Anda di halaman 1dari 26

MATA PELATIHAN

PENGUATAN KELOMPOK TANI


HUTAN

Oleh:
Tim Penyusun
Bahan Ajar

PELATIHAN PENDAMPINGAN
PERHUTANAN SOSIAL

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PUSAT PENYULUHAN DAN BALAI DIKLAT LHK PEKANBARU

PEKANBARU, MARET 2019

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman 1
KATA PENGANTAR

Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan adanya


bahan ajar sebagai media dan alat bantu pembelajaran, sehingga
memudahkan bagi peserta untuk memahami suatu mata diklat.
Sedangkan bagi fasilitator/widyaiswara, bahan ajar dapat
dijadikan pedoman dalam menyampaikan materi diklat.

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari bahan ajar


antara lain:
a. Dapat digunakan sebagai acuan/panduan oleh widyaiswara
dalam menyampaikan mata diklat, mengembangkan metode
diklat serta dalam mengevaluasi keberhasilan belajar peserta.
b. Bagi peserta pelatihan, bahan ajar dapat digunakan sebagai
salah satu sumber bahan atau materi pembelajaran yang harus
mereka kuasai dan dapat digunakan sebagai referensi setelah
mereka selesai mengikuti pelatihan
c. Bagi penyelenggara diklat, bahan ajar dapat dijadikan dasar
dalam penyusunan program diklat dan evaluasi
penyelenggaraan diklat.

Oleh sebab itu, penyusunan bahan ajar perlu dilakukan oleh


setiap widyaiswara sebelum membimbing proses pembelajaran..

Mudah-mudahan Bahan Ajar ini bermanfaat.

Pekanbaru, Maret 2019


Tim penyusun bahan ajar,

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019 i


Halaman
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................1
A. Latar Belakang............................................................1
B. Deskripsi Singkat........................................................2
C. Hasil Belajar................................................................2
D. Indikator Keberhasilan................................................2
E. Pokok Bahasan............................................................2
BAB II TEKNIK KELOLA KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
HUTAN.............................................................................3
A. Administrasi Kelompok.............................................................3
B. Aturan Norma Kelembagaan (AD/ART)...............................7
C. Fungsi Kelompok.......................................................................10
BAB III TEKNIK KELOLA KAWASAN PERHUTANAN SOSIAL. . .13
A. Penyelenggaraan kelola Kawasan........................................13
B. Kriteria calon lokasi AKPS....................................................13
C. Kegiatan........................................................................................14
BAB IV TEKNIK KELOLA USAHA PERHUTANAN SOSIAL........18
A. Pengembangan Usaha.............................................................18
SUMBER RUJUKAN....................................................................23

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019 ii


Halaman
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memperkuat kelembagaan Kelompok Tani Hutan (KTH) dengan
sistem tatanan yang sudah ada, khususnya yang baik dan konstruktif
berfungsi untuk memperkuat tatanan kelembagaan kelompok, baik
dalam penyelesaian konflik, peningkatan ekonomi, penguatan tata
kelola, dan kepastian tenurial.
Dewasa ini pelaksanaan pembangunan mensyaratkan adanya
pelibatan dan keterlibatan masyarakat melalui suatu kelompok, baik
yang dibentuk oleh pemerintah maupun yang dibentuk atas kesadaran
masyarakat sendiri. Untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan
yang melibatkan suatu kelompok, dibutuhkan pendamping melalui
kegiatan pendampingan. Pendamping adalah sesorang atau
kelompok/lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat atau
instansi yang berwenang, sedangkan pendampingan lebih diarahkan
pada pelaksanaan teknis, penguatan kelembagaan, serta
pengembangan usaha melalui kemitraan dengan pemerintah, dunia
usaha, dan stakeholder lainnya.
Kekuatan kelompok dalam mencapai suatu tujuan bersama
sangatlah penting dalam menopang dan terlibat dalam pengelolaan
hutan yang lestari. Dengan demikian, kumpulan individu
petani/masyarakat setempat dalam suatu wadah yang tumbuh
berdasarkan kebersamaan, kesamaan profesi dan kepentingan dalam
memanfaatkan sumber daya alam, serta berkeinginan untuk bekerja
sama dalam pengembangan usaha hutan tanaman untuk kesejahteraan
anggotanya. Kumpulan petani dalam suatu wadah organisasi yang
tumbuh berdasarkan kebersamaan, keserasian, kesamaan profesi dan
kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang mereka
kuasai dan berkeinginan untuk bekerja sama dalam rangka
meningkatkan produktivitas usaha tani dan kesejahteraan anggota dan
masyarakat (Permenhut Nomor: P03/Menhut-V/2004).
Berdasarkan Permen LHK No. P.89/MENLHK/SETEN/KUM.1/
8/2018 Kelompok Tani Hutan yang selanjutnya disingkat KTH adalah
kumpulan petani warga negara Indonesia yang mengelola usaha di
bidang kehutanan di dalam dan di luar kawasan hutan.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  1
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat penguatan kelompok ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta diklat terkait dengan teknik kelola
kelembagaan kelompok tani hutan, teknik kelola kawasan perhutanan
social, dan teknik kelola usaha perhutanan sosial.

C. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menerapkan
penguatan kelompok tani hutan dalam pelaksanaan kegiatan
Perhutanan Sosial.

D. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai mengikuti mata diklat peserta dapat :
1. Memahami Teknik kelola Kelembagaan Kelompok tani hutan
2. Memahami Teknik Kelola Kawasan Perhutanan Sosial
3. Memahami Teknik Kelola Usaha Perhutanan Sosial

E. Pokok Bahasan
1. Teknik kelola Kelembagaan Kelompok tani hutan.
a. Administrasi Kelompok Tani
b. Aturan / Norma Kelembagaan (AD/ART)
c. Fungsi Kelompok
2. Teknik Kelola Kawasan Perhutanan Sosial
3. Teknik Kelola Usaha Perhutanan Sosial

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  2
BAB II TEKNIK KELOLA KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
HUTAN

1. Administrasi Kelompok
Administrasi kelompok tani hutan merupakan salah satu elemen
kelembagaan yang penting. Jika KTH tertib dalam administrasi,
memiliki system pembukuan yang rapi dapat meningkatan kinerja
organisasi. Buku administrasi KTH adalah buku pencatatan segala
sesuatu yang ada kaitannya dengan keadaan dan perkembangan KTH.
Kegunaan administrasi kelompok antara lain (Hastuti, 2018):
1. Sebagai alat control
2. Sebagai alat dokumentasi
3. Sebagai alat/bahan pengambilan keputusan
4. Sebagai alat monitoring/evaluasi kelompok
5. Sebagai alat memupuk kepercayaan anggota
6. Sebagai alat ukur keberadaan kegiatan kelompok
7. Sebagai alat ukur pengembangan kelas kelompok
Tujuan pembuatan buku administrasi KTH adalah agar KTH dapat
mengelola administrasinya dengan baik sehinga dapat tergambar
perkembangan / kemajuan kelompok. Administrasi kelompok dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu administrai kegiatan dan administrasi
keuangan.
1. Administrasi kegiatan adalah semua catatan yang dilakukan oleh
KTH berkaitan dengan kegiatan kelompok.
2. Administrasi keuangan adalah semua catatan yang dilakukan KTH
berkaitan dengan keuangan kelompok.
Pembukuan atau pencatatan administrasi KTH harus
dilaksanakan secara jujur, teliti, dan teratur. Buku-buku kelompok
harus lengkap, tertib, dan mengikuti prinsip-prinsip:
1. Sistematis. Buku diisi menurut cara-cara tertentu sesuai jenis
bukunya.
2. Kronologis; buku diisi sesuai dengan urutan terjadinya transaksi.
3. Informative, yaitu dapat dipahami/dimengerti oleh semua pihak
yang berkepentingan.
4. Accountable, yaitu buku administrasi diisi memenuhi kaidah-kaidah
akuntansi, antara lain: dapat dihitung, dapat dievaluasi dan dapat
dipertanggungjawabkan.
5. Auditable, yaitu catatan keuangan dapat diperiksa dengan mudah.
Contoh buku administrasi kegiatan
1. Buku Daftar Anggota

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  3
Buku daftar anggota adalah buku yang berisi informasi tentang anggota
KTH. Buku daftar/data anggota bermanfaatuntuk mengetahui nama-nama
anggota KTH, jumlah dan perkembangan anggota KTH, potensi SDM di
KTH, serta memudahkan pihak lain mempelajari potensi SDM untuk
pembinaan anggota KTH.
No Nama Alamat & Jabatan Tkt Usia Usaha Ket
No HP Dlm Klpk Pendidikan

2. Buku Tamu
Adalah buku yang berisi data-data tamu yang pernah mengunjungi KTH.
Buku ini bermanfaat antara lain: 1) mengetahui siapa, darimana, tujuan,
dan tanggal tamu berkunjung ke KTH, 2) membenahi kekurangan KTH
dari kesan dan saran, dan 3) mempermudah mencari contact person kepada
tamu KTH.
No Nama Alamat & Jabatan Tujuan/ Kesan/ Saran Ket
No HP Dlm Keperluan Pesan
Instansi

3. Buku Daftar Hadir Pertemuan


Buku daftar hadir pertemuan berisi catatan kehadiran setiap anggota KTH
dalam rapat/pertemuan KTH. Buku ini bermanfaat untuk mengetahui
nama-nama anggota KTH yang hadir dalam rapat/pertemuan serta sebagai
data penguat keputusan yang diambil pada saat rapat/pertemuan.
No Tgl Tempat Agenda Nama Tanda Ket
Pertemuan Tangan

4. Buku Inventaris Bahan


Buku inventaris barang berisi catatan tentang asset/barang/sarana
prasarana yang dimiliki kelompok baik yang berasal dari pembelian
bersama oleh KTH maupun bantuan pemerintah.
No Jenis Jumlah Tanggal Kondisi Asal Ket
Barang (Buah) Diterima Barang Dibeli Hibah

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  4
5. Buku Notulen Rapat
Buku notulen rapat berisi tentang hal-hal yang dibahas dalam
setiap pertemuan kelompok, baik pertemuan pengurus maupun
pertemuan anggota. Di dalamnya berisi kesimpulan/keputusan
/kesepakatan yang diambil pada saat pertemuan.

Nama kegiatan : ………………………………………………………………..


Hari/Tanggal : ………………………………………………………………..
Materi Pembahasan : ………………………………………………………………..
Pimpinan Rapat : ………………………………………………………………..
Peserta : …………………… Orang
Narasumber : ………………………………………………………………..
Kesimpulan :
1. …………………………………………………………..
2. …………………………………………………………..
3. …………………………………………………………..
Dst

……………….., ………….20…

Pimpinan Rapat Notulis

…………………….. ……………………………….

