Anda di halaman 1dari 12

P9

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Tabel 4.1 Hasil analisa glukosa
Analisa Glukosa
Variabel   %S Volume Volume
%S pH pH
Awal Akhir Awal Titrasi Titrasi
Akhir Awal Akhir
(gr/ml) (gr/ml) Awal Akhir

1 1,021 1,029 9,89% 19,4% 10,4 ml 15 ml 5 6

2 1,021 1,025 9,89% 18,8% 10,4 ml 15,7 ml 5 6

3 1,021 1,038 9,89% 6,74% 10,4 ml 28 ml 5 6

4 1,049 1,056 2,85% 18,93% 17,5 ml 15 ml 5 6

5 1,049 1,015 2,85% 11,7% 17,5 ml 23,1 ml 5 6

6 1,049 1,013 2,85% 16,78% 17,5 ml 18 ml 5 6

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan pH Awal dan Akhir
6.2
6
5.8
5.6
5.4
5.2
5
4.8
4.6
4.4
Variabel 1 variabel 2 Variabel 3 Variabel 4 Variabel 5 Variabel 6

pH Awal pH Akhir

Gambar 4.1 Perbandingan pH Awal dan pH Akhir

Berdasarkan perbandingan pH awal dan akhir. Pada variabel 1


dengan sampel air kelapa pH awal yang didapat sebesar 5, pH akhir

20
P9

yang didapat 6. Pada variabel 2 dengan sampel air kelapa pH awal yang
didapat sebesar 5, pH akhir sebesar 6. Pada variabel 3 dengan sampel
air kelapa pH awal yang didapat sebesar 5, pH akhir sebesar 6. Pada
variabel 4 dengan sampel sari buah nanas pH awal yang didapat sebesar
5, pH akhir sebesar 6. Pada variabel 5 dengan sampel sari buah nanas
pH awal yang didapat sebesar 5, pH akhir yang didapat sebesar 6. Pada
variabel 6 dengan sampel sari buah nanas pH awal yang didapat sebesar
5, pH akhir yang didapat sebesar 6.
Pada fermentasi nata, lingkungan sekitar sangatlah memberi
dampak yang signifikan terhadap proses fermentasi, pada kondisi
lingkungan yang kurang baik fermentasi nata sangat mudah ditumbuhi
oleh mikroba kontaminan (Sulistyowati, 2008). Mikroba yang sering
menjadi kontaminan dalam pembentukan nata adalah jamur, yeast, dan
bakteri. Kontaminan tersebut diantaranya Penicillium, Aspergillus, dan
bakteri berbentuk tongkat (Yustinah, 2012). Kontaminan tersebut
menyebabkan pertumbuhan jamur dan mengakibatkan penurunan
derajat keasaman (Sulistyowati, 2008)
Berdasarkan teori di atas, kenaikan pH pada praktikum kami
disebabkan karena adanya kontaminan seperti Penicillium, Aspergillus,
dan bakteri berbentuk tongkat yang dapat mengakibatkan pengurangan
pembentukan asam.

