Anda di halaman 1dari 40

1

PROPASAL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG


PERKEMBANGAN BAYI DENGAN PERILAKU
STIMULASI PADA BAYI 0-12 BULAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SALOBULO
KECAMATAN SAJOANGING
KABUPATEN WAJO
A. Latar Belakang

Perkembangan merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis


yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan
terpola.(Dwiendar,octa,dkk,2014:147).
Stimulasi adalah adalah setiap gerakan atau kegiatan yang diterima bayi
melalui mata, telinga, hidung dan lidah, agar ia dapat menerima informasi
baru bagi otaknya.(Setyowati Holi,2008:75).
Menurut UNICEF tahun 2011 didapat data masih tingginya angka

kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita

khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta

anak mengalami gangguan. Balita di Indonesia Sekitar 16% di laporkan

mengalami gangguan perkembangan berupa gangguan kecerdasan akibat

gangguan perkembangan otak, gangguan pendengaran dan gangguan motorik

(Depkes RI, 2006). Pada tahun 2010 gangguan pertumbuhan dan

perkembangan pada anak di Indonesia mencapai 35,7% dan tergolong dalam

masalah kesehatan masyarakat yang tinggi menurut acuan WHO karena

masih diatas 30% (Riskesdas, 2010).

Banyaknya negara yang mengalami berbagai masalah perkembangan anak

seperti keterlambatan motorik, bahasa, perilaku, autisme, dan hiperaktif.


2

Angka kejadian di Amerika Serikat bekisar 12-16%, Thailand 24%,

Argentina 22%, dan Indonesia 13-18% (Hidayat, 2010).

Ibu percaya bahwa sebagian besar perkembangan keterampilan dan

kegiatan terjadi pada usia normatif, dan sebagian besar ibu tidak mengetahui

apabila penglihatan (52%), vokalisasi (79%), sosial tersenyum (59%), serta

perkembangan otak secara keseluruhan (68%) dimulai di awal kehidupan

anak (Ertem et al., 2007).

Departemen kesehatan RI Dalam (Widati, 2012) melaporkan bahwa 0,4

juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik

perkembangan motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan

kurang dan keterlambatan bicara.

Jumlah anak usia 0- 4 tahun pada tahun 2014 di Indonesia sebanyak

24.053.816 jiwa. Dan pada pendataan awal terdapat 31 bayi di wilayah kerja

Puskesmas Salobolu Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo.

Stimulasi dimaksudkan untuk melatih kemampuan bayi agar bayi dapat


menguasai keterampilan tertentu pada usia yang seharusnya. Cukup banyak
kejadian keterlambatan terjadi hanya karena kurang stimulasi. Banyak
kemampuan sebetulnya yang telah dapat mulai dipelajari sejak dini, seperti
kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara mulai dipelajari bayi saat
belajar berkomunikasi dengan ibu, mendengar ibu berbicara dengannya,
mendengar ibu membacakan buku cerita sederhana hingga akhirnya terekam
cukup baik dan bayi berusaha menirunya. Sampai akhirnya, si bayi dapat
berbicara sesuai dengan target pencapaian kemampuan bicara untuk usianya
(Handy,fransisca.2015:105)
Awalnya gerakan-gerakan yang dilakukan bayi bersifat refleks.
Selanjutnya, pada usia 2-3 bulan ia mulai bisa mengontrol otot mata. Pada
usia 4-6 bulan, ia mulai bias mengontrol otot tangan dan kepala. Pada usia 7-9
bulan, ia mulai bisa mengontrol otot pinggang sehingga bisa duduk
sendiri.(Ariyanti, Fitri,dkk,2006:31).
3

Dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan pengatahuan ibu tentang perkembangan bayi

dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Salobulo Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu

tentang perkembangan bayi dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12 bulan di

Wilayah Kerja Puskesmas Salobulo Kecamatan Sajoanging Kabupaten

Wajo”?.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang

perkembangan bayi dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12 bulan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu tentang tahap-tahap

perkembangan bayi 0-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas salobulo

Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo.

b. Untuk mengetahui stimulasi apa yang bisa di berikan ibu kepada bayi

sesuai tahap perkembangannya.


4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan tersendiri bagi peneliti untuk menambah

wawasan yang bersifat teoritis dan ilmiah tentang hubungan pengetahuan

ibu tentang perkembangan bayi dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12

bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Salobulo Kecamatan Sajoanging

Kabupaten Wajo.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pertimbangan Puskesmas Salobulo Kecamatan

Sajoanging Kabupaten wajo dalam meningkatkan pengetahuan ibu

tentang perkembangan bayi dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12

bulan.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah hal yang diharapkan atau hal yang diantisipasi dari
sebuah penelitian.(Swarjana,I Ketut,2015:39)
Dalam sebuah penelitian, dikenal dua jenis hipotesis, yaitu (Thomas et
al,2010)
1. Ha : Hipotesis Alternatif

Hipotesis alternatif disebut juga hipotesis kerja. Hipotesis ini

menyatakan adanya perbedaan satu variable dengan variable yang lainnya

atau menyatakan adanya hubungan di antara satu variabel dengan variable

yang lainnya atau bisa juga menyatakan adanya pengaruh satu variabel

atau trearment terhadap variabel yang lainnya.


5

“Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan bayi

dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12 bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Salobulo Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo”.

2. H0 : Hipotesis Nol

Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan

diantara variabel penelitian atau menyatakan tidak adanya perbedaan di

antara variabel penelitian atau bisa juga menyatakan pengaruh satu

variabel atau treatment terhadap variabel yang lainnya.

“Tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang perkembangan

bayi dengan prilaku stimulasi pada bayi 0-12 bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Salobulo Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo”.

F. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang pengetahuan ibu tentang perkembangan bayi

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal yang kita ketahui tentang


kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji
kebenarannya, didapat melalui pengamatan yang lebih mendalam.
(Wasis,2006:1).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses


sensori khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya prilaku terbuka (overt behavior). Prilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat langeng. (Sunaryo,2004:25).

b. Definisi Perkembangan

Perkembangan bayi dan balita merupakan gejala kualitatif.


Artinya, pada diri bayi dan balita berlangsung proses peningkatan
dan pematangan (maturasi) “kemampuan personal” dan
“kemampuan sosial”. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan
6

segenap fungsi alat-alat pengindraan dan sistem organ tubuh


lainyang dimilikinya.
Kemampuan fungsi-fungsi pengindraan meliputi:
1. Penglihatan, misalnya, melihat, melirik, menonton, membaca, dan
lain-lain.
2. Pendengaran, misalnya, reaksi mendengar bunyi, menyimak
pembicaraan dan lain-lain
3. Penciuman (pembau), misalnyanya, mencium atau membaui
sesuatu
4. Peraba, reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba benda, dan
lain-lain
5. Pengecap (perasa), misalnya, mengisap ASI, mengetahui rasa
makanan dan minuman, dan lain-lain. ( Eveline PN, IBCLC dan
Nanang Djamaluddin,2010:7)

c. Empat Aspek Perkembangan Bayi

Ada empat aspek perkembangan bayi yang perlu dipantau :


1. Motorik kasar, mengacu pada pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar, seperti berdiri, merangkak dan duduk.
2. Motorik halus, mengacu pada pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-
otot kecil serta memerlukan koordinasi yang cermat, seperti
menggenggam, menulis dan menggunting.
3. Kemampuan komunikasi dan bicara, berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara , berbicara,
berkomunikasi, dan mengikuti perintah.
4. Kemampuan sosial dan kemandirian, seperti menatap wajah,
melambaikan tangan, makan dan minum.( Nova Avace
tompunu,2015:5)

d. Tahap-tahap Perkembangan Bayi 0-12 Bulan. (suririnah,2010:161-

185).