6. Buku Kegiatan KTH


Buku kegiatan KTH berisi catatan semua kegiatan yang dilaksanakan oleh
KTH. Misalnya, rencana kegiatan KTH, catatan pelaksanaan kegiatan,
hasil monitoring dan evaluasi kegiatan KLTH, dsb.
No Tgl Uraian Kegiatan Hasil Pelaksanaan Ket

7. Buku Administrasi Kegiatan


a. Buku Kas
Buku kas berisi catatan semua kegiatan yang dilaksanakan oleh
KTH berkaitan dengan keluar masuknya keuangan kelompok.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  5
No Tgl Uraian Pemasukan Pengeluaran Saldo

b. Buku Tabungan
Buku tabungan berisi tentang catatan yang berasal dari
simpanan wajib dan simpanan sukarela anggota kelompok.
Besarnya simpanan wajib ditentukan berdasarkan kesepakatan
bersama anggota kelompok.
BULAN : …………………………………..
No Nama Simpanan Wajib Simpanan Paraf Ket
Sukartela
Tgl Nominal Tgl Nominal
(Rp) (Rp)

Contoh buku tabungan (yang dipegang oleh anggota)


Nama : …………………………………………
No Tanggal Simpanan Saldo Paraf Ket
Wajib Sukarela Simpanan Simpanan
Wajib Sukarela

Untuk mendukung tertib administrasi perlu dilakukan penataan


administrasi Lembaga. Penataan adalah mengatur kembali tentang
sesuatu hal. Administrasi lembaga adalah hal-hal yang berkaitan
dengan proses pengorganisasian mulai dari kesekretariatan,
pendokumentasian hingga keanggotaan. Dengan penataan
administrasi, lembaga akan memiliki tata administrasi yang baik dan
dapat dipertanggungjawabkan.

2. Aturan Norma Kelembagaan (AD/ART)


Kelompok Tani Hutan (KTH) sebagai satu lembaga di tingkat unit
pengelolaan hutan merupakan wadah dalam upaya peningkatan
kemampuan petani. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan
memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya alam yang ada, baik
internal maupun eksternal, guna meningkatkan kesejahteraannya.
Tujuan pengembangan kelembagaan adalah: untuk meningkatkan

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  6
kemampuan dalam mengelola kelembagaan, mengatasi masalah, serta
mendorong lembaga untuk memiliki kemampuan untuk menghadapi
dan berinteraksi dengan pihak luar, baik dalam daya dukung maupun
dalam daya saing (kemampuan bernegosiasi). Oleh karena itu,
kapasitas dan partisipasi petani perlu ditingkatkan. Petani memerlukan
proses belajar untuk memanfaatkan kelembagaan petani yang ada.
Partisipasi anggota dalam kelembagaan akan berpengaruh pada
peningkatan kapasitas kelembagaan petani dalam mengelola
sumberdaya hutan.

Pengembangan kelembagaan perlu difasilitasi melalui program-


program pembinaan secara rutin dan pemberdayaan dengan tujuan
tercapainya kelompok tani yang mandiri. Hal ini dilakukan dengan:

1. Meningkatkan peran penyuluhan


Yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan kompetensi
penyuluh (penguasaan materi, kemampuan berkomunikasi, sikap
terhadap sasaran, komitmen profesi). Pendekatan yang digunakan
meliputi: Kesesuaian informasi, ketepatan metode, penggunaan
berbagai teknik penyuluhan, penggunaan media dalam penyuluhan.
2. Meningkatkan peran pihak luar
Hal ini dilakukan dengan: memfasilitasi adanya dukungan lokal,
memfasilitasi peran pihak luar (pemerintah, swasta, lembaga
lainnya).
3. Meningkatkan kedinamisan kelompok sebagai kelompok pembelajar
melalui: peningkatan pemahaman tujuan kelompok,
mengembangkan struktur, mengembangkan fungsi tugas,
meningkatkan pembinaan dan pengembangan kelompok,
meningkatkan kekompakan kelompok, mendorong kekondusifan
suasana kelompok, serta mendorong keefektifan kelompok.
4. Meningkatkan kapasitas petani
Hal ini dilakukan dengan: pelatihan memfasilitasi kegiatan usaha,
mendorong kemampuan berusaha untuk meningkatkan
pendapatan, memfasilitasi penyediaan sarana kegiatan usaha bagi
petani, menyediakan sumber-sumber belajar termasuk informasi
yang diperlukan petani.
5. Peningkatan partisipasi petani dalam kelembagaan kelompok petani

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  7
Hal ini dilakukan dengan: penyadaran, melalui penumbuhan
pemahaman terhadap masalah secara spesifik, menumbuhkan
kepemimpinan lokal, menumbuhkan kerjasama, membangun
wawasan tentang kehidupan bersama, menciptakan komitmen
kebersamaan, dan meningkatkan kemampuan berusaha dan
kemampuan sosial; pengorganisasian melalui: peningkatan
kemampuan manajemen sumberdaya, peningkatan kemampuan
pengambilan keputusan bersama, pengembangan kepemimpinan.
Pengembangan dan peningkatan kapasitas suatu
kelembagaan/kelompok tani hutan sangat penting melalui proses
pembentukan struktur kelembagaan yang mempunyai AD/ART
sehingga ada suatu kesepakatan dan tanggung jawab bersama di
sesama anggota kelembagaan/kelompok untuk mengembangan ide-ide
yang dimiliki dalam pelaksanaan kegiatan kelembagaan/kelompok

Sebagai sebuah lembaga, unsur yang penting adalah: Anggaran


Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Dasar
(AD), yaitu aturan yang merupakan sistem nilai dasar yang dimiliki oleh
suatu lembaga yang berisi pokok dasar kelembagaan. Anggaran
Rumah Tangga (ART), yaitu aturan yang penjabaran ketentuan yang
ditetapkan dalam anggaran dasar. Sifat aturan lebih operasional dan
mudah dalam penerapannya.

