Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Alergi pada dasarnya merupakan reaksi hipersensitivitas dari sistem kekebalan tubuh
terhadap makanan tertentu, iritasi lingkungan, obat-obatan, atau zat-zat lain yang dianggap
sebagai ancaman.Ketika zat penyebab alergi memasuki tubuh, sistem kekebalan tubuh
mengaktifkan sel-sel khusus yang disebut sel mast.

Sel mast adalah sel-sel yang terletak di bawah jaringan ikat yang terletak tepat di
bawah kulit.Substansi alergi selanjutnya menempel pada antibodi imunoglobulin E (IgE)
yang hadir pada sel mast.Sel-sel mast melepaskan bahan kimia yang disebut histamin
untuk menyerang zat alergi. Pelepasan histamin meningkatkan permeabilitas struktur
vaskuler sehingga cairan dari pembuluh darah akan mulai mengalir keluar. Respon
inflamasi yang disebabkan karena sekresi histamin juga akan menimbulkan berbagai gejala
tidak menguntungkan. Ketika seluruh tubuh dipengaruhi oleh reaksi alergi, situasi yang
mengancam jiwa dapat terjadi.Kondisi ini secara medis disebut sebagai anafilaksis
(anaphylaxis). Anafilaksis bisa menjadi fatal jika penderita tidak menerima perawatan
medis tepat waktu.

Histamin yang dilpaskan ke dalam sirkulasi akan menimbulkan vasdilatasi diseluruh


tubuh dan peningkatan permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kehilangan banyak
sekali plasma dari sirkulasi. Orang yang mengalami reaksi ini, dalam aktu beberapa menit
meninggal akibta syok sirkulas, kecuali kalau diobati dengan pemberian epinefrin untuk
melawan pengaruh histamin.basofil dan sel mast yang teraktivasi juga melepaskan suatu
campuran leukofian yang disebut substansi anfilaksis bereaksi lambat.Leukotrien-
leukotrien ini dapat menimbulkan serangan seperti asma dan kadang- kadang
menimbulakn kematian.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi dari anafilaksis?
1.2.2 Bagaimana epideologi dari anafilaksis?
1.2.3 Apa saja etiologi dari anafilaksis?
1.2.4 Bagaimanakah klasifikasi anafilaksis?
1.2.5 Bagaiamna patofisiologi dari anafilaksis ?

ANAFILAKSISI 1
1.2.6 Apa manifestasi klinis dari anafilaksis?
1.2.7 Bgaimanakah pemeriksaan penunjang anafilaksis?
1.2.8 Bagaimana penatalaksaan pada anafilaksis?
1.2.9 Apa pencegahan dari anafilaksis?
1.2.10 Apa komplikasi dari anafilaksis?
1.2.11 Bagaimana web of caution dari anafilaksis ?
1.2.12 Bagaimana pemberian asuhan keperwatan pada pasien anafilaksis ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Syaraf 1
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui definisi anafilaksis
1.3.2.2 Untuk mengetahui epidemologi anafiklasis
1.3.2.3 Untuk mengetahui etiologi anafilaksis
1.3.2.4 Untuk mengetahui klasifikasi anafilaksis
1.3.2.5 Untuk mengetahui patofisiologi anafilaksis
1.3.2.6 Untuk mengetahui manifestasi klinis anafilaksis
1.3.2.7 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang anafilaksis
1.3.2.8 Untuk mengetahui penatalaksanaan anafilaksis
1.3.2.9 Untuk mengetahui pencegahan dari anafilaksis
1.3.2.10 Untuk mengetahui komplikasi dari analfilaksis
1.3.2.11 Untuk menegtahui web of caution dari anafilaksis
1.3.2.12 Untuk mengetahui asuhan keperawatan anfilaksis

1.4 Manfaat
Memberikan pemaparan secara detail mengenai penyakit anafilaksis Khususnya bagi
Mahasiwa dan mahasiswi STIKES Ngudia Husada Madura