1. Perkembangan Bahasa dan Bicara Bayi


Mulai dari lahir sampai usia satu tahun, bayi akan
berkomunikasi dengan anda dengan cara menangis, berceloteh,
lalu berbicara. Mencapai semua tahapan perkembangan
kemampuan bicara dan bahasa ini dalam waktu singkat adalah
pristiwa luar biasa bagi bayi. Kemampuan bicara dan bahasa
meliputi berbagai proses, bukan hanya sekedar mengucapkan
kata-kata tetapi juga melalui proses penglihatan, pendengaran,
perkembangan otot di daerah mulut, juga hasil interaksi dengan
orang-orang yang ada disekitarnya.
7

Pendengaran bayi sudah mulai berkembang bahkan sejak


dalam kandungan, kecuali bila bayi mempunyai gangguan
pendengaran. Pendengaran bayi akan berkembang sempurna
pada akhir bulan pertamanya. Anda dapat melihat bagaimana
bayi mudah sekali kaget dengan suara-suara. Semakin
bertumbuh, dia akan menggunakan pen dengarannya untuk
menarik sebanyak mungkin informasi tentang lingkungan
sekitarnya, yang akan merangsang perkembangan otaknya untuk
berbicara dan berperan dalam aktivitas fisik seperti duduk,
merangkak, dan berjalan.
Mula-mula bayi kan menaruh perhatian penuh terhadap
suara-suara, terutama yang bernada tinggi. Bayi akan
memberikan reaksi terhadap suara yang dikenalnya. Pada usia
tiga bulan, ketika mendengar suara ibunya, bayi akan menengok
kerah ibunya dan mengoceh sesuatu. Pada usia lima bulan bayi
sudah mulai mengenali namanya, dank an mampu mengenali
arah datangnya suara.
a. Satu Bulan
Bayi akan mengerti suatu pembicaraan sebelum dia
dapat mulai bicara. Sejak lahir, bayi akan melihat wajah
anda dan mendengarkan suara anda. Bayi akan
mengeluarkan bunyi-bunyi kecil yang mulai mengandung
arti untuk anda, seperti ketika bayi menunjukan rasa lapar
atau rasa sakit. bunyi-bunyi ini termasuk suara tawa,
tangisan, dan suara-suara memekik, “ooo-aah” atau suara
vocal.
Bayi menangis adalah salah satu cara yang penting
untuk berkomunikasi dengan anda. Tangisan menjadi dasar
untuk bicara, saat bayi belajar untuk mengontrol udara yang
masuk keparu-parunya dan menggunakan pita suaranya.
Tangisan adalah cara bayi memberitahu bahwa ia lapar,
kepanasan, kesakitan, meminta perhatian, dan sebagainya.
Dengan memberikan respon kebutuhan dan tangisanya,
anda memberitahu kepada bayi bahwa ia penting bagi anda,
yang sangat membantu rasa percya dirinya.
b. Dua Bulan
Bayi yang berusia dua bulan ini akan mulai
memberikan lebih banyak perhatian pada dunianya. Bayi
akan mengagumi suara anda dan akan mengikuti kearah
suara-suara disekitarnya dengan perhatian yang besar. Nada
suara anda yang berbeda akan membbuatnya tertarik untuk
sementara waktu.
Bayi akan bereaksi menjawab dengan berbagai variasi
suara celoteh, suara vocal (“aaa”), kadang beberapa
konsonan seperti “k”, dan pekikan. Bayi akan mempunyai
koleksi suara celoteh yang cukup banyak untuk
8

berkomunikasi dengan anda, dan dia juga belajar untuk


menggunakan bunyi suaranya sendiri.
c. Tiga Bulan
Bayi dapat menoleh ke arah suara dan mengenali suara
anda ketika mendengar anda bicara. Bayi mulai meniru
kata-kata, tertawa keras, memekik ketika bahagia, dan dia
akan sering terkejut sendiri sampai dia sadar dialah yang
membuat suara itu. Bayi juga akan membuat suara seperti
“anggg kuhh”
d. Empat Bulan
Bayi akan tersenyum spontan ketika melihat sesuatu
disekitarnya. Dia akan menoleh kaerah datangnya suara,
dan berceloteh untuk meniru bunyi-bunyi dan sering
menggunakan nada tinggi (memekik). Bayi juga akan
mulai dapat memberitahu anda ketika dia sedang tidak ingin
berbicara dengan anda. Bayi akan memutarkan kepalanya
kearah lainnya dan dapat juaga dapat meletakkan tangan
diatas kepalanya. Bayi juga dapat menunjukkan tanda-tanda
marah atau frustasi dengan menangis, terutama jika sesuatu
diambil darinya.
e. Lima Bulan
Bayi sudah menjadi lebih baik dalam berkomunikasi.
Bayi dapat mengoceh dan memperlihatkan mimic terhadap
bunyi suara yang didengarkan sehingga memperjelas apa
yang diinginkannya. Jika anda menanggapi suara tertawa
atau celotehnya, bayi akan sering menngulangi bunyi-bunyi
suara tersebut karena dia mengerti akan mendapat perhatian
anda dengan cara ini. Bayi akan meniru bunyi-bunyi kata
“papa mama” tapi tidak spesifik. Bayi akan memperhatikan
mulut anda ketika anda bicara. Bayi mulai bealajar
mengonntrol bunyi suaranya dengan memerhatikan
tanggapan anda terhadap suaranya.
f. Enam Bulan
Bayi sekarang dapat menggunakan kombinasi vokal
dan konsonan. Bayi sudah menemukan gambaran dirinya
dan bahasa bayi sudah semakin jelas.
g. Tujuh Bulan
Bayi akan terus belajar menggunkan kemampuan
bahasanya . bayi sudah belajar melambaikan tangan ketika
mengucapkan selamat tinggal disertai suara celotehnya.
Bayi dapat mengatakan “mama” atau “dada” kepada kedua
orang tua, tapi belum dapat membedakannya.
h. Delapan Bulan
Bayi mulai dapatr bermain-main seperti permainan
cilukba. Walaupan belum dapat, dia akan berceloteh dan
bicara kepada dirinya sendiri selama permainan.
9

i. Sembilan-Sepuluh Bulan
Teruskan bermain dengan aneka permainan bayi dan
mengajaknya menyanyikan syair lagu yang berulang-ulang,
sehingga bayi mau merespons untuk menjawab.
j. Sebelas-Dua Belas Bulan
Bayi dapat merespon suara-suara baru, warna, dan
bentuk dengan baik. Bayi anda sudah mengerti pembicaraan
dan permintaan yang mudah dengan baik, seperi minum
susu. Bayi dapat mengucapkan beberapa kata yang mudah.
Setelah usia satu tahun kemampuan bahasanya akan terus
meningkat, dan bayi akan berinteraksi semakin banyak
dengan dunia sekitarnya. Sebelum anda menyadarinya, bayi
akan bicara tanpa henti ketika dia sudah menguasai semua
kemampuan bahasa dan suaranya.
2. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik berhubungan dengan proses
kemampuan gerak seorang anak. Sejak lahir bayi akan memulai
proses perkembangan motoriknya, yang diperlukan untuk
mengambil tindakan terhadap sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungannya. Anda akan menemukan bayi anda mulai
mengumpulkan semua kemampuan dari pengalamannya
didunia, yang akan menjadi suatu keterampilan motorik baru
yang kompleks dan akan terus berkembangan. Saat kemampuan
motoriknya berkembangan, bayi akan mampu berinteraksi
seutuhnya dengan lingkungannya.
Penglihatan bayi akan membantu dalam perkembangan
fisik, mental, dan emosional dengan mengamati lingkungan
sekitarnya. Bayi baru lahir mempunyai pandangan terbatas dan
hanya dapat fokus pada jarak 20-25 cm, hanya sejauh jarak
ketika anda menyusuinya. Mata bayi masih sensitif dan
penglihatannya masih buram meskipun dia sudah dapat
mendeteksi cahaya dan benda yang bergerak
Pada usia satu bulan mata bayi sudah dapat fokus pada jarak
satu meter. Di usia dua bulan bayi sudah mulai dapat mengenali
wajah anda dan merespons terhadap senyuman, dan mulai dapat
melihat warna tapiu masih sulit membedakannya sehingga
masih lebih menyukai warna hitam dan putih. Namun, bulan
berikutnya otak bayi terus mempelajari tentang perbedaan warna
dan akhirnya bayi mulai tertarik dengan warna-warna terang
seperti biru, hijau, kuning, dan merah serta pola-pola tertentu.
Di usia 4-5 bulan focus penglihatannya semakin membaik.
Bayi mulai dapat menilai objek dan meraih dengan tangannya
(memegang kerincingan),mengenali objek yang bergerak, dan
mulai mengenali perbedaan ekspresi wajah (sedih, gembira, dan
marah). Dia juga akan meresponsnya. Bayi mulai menyukai
permainan cilukba.
10