Dalam membangun kekuatan lembaga, keberadaan visi dan misi


menjadi jiwa dan komitmen dari lembaga. Keberadaan AD dan ART
menjadi pijakan dalam mengatur perjalanan lembaga. Penataan
administrasi menjadi faktor yang harus dibangun dalam aktivitas
lembaga. Dinamika kelompok tani akan terjadi secara
berkesinambungan apabila dalam kelompok tersebut terdapat proses-
proses sebagai berikut:

1. Penetapan tujuan kelompok


Tujuan kelompok haruslah memberikan manfaat bagi seluruh
anggota kelompok dan merupakan apresiasi kepentingan bersama.
2. Pemilihan ketua kelompok tani dan pengurusnya
Ketua kelompok tani dipilih oleh anggotanya berfungsi sebagai
pemimpin kelompok harus memiliki kemampuan berkomunikasi

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  8
dengan baik dan dapat diteladani oleh anggotanya. Pengurus lain
sebaaiknya orang yang akomodatif.
3. Penetapan AD-ART. Aktivitas kelompok akan lebih lancar apabila
ada dukungan materi dan finansial oleh seluruh anggotanya.
4. Penetapan tata cara dan aturan bersama
Dalam suatu masyarakat ada norma dan aturan yang harus dianut
agar terwujud keadilan bersama.
5. Penetapan agenda kerja bersama
Agar terjadi proses saling asih, asah, dan asuh dalam
meningkatkan usahatani para anggotanya, perlu dibuat agenda
kerja sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebaiknya,
terjadi pertemuan yang rutin dengan acara terencana.
Anggaran Dasar (AD) adalah aturan yang merupakan system nilai
dasar yang dimiliki oleh suatu lembaga yang berisi pokok dasar
kelembagaan.

1. Nama organisasi;
2. Tempat kedudukan
3. Visi dan misi
4. Ruang lingkup keanggotaan
5. Kualifikasi keanggotaan;
6. Hak dan kewajiban anggota
7. Kepengurusan
8. Hak dan kewajiban pengurus
9. Kekuasaan tertinggi
10. Pengambilan keputusan
11. Ayat peralihan
12. Penutup
13. Tempat dan tanggal ditetapkan
14. Tanda tangan pengurus inti
15. Tanda tangan yang berwenang
Anggaran Rumah Tangga (ART) yaitu aturan yang menjabarkan
ketentuan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Anggaran Rumah
tangga memberikan arahan dalam pelaksanaan operasional kelompok
sehingga lebih mudah dalam pnerapannya.

Aspek-aspek yang dimuat dalam ART antara lain:


1. Aturan umum
2. Struktur kekuasaan kelompok
3. Mekanisme pengambilan keputusan
4. Kepengurusan

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  9
5. Struktur kepengurusan
6. Syarat-syarat menjadi pengurus
7. Hak dan kewajiban pengurus
8. Sumber keuangan
9. Tata kerja
10. Penutup
11. Pengesahan dan tanda tangan pengurus inti
Selain aturan tertulis seperti tercantum dalam Anggaran Dasar
(AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) kelompok juga memerlukan
aturan-aturan yang tidak tertulis. Aturan tersebut dapat berupa
kesepakatan-kesepakatan kelompok atau kearifan local yang mengikat
seluruh anggota kelompok ntuk melaksanakannya.

3. Fungsi Kelompok
KTH memiliki fungsi sebagai media bagi pembelajaran
masyarakat, peningkatan kapasitas anggota, pemecahan
permasalahan, kerjasama dan gotong royong, pengembangan usaha
produktif, pengolahan dan pemasaran hasil hutan serta peningkatan
kepedulian terhadap kelestarian hutan.
Sebagai perkumpulan orang/masyarakat di sekitar hutan,
kelembagaan (organisasi) masyarakat mempunyai tujuan :
1. Membina dan mengembangkan usaha anggota di bidang proses
produksi, pengelolaan dan pemasaran hasil usaha.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota.
3. Ikut serta membangun dan melestarikan hutan melalui kerjasama
dan kemitraan.
4. Memberikan pelayanan kepada anggota menyangkut kebutuhan
usaha produktif.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen
LHK) Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tentang Pedoman
Kelompok Tani Hutan Pasal 2 menyebutkan bahwa KTH memiliki fungsi
sebagai media:
a. pembelajaran masyarakat;
b. peningkatan kapasitas sumber daya manusia;
c. pemecahan permasalahan;
d. kerja sama dan gotong royong;

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  10
e. pengembangan usaha produktif, pengolahan, dan pemasaran hasil
hutan; dan
f. peningkatan kepedulian terhadap kelestarian hutan.
Pengelolaan hutan dalam bentuk berkelompok bertujuan untuk
mendorong motivasi, rasa kebersamaan dan memiliki yang lebih kuat
dalam menyelesaikan suatu masalah, mempercepat dan mendorong
perubahan yang lebih nyata dan menyeluruh. Namun, dengan catatan
bahwa keinginan berkelompok tersebut timbul dari masyarakat sendiri.
Sebab bila kelompok tersebut dibentuk hanya sebagai syarat dapat
diberikannya akses maka akan hanya akan fokus pada penyelesaian
konflik internal sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait pengelolaan
hutan akan terhambat.
Pembinaan aspek kelola kelembagaan berdasarkan Permen LHK)
Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 dilakukan melalui
pendampingan kegiatan:
a. pembagian tugas, peran, tanggung jawab dan wewenang setiap
pengurus KTH;
b. penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
(AD/ART) dan/atau aturan kelompok;
c. penyusunan kelengkapan administrasi kelompok; d. pembuatan
rencana kegiatan KTH;
e. peningkatan kapasitas sumber daya manusia KTH;
f. peningkatan kepedulian sosial, semangat kebersamaan, gotong
royong, kejujuran, dan keterbukaan dalam pengambilan keputusan
dan pengelolaan kelompok;
g. pembentukan kader dan regenerasi kepemimpinan dalam kelompok;
dan/atau
h. penyusunan laporan kemajuan KTH setiap akhir tahun.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  11
PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019
Halaman  12
BAB III TEKNIK KELOLA KAWASAN PERHUTANAN SOSIAL