ANAFILAKSISI 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anafilaksis


Secara harfiah, anafilaksis berasal dari kata ana yang berarti balik dan
phylaxisyang berarti perlindungan.Dalam hal ini respons imun yang seharusnya
melindungi (prophylaxis) justru merusak jaringan, dengan kata lain kebalikan dari pada
melindungi (anti-phylaxis atau anaphylaxis).
Anafilaksis bila suatu alergen di suntikkan secara langsung kedalam sirkulasi, maka
alergen tersebut dapat bereaksi dengan basofil dalam darah dan sel mast pada jaringan yang
terletak tepat diluar pembuluh darah kecil jika basofil dan sel mast telah di sitisasi oleh
pelekatan reasin IgE.oleh karena itu, terjadilah reaksi alergi yang luas di seluruh sistem
pembuluh darah dan jaringan yang berkaitan erat. Hai ini disebut anafilaksis (gyton,2007:hl
471).
Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ
terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi
imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah
tersensitisasi. Syok anafilaktik adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau
tanpa penurunan kesadaran. (Cicilia Bangeud, 2012).
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa
menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami
sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. ( Brunner dan Suddarth.2001).
Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan alergen. Pada pemaparan kedua atau
padapemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi. Reaksi ini terjadi secara tiba-tiba,
berat dan melibatkan seluruh tubuh. (Pearce C, Evelyn.2009).
Anafilaksis adalah suatu alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa menjadi
berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi
akibat pemaparan terhadap suatu allergen. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama
dengan allergen. Pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi
alergi(Syamsu, 2001).
Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi pada
pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I ,
dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkanvasodilatasi
massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic. Anafilaksis

ANAFILAKSISI 3
merupakan respons klinis terhadap reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe I) antara
antigen yang spesifik dan antibodi. Reaksi tersebut terjadi akibat antibodi IgE dengan cara
berikut:
(1) Antigen melekat pada antibodi IgE yang terikat dengan membran permukaan sel
mast serta basofil dan menyebabkan sel-sel target ini diaktifkan.
(2) Sel mast dan basofil kemudian melepas mediator yang menyebabkan perubahan
vaskuler; pengaktifan trombosit, eosinofil serta neutrofil; dan pengaktifan
rangkaian peristiwa koagulasi. Reaksi anafilaktoid (reaksi mirip anafilaksis) secara
klinis serupa dengan anafilaksis. Namun, reaksi ini tidak diantarai oleh interaksi
antigen-antibodi tetapi sebagai akibat dari substansi yang bekerja langsung pada
sel-sel mast atau jaringan yang menyebabkan pelepasan mediator. Reaksi ini dapat
terjadi pada penggunaan obat-obatan, konsumsi makanan, latihan fisik, dan
transfusi antibodi sitotoksi. (Suzanne C. Smeltze, 2001)
Syok anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi
dengan atau tanpa penurunan kesadaran.
Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan
antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi
sebagai anafilaksis.
Tipe-tipe Reaksi Anafilaktik
Lokal. Reaksi anafilaktik lokal biasanya meliputi urtikaria serta angioedema
pada tempat kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi
jarang fatal.
Sistemik. Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang-lebih 30 menit sesudah
kontak dalam sistem organ berikut ini: kardiovaskuler, respiratorius, gastrointestinal
dan integumen.

2.2 Epidemiologi Alergi Anafilaksis


Reaksi antifilatik lebih sering terjadi pada
mereka yang mempunyai riwayat atopi atau reaksi
alergi sebelumnya. Umumnya tidak ditemukan
predisposisi ras, jenis kelamin, umur atau musim.
Dilaporkan reaksi anafilaktik karena susu dan telur
lebih sering terjadi pada anak-anak, sedang reaksi

ANAFILAKSISI 4
anafilaktoid kerena zat kontras lebih sering pada orang dewasa. Reaksi anafilitik karena
obat lebih sering pada mereka yang sudah menggunakan obat yang samaberulang-ulang.
Penggunan obat secara topikal lebih mudah menimbulkan sensititasi dibandingkan dengan
parental. Sedangkan reaksi anafilaktik lebih sering pada pemberian parental dibandingkan
dengan cara lain. Reaksi anafilatik terhadap obat-obat tertentu lebih sering ditemukan pada
HLA tertentu, demekian pula terhadap beberapa makanan tertentu.
Kematian akibat reaksi anafilaktik biasanya disebabkan oleh asfiksia akibat edema
laring, renjatan yang ireversibel,iskemia miokard, dan aritmia ventrikel.Insiden tertinggi
terjadi pada anak-anak dan remaja. Sampai usia 15 tahun, predileksinya adalah pada laki-
laki, namun setelah usia 15 tahun, predileksinya pada wanita. Terdapat kecenderungan
perbedaan faktor pencetus pada kelompok usia yang berbeda-beda, sebagai contoh,
anafilaksis fatal yang dicetuskan oleh makanan puncaknya terjadi pada remaja dan dewasa
muda, sedangkan anafilaksis fatal yang dicetuskan oleh sengatan serangga, zat-zat yang
digunakan untuk diagnostik, dan obat-obatan terjadi terutama pada usia pertengahan dan
dewasa lanjut.