4.2.2 Perbandingan  Awal dan  Akhir


1,060

1,050

1,040

1,030

1,020

1,010

1,000

990
Variabel 1 variabel 2 Variabel 3 Variabel 4 Variabel 5 Variabel 6

 awal  akhir

Gambar 4.2 Perbandingan  Awal dan  Akhir

Berdasarkan grafik perbandingan  awal dan  akhir. Pada


variabel 1,  awal yang didapat adalah sebesar 1,021 dan  akhir yang

21
P9

didapat adalah 1,029. Pada variabel 2,  awal yang didapat sebesar


1,021 dan  akir yang didapat sebesar 1,025. Pada variabel 3,  awal
yang didapat sebesar 1,021 dan  akhir yang didapat sebesar 1,038. Pada
variabel 4,  awal yang didapat adalah sebesar 1,049 dan  akhir sebesar
1,056. Pada variabel 5,  awal yang didapat sebesar 1,049 dan  akhir
yang didapat sebesar 1,015. Pada variabel 6,  awal yang didapat 1,049
dan  akhir sebesar 1,013.
Udara yang berada di suatu ruangan dapat merupakan sumber
kontaminasi. Debu dan air merupakan sumber kontaminan yang ada di
udara yang dapat ditularkan melalui tubuh, tangan, pakaian, alat yang
digunakan (Palawe dkk, 2015). Adanya kontaminan yang jatuh ke
dalam larutan dapat menambah massa sampel. Hal ini juga disebabkan
karena pada fase pertumbuhan eksponensial dimana bakteri Acetobacter
xylinum mengeluarkan enzim polymerase sebanyak banyaknya
menyusun polimer glukosa menjadi selulosa, pada fase ini massa dan
volume sel meningkat (Putriana dan Aminah, 2013). Pada fase
pertumbuhan juga terjadi proses hidrolisa, dimana sukrosa di hidrolisa
dengan menggunakan enzim sukrase atau enzim invertase, yaitu suatu
jenis protein yang berperan sebagai katalis dalam pengubahan sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa (Rizal, 2013). Semakin banyak sukrosa
yang terkandung pada media substrat menyebabkan semakin banyak
pula glukosa yang dihasilkan dan kemampuan Acetobacter xylinum
untuk merubah gula dalam bentuk asam dan mengoksidasi asam asetat
menjadi CO2 dan H2 O.
CH3COOH + O2 ⟶ 2CO2 + 2H2O (Kwartiningsih, 2005)
Gas CO2 yang dihasilkan akan terlepas ke atas sehingga menyebabkan
volume yang berkurang pun semakin banyak dan massa media
𝑚
bertambah (Marampa dan Dewi, 2016). Berdasarkan rumus  = 𝑣

dapat dilihat bahwa densitas berbanding lurus dengan massa, sehingga


jika massa larutan bertambah maka densitas juga ikut meningkat.
Penurunan densitas disebabkan karena kandungan nitrogen yang tinggi
dapat menyebabkan proses pembentukkan selulosa terhambat dan dapat
mematikan aktifitas bakteri Acetobacter xylinum (Ismawati dkk, 2013).
Kematian bakteri menyebabkan tidak adanya nata yang terbentuk dan
massa media pun berkurang sehingga densitas menurun.

22
P9

Dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum kami berdasarkan


teori di atas, kenaikan desitas disebabkan oleh mikroba, adanya proses
hidrolisa sukrosa, dan polimerisasi glukosa menjadi selulosa pada fase
pertumbuhan eksponensial. Penurunan densitas disebabkan karena
adanya kandungan nitrogen yang tinggi dan menyebabkan kematian
bakteri Acetobacter xylinum.

4.2.3 Perbandingan %S Awal dan %S Akhir


25.00%

20.00%

15.00%

10.00%

5.00%

0.00%
Variabel 1 Vaiabel 2 Variabel 3 Variabel 4 Variabel 5 Variabel 6

%S Awal %S Akhir

Gambar 4.3 Perbandingan %S awal dan %S akhir

Berdasarkan perbandingan %S awal dan %S akhir pada variabel


1 %S awal yang didapat 9,89% sementara %S akhir yang didapat
sebesar 19,4%. Pada variabel 2 %S awal yang didapat 9,89% sementara
%S akhir yang didapat sebesar 18,8%. Pada variabel 3 %S awal yang
didapat 9,89% sementara %S akhir yang didapat sebesar 6,74%. Pada
variabel 4 %S awal yang didapat 2,85% sementara %S akhir yang
didapat sebesar 18,93%. Pada variabel 5 %S awal yang didapat 2,85%
sementara %S akhir yang didapat sebesar 11,7%. Pada variabel 6 %S
awal yang didapat 2,85% sementara %S akhir yang didapat sebesar
16,78%.
Bakteri yang kami gunakan dalam praktikum nata adalah
Acetobacter xylinum. Bakteri ini bisa hidup pada media cair yang
mengandung gula. Gula digunakan sebagai sumber penyedia kebutuhan
energi oleh bakteri tersebut. Gula yang digunakan pada praktikum ini
adalah gula pasir (sukrosa). Gula tersebut diperlukan untuk
pembentukan felikel nata. Gula juga berfungsi sebagai sumber karbon
yang penting untuk pertumbuhan bakteri (Nurhayati, 2006). %S adalah
jumlah glukosa (dalam persen) yang terdapat pada suatu sampel.