Perkembangan indra penglihatan terjadi sangat cepat dan


pada usia enam bulan bayi dapat menegnali benda dan
mendekati benda yang menarik perhatiaanya. Setelah delapan
bulan sistem syaraf mata sudah berkembang cukup sempurna,
penglihatan bayi sudah hampir mendekati penglihatan orang
dewasa yang normal. Perkembangan terbesar dari penglihatan
bayi adalah kemampuan otak untuk menginterpretasikan
informasi yang dilihat matanya.
Perkembangan motorik dibedakan menjadi dua kategori:
kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus.
Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk
mengontrol otot-otot besar, kemampuan ini kemampuan dapat
duduk, berjalan, berdiri, menendang bola, dan sengainya.
Sedangkan kemampuan motorik halus adalah kemampuan
unttiuk mengontrol otot-otot kecil. Kemampuan ini
memungkinkan bayi bisa memegang kerincingan atau
mengambil sesuatu dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuknya.
Perkembangan otot bayi dimulai dikepala kemudian kearah
bawah. Perkembangan pertama pada bayi adalah pada otot-otot
leher. Setelah setelah itu bayi akan belajar mengontrol batang
tubuh dan akhirnya otot-otot kaki. Bayi akan mulai duduk
sendiri, merangkat sedikit, dan tengkurap sendiri. Bayi akan
juga senang digoyang-goyang di lutut anda, yang merupakan
cara yang baik bagi bayi untuk memulai perkembangan
keseimbangan. Pada waktu berusia sekitar delapan bulan, bayi
akan mulai belajar berdiri sendiri sambil memegang sesuatu
dengan bantuan anda.
Perkembangan motorik bayi sudah berkembang sejak
didalam kandungan dan saat dilahirkan dengan adanya refleks-
refleks (gerakan secara otomatis tanpa disadari). Sebagian besar
gearkan bayi di beberapa minggu pertamanya adalah gerakan
berbagi refleks (seperti refleks mengisap atau menggenggam)
yang akan berkurang dengan bertambahnya usia.
Seorang bayi biasanya akan mulai berjalan biasanya pada
usia antara 9-15 bulan, tapi rata-rata bayi mulai dapat berjalan
setelah usia satu tahun (sekitar usia 13-14 bulan). Jika bayi anda
belum dapat berjalan tetapi tidak mempunyai masalah dengan
merangkang, berdiri, dan duduk tegak, imi normal-normal saja.
Beberapa bayi bahkan melompati fase merangkak dan dapat
mulai berjalan selambatnya usia 17-18 bulan. Bila anda merasa
kuatir, konsultasi kedokter untuk menilai lebih saksama.
a. 1-3 Bulan
1. Tangan bayi mulai mengepal seperti akan meninju
dan memegang benda yang diletakkan ke tangannya
secara impulsif. Di usia dua bulan, refleksnya
11

memegang sesuatu mulai berkurang. Di usia tiga bulan,


telapak tangannya terbuka tapi belum kuat untuk
memegang benda. Bayi mulai bermain dengan kedua
tangannya dan menendang-nendangkan kaki keatas.
2. Pada usia tiga bulan mulai memiringkan bandannya.
Anda bisa meletakkan bayi dalam posisi tengkurap.
Gerakkan mainan atau buatlah suara-suara di
hadapannya, sehingga bayi akan belajar mengangkat
kepalanya, dan berangsur-angsur akan menggunakan
kedua lengannya untuk mengangkat kepala dan
dadanya.
3. Bayi dapat digendong dalam posisi duduk sehingga ia
belajar menahan kepalanya tetap tegak.
4. Bayi sudah dapat memerhatikan benda bergerak dan
benda-benda yang berwarna cerah.
b. 4-5 bulan
1. Bayi mulai dapat mengambil benda dengan tangannya.
Bayi dapat menggenggam sebentar dan memegang
mainannya. Letakkan mainan yang berbunyi di tangan
bayi, lalu tariklah perlahan untuk melatihnya
memegang benda lebih kuat.
2. Bayi suka mengisap jarinya.
3. Kepala bayi sudah lebih kuat dan dada terangkat
menumpu pada lengan. Bayi mulai tengkurap.
4. Bila kepala bayi sudah mulai kuat atau beyi sudah
dapat mengontrol kepalanya, bantulah dia agar dapat
duduk sendiri di kursi yang ada sandarannya, lalu
berikan mainan di tangannya. Demi keamanan, jangan
meletakkan bayi di pinggir ranjang atau sofa tanpa
pengawasan. Bayi sduah mulai dapat tengkurap setiap
saat pada usia ini.
c. 6 bulan
1. Bayi mulai mengikuti benda dengan matanya. Letakkan
benda atau mainan yang berwarna menarik di luar
jangkauannya sehingga bayi tertarik untuk
mengambilnya dengan cara mulai merangkak.
2. Bayi semakin senang menendang-nendankan kakinya
dan mengisap ibu jari kakinya.
3. Bayi senang dengan dedua benda yang ada di kedua
tangannya.
4. Bayi mulai berguling.
5. Bantulah bayi keposisi duduk. Bayi akan terus
memasukkan sesuatu ke mulutnya. Hati-hati dengan
benda kecil yang dapat membuatnya tersedak, seperti
kancing, uang koin, gundu, atau mainan kecil lainnya.
d. 7 bulan
12

1. Bayi mulai dapat menggerakkan benda dari satu tangan


ketangan lainnya. Dia dapat memegang benda secara
bersamaan dengan kedua tangannya, ajarkan bayi
memasukkan benda atau mainan ke suatu wadah dan
mengeluarkannya kembali.
2. Ketika bayi sudah mulai duduk sendiri, anda dapat
membantunya ke posisi berdiri agar bayi mau
mengayunkan tubuhnya sendiri.
3. Bayi mulai merangkak. Letakkan mainan di luar
jangkauannya sehingga bayi akan merangkak untuk
meraihnya.
e. 8 Bulan
1. Tangan bayi sudah terbuka dan rileks dalam waktu
lama.
2. Bayi sudah mulai mampu mengambil makanan yang
kecil.
3. Bayi sudah mulai berdiri sambil berpegangan di
ranjangnya atau sofa. Ketika sedang berdiri, letakkan
atau peganglah mainan yang disenanginya di luar
jangkauan sehingga bayi berusaha berjalan sambil
berpegangan di sepanjangnya atau sofa untuk
meraihnya.
f. 9-12 bulan
1. Bayi mampu melepaskan benda yang dipegangnya
degan sadar. Ajari bayi mencoret-coret dikertas dengan
menggunakan pensil atau pensil warna.
2. Bayi dapat memberikan mainannya ke orang lain bila
diminta.
3. Bayi mampu memegang lebih dari satu benda di
tangannya. Teruskan melatihnya dengan memasukkan
benda-benda ke suatu wadah dan mengeluarkannya
kembali. Berikan juga mainan balok dan ajarkan
menyusunnya.
4. Ajarkan bayi bermain bola yang berukuran besar, lalu
gelindingkan bola ke arah bayi dan usahakan agar bayi
menggelindingkannya kembali kearah anda.
5. Bayi sudah dapat duduk, berdiri, dan merangkak
dengan baik.
6. Bila mulai berjalan sambil dituntun. Ajari bayi berjalan
beberapa langkah dengan/tanpa bantuan. Misalnya,
dengan memintanya berjalan beberapa langkah karah
anda, dan selalu member pujian terhadap segala
upayanya. Berikan juga mainan yang dapat di dorong
atau ditarik.
3. Perkembangan kemampuan bersosialisasi
13