2.3 Etiologi

Berbagai zat atau keadaan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis/anafilaktoid. Ada


yang berupa antigen seperti protein (serum, hormone, enzim, bisa binatang, makanan, dan
sebagainya), atau polisakarida, juga ada yang berupa hapten yang nanti bertindak sebagai
antigen apabila berikatan dengan protein (antibiotik, anastesi lokal, analgetik, zat kontras,
dan lain-lain).Antigen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral,
suntikan/sengatan, inhalasi, atau topikal.Di samping itu ada juga penyebab yang tidak
bersifat antigen. Secara umum penyebab anafilaksis/anafilaktoid dapat dikelompokkan
sebagai berikut:

ANAFILAKSISI 5
a. Obat
1. Molekul besar : hormone insulin, ACTH, estrogen, relaksin, kortison
2. Antibiotik : penisilin, streptomisin, klorampenikol, sulfonamide, kanamisin, dll.
3. Kemoterapeutik : siklosporin, metotreksat, melfalan, klorambusil, dll.
4. Vaksin : difteri, morbili, parotitis, influenza, pertusis, rabies, tetanus, tipoid.

b. Makanan
1. Ikan : cakalang, lemuru, salmon, sardine, lele, layang.
2. Udang : kepiting, cumi-cumi, kerang, teripang.
3. Kacang tanah, kacang kedelai, kacang mete, ercis, coklat.
4. Susu, telur, jamur, daging tupai, daging sapi, daging kelinci, daging ayam, daging
rusa.
5. Buah : nanas, mangga, nangka, apel, rambutan, langsap, durian, strawberi, salak,
jeruk, pisang, jagung,
6. Bumbu atau rempah : lada, pala, seledri, cengkeh, adas, asam,lombok, jahe
bawang, ragi, vanili, kayu manis.
c. Bisa/cairan binatang : serangga, ular, laba-laba, ubur-ubur, dan beberapa jenis ikan
atau hewan air.
d. Getah tumbuhan : lateks, perekat akasia.
e. Bahan kosmetik/industri : cat rambut, parfum, pelurus rambut, pemutih kulit, pengawet
kayu, penyamak, cat.
f. Faktor lisis : panas, dingin, getaran, cahaya, tekanan.
g. Faktor kolinergik dan kegiatan jasmani
h. Idiopatik

Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.Penyebab yang sering
ditemukan adalah:
1. Gigitan/sengatan serangga.
2. Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis
vaksin).
3. Alergi makanan
 Krustasea: Lobster, udang dan kepiting.
 kerang,Ikan.

ANAFILAKSISI 6
 Kacang-kacangan dan biji-bijian.
 Buah beri.
 Putih telur,Susu.
4. Alergi obat Serbuk sari dan alergen lainnya jarang menyebabkan anafilaksis.
Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam alirandarah dan
bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsangsel-sel untuk melepaskan
histamin dan zat lainnya yang terlibatdalam reaksi peradangan kekebalan.
Beberapa jenis obat-obatan(misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk
rontgen), padapemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid
(reaksiyang menyerupai anafilaksis). Hal ini biasanya merupakan
reaksiidiosinkratik atau reaksi racun dan bukan merupakan mekanismesistem
kekebalan seperti yang terjadi pada anafilaksissesungguhnya.
 Zat-zat yang Menimbulkan Reaksi Anafilaksis
Anafilaktik (IgE dependent)

Antibiotik: Ekstrak alergen:


