Oleh:
Tim Penyusun
Bahan Ajar
PELATIHAN PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL
A. Latar Belakang
Memperkuat kelembagaan Kelompok Tani Hutan (KTH) dengan
sistem tatanan yang sudah ada, khususnya yang baik dan konstruktif
berfungsi untuk memperkuat tatanan kelembagaan kelompok, baik
dalam penyelesaian konflik, peningkatan ekonomi, penguatan tata
kelola, dan kepastian tenurial.
Dewasa ini pelaksanaan pembangunan mensyaratkan adanya
pelibatan dan keterlibatan masyarakat melalui suatu kelompok, baik
yang dibentuk oleh pemerintah maupun yang dibentuk atas kesadaran
masyarakat sendiri. Untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan
yang melibatkan suatu kelompok, dibutuhkan pendamping melalui
kegiatan pendampingan. Pendamping adalah sesorang atau
kelompok/lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat atau
instansi yang berwenang, sedangkan pendampingan lebih diarahkan
pada pelaksanaan teknis, penguatan kelembagaan, serta
pengembangan usaha melalui kemitraan dengan pemerintah, dunia
usaha, dan stakeholder lainnya.
Kekuatan kelompok dalam mencapai suatu tujuan bersama
sangatlah penting dalam menopang dan terlibat dalam pengelolaan
hutan yang lestari. Dengan demikian, kumpulan individu
petani/masyarakat setempat dalam suatu wadah yang tumbuh
berdasarkan kebersamaan, kesamaan profesi dan kepentingan dalam
memanfaatkan sumber daya alam, serta berkeinginan untuk bekerja
sama dalam pengembangan usaha hutan tanaman untuk kesejahteraan
anggotanya. Kumpulan petani dalam suatu wadah organisasi yang
tumbuh berdasarkan kebersamaan, keserasian, kesamaan profesi dan
kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang mereka
kuasai dan berkeinginan untuk bekerja sama dalam rangka
meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggota dan
masyarakat (Permenhut Nomor: P03/Menhut-V/2004).
Berdasarkan Permen LHK No. P.89/MENLHK/SETEN/KUM.1/
8/2018 Kelompok Tani Hutan yang selanjutnya disingkat KTH adalah
kumpulan petani warga negara Indonesia yang mengelola usaha di
bidang kehutanan di dalam dan di luar kawasan hutan.
C. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menerapkan
penguatan kelompok tani hutan dalam pelaksanaan kegiatan
Perhutanan Sosial.
D. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai mengikuti mata diklat peserta dapat :
1. Memahami Teknik kelola Kelembagaan Kelompok tani hutan
2. Memahami Teknik Kelola Kawasan Perhutanan Sosial
3. Memahami Teknik Kelola Usaha Perhutanan Sosial
E. Pokok Bahasan
1. Teknik kelola Kelembagaan Kelompok tani hutan.
a. Administrasi Kelompok Tani
b. Aturan / Norma Kelembagaan (AD/ART)
c. Fungsi Kelompok
2. Teknik Kelola Kawasan Perhutanan Sosial
3. Teknik Kelola Usaha Perhutanan Sosial
1. Administrasi Kelompok
Administrasi kelompok tani hutan merupakan salah satu elemen
kelembagaan yang penting. Jika KTH tertib dalam administrasi,
memiliki system pembukuan yang rapi dapat meningkatan kinerja
organisasi. Buku administrasi KTH adalah buku pencatatan segala
sesuatu yang ada kaitannya dengan keadaan dan perkembangan KTH.
Kegunaan administrasi kelompok antara lain (Hastuti, 2018):
1. Sebagai alat control
2. Sebagai alat dokumentasi
3. Sebagai alat/bahan pengambilan keputusan
4. Sebagai alat monitoring/evaluasi kelompok
5. Sebagai alat memupuk kepercayaan anggota
6. Sebagai alat ukur keberadaan kegiatan kelompok
7. Sebagai alat ukur pengembangan kelas kelompok
Tujuan pembuatan buku administrasi KTH adalah agar KTH dapat
mengelola administrasinya dengan baik sehinga dapat tergambar
perkembangan / kemajuan kelompok. Administrasi kelompok dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu administrai kegiatan dan administrasi
keuangan.
1. Administrasi kegiatan adalah semua catatan yang dilakukan oleh
KTH berkaitan dengan kegiatan kelompok.
2. Administrasi keuangan adalah semua catatan yang dilakukan KTH
berkaitan dengan keuangan kelompok.
Pembukuan atau pencatatan administrasi KTH harus
dilaksanakan secara jujur, teliti, dan teratur. Buku-buku kelompok
harus lengkap, tertib, dan mengikuti prinsip-prinsip:
1. Sistematis. Buku diisi menurut cara-cara tertentu sesuai jenis
bukunya.