Tahun pertama bayi anda diisi dengan berbagai tantangan


dan pengalaman baru bagi setiap orang di keluarga anda. Satu
dari banyak hala yang akan dipelajari bayi dalam tahun
pertamanya adalah kemampuan untuk bersosialisasi dan
berkumpul dengan orang lain. Tempat pertama bayi belajar
bersosialisasi dengan orang lain adalah di dalam keluarganya
sendiri. Anda sebaiknya memperkenalkan bayi ande kepada
tema bermain dan orang lain di luar keluarga anda sendiri, ini
akan memungkinkannya belajar berkomunikasi dan berinteraksi
pada usia edini mungkin.
Bayi sangat tertarik memerhatikan bayi lain dan suatu
ketika dapat berinteraksi dengan bayi lain dengan cara
menyentuh atau memukul mereka. Bayi belum dapat
berpartisipasi dalam kegiatan “bermain” sampai mereka mulai
berjalan. Keuntungannya berkumpul adalah memberi
rangsangan yang ditimbulkan ketika berada di sekitar bayi-bayi
lainnya.
Satu hal yang harus diingat adalah sebaiknya anda
menjauhkan bayi anda dari bayi lainnya jika ia merasa tidak
senang/gelisah atau jika salah satu bayi lainnya sedang sakit.
bayi sangat mudah terkena infeksi dan anda sebaiknya sedapat
mungkin membatasi bayi anda kontak dengan penyakit.
a. Usia 0-3 bulan
1. Berikan rasa aman dan kasih sayang kepada bayi anda.
Tenangkan ketika bayi rewel dan berikan pelukan kasih
sayang. Anda dapat pula menyanyikan lagu-lagu untuk
menenangkannya.
2. Bayi suka tersenyum, jadi berikan senyuman anda
sesering mungkin saat memberikan susu atau berbicara
kepadanya.
3. Sanggalah kepala bayi sesering mungkin, sehingga bayi
dapat melihat dapat melihat dan mengamati
sekelilingnya.
b. Usia 3-6 bulan
1. Teruskan memberikan rasa aman dan kasih sayang
kepada bayi.
2. Ajarkan bayi berkeliling dan mengamati sekitarnya.
3. Bayi akan senang melihat dirinya di kaca, berikan
mainan cermin yang tidak mudah pecah atau ajak bayi
melihat dirinya sendiri di kaca.
4. Bermain cilukba dengan bayi anda.
5. Teruskan semua kegiatan diatas.
6. Ajari bayi permainan yang dapat dilakukan bersama.
c. Usia 9-12 bulan
1. Teruskan semua kegiatan yang di atas.
14

2. Ajaklah bayi makan bersama-sama dengan anggota


keluarga yang lain.
3. Tunjukkan permainan yang dapat ditarik-tarik,
meggelindingkan bola, menyusun balok, dan
menggambar sendiri.
4. Biarkan bayi belajar minum dari cangkirnya sendiri.

e. Prinsip perkembangan (Nurdiansyah, Nia, 2011:229)

1. Perkembangan merupakan proses yang tak pernah berhenti.


2. Semua aspek perkembangan saling berhubungan.
3. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan.
4. Setiap fase perkembangan mempunyai cirri khas dan terdapat
tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan.
5. Individu akan mengalami tahapan perkembangan, dengan pola
dan arah tertentu.
6. Ada bahaya psikologis pada setiap tahapan perkembangan.

f. Ciri-ciri Perkembangan (Hidayat Alimul Aziz,2008:10)


1. Perkembangan selalu melebitkan proses pertumbuhan yang
diikuti oleh perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem
reproduksi akan diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.
2. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap,
yaitu perkembangan dapat terjadidari daerah kepala menuju kea
rah kaudal atau dari bagian proksimal kebagian distal.
3. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan: mulai dari
kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan
melakukan hal yang sempurna.
4. Perkembangan dapat menentukan perumbuhan tahap
selanjutnya, dimana tahapan perkembangan harus dilewatitahap
demi tahap I(Narendra,2002).

g. Denver Developmental Screening Test

Denver developmental screening test adalah sebuah metode


pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan
perkembangan anak usia 0-6 tahun (Heru Santoso Wahito
Nugroho,2009:3).
i. Tabel 2. Tahap Perkembangan Anak Usia 1-24 Bulan Menurut
Denver II.

Usia Motorik Motorik Komunikasi Sosial atau


(Bulan) Kasar Halus atau Bicara Kemandirian
Tangan dan Kepala Bereaksi Menatap
1 kaki menoleh terhadap wajah bunda
bergerak sedikit ke bunyi atau
15

aktif kanan atau ke lonceng pengasuh


kiri
Mengangkat Kepala Bersuara Tersenyum
kepala menoleh ke spontan
2
ketika samping kiri
tengkurap atau kanan
Kepala Tertawa atau Memandang
3 tegak ketika berteriak i tangannya
di dudukkan
Tengkurap Memegang
dan mainan
4
telentang
sendiri
Meraih dan Menoleh kea Meraih
menanggapi rah mainan
5
benda datangnya
suara
Duduk Memasukka
tanpa n makanan
6
berpeganga ke dalam
n mulut
Mengambil
mainan
menggunaka
7
n tangan
kanan dan
tangan kiri
Berdiri Bersuara
8 berpeganga ma, ma, ma
ng
Menjumput Melambaika
9
n tangan
Memukulkan Bertepuk
10 mainan di tangan
kedua tangan
Memanggil
11
mama, papa
Berdiri Memasukkan Bermain
tanpa mainan ke dengan
12
terpegangan dalam orang lain
cangkir
berjalan Mencoret- Minum dari
15
coret gelas
Lari atau Berbicara Memakai
18 naik tangga beberapa sendok,
kata menyuapi
16

(mimim, boneka
ma’em)
Menendang Menepuk 2-4 Menunjuk Melepas
bola mainan gambar pakaian,
(bola, memakai
kucing), pakaian, dan
mengabungk menyikat
an beberapa gigi
24 kata(mama
ma’em).
Dan
menunjukka
n bagian
tubuh (mata,
mulut)
Sumber: Denver II (Frankenburg & Dodds, 1992) dan Modivikasi dari
Devisi Tumbuh Kemabang Pediatri sosial, Departemen Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM (Tompunu, Nova Anace 2015:6-7)

2. Tinjauan tentang prilaku stimulasi pada bayi

a. Definisi Prilaku

Menurut Branca prilaku adalah reaksi manusia akibat kegiatan


kognitif, afektif dan psikomotorik yang saling berkaitan. Jika salah
satu aspek mengalami hambatan, maka aspek yang prilaku juga
terganggu (Aisyah, Siti,2015:2).

b. Aspek Prilaku (Aisyah, Siti,2015:2-4).

1. pengamatan merupakan kegiatan untuk mengenal obyek


menggunakan panca indra, dengan jalan melihat, mendengar,
meraba, membau dan mengecap.
2. Perhatian merupakan kegiatan pemusatan energi psikis yang
tertuju pada obyek secara sadar.
3. Fantasi merupakan kemampuan membentuk tanggapan yang
telah ada yang menunjukkan kreativitas.
4. Ingatan merupakan aspek prilaku sehingga orang dapat
merefleksikan dirinya.
5. Tanggapan merupakan reaksi atas informasi pada seseorang dan
berbeda-beda tergantung hangat tidaknya, hampa tidaknya,
sensualitas atau spiritualitas, lahiria atau batiniah yang akan
mempengaruhi prilaku seseorang.
6. Asoisasi merupakan hubungan antara tanggapan yang satu
dengan yang lainnya saling memproduksi.
17

7. Berpikir merupakan suatu aktivitas idealistis menggunakan


simbol-simbol dalam memecahkan masalah berupa deretan ide
dan bentuk bicara.

c. Definisi Stimulasi

Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari luar


lingkungan individu anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi
akan lebih cepat berkembang daripada anak yang kurang atau
bahkan tidak mendapatkan stimulasi. Stimulasi dapat juga berfungsi
sebagai penguat (reinforcement). (Soetjiningsih,1995:105).
Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-
sentuhan lembut penuh kasih sayang secara bervariasi dan
berkelanjutan, kegiatan mengajari anak berkomunikasi, mengenalkan
objek dan warna, serta mengenal huruf dan angka.(Eveline &
Nanang Djamludin,2010:13).

d. Prinsip Stimulasi

Dalam melakukan stimulasi, harus menggunakan prinsip sebagai


brikut :
1. Sebagai ungkapan rasa cinta dan kasih sayang, bermain bersama
anak sambil menikmati kebahagian bersama anak.
2. Bertahap dan berkelanjutan, serta mencakup 4 bidang kemapuan
perkembangan (motorik kasar, motorik halus, bahasa, dan
personal sosial).
3. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
4. Dilakukan dengan wajar, tanpa paksaan, hukuman atau
bentakan.
5. Anak selalu diberi pujian.
6. Alat bantu stimulasi (jika perlu) dicari yang sederhana, tidak
berbahaya dan mudah didapat.
7. Suasana dibuat menyenangkan dan bervariasi. (DWIENDA
R,Octa,dkk,2014:166)

e. Stimulasi Perkembangan Bayi (Puspita RM,2013:120-131)