Penisilin dan derivatnya Rumput-rumputan atau jamur
Basitrasin Serum (ATS, ADS, Anti bisa ular)
Neomisin Darah
Tetrasiklin Lengkap
Streptomisin, dll Produk
Bahan yang sering Gamaglobulin
dipergunakan untuk Kriopresipitat
prosedur diagnosis: Serum
Zat radioopak Imunoglobulin i.v.
Bromsulfalein Makanan
Benzilpenisiloil-polilisin Susu sapi
Bisa (racun): Kerang
Ular Kacang-kacangan
Semut api Ikan
Lebah Telur
Kumbang Udang
Lateks

ANAFILAKSISI 7
Anafilaktoid (IgE Independent)

Aktivasi komplemen Faktor fisik


multimediator – aktivasi Olahraga
sistem kontak Suhu (dingin atau panas)
Media radiokontras Immune aggregates
Angiotensin-converting Imunoglobulin intravena
enzyme inhibitor yang Dekstran
diberikan selam dialisis Sitotoksik
ginjal Reaksi transfusi terhadap elemen
Etilen oksida seluler (IgG, IgM)
Protamin Psikogenik
Degranulasi sel mast dan Zat artifisial
basofil nonspesifik Anafilaksis idiopatik
Opioid
Pelemas otot
Idiopatik

2.4 Klasifikasi
Secara imunopatologik reaksi anafilaksis dan reaksi anafilaktoid dibagi menjadi :
a) reaksi anafilaksis yang diperankan oleh IgE atau IgG,
b) reaksi anafilaktoid karena lepasnya mediator secara langsung misalnya oleh obat,
makanan, agregasi kompleks imun seperti reaksi terhadap globulin γ, IgG antiIgA,
c) reaksi transfusi karena pembentukan antibodi terhadap eritrosit atau leukosit,
d) reaksi yang diinduksi prostaglandin oleh pengaruh aspirin atau obat lain.

2.5 Patofisiologis
Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan melepaskanhistamin dan zat lainnya.
Hal ini menyebabkan penyempitan saluranudara, sehingga terdengar bunyi mengi
(bengek), gangguan pernafasan;dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri
perut, kram,muntah dan diare.Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah(yang
akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesancairan dari pembuluh darah

ANAFILAKSISI 8
ke dalam jaringan (yang akan menyebabkanpenurunan volume darah), sehingga terjadi
syok. Cairan bisa merembeske dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema
pulmoner atau juga mengakibatkan tekanan osmotik cairan interstisium meningkat
sehingga terjadi edema ekstermitas.
Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedemabisa cukup berat
sehingga menyebabkan penyumbatan saluranpernafasan. Anafilaksis yang berlangsung
lama bisa menyebabkanaritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan
allergendapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal.

2.6 Menifestasi Klinis


Tanda dan gejala utama pada reaksi anfilaktik dapat digolongkan menjadi reaksi
sistemik yang ringan, sedang, dan berat.

Ringan. Gejala awal reaksi sistemik ringan adalah rasa gatal dan panas di bagian perifer
tubuh. Reaksi sistemik yang ringan terdiri atas rasa kesemutan serta hangat pada bagian
parifer dan dapat disertai dengan perasaan penuh dalam mulut serta tenggorok.
Kongesti nasal, pembengkakan periobital, pruritus, bersin-bersin dan mata yang berair
dapat terjadi. Awitan gejala dimulai dalam waktu 2 jam pertama sesudak kontak.
Lamanya gejala bergantung pada pengobatan, umumnya berjalan 1-2 hari atau lebih
pada kasus kronik.

ANAFILAKSISI 9
Gambaran klinis anafilaksis

Sistem Gejala dan tanda Mediator


Umum Malaise, lemah, rasa -HistaminHistamin
(prodromal)KulitMuko
sakitUrtikaria,
sa Histamin
eritemaEdema periorbita,
Pernapasan SRS-A, histamin,
hidung tersumbat dan gatal,
lain-lain?
Jalan napas atas angioedema, pucat,
Tidak diketahui
sianosis
Jalan napas bawah
Tidak diketahui
Gastrointestinal Bersin, pilek, dispnu, edema
laring, serak, edema lidah
Susunan saraf pusat
dan faring, stridor

Dispnu, emfisema akut, asma,


bronkospasme, bronkorea

Peningkatan peristaltik,
muntah, disfagia, mual,
kejang perut, diare

Gelisah, kejang

ANAFILAKSISI 10
Sedang. Reaksi sistemik yang sedang dapat mencakup salah satu gejala diatas di
samping gejala flushing, rasa hangat, cemas, dan gatal-gatal. Reaksi yang lebih serius
berupa bronkospasme dan edema saluran napas atau laring dengan dispnea, batuk serta
mengi. awitan gejala sama seperti reaksi yang ringan.