23
P9

Pada hasil praktikum kami terdapat kenaikan kadar glukosa, hal


ini tidak sesuai dengan teori diatas. Terjadinya kenaikan kadar glukosa
disebabkan karena pada fase pertumbuhan awal terjadi hidrolisa sukrosa
dengan menggunakan enzim sukrase atau emzim invertase yang
berperan dalam pengubahan sukrosa mejadi glukosa dan fruktosa
(Rizal, 2013). Semakin lama glukosa yang dihasilkan akan semakin
banyak akibatnya konsentrasi glukosa meningkat. Glukosa yang diserap
oleh Acetobacter Xylinum tidak sebanyak glukosa yang dihasilkan pada
proses hidolisa sukrosa. Hal ini ditunjukkan dengan tidak terbentuknya
nata pada semua variabel (Risvan, 2008). Hal ini menyebabkan kadar
glukosa akhir lebih besar dibanding kadar glukosa awal.

4.2.4 Pengaruh Penambahan Jumlah Glukosa Terhadap Nata Yang


Dihasilkan
Tabel 4.2 Jumlah penambahan glukosa
 Akhir
Variabel Bahan Baku Gula Pasir
(gr/m)
1 Air kelapa 10,21 gr 1,029
2 Air kelapa 8,168 gr 1,025
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2. Pada variabel 1
dengan bahan baku air kelapa dan penambahan gula sebanyak 10,21
gram didapatkan  akhir sebesar 1,029. Pada variabel 2 dengan bahan
baku air kelapa dan penambahan gula sebanyak 8,168 gram didapatkan
 akhir sebesar 1,025.
Pada fermentasi nata, gula merupakan sumber polisakarida dan
sumber karbon yang berperan sangat penting dalam pembentukan nata.
Pada fase pertumbuhan eksponensial dimana bakteri Acetobacter
xylinum mengeluarkan enzim polymerase sebanyak banyaknya
menyusun polimer glukosa menjadi selulosa, pada fase ini massa dan
volume sel meningkat (Putriana dan Aminah, 2013). Semakin tinggi
konsetrasi gula yang ditambahkan maka akan menghasilkan massa sel
𝑚
yang berat pula (Wardhana, 2016). Berdasarkan rumus  = dapat
𝑣

dilihat bahwa densitas berbanding lurus dengan massa, sehingga jika


massa bertambah maka densitas juga ikut meningkat.
Dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum kami berdasarkan
teori di atas, adanya kenaikan densitas pada pemberian gula yang

24
P9

berbeda disebabkan karena semakin banyak gula yang ditambahkan


pada larutan maka akan menghasilkan kenaikan massa sel.

4.2.5 Pengaruh Perbedaan Bahan Baku Terhadap Nata yang


Dihasilkan
Tabel 4. 3 Bahan baku yang digunakan
Variabel Bahan Baku  Akhir
(gr/m)
1 Air Kelapa 1,019
6 Sari Buah Nanas 1,013
Pada pratikum nata yang kami lakukan terdapat 2 bahan baku,
pada variabel 1 bahan baku air kelapa,  akhir yang didapat adalah
sebesar 1,019. Pada variabel 6 dengan bahan baku sari buah nanas, 
akhir yang didapat sebesar 1,013.
Menurut Natalini dan Sitti (2012) kandungan glukosa yang
terkandung di dalam air kelapa sebanyak 34-35%/100 ml. menururt Fitri
(2008) kandungan glukosa yang terkandung pada sari buah nanas
sebesar 14%/100 ml. Dapat dilihat bahwa kadar glukosa yang terdapat
pada sampel air kelapa lebih besar dari pada kadar glukosa yang
terdapat pada sari buah nanas. Glukosa yang berada dalam suatu sampel
kemudian disedot oleh bakteri Acetobacter xylinum pada fase
pertumbuhan eksponensial kemudian digabungkan dengan asam lemak
membentuk suatu ‘prekursor’ pada jaringan sel bersama enzim
mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa diluar sel Acetobacter
xylinum (Rizal dkk, 2013). Peningkatan jumlah selulosa yang relatif
cepat diduga terjadi akibat konsentrasi sel yang terus berkembang di
daerah permukaan yang langsung kontak dengan udara di dalam wadah
fermentasi. Pada kultur yang tumbuh, suplai O2 di permukaan akan
merangsang peningkatan massa sel dan enzim pembentuk selulosa yang
mengakibatkan meningkatnya produksi selulosa. Berdasarkan rumus
𝑚
= dapat dilihat bahwa densitas berbanding lurus dengan massa,
𝑣