1. Bayi usia 0-3 bulan


a. Perkembangan motorik kasar
1. Tegakkan tubuh bayi dan hadapkan ke depan kita. Hal
ini dilakukan untuk memperkuat leher bayi.
2. Baringkan bayi di bawah alas khusus untuk bermain,
gantungkan mainan di atas tubuh bayi. Bayi akan mulai
menendang dan menggerakkan tangannya. Kita dapat
18

duduk di samping bayi dan menghiburnya dengan


nyanyian.
3. Bayi kita ditenangkan dengan gerakan goyang lembut,
baik di lengan atau saat kita pangku di atas kursi bayi
(kursi setenganh berbaring yang tidak menyakitkan
untuk bayi usia 0-3 bulan).
4. Mendorong bayiuntuk berguling dengan menempatkan
mainan mainab favorit didekatnya.
b. Perkembangan motorik halus
1. Masukkan telunjuk kita kedalam telapak tangan bayi, ia
kan menggenggamnya dengan erat.
2. Bayi memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bayi kan
meraih objek-objek di sekitarnya. Dorong bayi untuk
mengeksplorasi benda dengan cara meletakkan benda-
benda di dekatnya atau kita menceritakan kepadanya
tentang benda tersebut
3. Bayi dapat merasakan permukaan yang halus ataupun
kasar. Ia akan mengembangkan kemampuan taktilnya,
demgan meraih benda-benda dan mengamatinya
dengan cermat.
c. Perkembangan visual
1. Warna kontras antara gelap dan terang adalah cara
terbaik untuk merangsang indra visual bayi. Kita dapat
mematikan lampu, ketika jam tidur bayi telah masuk.
Damping bayi agar ia mendapatkan ketenangan saat
berada didalam suasana temaram. Kita juga dapat
membawanya keluar dipagi hari. Beri bayi pengalaman
dengan suasana terang dan gelap.
2. Pastikan untuk tetap dekat dengan bayi yang baru lahir.
Sekitar 20 cm merupakan jarak terjauh yang dapat
dilihat bayi pada saat itu.
3. Latilah kemampuan visual bayi dengan tersenyum di
hadapannya, berbicara dan berinteraksi. Kita juga dapat
membawa mainan dihadapannya dan biarkan ia
mencermatinya.
4. Gerakan akan membuat bayi melihatnya. Libatkan
perhatian dengan gerakan jari ketika mulai berinteraksi.
d. Perkembangan kognitif dan sosial
1. Bayi belajar tentang sebab dan akibat. Perlihatkan
kepada bayi bagaimana mainan dapat bergetar dan
mengeluarkan suara. Bayi akan takjub melakukan ini
sendiri.
2. Bayi belajar untuk memanipulasi benda-benda yang ada
di sekelilingnya. Pegang bayi dengan erat, kemudian
arahkan agar bayi dekat dengan mainan gantungan
19

yang bergerak atau lainnya dan biarkan ia belajar untuk


memindahkan benda-benda di sekitarnya.
3. Waktu mandi bisa menjadi cara yang menyenangkan
untuk berinteraksi dengan bayi dan mendorongnya
untuk tersenyum dan tertawa. Sementara kita
memandikan bayi, pastikan untuk bernyanyi, berbicara,
menggososk dan menggelitik bayi untuk
menstimulusnya agar responsif terhadap lingkungan
dan ikatan sosial.
e. Perkembangan auditorial (kemampuan menyimak) dan
bahasa
1. Bayi akan tertarik ketika ia dapat menyembunyikan
sesuatu. Berilah bayi berbagai suara mainan sehingg ia
dapat membuat dan menggetarkannya. Saat ia dapat
membunyikan sesuatu, bayi akan senang dan takjub.
2. Music yang menenangkan memberikan efek
menenangkan pula pada bayi. Bernyanyi atau
bersenandung bersama dengan mainan dan musik,
dapat membuat kita dan bayi melewatkan waktu
besama yang menyenangkan .
3. Sering-seringlah berbicara dengan bayi. Agar bayi
mampu merekam suara kita dan memiliki kosa kata
yang banyak. Suara kita juga akan menenangkan bayi.
Bayi yang sering diajak bercerita juga akan memiliki
kemampuan bahasa diatas rata-rata jika dibandingkan
bayi sebaya lainnya.
2. Bayi usia 4-6 bulan
a. Perkembangan motorik kasar
1. Bayi sudah dapat melambaikan tangan dan menendang.
Berikan bayi kesempatan untuk bermain di kursi empuk
(khususa bayi), ia akan belajar bagaiman gerakan untuk
membuatnya sendiri.
2. Bayi mulai dapat merespons interaksi yang
menyenagkan dengan kita. Bayi akan melambaikan
tangan dan kakinya. Kita dapat bermain dengan bayi.
Bertepuk tangan dan bersoraklah pada bayi sehingga ia
dapat merespons dan bergembira.
3. Ajari bayi untuk berguling dengan menempatkan
mainan favorit di sampingnya.
b. Perkembangan motorik halus
1. Jari-jari bayi akan tertarik dengan permukaan mainan
yang bergerak,gadget, dan tekstur yang berbeda-beda.
Pasa masa ini bayi belajar meraba dan mengembangkan
kemampuan taktilnya dengan sempurna.
2. Bayi mulai dapat menjangkau apapun yang
ditempatklan dalam jangkauannya. Jauhkan tangan bayi
20

dari hal-hal yang membahayakan. Libatkan bayi


dengan mainan saat ia naik kereta dorong maupun
menaiki mobil bersama kita.
3. Latihan yang paling menyenangkan adalah dengan
menggantungkan mainan favorit di depan bayi untuk
berlatih koordinasi tangan.
4. Bayi mulai mengeksplorasi berbagai bagian tubuh.
Bagian tubuh pertama yang paling menyengkan bagi
bayi adalah tangan dan jari. Bermain boneka jari akan
membuat bayi tertarik dan dapat menstimulusnya dalam
mengembangkan motorik halusnya.
5. Menggerakkan benda bolak-balik merupakan
keterampilan koordinasi yang pada tahap ini.
6. Luangkan waktu untuk membaca buku bersama bayi
dengan cara ini bayi akan lebih dapat mengembangkan
motorik halusnya dengan cepat.
c. Perkembangan visual
1. Bermain ponsel. Keterampilan visual bayi meningkat
pesat pada tahap ini, memindahkan ponsel di depan
bayi adalah cara yang bagus untuk meningkatkan
kemampuan visual bayi.
2. Bermain lampu warna-warni akan menarik perhatian
bayi. Apabila bayi dapat memainkannya, tentunya akan
lebih menyenangkan. Mainan berwarna-warni dan
berbunyi sangat dianjurkan.
3. Bermain cermin adalah cara yang menyenangkan bagi
bayi untuk mulai mengeksplorasi dirinya dan orang
lain. Damping bayi saat ia bermain cermin. Kita juga
bisa menghadapkan bayi di depan cermin dan
mengajaknya tersenyum dan berbicara.
d. Perkembangan kognitif dan sosial
1. Bayi mulai belajar “mengambil keputusan” saat ia
bermain. Bayi akan bergerak untuk menjangkau mainan
yang diinginkannya. Perhatiakan bagaiman ia
memutuskan untuki menyisihkan satu mainan dan
mengambil yang lain.
2. Bayi akan merespons lebih baik. Luangkan waktu
sebanyak yang kita bisa setiap hari unruk bermain
interaktif dan melihat respons bayi. Kita juga dapat
bergurau dengan bayi, dan membuatnya tertawa. Hsl ini
akan menambah kepekaan sosial dan kognitifnya.
3. Bayi mulai berkomunikasi dengan kita dan menyatakan
sesuatu. Pada usia ini bayi mulai mengalami tumbuh
gigi. Bayi membutuhkan bantuan dari rasa sakit saat
tumbuh gigi. Tidak heran jika bayi seringkali
21