A. Penyelenggaraan kelola Kawasan

Strategi kelola kawasan dalam rangka mendukung pelaksanaan


kegiatan program perhutanan sosial yaitu :
1. Optimalisasi pemanfaatan kawasan hutan yang meliputi identifikasi,
pencadangan areal kerja perhutanan sosial (AKPS), inventarisasi,
penataan batas, pemetaan dan penetapan.
2. AKPS harus berada pada kesatuan pengelolaan hutan (KPHP, KPHK,
KPHL) dan apabila pada kawasan hutan yang belum terbentuk
kesatuan pengelolaan hutan maka AKPS dapat merupakan rancangan
awal pembentukan kesatuan pengelolaan hutan. AKPS yang berada
di luar kawasan hutan (KBNK dan hutan hak) dilakukan melalui
pemantapan kawasan budi daya non kehutanan dalam kerangka tata
ruang wilayah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan
program perhutanan sosial adalah:
1. Program perhutanan sosial dilakukan secara komprehensif (kelola
kawasan, kelola usaha, kelola kelembagaan), sinergi dan terintegrasi
dengan seKtor pembangunan lainnya serta melibatkan para pihak.
2. Kegiatan program perhutanan sosial tidak merubah status dan fungsi
kawasan hutan. Dengan demikian status kawasan hutan yang
ditetapkan sebagai AKPS tetap dipertahankan sebagai kawasan hutan
sesuai fungsinya.
3. Kegiatan program perhutanan sosial tidak bertujuan memberikan hak
kepemilikan, tetapi memberikan izin pemanfaatan hutan. Artinya
bahwa status AKPS adalah tetap kawasan hutan dan kelompok
masyarakat hanya diberikan izin pemanfaatan hutan berupa izin
usaha pemanfaatan yang diatur dalam peraturan menteri kehutanan.
B. Kriteria calon lokasi AKPS

Kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan program


perhutanan sosial harus memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Adanya masyarakat setempat yang penghuninya tergantung pada
kegiatan yang berbasis pada sumber daya hutan.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  13
2. Kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan program
perhutanan sosial adalah semua fungsi kawasan hutan kecuali pada
Cagar Alam, Inti dan Zona Rimba Taman Nasional.
3. Satu kesatuan dengan hamparan pemukiman masyarakat setempat
dengan aksesibilitas yang dapat dikembangkan.
4. Dapat memberikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang
bagi masyarakat setempat.
C. Kegiatan

1. Identifikasi
Kegiatan ini bertujuan untuk secara makro kondisi kawasan
hutan serta perhutanan ekonomi dan budaya masyarakat setempat.
Sasaran identifikasi ini meliputi:
a). Status kawasan
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui status kawasan
hutan calon AKPS, apakah berada didalam kawasan hutan yang
sudah ditujukan atau dikukuhkan bebas dari hak atau berada
diluar kawasan hutan.
b). Fungsi kawasan hutan
Fungsi kawasan hutan berdasarkan peta penunjukan
kawasan hutan sesuai surat keputusan menteri kehutanan dan
atau peta paduserasi RTRWP dan TGHK adalah hutan produksi,
hutan lindung, hutan konservasi kecuali cagar alam, zona inti
dan rimba taman nasional.
c). Letak lokasi calon AKPS
Kegiatan ini untuk mengetahui letak secara geografis dan
administrasi pemerintahan lokasi calon AKPS. Letak secara
geografis yaitu letak bujur timur dan lintang utara berdasarkan
peta penunjukan kawasan hutan atau peta paduserasi RTRWP-
TGHK, sedangkan letak administrasi pemerintah adalah letak
calon AKPS yang jelas tergaambar dalam peta
RTWP/RTRWP/RTRW kota yang telah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota bersama DPRD.
d). Penutupan lahan
Kegiatan ini dilakukan dengan penelaahan peta
penafsiran citra landsat untuk mengetahui tipe penutupan
lahan (hutan virgin, hutan bekas tebangan, tidak berhutan,

