IMPLEMENTASI Yan Mau Dibahas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : By. M NO. RM : 866740


UMUR PASIEN : 4 hari DX. MEDIK : RDN

Hari, Diagnosis
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
tanggal Keperawatan

Jumat, Pola Napas 1. Memonitor kecepatan, irama, kedalaman S : keluarga Pasien

21/12/2018 Tidak Efektif dan kesulitan bernafas. mengatakan pasien

Hasil : pernafasan RR: 46x/menit masih sesak


14.03
2. Memonitor pola nafas (misalnya, bradipnue,
O : Pasien tampak sesak,
takipnue, hiperventilasi, pernafasan kusmaul,
terpasang oksigen P:
apneustik, biot dan pola ataxic).
14.05
A : Masalah belum teratasi
Hasil : pola nafas pasien normal dengan

adanya bantuan ventilasi CPAP dengan P : Lanjutkan intervensi


kadang terdapat pola nafas apneustik 1,2,3,4

3. Memonitor saturasi oksigen pada pasien.


1. Monitor frekuensi
Hasil : SPO2 : 96%
pernapasan, irama
4. Memasang sensor pemantauan oksigen non-
dan kedalaman
invasif (misalnya, pasang alat pada jari).
2. Monitor nadi, suhu,
Hasil : terpasang sensor pemantauan oksigen
15.00 pernafasan
non-invasif pada perelangan tangan
3. Posisikan pasien
5. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
dengan posisi semi
Hasil : terpasang alat bantu nafas dengan
fowler
menggunakan CPAP dengan Fi02 25 %, flow
4. Kolaborasi pemberian
oksigen 0,5 liter/menit
oksigen sesuai

indikasi
C. IMPLEMENTASI

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh penulis untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012).

Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun implementasi

yang telah dilakukan pada tanggal 21 Desember-22 Desember 2018 adalah

melakukan monitoring frekuensi pernapasan, irama dan kedalaman dengan

respon pada pasien dengan adanya suara frekuensi pernapasan pasien 46x/

menit.

Memonitor pola nafas (misalnya, bradipnue, takipnue, hiperventilasi,

pernafasan kusmaul, apneustik, biot dan pola ataxic).

Memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi. Klien diberi

posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30 – 450, posisi teresbut

memberikan kesempatan paru-paru untuk berkembang secara maksimal, dari

tindakan tersebut didapat respon pasien melaporkan dengan posisi semi fowler

pola nafas klien mulai membaik (klien nyaman dengan posisi tersebut)

(Muttaqim, 2012).

Mengajarkan klien tehnik nonfarmakologi untuk meningkatkan

ventilasi alveoli. Salah satu cara yang umum digunakan adalah tehnik relaksasi.

Relaksasi ini bertujuan untuk membantu klien melemaskan tubuhnya atau

sekelompok otot tertentu yang berkontribusi terhadap munculnya sesak.


Relaksasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya duduk

mendengarkan musik, tiduran dan meluruskan anggota-anggota tubuh

(Morrison dan Bennett, 2009).

Salah satu tekhnik relaksasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan

ini yaitu tekhnik relaksasi nafas dalam. Tehnik ini mudah dilakukan karena

pernafasan itu sendiri merupakan tindakan yang dapat dilakukan secara normal

tanpa perlu berfikir atau merasa ragu. Smeltzer dan Bare (2002) menyatakan

bahwa tujuan dari tehnik relakasi nafas dalam untuk meningkatkan ventilasi

alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi pada paru,

meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stres baik stres fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.

Klien melaporkan kenyamanan dirasakan setelah melakukan relaksasi nafas

dalam.

Memberikan terapi oksigen (O2) 2 liter per menit memakai kanul

binasal dengan memperhatikan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh klien.

Pemberian oksigen (O2) akan meningkatkan kadar tekanan parsial oksigen

dalam saturasi oksigen dalam darah. Dari tindakan yang telah dilakukan klien

melaporkan kenyamanan dan sesaknya berkurang setelah diberikannya bantuan

oksigen dalam pernafasannya (Somantri, 2008).

Mengidentifikasi status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan

dengan hasil Pasien masih lemah ketika beraktivitas. Bantu pasien untuk

melakukan aktivitas dan istirahat dengan hasil pasien tampak beristirahat untuk
mengurangi sesak dan kelelahan. Menganjurkan pasien mengungkapkan

perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami dengan hasil

pasien mengatakan sesaknya bertambah ketika berjalan. Penatalaksanaan

pemberian cairan intravena dengan hasil terpasang cairan nacl 0,9% 20 tpm.