“menggigit” benda –benda di sekitarnya dan menggigit


pula pada saat menyusu.
e. Perkembangan auditorial (kemampuan menyimak) dan
bahasa
1. Beri bayi mainan dengan beragam suara. Mainan yang
berdetak, mencicit, crinkle atau bip akan membantu
bayi untuk fokus dalam mencari mainan tersebut.
2. Berilah bantuan kepada bayi untuk belajar sebab dan
akibat dengan menunjukan padanya bagaimana
membunyikan masing-masing mainan.
3. Mencari suara mainan. Bunyikan bersama-sama semua
mainan yang dimiliki bayi. Saat bayi mendengarnya, ia
akan mencari mainan yang ia inginkan. Cara ini akan
membuat bayi mampu mengenali suara diantara
keramaian.
4. Berbicara dan bernyanyilah untuk bayi kita. Cara ini
akan membuatnya mengenali suara kita. Selain itu, hal
ini akan melatih perrkembangan pendengarannya
dengan baik.
5. Bayi senang bernyanyi bersama. Bernyanyilah bersama
bayi sesering mungkin. Ia akan memiliki kosakata yang
banyak dan mampu mengenali jenis-jenis kata.
3. Bayi usia 6-12 bulan
a. Perkembangan motorik kasar
1. Bermain duduk melingkar. Pada saat bayi sudah dapat
duduk tanpa bantuan, kita dapat mengajaknya untuk
duduk dihadapan kita. Sentuhlah tangannya agar ia
mendekati kita. Kemudian, dudukkan kembali bayi.
2. Pikatlah bayi dengan mainan berbunyi yang diletakkan
di luar jangkauannya. Mainan music dan mainan
dengan kerincingan besar sangat cocok untuk
permainan ini. Lemparlah mainan itu sehingga bayi
tergerak merangkak untuk mengambilnya.
3. Ketika bayi telah memiliki kemampuan untuk duduk
tanpa ditopang maka acara mandi menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Bermainlah bersama bayi saat mandi,
percikan air dan buih sabun (yang tidak perih) akan
membuat bayi merasa senang.
4. Berburu harta karun. Kita dapat berlomba dengan bayi
untuk mengambil “harta karun” yang ditempatkan di
lantai.
b. Perkembangan motorik halus
1. Pada usia ini bayi lebih mudah terhibur selama
perjalanan panjang dengan mobil. Bayi juga akan
bersikap tenang saat beberapa mainan favorit
disediakan untuknya.
22

2. Bola berwarna-warni adalah alat yang hebat untuk


melatih bayi. Bayi akan dengan gembira mengejar bola
tersebut dan kemudian membuangnya.
3. Selama waktu mandi, tambahkan beberapa mainan
yang dapat mengambang di atas tempat mandi bayi.
Selanjutnya kita dapat membersihkan badan bayi
dengan cermat.
4. Bayi sudah dapat belajar untuk menghargai sensasi
sntuhan yang berbeda dengan jarinya. Berikan
kesempatan pada bayi untuk meraba berbagai tekstur.
5. Bayi menyukai saat-saat bermain menemukan jari
kaki.taruh beberapa mainan kerincingan kaki ke kaki
bayi untuk mendorongnya mencari dan bergeksplorasi.
6. Berikan bayi buku dengan warna-warna mencolok. Ini
akan membuat bayi semakin menyukai buku.
c. Perkembangan kognitif dan sosial
1. Bermain boneka adalah permainan yang sempurna
untuk melatih respons sosial bayi. Sebuah bola besar,
boneka mainan, atau bahkan kita sendiri dapat menjadi
andalan saat memainkannya
2. Bayi mulai meniru tindakan. Mandi adalah waktu yang
tepat bermain bersama. Bermain buih sabun dan
percikan air sangat menyenagkannya.
3. Bertepuk tangan adalah cara lain bayi untuk meniru
anda. Pastikan untuk menghibur bayi dengan tepuk
tangan.
4. Bayi mulai memilih dan memilah antara mainan yang
ada.
5. Melambaikan tangan dapat dibuat lebih menyenangkan
dengan menggunakan boneka jari berwarna-warni.
6. Cermin adalah cara yang menyenangkan untuk
berinteraksi dengan bayi anda. Jelajahi saat-saat
refleksi bersama-sama.
d. Perkembangan auditorial (kemampuan menyimak) dan
bahasa
1. Memberikan dua balok kayu bersama-sama adalah cara
yang bagus bagi bayi untuk membuat suara. Ambil dua
balok dan berrmainlah bersama.
2. Suara adalah cara yang bagus untuk menarik bayi agar
bermain dengan kita. Menjatuhkan atau mengguncang
berulang-ulang balok kayu di sebuah ember plastik
pasti dapat menarik perhatiannya.
3. Memukul-mukul, meniup, dan mengguncang-guncang
mainan dapat melatih bayi untuk mendengarkan suara.
23

4. Mainan musik akan terus menarik bagi bayi.


Bersenandung dan bernyanyilah bersama bayi agar ia
mencoba “menyanyi” untuk meniru kita.

f. Fungsi Bermain Pada Anak (Alimul Aziz, 2008, hal 36-37)

1. Membantu perkembangan sensorik dan motorik


Fungsi bermain pada anak dapat dikembangkan dengan
melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui
rangsangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasi alam di
sekitarnya. Pada perkembangan motorik, apabila sejak usia bayi
kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan maka
kemampuan motorik sudah dilakukan rangsangan maka
kemampuan motorik akan cepat berkembang dibandingkan
dengan tanpa stimulasi, seperti rangsangan kemampuan ini akan
memberikan dasar dalam perkembangan motorik selanjutnya.
2. Membantu perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui
permainan, hal ini terlihat saat anak bermain. Anak akan
mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami objek permainan, seperti dunia tempat tinggal,
mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar
warna, memahami bentuk, ukuran, dan berbagai manfaat benda
yang digunakan dalam permainan. Fungsi bermain padan model
tersebut akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.
3. Meningkatkan kemampuan sosialisasi anak
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, misalnya
pada saat anak akan merasakan kesengan terhadap kehadiran
orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama. Pada
usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya
dan ini merupakan proses sosialisasi dengan satu dengan yang
lain, kemudian bermain peran, misalnya pura-pura menjadi
seorang guru, menjadi seorang anak, menjadi seorang bapak
atau ibu, dan lain-lain. Kemudian pada usia prasekolah anak
sudah mulai menyadari keberadaan teman sebaya, sehingga
diharapkan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman
dan orang lain.
4. Meningkatkan kreativitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan
kreativitas, di mana anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari
permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif
melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar pasang
mobil-mobilan.
24

5. Meningkatkan kesadaran diri


Bermain pada anak dapat memberi kemampuan untuk
mengeksplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan
orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubunga, anak mau belajar mengatur perilaku, serta
membandingkan dengan perilaku orang lain.
6. Mempunyai nilai terapeutik
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan
nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindari,
mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap
dunianya.
7. Mempunyai nilai moral pada anak
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada
anak, hal in dapat dijumpai ketika anak sudah mampu belajar
benar atau alah dari budaya di rumah, di sekolah, dan ketika
berinteraksi dengan temanny. Di samping itu, ada beberapa
permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan
dan tidak boleh dilanggar.

g. Cara Pijat Bayi

Menyentuh si kecil sama artinya dengan memijat atau megurut.


Semua sentuhan akan menimbulkan efek positif. Jika tindakan
menyentuh si kecil dilakukan secara teratur dan sesuai tehnik
pemijatan manfaat yang dihasilkan akan semakin besar. Selain itu,
jika sentuhan yang dilakukan oleh tangan ibu melibatkan batin, dapat
menimbulkan ikatan yang lebih dekat dengan bayi.(Subakti, Yasid &
Anggraini, Deri Rizky,2008:37)
Pijat Bayi memiliki banyak kelebihan positif, di antaranya
adalah dapat mengurangi kebiasaan bayi menangis, membantu
menaikkan berat badan, menenangkan bayi sehingga mampu
membuatnya tidur, menuingkatkatkan bonding ibu dengan bayi
karena adanya eye contact, juga menekan tingkat stress hormone
bayi dan dapat membantu pencernaanbayi lebih lancar.
Sebenarnya, teknik memijat bukanlah hal yang penting. Namun,
yang paling perlu diperhatikan adala frekuensi memijat yang perlu
dilakukan secara rutin. Juga terjadinya kontak kulit antara bayi dan
juga ibu. Memijat bayi disini diartikan sebagai mengusap bayi bukan
menekan-nekan bayi yang mirip orang dewasa. Pijat bayi adalah
gerakan mengusap yang dilakukan ibu atau ayah secara rutin dan
teratur.
Berikut ini adalah cara memijat bayi yang banya dianjurkan oleh
para ahli kesehatan. Pemijatan adalah mengusap dengan lembut,
bukan menekan ataupun mengurut bayi karena akan membuatnya
kesakitan.
25