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  14
semak belukar, lahan budidaya non kehutanan dan
pemukiman). Untuk akurasi data dapat dilakukan uji petik
dilapangan.
e). Karakteristik daerah aliran sungai (DAS)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik
calon AKPS yang meliputi antara lain bentuk DAS, pola aliran,
rasio percadangan, jenis tanah, topografi, letak calon AKPS
terhadap DAS. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan
penelaahan peta DAS, peta topografi dan peta tanah atau uji
petik dilapangan.
f). Sosial ekonomi dan budaya
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui data dan
informasi perhutanan ekonomi dan budaya masyarakat
setempat yaitu penyebaran pusat-pusat pemukiman, jumlah
penduduk, mata pencarian, organisasi dan aturannya. Data dan
informasi tersebut didapat dengan melakukan observasi
lapangan dan data statistic di kabupaten/kota. Seluruh kegiatan
indentifikasi tersebut diatas dilakukan oleh Balai Pemantapan
Kawasan Hutan (BPKH), Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) dan
masyarakat.
2. Pencadangan AKPS
a. Lokasi calon AKPS yang telah diidentifikasi oleh
kelompok/lembaga masyarakat diusulkan kepada bupati.
b. Bupati mengusulkan calon AKPS kepada Menteri Kehutanan
dilengkapi dengan proposal dan Rekomendasi Gubernur.
c. Apabila permohonan Bupati memenuhi ketentuan maka Menteri
Kehutanan menerbitkan pencadangan AKPS.
d. Untuk calon AKPS di luar kawasan hutan, masyarakat setempat
mengajukan permohonan kepada Bupati.
3. Inventarisasi flora
Kegiatan invertarisasi flora dilakukan bertujuan dalam rangka
mengumpulkan data dan informasi mengenai potensi hutan kayu
dan bukan kayu antara lain meliputi jenis, volume, anakannya dan
penyebarannya. Inventarisasi ini digunakan sebagai bahan
penyusunan Rencana Teknik Sosial Sosial dan diaksanakan secara
partisipatif oleh massyarakat didampingi oleh fasilitator, BPKH dan
BPDAS.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  15
4. Inventarisasi fauna
Inventarisasi fauna adalah kegiatan invertarisasi yang
dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dan informasi
mengenai potensi satwa darat, air dan unggas yang antara lain
meliputi jumlah, jenis dan penyebarannya. Invertirisasi ini
digunakan sebagai bahan penyusunan rencana teknik perhutanan
sosial dan dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat didampingi
oleh fasilitator dan BKSDA.
5. Penataan batas dan pemetaan AKPS
Batas AKPS adalah batas yang memisahkan areal hutan yang
berada didalam AKPS dengan areal yang berada diluarnya, yaitu
dapat :
a. Kawasan hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservaasi.
b. Lahan bukan kawasan hutan seperti pemukiman, perkebunan,
tanah milik, hutan rakyat dan lain-lain. Berdasarkan peta
pencadangan AKPS oleh Menteri Kehutanan, selanjutnya calon
lokasi AKPS dilakukan penataan batas yang bertujuan untuk
menentukan letak dan luas calon AKPS. Kegiatan ini meliputi
pembuatan trayek batas, pengukuran batas, pemasangan tanda
batas, pemetaan dan pembuatan berita acara tata batas.
Kegiatan penataan batas tersebut dilaksanakan apabila calon
lokasi AKPS telah mendapat persetujuan pencadangan dari
Menteri Kehutanan. Pemetaan batas calon AKPS merupakan
kegiatan lanjutan dari hasil penataan batas yang meliputi
kegiatan penggambaran batas hasil pengukuran kedalam peta.
Peta hasil tata batas tersebut antara lain berisi informasi
mengenai letak tanda bats (pal), batas luar AKPS, sungai, jalan,
pemukiman dan luas. Kegiatan tersebut diatas dilakukan oleh
masyarakat didampingi fasilitator BPKH dan BPDAS.
6. Penetapan AKPS
Penetapan AKPS oleh Menteri Kehutanan atau pejabat yang
ditunjuk bertujuan untuk memberikan kepastian hukum didalam
memanfaatkan AKPS. Mekanisme penetapan AKPS adalah peta hasil
tata batas yang telah disahkan oleh Dinas kabupaten yang
mengurusi bidang kehutanan, diusulkan kepada Menteri Kehutanan
atau pejabat yang ditunjuk untuk ditetapkan sebagai AKPS.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  16
Tabel 1: Kategori Perhutanan Sosial dan Statusnya
Kategori Lokasi Bentuk Pemohon Pemberi Status dan
Hak/Izin Hak/Izin Jangka
Waktu
Hutan Adat Wilayah Hutan Hak/ Masyarakat Adat Menteri Hak
Adat, Hutan Adat LHK Menguasai/
diluar Hak Milik
Hutan
Negara
Hutan Desa HP & HL HPHD Koperasi Desa/ Menteri
BUMDes LHK/
Gubernur

Hutan HP & HL IUPHKm Kelompok Menteri 35 tahun


Kemasyarakata Masyarakat/Koperas LHK/ dan dapat
n i Gubernur diperpanjang

Hutan HP IUPHHK- Perseorangan/ Menteri


Tanaman Rakyat HTR Kelompok/Koperasi LHK/
Gubernur
Kemitraan HP, HL, Kesepakatan Naskah Kesepatan Menteri
Kehutanan HK Kerjasama (NKK) LHK/
antara Pengelola/ Gubernur/
Pemegang Izin Koperasi
dengan Kelompok
Masyarakat/Koperas
i

Pembinaan kelola kawasan berdasarkan Permen LHK) Nomor


P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 dilakukan melalui pendampingan
dalam kegiatan:
a. pemahaman terhadap batas wilayah kelola;
b. aktivitas kelompok dalam melakukan rehabilitasi (penanaman lahan
kritis/kosong/tidak produktif, turus jalan, kanan kiri sungai);
c. pemanfaatan wilayah kelola sesuai dengan potensi;
d. peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam
pelestarian hutan dan konservasi sumber daya alam; dan/atau
e. pencapaian pengelolaan hutan lestari yang antara lain perolehan
sertifikat pengelolaan hutan lestari.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  17
BAB IV TEKNIK KELOLA USAHA PERHUTANAN SOSIAL

A. Pengembangan Usaha

Usaha di bidang Perhutanan Sosial adalah usaha hasil hutan


bukan kayu dan atau hasil hutan kayu yang meliputi kegiatan
pembibitan, penanaman, pengayaan, pemeliharaan pemanenan,
pengolahan, pemasaran, perlindungan dan keamanan hutan serta jasa
lingkungan hutan (wisata alam, penyimpanan dan penyerapan karbon
hutan, jasa tata air dan jasa plasma nutfah) yang dilaksanakan oleh
Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) berdasarkan azas
kelestarian hutan dan azas ekonomi.
Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial adalah upaya
peningkatan kapasitas kelembagaan usaha dan/atau kewirausahaan
Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) dalam melakukan kegiatan
pengembangan usaha di bidang Perhutanan Sosial.