Mengidentifikasi luka dan tanda-tanda infeksi, Tidak ada tampak proses

infeksi, Melakukan perawatan area luka dengan teknik aseptic, Sudah

dilakukan perawatan luka insersi WSD dengan aseptic. Perawataan luka insersi

WSD dengan aseptic bertujuan untuk mencegah terjadinya kuman dan kotoran

ke dalam luka sehingga dapat menimbulkan infeksi. Infeksi terjadi jika

perawtan luka yang dilakukan tidak maksimal. Mencuci tangan sebelum

melakukan tindakan merupakan hal uyang sangat penting untuk mencegah

terjadinya infeksi (Iwan, 2008)

Mengajarkan pasien dan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi

dengan hasil pasien dan keluarga pasien tahu tanda dan gejala infeksi.

Pemberian edukasi sangat diharapkan untuk pasien dan keluarga pasien tahu

bagaimana tanda dan gejala infeksi, seperti nyeri, bengkak, berwarna

kemerahan, terasa panas, dan mengeluarkan nanah. Hal ini bertujuan

meminimalkan terjadinya infeksi. Setalah adanya tindakan keperawatan,

pendidikan kesehatan tersebut klien melaporkan pentingnya untuk menjaga

kesehatan diri dan begitu antusias dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan

yang diberikan serta mengerti terhadap apa yang dijelaskan (Soeharsono,

2005).
Para ulama memandang bahwa wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq

ayat 1-5 yang di turunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai

ayat yang menunjukkan betapa perhatiannya Al-Qur’an terhadap ilmu

pengetahuan sangat besar. Menurut Quraish Shihab, wahyu pertama ini tidak

sekedar menunjukkan bahwa kecakapan membaca tidak akan diperoleh kecuali

mengulang-ulang bacaan atau membaca batas maksimal dari kemampuan. Oleh

karena itu Al-Qu’an dan Al-Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari

dan mendapatkan ilmu pengetahuan dan kearifan, serta menempatkan orang-

orang berpengatuhuan pada derajat yang tinggi (Alwi, 2013).

Beberapa ayat menyebutkan peran ilmu pengetahuan diantaranya Allah

menyebutkan bahwa tidak sama kedudukannya orang yang berpengetahuan

dengan yang tidak berpengetahuan.

Artinya :

Katakanlah , “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang

yang tidak mengetahui ”?

Begitu besarnya perhatian Al Qur’an dengan masalah ilmu sehingga

kata al’ilm dan derifatnya disebutkan lebih 780 kali. Melihat banyak ayat yang
berhubungan dengan pembicaraan masalah ilmu pengetahuan, sehingga ada

yang menyimpulkan dan beranggapan bahwa Al-Qur’an adalah sumber dari

segala sumber ilmu pengetahuan seperti Allah menyebutkannya (Alwi, 2013).

Di ayat lain disebutkan bahwa ada keutamaan mengamalkan ilmu

pengetahuan yang dimiliki.

Artinya :

“Orang-orang yang telah kami beri kitab (taurat dan injil) mengetahui

(Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.

Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal

mereka menngetahui(nya)” (QS. Al-Baqarah : 146).

Di ayat lain pula dijelaskan bahwa :


Artinya :

“(Yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan

menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah

menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan” (Q.S An-Nisa :

37).

Setiap tahun telah kita selalu dikejutkan dengan mewabahnya penyakit-

penyakit tertentu dan tidak sedikit menelan korban yang banyak. Istilah hifz

al-sihhah berarti penjagaan kesehatan (lebih khusus diartikan preventif).

Cabang kedokteran Islam yang dikenal dengan nama ini merupakan wilayah

studi yang sangat luas karena gagasan Islam tentang penjagaan Islam adalah

gagasan yang sangat komprehensif, jauh lebih komprehensif daripada yang

dimaksud oleh kedokteran moderen.

Sebuah hadis Nabi SAW memberi nasihat bahwa “kita harus menjaga

dan menghargai kesehatan diri, yang merupakan pemberian Tuhan, sebelum

ditimpa penyakit”. Tanggapan demikian melibatkan semua aspek eksistensi

spiritual, psikologis, dan fisik seseorang. Hal ini juga menandakan betapa Nabi

SAW dalam kapasitas sebagai seorang Nabi sekaligus sebagai seorang tabib

(walaupun beliau bukan tabib, namun ucapan-ucapan beliau banyak

mengandung solusi untuk hidup sehat). Beliau memahami karakter umatnya,

yang pada waktu itu hidup dalam kesederhanaan, dan tidak sedikit hidup dalam
kemiskinan. Namun pola hidup yang di contohkan Rasulullah SAW adalah

lebih mengarah usaha pencegahan daripada usaha mengobati, setelah sakit.

Anda mungkin juga menyukai