sehingga jika massa bertambah maka densitas juga ikut meningkat.


Berdasarkan hasil praktikum, dapat dilihat densitas pada
variabel 1 yang berbahan baku air kelapa lebih besar di banding
densitas pada variabel 6 yang berbahan baku sari buah nanas. Hal ini di
karena glukosa yang terkandung pada air kelapa itu sendiri sudah lebih
besar dibanding glukosa yang terkandung pada buah nanas. Semakin

25
P9

banyak yang terkandung pada suatu larutan maka akan semakin banyak
glukosa yang terhidrolisis menjadi selulosa dan mengalami peningkatan
perangsangan massa sel. Hal ini sesuai dengan teori diatas, bahwa
semakin tinggi kadar glukosa yang terdapat pada suatu larutan maka
densitasnya akan semakin tinggi.

4.2.6 Pengaruh Penambahan Jumlah Starter Terhadap Nata


Tabel 4.4 Penambahan starter Acetobacter xylinum
Variabel Bahan Baku Acetobacter xylinum  Akhir
(gr/m)
2 Air Kelapa 20 ml 1,025
3 Air kelapa 18 ml 1,038

` Pada hasil praktikum yang kami temukan, pada variabel 2


dengan bahan baku air kelapa dan penambahan Acetobacter xylinum 20
ml didapatkan  akhir sebesar 1,025. Pada variabel 3 dengan bahan
baku sari buah nanas dengan penambahan Acetobacter xylinum 18 ml
didapatkan  akhir sebesar 1,038.
Pada proses reaksi hidrolisa sukrosa, sukrosa di hidrolisa dengan
menggunakan enzim sukrase atau enzim invertase, yaitu suatu jenis
protein yang berperan sebagai katalis dalam pengubahan sukrosa
menjadi glukosa dan fruktosa (Rizal dkk, 2013). Semakin banyak starter
Acetobacter xylinum yang ditambahkan pada suatu larutan maka jumlah
bakteri Acetobacter xylinum akan semakin meningkan (Pratiwi dkk,
2012). Hal ini meyebabkan massa larutan meningkat, berdasarkan
𝑚
rumus  = dapat dilihat bahwa densitas berbanding lurus dengan
𝑣

massa, sehingga jika massa larutan bertambah maka densitas juga ikut
meningkat.
Dapat dilihat pada Tabel 4.4 pada sampel 2 dengan penambahan
starter sebanyak 20 ml menghasilkan densitas akhir lebih kecil di
banding sampel 3 dengan penambahan starter sebanyak 18 ml. Hal ini
tidak sesuai dengan teori atas, adanya penurunan densitas dapat
disebabkan karena adanya kandungan nitrogen yang pekat
menyebabkan kematian pada bakteri sehingga proses fermentasi
𝑚
terhambat dana massa media berkurang. Berdasarkan rumus  =
𝑣

26
P9

massa berbanding lurus dengan densitas maka semakin kecil nilai massa
maka densitas yang ditemukan juga akan semakin kecil.