Strategi pengembangan usaha sangat diperlukan sebelum


memulai usaha. Sebagai langkah awal, strategi pengembangan usaha
harus ditetapkan terlebih dahulu. Demikian halnya pengembangan
usaha yang akan dikembangkan oleh kelompok tani hutan (KTH).
Bagi kelompok/ KTH pemula yang baru terbentuk,
pengembangan usaha ini perlu pendampingan sampai kelompok
benar-benar mandiri dalam melakukan pengembangan usahanya
sendiri. Berikut adalah tahapan yang dilakukan oleh KTH dalam
mengembangkan kewirausahaan.
1. Melihat peluang usaha

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  18
Ada 3 syarat ide usaha menjadi peluang usaha, yaitu:
a. Identifikasi masalah calon pelanggan Karena adanya masalah
akan menentukan kebutuhan dan keinginan yang harus
dipenuhi untuk mengatasi masalah tersebut. Kebutuhan dan
keinginan itulah yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu,
dan itu merupakan peluang usaha
b. Adanya orang yang mampu membayar atau bertransaksi untuk
menyelesaikan masalah, baik itu apakah membayar tunai atau
mencicil ataupun tidak mampu tapi ada orang yang akan
membayari. Karena orang inilah yang akan menjadi pelanggan
usaha kita.
c. Mampu menawarkan solusi kreatif untuk mengatasi masalah,
sehingga pelanggan tidak bisa bilang tidak terhadap solusi yang
ditawarkan tersebut. Solusi harus kreatif, karena adanya
pesaing usaha yang lain, yang tidak mampu memberikan solusi
lain untuk mengatasi masalah
4. Melihat besarnya pasar dan pangsa pasar

Besar pasar adalah seberapa banyak orang bisa memakai produk


kita. Data ini dapat diketahui dari perhitungan statistik.
Sedangkan pangsa pasar adalah seberapa banyak yang berhasil
kita dapatkan, dan ini merupakan pelanggan kita. Jadi pangsa
pasar pasti lebih kecil dari pasar.
Memahami pangsa pasar dalam angka, adalah memahami berapa
calon pelanggan yang bisa kita dapatkan dalam angka. Hal ini
penting, agar kita terhindar dari kegagalan usaha. Karena
walaupun produk kita bagus dan kreatif dan keberadaannya tidak
dapat ditolak oleh pelanggan. Namun jika pelanggan kita terlau
sedikit, mengakibatkan usaha kita tidak dapat bertahan. Dengan
diketahuinya pangsa pasar, selanjutnya kita dapat melakukan
perhitungan nilai ekonomi usaha kita.
5. Menghitung nilai ekonomi sebuah usaha
Perhitungan nilai ekonomi diperlukan bagi sebuah produk yang
akan dihasilkan dan dipasarkan. Produk yang dapat dihasilkan dari
sebuah usaha dapat berupa barang atau jasa. Untuk dapat
menghitung nilai ekonomi terlebih dahulu dikumpulkan informasi
terkait karakteristik usaha atau komoditi yang dihasilkan sehingga
modal dasar yang diperlukan dapat dihitung. Selain itu informasi

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  19
harga pasar juga diperlukan sehingga nilai laba atau rugi usaha
dapat diketahui. Untuk produk barang, analisis ekonomi usaha
dapat dimulai dengan menghitung modal dasar yang diperlukan
untuk menyediakan bahan baku.
Selanjutnya untuk melakukan proses produksi diperlukan biaya
produksi yang meliputi komponen bahan bahan baku, peralatan
habis pakai, tenaga kerja proses pembuatan produk (pemasakan,
pencetakan, pengerjaan, dll), pengemasan, biaya distribusi/
angkutan, biaya promosi dan sebagainya.
6. Pengembangan Usaha
Beberapa aspek yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan usaha yaitu:
a. Teknologi Mengembangan peralatan dalam produksi,
pengemasan, pemesanan, dsb.
b. Pekerja Mengembangkan pekerja bagian tertentu, atau
menambah jumlah pekerja.
c. Efisiensi Melakukan efisiensi pada bagian tertentu, atau efisiensi
dalam penggunaan uang maupun waktu.
d. Wilayah Mengembangkan skala usaha misalnya pada tingkat
kota, tingkat provinsi, tingkat nasional atau tingkat
internasional.
e. Pemasukan Mengembangkan persen pemasukan usaha dalam
jangka waktu tertentu (1 minggu, 1 bulan, atau 1 tahun).
f. Peluang Mengembangkan dalam menambahkan produk atau
jasa, atau pengembangan cabang baru, atau tempat jualan
baru.
7. Membuat dan Memasarkan produk
Untuk produk berupa barang, persiapan yang dilakukan untuk
memulai membuat produk yaitu persiapan bahan baku yang
diperlukan. Modal awal yang diperlukan dalam analisa ekonomi
disiapkan untuk dibelanjakan.
Untuk memulai membuat produk, prosedur kerja yang dilakukan
yaitu:
a. Menyediakan bahan dan alat habis pakai
b. Menentukan jadwal produksi
c. Menyiapkan tenaga kerja
d. Merawat peralatan permanen/tidak habis pakai
e. Mengemas produk

