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien
terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan menurun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung (pada bayi), selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Tubuh yang kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun.
Dimana selain air, tubuh juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan
ini berlanjut terus, maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami
gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan
syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi kecil,
tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun.

Akibat lain dari kehilangancairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan,


tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan
pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kussamul)
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stres,

marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian siste,

pernapasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya

mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stres maka, metabolisme akan

terjadi peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus (Ngastiah, 2005)

Manifestasi Klinis :

1. Konsistensi feces cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin sering

2. Muntah (umumnya tidak lama)

3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

4. Kram abdomen, tenesmus

5. Membrane mukosa kering


6. Fontanel cekung (bayi)

7. Berat badan menurun

8. Malaise

(Cecyly, Betz.2002)

Diagnosa :
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya meskipun penyebabnya belum bisa
ditentukan dari gejalanya. Jika gejalanya berat dan lebih dari 48 jam, maka dilakukan pemeriksaan
laboratorium terhadap contoh feses untuk mencari adanya sel darah putih dan bakteri, virus atau
parasit. Pemeriksaan laboratorium dari muntah, makanan atau darah juga
dapat membantu menemukan penyebabnya. Langkah diagnosa menurut
Daldiyono tahun 1990 (Wicaksono, 2011) terdiri atas :
1) Anamnesis : umur, frekuensi diare, lamanya diare
2) Pemeriksaaan fisik
3) Laboratorium : feses, darah, kultur tinja maupun darah, serologi
4) Foto
5) Endoskopi (EGD-Esophagus Gastro Duodenoscopy).

Komplikasi
a. Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan
syok.
b. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,
apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Anda mungkin juga menyukai