27
P9

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada perbandingan pH awal dan pH akhir terjadi kenaikan pH yang disebabkan
karena adanya kontaminan seperti Penicillium, Aspergillus, dan bakteri
berbentuk tongkat yang dapat mengakibatkan pengurangan pembentukan
asam.
2. Pada Perbandingan  awal dan  akhir terjadi penurunan densitas disebabkan
karena adanya kandungan nitrogen yang tinggi dan menyebabkan kematian
bakteri Acetobacter xylinum.
3. Pada perbandingan %S awal dan %S akhir adanya kenaikan kadar glukosa
disebabkan karena, glukosa yang diserap oleh Acetobacter Xylinum tidak
sebanyak glukosa yang dihasilkan pada proses hidolisa sukrosa
4. Pada jumlah penambahan glukosa, adanya kenaikan densitas pada pemberian
gula yang berbeda disebabkan karena semakin banyak gula yang ditambahkan
pada larutan maka akan menghasilkan kenaikan massa sel.
5. Pada pengaruh penggunaan bahan baku yang berbeda, densitas yang di dapat
pada air kelapa lebih besar dibanding densitas yang didapat menggunakan sari
buah nanas, hal ini disebabkan karena glukosa yang terkandung pada air kelapa
itu sendiri sudah lebih besar dibanding glukosa yang terkandung pada buah
nanas.
6. Pada pengaruh jumlah starter yang di tambahkan, pembahan starter 18 ml
menghasilkan densitas yang lebih besar dibanding penambahan starter 20 ml,
hal ini disebabkan karena adanya kandungan nitrogen yang pekat
menyebabkan kematian pada bakteri sehingga proses fermentasi terhambat
dana massa media berkurang

5.2 Saran
1. Lakukan sterilisasi peralatan sebelum digunakan.
2. Teliti saat penentuan TAT pada analisa glukosa.
3. Menambahkan bakteri Acetobacter xylinum dengan hati hati agar tidak terjadi
guncangan.
4. Menutup Media dengan rapat agar udara yang masuk ke media tidak terlalu
banyak.
5. Tidak membuka lemari terlalu lebar agar cahaya tidak masuk.

28
P9

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Bonita Sinayangsih, 2017. Sifat Fisik dan Mutu Hedonik Nata de Coco dengan
Penambahan Sari Umbi Bit Merah Sebagai Pewarna Alami. Semarang :
Universitas Diponegoro.
Artama, Trimurti.2011. Dasar-Dasar Praktikum Mikrobiologi.
Elisabeth, Dian Anggraeni.2006. Membuat Nata De Kakao untuk Diet.
Fitri, Wulandari.2008. Uji Kadar Protein Tape Singkong dengan Penmabhan Sari
Buah Nanas. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Huda, Faishal Miftahul, Fadly Faradhila, dan Irama Sari.2015. Nata de Citrullus.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Ismawati, Maswati Baharuddin, dan Wahyu Rizandi. 2013. Pengaruh Penambahan
Ammonia Sulfat Terhadap Kadar Serat dan Ketebalan Pada Nata de Soya Dari
Limbah Cair Tahu. Makassar : UIN Alauddin.
Kulkarni, P, S. Anil Dixit, dan U.B. Singh.2012. Evolution of Bacterial Cellulose
Produced Form Acetobacter Xylinum as Pharaceutical Excipient. Karnataka :
JSS University of Pharmacy.
Kristina, natalini dan Sitti Fatimah. 2012. Pengaruh Air Kelapa Terhadap Multiplikasi
Tunas In Vitro, Produksi Rimpang, dan Kandungan Xanthorrhizol Temuawak
di Lapangan. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Kwartiningsih, Endang dan Nuning Sri Mulyani.2005.Fermentasi Sari Buah Nanas
Menjadi Vinegar. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Lempang, Mody.2006.Rendemen Dan Kandungan Nutrisi Nata Pinnata yang Diolah
dari Nira Aren.Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Selawesi.
Lubis, Mirna Rahmah.2012. Hidrolisis Pati Suun dengan Katalisator 𝐻2 𝑆𝑂4 Untuk
Pembuatan perekat.Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala.
Mahmudah, Liayati, Nursyamsu Bahar, Chandra Ap riana Purwita, dan Ypveni
Yanimar Fitri.2014. Aplikasi Suspensi acteril Cellulose Sebagai Bahan
Penguat Pada Pebuatan Kertas.Balai Besar Pulp dan Kertas.
Majesty, Jannur, Bambang Dwi Argo, dan Wahyunanto Agung
Nugroho.2015.Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Lama Fermentasi
Terhadap Kadar Serat Nata dari Sari Nanas.Malang : Universitas Brawijaya.
Marampa, Edgar M, dan Lusiawati, 2016. Kajian Penggunaan Kopi Toraja Sebagai
Media Fermentasi Kombu. Salatiga : Universitas Kristen Wacana.
Nainggolan, Jusman. 2009. Kajian Pertumbuhan Bakteri Acetobacter sp. Dalam
Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus Sabdariffa) Pada Kadar Gula dan Lama
Fermentasi Yang Berbeda. Medan : Universitas Sumatra Utara.