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  20
8. Merancang inovasi produk
Inovasi dan kreatifitas diperlukan bukan hanya dari ketua kelompok
namun seluruh anggota kelompok juga memiliki kesempatan yang
sama untuk mengemukakan ide masing-masing dalam merancang
dan menciptakan produk baru dari usaha kelompok. Inovasi
pengembangan produk baru yang memiliki keunggulan
dibandingkan produk dari produsen lain maupun produk dari bahan
baku yang sama baik dapat memenangkan kompetisi pasar.
Dengan demikian, stabilitas usaha kelompok akan terus terjaga
sehingga usaha kelompok dapat berkelanjutan. Beberapa teknik
inovasi dalam usaha yaitu:
a. Produk meliputi inovasi dalam hal fungsi/manfaat,
ukuran/bentuk, model/warna, kemasan, kualitas, cara
menggunakan, cara membayar, purna jual
b. Promosi meliputi inovasi dalam hal pemesan, positioning, iklan,
sales promo, public relation, penjualan langsung, media
tradisional (tv, radio) dan media non tradisional (robot)
c. Proses meliputi inovasi dalam bahan baku, pengiriman,
penyimpanan, flow chart, sumberdaya manusia, lokasi/ruang
dan limbah
Sebagai satu sistem, maka usaha rumah tangga petani terdiri
atas tiga sub-sistem dasar yaitu: rumah tangga (keluarga) petani
sebagai unit pengambil keputusan; usaha pada tanaman dan ternak
sebagai unit produksi yang merupakan bagian sumber pendapatan
pokok keluarga; usaha-usaha di luar sektor kehutanan sebagai unit
usaha sampingan (tambahan pendapatan). Usaha tani adalah proses
produksi yang dilakukan petani baik secara individu maupun kelompok
dengan mensinergikan penggunaan faktor input yang terdiri dari
modal, tenaga kerja, sumber daya alam, ketrampilan sesuai dengan
teknologi yang dimiliki. Dengan berorientasi pada usaha, maka perlu
dilakukan analisa keuangan usaha tani untuk mengetahui apakah
sumber daya yang digunakan cukup efisien dengan membandingkan
antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pada
umumnya, petani hanya melakukan perhitungan sederhana terhadap
hasil yang diperoleh dan nilai yang dikeluarkan berupa barang dan
jasa. Namun, jasa lingkungan dari usaha tani belum diperhitungkan.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  21
Usaha tani perlu dikembangkan. Pengembangan usaha mencakup
pengembangan sistim produksi, pengembangan kelembagaan usaha,
dan pengembangan sistim pendukung. Untuk pengembangan usaha,
maka kelompok tani diarahkan untuk memiliki kemampuan:
 Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan produksi
yang menguntungkan berdasarkan informasi mengenai teknologi,
sosial, permodalan, serta sumber daya alam lainnya.
 Memfasilitasi penerapan teknologi (bahan, alat, cara).
 Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak lain.
Pengembangan usaha diarahkan kepada pengembangan
kelembagaan usaha guna pengembangan bisnis. Hal ini diharapkan
akan memberi kepastian legalitas dan memberi akses yang lebih besar
terhadap faktor-faktor produksi dan pasar hasil produksi.
Pengembangan kelembagaan usaha masyarakat mencakup:
 Penyediaan lembaga usaha yang berbadan hukum yang
menjalankan bisnis hasil-hasil produksi masyarakat.
 Penyediaan lembaga usaha masyarakat yang memainkan peran
dalan menjalin kemitraan dengan pemegang ijin HPH/HTI, Bank
atau lembaga keuangan lainnya, BUMN, BUMD, instansi terkait,
lembaga donor, dan sebagainya.
 Penyediaan lembaga usaha masyarakat yang memiliki kemampuan
dalam mengembangkan pasar hasil-hasil petani.
 Penyediaan lembaga usaha yang memiliki rencana jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang .
Kelembagaan unit usaha tani perlu diberdayakan. Pada tahap
awal, potensi unit usaha yang telah ada perlu diperkuat. Penguatan ini
perlu difasilitasi oleh penyuluh/pendamping, lembaga pemerintahan
desa, LSM , dan juga perguruan tinggi.
Pembinaan kelola usaha berdasarkan Permen LHK) Nomor
P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 dilakukan melalui pendampingan
dalam kegiatan:
a. penyusunan rencana dan analisis usaha bidang kehutanan;
b. penguatan manajemen usaha tani;
c. pengembangan diversifikasi usaha produktif kehutanan lainnya;
d. penyelenggaraan temu usaha KTH dengan pelaku usaha;
e. pengembangan kerjasama, jejaring kerja dan kemitraan dengan
pelaku usaha;
PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019
Halaman  22
f. peningkatan akses informasi dan teknologi dari berbagai sumber;
dan/atau
g. mendorong pembentukan badan usaha/koperasi.

SUMBER RUJUKAN

Departemen Kehutanan. 2007. Draft Rencana Makro Pemberdayaan


Masyarakat Di Dalam dan Sekitar Hutan http:// www.
dephut.go.id/INFORMASI/ UMUM/Draft_Renc_Makro Makro.pdf
Diakses tanggal 30 Januari 2016.
Firmansyah, Murtado dan Indri Pujirianti. 2018. Modul Pendampingan
Pengembangan kewirausahaan. Jakarta: BP2SDM KemenLHK.
Halim, Abdul dan Nurhidayat Munir. 2016. Panduan Pelaksanaan ToT
Kader SHK Melalui Kelompok Tani Hutan. Bogor : Konsorsium KpSHK.
Hastuti, Endang Dwi dan Siwi Tri Utami. 2018. Modul Pendampingan
Pembentukan dan Penguatan KTH. Jakarta: BP2SDM KemenLHK.
Kementerian LHK. Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 29/Menhut-II/2013 tentang
Pedoman Pendampingan Kegiatan Pembangunan Kehutanan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.89/MENLHK/SETJEM/KUM.1/8/2018 Tentang Pedoman Kelompok
Tani Hutan.

PELATIHAN PENDAMPINGAN PS Tahun 2019


Halaman  23

Anda mungkin juga menyukai