1. Dada
Letakkan telapak tangan kita secara terbuka di atas
dada bayi. Lalu gerakkan telapak tangan secara diagonal ke
arah kanan atas, lalu balik kebagian tengah. Setelah itu
arahkan telapak tangan kea rah kiri dan balik ke tengah.
Selanjutnya arahkan ke kiri bawah, kemudian tengah
bawah, kanan, dan kembali ke arah tengah. Prinsipnya
gerakan diagonal untuk memijat bayi di bagian dada adalah
gerakan diagonal secara merata ke semua bagian dada.
2. Paha dan betis
Letakkan telapak tangan di pangkal paha, kemudian
genggam paha bayi dengan lembut. Selanjutnya dengan
gerakan memutar menuju betis usap-usap kaki bayi. Ulangi
dengan gerakan yang sama
3. Kaki
Pijatlah kaki bayi daria arah tumit menuju jari-jari kaki.
Remaslah jari satu per satu dengan lembut. Kemudian
pijatlah punggung kaki bayi , dari kaki hingga ke jari-jari
kaki.
4. Wajah
Memijat wajah dimulai dari tengah ke samping kanan,
kemudian kembali ke tengah lalu kea rah kanan.
5. Perut
Untuk memijat bagian perut, kita gunakan pijatan
dengan bentuk “I Love U”. pijatan dengan huruf-huruf
tersebut. Pergunakanlah 2 ataupun 3 jari, lalu bentuk huruf
I-L-U di perut bayi. Berikut adalah tahapan dalam memijat.
a. Urutlah bagian kiri bayi dengan bentuk I, mengurut
pada bagian bawah iga.
b. Urutlah dengan arah melintang dari kanan kearah kiri,
selanjutnya turun ke bagian bawah (huruf L)
c. Urutlah dari arah kanan ke bawah abyi, lalu naik ke
atas perut bayi. Melengkung kemudian membentuk
huruf U, dan turun kea rah kiri bawah. Seluruh gerakan
ini akan berakhir di bagian kiri perut bayi.
6. Tangan
Pijatlah dari arah pangkal lengan kemudian turun ke
bagian bawah tangan. Selanjutnya berbalik menuju pangkal
lengan lagi.(Puspta RM,2013:88-90)

G. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep (conseptual fromework) adalah model pendahuluan


sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-
varibel yang diteliti (Swarjana, 2015:50 ).
26

Kerangka konsep menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti


dalam penelitian ini. Variabel penelitian adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan
oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2010: 104).
Ada dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel independen

dan variabel dependen:

1. Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya/berubahnya variabel terikat, dalam penelitian ini variabel

bebasnya adalah pengetahuan ibu tentang perkembangan bayi.

2. Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi menjadi

akibat karena adanya variabel bebas, dalam penelitian ini variabel

terikatnya adalah prilakun stimulasi pada bayi 0-12 bulan.

Kerangka konsep dari penelitian yang berjudul “Hubungan Antara

Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Bayi Dengan Perilaku Stimulasi

Pada Bayi 0-12 Bulan” adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu Prilaku Stimulasi


Tentang Pada Bayi 0-12 Bulan
Perkembangan Bayi

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel dependen

: Ada hubungan
27

H. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan (knowledge) adalah hal-hal yang kita ketahui tentang

kebenaran yang ada di sekitar kita tanpa harus menguji kebenarannya,

didapat melalui pengamatan yang lebih mendalam. Pengetahuan dapat

diketahui dengan observasi melalui kriteria objektif:

Baik jika skor 11 sampai dengan 20

Kurang jika skor 1 sampai dengan 10

2. Prilaku adalah reaksi manusia akibat kegiatan kognitif, afektif dan

psikomotorik yang saling berkaitan. Jika salah satu aspek mengalami

hambatan, maka aspek yang prilaku juga terganggu.

Baik : Jika responden yang menjawab Iya > 50 % dari

keseluruhan pertanyaan yang diberikan

Kurang : Jika responden yang yang menjawab Iya < 50 % dari

keseluruhan pertanyaan yang diberikan

I. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan deskriptif


analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yaitu suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan
cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data yang dilakukan
sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010: 86).

2. Populasi dan sampel

1. Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti


(wasis,2008:44)
28

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki

bayi umur 0-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Salobulo

sebanyak 31 Ibu.

2. Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan


menggunakan cara-cara tertentu (wasis,2008:45)
Peneliti mengambil sampel dengan cara total sampling. Total

sampling adalah suatu teknik dimana seluruh populasi dijadikan

sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu

yang memiliki bayi umur 0-12 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas

Salobulo sebanyak 31 Ibu

a. Kriteria Inkluisi

Kriteria Inkluisi adalah karakteristik atau persyaratan umum


yang diharapkan peneliti untuk memenuhi subjek
penelitiannya.
Kriteria Inkluisi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang

bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah suatu karakteristik dari populasi yang


dapat menyebabkan subjek yang memenuhhi kriteria inkluisi
namun tidak dapat disertakan menjadi subjek penelitian (SANI
K, Fathnur,2016:36).
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang tidak

bersedia menjadi responden.

3. Tehnik Penelitian

Prosedur penyajian data dilakukan secara eklektronik dengan

menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for Social

Sciences (SPSS) for Windows.


29

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan komputer. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi

yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data

yang harus dilalui (Notoatmodjo, 2010: 176-177). Empat tahapan dalam

pengolahan data yaitu:

1. Editing (Pemeriksaan)
Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner
sudah:
a) Lengkap
Semua pertanyaan sudah terisi jawabannya.
b) Jelas
Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terisi
jawabannya.
c) Relevan
Jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaannya.
d) Konsisten
Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi
jawabannya konsisten.
2. Coding (Pengkodean)
Coding (pengkodean) merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.
Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analis
data dan juga mempercepat pada saat entry data.
3. Processing (Memasukkan data)
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan
juga sudah melewati proses coding, maka langkah selanjutnya
adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data
dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket
program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang
dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket program
yang sudah umum digunakan untuk entry data adalah paket
program Statistical Package for Social Sciences (SPSS).
4. Cleaning (Pembersihan data)
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan
pengecekan kembali data yang sudah dientry, apakah ada
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
pada saat kita mengentry ke komputer.
30

4. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung


oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang
dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif maupun kasual
dengan menggunkan metode pengumpulan data berupa survey
maupun observasi (HERMAWAN, Asep,2005:168).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik survey dan kuesioner.

2. Data Sakunder merupakan struktur data historis mengenai variabel-


variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelumnya oleh
pihak lain (HERMAWAN, Asep,2005:168).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Salobulo beserta referensi-

referensi yang digunakan dalam penelitian ini.

5. Tehnik Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan metode

tabulasi ke dalam table frekuensi dan dianalisis.

1. Analisis Univariat

Diperlukan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan data secara


sederhana. Cara penyajiannya, misalnya dengan presentase atau table
distribusi frekuensi, batang (bar), diagram map dan diagram pie
(Budiharto,2006:22).
Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,
ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono 2013: 197).
2. Analisis Bivariat

Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan hubungan dua


variabel yaitu antara variabel bebas dan variabel terikat
(Budiharto,2006:24).
Analisis untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa
komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono 2013: 198).
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik
chi square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 yang dilakukan
31

dengan bantuan program komputer yaitu Statistical Package for


Social Sciences (SPSS).
J. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Salobulo

Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2017 sampai

Desember 2017.

K. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan


data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan
sistematis) sehingga mudah diolah (Saryono,2013:185).

Instrumen yang digunakan pada penetian ini adalah lembar koesioner.

Koesioner yang berisi pertanyaan mengenai perkembangan bayi untuk

menegtahui tingkat pengetahuan ibu serta pertanyaan mengenai prilaku ibu

dalam memberikan stimulasi pada bayinya.

L. Perlindungan Subjek Manusia (Etik)

Penelitian apapun, khususnya yang menggunakan manusia sebagai subjek

tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu, setiap penelitian yang

menggunakan subjek manusia harus tidak bertentangan dengan etika. Oleh

karena itu setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus

mendapatkan persetujuan dari Komisi Etika Medis/Keperawatan setempat.

Beberpa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi: bebas dari exploitasi,


32

bebas dari penderitaan, kerahasiaan, bebas menolak menjadi responden, perlu

surat persetujuan (Informed consent) dan mempunyai hak untuk mendapatkan

pengobatan yang sama jika klien telah mneolak menjadi responden.