29
P9

Nugraheni, Mutiara.2010.Nata Dan Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta.
Nurhayati, Siti.2006. Kajian Pengaruh adar Gula dan Lama Fermentasi terhadap
Kualitas Nata de Soya. Tangerang : Universitas Terbuka.
Palawe, Billy V, Constantien Kountul, dan Olivia Waworuntu.2015. Identifikasi
Bakteri Aerob Di Udara Ruang Operasi Instaasi Bedah Sentral (IBS) RSUP
PROf.D.R.D.K Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi.
Puspita, Fika.2013. Uji Kualitatif Untuk Karbohidrat. Purwokerto : Universitas Jedral
Soedirman.
Putriana, Indah dan Siti Aminah.2013. Mutu Fisik, Kadar Serat dan Sifat Organoleptik
Nata de Cassava Berdasarkan Lama Fermentasi. Semarang : Univeristas
Muhammadiyah Semarang.
Rahayu, Tuti dan Triastuti Rahayu.2012. Optimasi Fermentasi Cairan Kopi dengan
Inokulan Kultur Kombucha. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Risvan, 2008. “ Sukrosa dan Proses Hidrolisis Sukrosa.”
http://risvank.com/2008/05/sukrosa- dan-sifat(nya) (diakses 24 oktober 2018).
Rizal, Hardi Mey, Dewi Masria Pandiangan, dan Abdullah Saleh.2013. Pengaruh
Penambahan Gula, Asam asetat dan Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas
Nata de Corn.Palembang : Universitas Sriwijaya.
Rose, Anggia, Rizki Izza Naftalin, dan Luluk Masnia.2011. Biomolekul Pada Hati
Sapi.Jember : Universitas Jember.
Setiaji, Bambang, Ani Setyopratiwi, dan Nahar Cahyandaru.2002. Exploiting A
Benefit Of Coconut Milk Skim In Coconut Process as Nata De Coco
Substrate. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Suparti, Yanti, dan Aminah Asngad. .2007. Pemanfaatan Ampas Buah Sirsak Sebagai
Bahan Dasar Pembuatan Nata Dengan Penambahan Gula Aren. Surakarta :
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Utomo, Pramono Putro, 2011. Pemanfaatan Nanas (Ananas comosus) Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Bioetanol Dengan Metode Sakarifikasi dan Fermentasi
Serentak. Birastand Industri Pontianak.
Yustinah.2012. Pengaruh Jumlah Sukrosa Pada Pembuatan Nata de Pinda Dari Sari
Buah Nanas. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Wardhana, Eka, Herla Rusmarili, Era Yusraini. 2016.Pengaruh Konsentrasi Gula dan
pH Terhadap Mutu Nata de Yammy dari Limbah cair Pati Bengkuang. Medan.
Wijiana, Fitri Sratiningsih. 2010. Pengaruh Lama Fermentasi dan Derajat Keasaman
Terhadap Mutu Fisik Nata de Pina. Malang : Putra Indonesia Malang.

30
P9

White, Donald G dan R. Malcolm Brown.1989.Prospects For The Commercialization


Of The Biosynthesis Of Microbial Cellulose.Texas : University of Texas.

31

Anda mungkin juga menyukai