2. Kronologis; buku diisi sesuai dengan urutan terjadinya transaksi.
3. Informative, yaitu dapat dipahami/dimengerti oleh semua pihak
yang berkepentingan.
4. Accountable, yaitu buku administrasi diisi memenuhi kaidah-kaidah
akuntansi, antara lain: dapat dihitung, dapat dievaluasi dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Auditable, yaitu catatan keuangan dapat diperiksa dengan mudah.
Contoh buku administrasi kegiatan
1. Buku Daftar Anggota
2. Buku Tamu
Adalah buku yang berisi data-data tamu yang pernah mengunjungi KTH.
Buku ini bermanfaat antara lain: 1) mengetahui siapa, darimana, tujuan,
dan tanggal tamu berkunjung ke KTH, 2) membenahi kekurangan KTH
dari kesan dan saran, dan 3) mempermudah mencari contact person kepada
tamu KTH.
No Nama Alamat & Jabatan Tujuan/ Kesan/ Saran Ket
No HP Dlm Keperluan Pesan
Instansi
……………….., ………….20…
…………………….. ……………………………….
b. Buku Tabungan
Buku tabungan berisi tentang catatan yang berasal dari
simpanan wajib dan simpanan sukarela anggota kelompok.
Besarnya simpanan wajib ditentukan berdasarkan kesepakatan
bersama anggota kelompok.
BULAN : …………………………………..
No Nama Simpanan Wajib Simpanan Paraf Ket
Sukartela
Tgl Nominal Tgl Nominal
(Rp) (Rp)
1. Nama organisasi;
2. Tempat kedudukan
3. Visi dan misi
4. Ruang lingkup keanggotaan
5. Kualifikasi keanggotaan;
6. Hak dan kewajiban anggota
7. Kepengurusan
8. Hak dan kewajiban pengurus
9. Kekuasaan tertinggi
10. Pengambilan keputusan
11. Ayat peralihan
12. Penutup
13. Tempat dan tanggal ditetapkan
14. Tanda tangan pengurus inti
15. Tanda tangan yang berwenang
Anggaran Rumah Tangga (ART) yaitu aturan yang menjabarkan
ketentuan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Anggaran Rumah
tangga memberikan arahan dalam pelaksanaan operasional kelompok
sehingga lebih mudah dalam pnerapannya.
3. Fungsi Kelompok
KTH memiliki fungsi sebagai media bagi pembelajaran
masyarakat, peningkatan kapasitas anggota, pemecahan
permasalahan, kerjasama dan gotong royong, pengembangan usaha
produktif, pengolahan dan pemasaran hasil hutan serta peningkatan
kepedulian terhadap kelestarian hutan.
Sebagai perkumpulan orang/masyarakat di sekitar hutan,
kelembagaan (organisasi) masyarakat mempunyai tujuan :
1. Membina dan mengembangkan usaha anggota di bidang proses
produksi, pengelolaan dan pemasaran hasil usaha.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota.
3. Ikut serta membangun dan melestarikan hutan melalui kerjasama
dan kemitraan.
4. Memberikan pelayanan kepada anggota menyangkut kebutuhan
usaha produktif.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen
LHK) Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tentang Pedoman
Kelompok Tani Hutan Pasal 2 menyebutkan bahwa KTH memiliki fungsi
sebagai media:
a. pembelajaran masyarakat;
b. peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
c. pemecahan permasalahan;
d. kerja sama dan gotong royong;
1. Identifikasi
Kegiatan ini bertujuan untuk secara makro kondisi kawasan
hutan serta perhutanan ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
Sasaran identifikasi ini meliputi:
a). Status kawasan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui status kawasan
hutan calon AKPS, apakah berada didalam kawasan hutan yang
sudah ditujukan atau dikukuhkan bebas dari hak atau berada
diluar kawasan hutan.
b). Fungsi kawasan hutan
Fungsi kawasan hutan berdasarkan peta penunjukan
kawasan hutan sesuai surat keputusan menteri kehutanan dan
atau peta paduserasi RTRWP dan TGHK adalah hutan produksi,
hutan lindung, hutan konservasi kecuali cagar alam, zona inti
dan rimba taman nasional.
c). Letak lokasi calon AKPS
Kegiatan ini untuk mengetahui letak secara geografis dan
administrasi pemerintahan lokasi calon AKPS. Letak secara
geografis yaitu letak bujur timur dan lintang utara berdasarkan
peta penunjukan kawasan hutan atau peta paduserasi RTRWP-
TGHK, sedangkan letak administrasi pemerintah adalah letak
calon AKPS yang jelas tergaambar dalam peta
RTWP/RTRWP/RTRW kota yang telah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD.
d). Penutupan lahan
Kegiatan ini dilakukan dengan penelaahan peta
penafsiran citra landsat untuk mengetahui tipe penutupan
lahan (hutan virgin, hutan bekas tebangan, tidak berhutan,
A. Pengembangan Usaha
SUMBER RUJUKAN