Yang perlu dituliskan pada penelitian meliputi:

1. Surat persetujuan (Informed consent)

2. Tanpa nama (Anonimity)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

M. Rencana Isi

BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian terbagi atas tujuan umum dan khusus,

Manfaat Penelitian, dan Hipotesa Penelitian.

BAB II : Tinjauan pustaka mengenai konsep dasar perkembangan dan

stimulasi bayi 0-12 bulan, kerangka konseptual,defenisi

operasional, dan criteria objektif serta hipotesis.

BAB III : Gambaran umum lokasi penelitian yang berisi profil, tempat

penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, waktu dan

tempat penelitian, cara pengumpulan data, langkah pengolahan,

data yang terdiri atas seleksi, editing, koding, tabulasi, analisa

data, serta etika penelitian.

BAB IV : Hasil dan pembahasan yang berisi hasil penelitian, terdiri atas

karakteristik responden, analisis univariat, analisis bivariat, serta

pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.


33

Daftar Pustaka
Aryanti, Fitri, dkk.2006. Diary Tumbuh Kembang Anak 0-6 Tahun. Cet 1. Read!.
Bandung.
Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. Ed 1.
Cet 1. Deepublish. Yogyakarta.
Budiharto. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu
Kesehatan Gigi. EGC. Jakarta.
Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita
dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Ed 1. Cet 1. Deepublish. Yogyakarta.
Eveline & Nanang Djamaludin. 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita.
Cet 1. Wahyu Media. Jakarta.
Hermawan, asep. 2005. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. PT Grasindo.
Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidijan
Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta.
Handy, Fransisca. 2015. A-Z Perawatan Bayi. Cet 1. Pustaka Bunda. Jakarta.
Muyosaro, Puspitarini. 2013. Buku Pintar Merawat Bayi. Cet 1. Dunia Sehat.
Jakarta.
Nugroho, Heru Santoso Wahito. 2009. Denver Developmental Screening Test :
Panduan Praktis. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
Rineka Cipta. Jakarta.
Nurdiansyah, Nia. 2011. Buku Pintar Ibu dan Bayi. Cet 1. Bukuné. Jakarta.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. EGC. Jakarta.
Setyowati, Holy. 2008. Bayi Cerdas, Kenapa Tidak ?. Cet 1. Libri. Jakarta.
Subakti, Yazid & Deri Rizky Anggarani. 2008. Keajaiban Pijat Bayi & Balita.
Cet 1. Wahyu Media. Jakarta.
Suririnah, 2010. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Cet 4. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Saryono & Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta.
34

Swarjana, I Ketut. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. ANDI.


Yogyakarta.
Sani, Fathnur. 2016. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan
Eksperimental. Ed 1. Cet 1. Deepublish. Yogyakarta.
Tompunu, Nova Anace. 2015. Superfood Untuk Tumbuh Kembang Optimal Bayi.
Cet 1. FMedika. Jakarta.
Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. EGC. Jakarta.
35

Kuesioner Penelitian

A. Data Demografi

1. Desa :

2. Dusun :

B. Identitas Responden

1. No. Responden :

2. Umur : Tahun

3. Pendidikan :

a. Tidak Sekolah :

b. SD :

c. SMP :

d. SMA :

e. Sarjana :

4. Pekerjaan :

5. Alamat :

6. Jumlah Anak :

C. Identitas Khusus

Isilah jawaban di bawah ini sesuai dengan kemampuan ibu tanpa

paksaan dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu jawaban di

bawah ini.
36

1. Pertanyaan Tentang Pengetahuan

NO. Observasi Benar Salah

Perkembangan bayi dan balita merupakan


1.
geja kualitatif.

Kemampuan fungsi-fungsi pengindraan

2. meliputi penglihatan, pendengaran,

penciuman, peraba, dan pengecap.

Anak yang banyak mendapatkan stimulasi

akan lebih cepat berkembang daripada anak


3.
yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan

stimulasi.

Stimulasi adalah gerakan atau kegiatan yang

diterima bayi melalui mata, telinga, hidung,


4.
dan lidah, agar ia bisa mendapat informasi

baru bagi otaknya.

Motorik kasar, motorik halus, kemampuan

komunikasi dan bicara, kemampuan sosial


5.
dan kemandirian merupakan aspek

perkembangang yang perlu dipantau.

Setiap fase perkembangan mempunyai cirri

6. khas dan terdapat tugas-tugas perkembangan

yang hatrus diselesaikan.

7. Kejadian keterlambatan perkembangan dapat


37

terjadi karena kurangnya stimulasi.

Perkembangan memiliki pola yang konstan

dengan hukum tetap, yaitu perkembangan

8. terjadi dari daerah kepala menuju kearah

kaudal atau dari bagian proksimal kebagian

distal.

Menyentuh si kecil sama artinya dengan

9. memijat atau mengurut, semua sentuhan akan

menimbulkan efek positif.

Awalnya gerakan-gerakan yang dilakukan


10.
bayi bersifat refleks.

Pada usia 2-3 bulan bayi belum bisa


11.
mengontrol otot mata.

Pada usia 6 bulan bayi sudah bisa bersuara


12.
ma, ma, ma.

Memijat bayi merupakan gerakan menekan-

13. nekan bayi yang mirip pijat urut orang

dewasa.

Bulan pertama belum waktu yang penting

14. untuk merangsang perkembangan bayi

melalui beragam interaksi.

Saat bayi lahir, ia belum dapat melihat dengan


15.
jelas sekitar 20 cm sampai 25 cm.
38

Jangan sering-sering mengajak bayi berbicara


16.
pada saat menyusui.

Warna kontras antara gelap dan terang bukan

17. merupakan cara yang baik untuk merangsang

indra visual bayi.

Individu tidak mengalami tahap


18.
perkembangan dengan pola dan arah tertentu.

Pada usia 5 bulan bayi sudah dapat bertepuk


19.
tangan.

Pada usia 3 bulan bayi bahkan belum dapat


20.
menoleh kearah suara dan mengenali suara.

2. Pertanyaan Tentang Prilaku

NO. Observasi Ya Tidak

Apakah ibu sering mengajak bayi berbicara


1.
terutama pada saat menyusui ?

Apakah ibu mengajak bayi bermain buih


2.
sabun saat dimandikan ?

Apakah ibu member bayi mainan yang


3.
berwarna-warni ?

Apakah ibu memberi bayi mainan yang dapat


4.
bergetar dan bersuara ?

5. Apakah ibu memberi bayi mainan yang dapat


39

didorong dan ditraik ?

Apakah ibu sering membacakan buku cerita


6.
untuk bayi ?

Apakah ibu sering memijat bayi berupa

7. sentuhan-sentuhan secara teratur dan sesuai

dengan tehnik pemijatan ?

Apakah ibu membaringkan bayi dibawah alas

8. khusus untuk bermain dan menggantung

mainan di atas tubuh bayi ?

Apakah ibu sering memasukkan telunjuk ibu


9.
kedalam telapak tangan bayi ?

Apakah ibu mengajari bayi untuk berguling

10. denagn menempatkan mainan favorite di

sampingnya ?

Apakah ibu mengajari bayi untuk menirukan

11. suara dengan berbicara berulang-ulang,

seperti pa pa ma ma ?

Apakah ibu sering menyanyikan lagu dan


12.
ritme lagu untuk bayi berulang kali ?

Apakah ibu memberikan pujian kepada bayi


13.
untuk setiap usaha yang dilakukannya ?

Apakah ibu member bayi mainan yang


14.
mempunyai lubang-lubang untuk
40

memasukkan mainan yang sesuai bentuknya ?

Apakah ibu sering membawa bayi keluar

15. untuk berkumpul dengan orang lain atau bayi

lain ?

Apakah ibu sering bermain cilukba dengan


16.
bayi ?

Apakah ibu sering malatih bayi untuk mencari


17.
suara mainan ?

Apakah ibu sering mengajari bayi untuk


18.
membunyikan masing-masing mainannya ?

Apakah ibu sering bertepuk-tepuk tangan dan


19.
bersorak pada bayi ?

Apakah ibu sering melatih bayi untuk

mengambil mainannya dengan cara melempar


20.
mainan menjauhi bayi kemudian bayi tergerak

merangkak untuk mengambilnya ?

Anda mungkin juga menyukai