Berat. Reaksi sistemik yang berat memiliki onset mendadak dengan tanda-tanda serta
gejala yang sama seperti diuraikan di atas dan berjalan dengan cepat hingga terjadi
bronkospasme, edema laring, dispnea berat serta sianosis. Disfagia (kesulitan menelan),
kram abdomen, vomitus, diare dan serangan kejang-kejang dapat terjadi. Kadang-kadang
timbul henti jantung dan koma.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dapat menolong untuk membedakan
kasus yang luar biasa atau menilai penatalaksanaan yang sedang
dikerjakan.Pemeriksaan darah lengkap dapat menemukan hematokrit
yang meningkat akibat hemokonsentrasi.Bila terjadi kerusakan
miokard maka pada pemeriksaan kimia darah dapat ditemukan
peninggian enzim SGOT, CPK (fosfokinase kreatin) dan LDH

(dehidrogenase laktat).
Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena sangat membantu
menentukan diagnosis, memantau keadaan awal, dan beberapa
pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengbatan serta
mendeteksi komplikasi lanjut.Hitung eosinofil darah tepi dapat normal
atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali
menunjukkan nilai normal.Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi
kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan
derajat alergi yang tinggi. Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik
dengan RAST (radio-immunosorbenttest) atau ELISA (EnzymLinked Immunosorbent Assay
test), namun memerlukan biaya yang mahal.
Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu
dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang

ANAFILAKSISI 11
tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit paling sesuai karena mudah
dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak, meskipun uji
intradermal (SET) akan lebih ideal. Pemeriksaan lain sperti analisa gas darah, elektrolit, dan
gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen
thorak, dan lain-lain.
Foto toraks mungkin memperlihatkan emfisema (hiperinflasi) dengan atau tanpa
atelektasis.Pada beberapa kasus dapat terlihat edema paru. Pada pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG) bila tidak terjadi infark miokard maka perubahan EKG biasanya
bersifat sementara berupa depresi gelombang S-T, bundle branch block,fibrilasi atrium dan
berbagai aritmia ventrikular.

2.8 Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk meringankan gejala. Terapi dapat mencangkup salah satu
atau saeluruh intervensi berikut ini: Tindakan menghindari alergen, farmakoterapi atau
imonuterapi. Petunjuk yang diberikan secara lisan harus dikuatkan kembali dengan
informasi tertulis sebai sarana permanen untuk mengingatkan pasien.Pengetahuan
mengenai pengetahuan umum yang berkaitan dengan pemeriksaan dan terapi pada
gangguan alergi ssangat penting.Perawat harus memainkan peranan aktif dalam
penatalaksaan pasien yang menderita kelainan ini dan mungkin berada dalam posisi
untuk memeberikan nasihat tentang prosedur ini kepada pasien yang potensial.
 Terapi Penghindaran (Menghindar Alergen)

Dalam terapi penghindaran, setiap upaya harus dilakukan untuk menghilangkan alergen
yang bekerja sebagai factor pemicu.Tindakan .sederhana dan kontrol lingkungan sering
efektif untuk mengurangi gejala. Contoh-contoh tindakan ini adalah penggunaan alat
pengendali suhu ruangan atau air conditioner, pembersi udara pelembab/penghilang
kelembaban dan linkungan yang bebas asap.
 Penanganan anafilaksis adalah sebagai berikut:
1. Oksigenasi
Prioritas pertama dalam pertolongan adalah pernafasan.Jalan nafas yang terbuka
dan bebas harus dijamin, kalau perlu lakukan sesuai dengan ABC-nya
resusitasi.Penderita harus mendapatkan oksigenasi yang adekuat.Bila ada tanda-
tanda pre syok/syok, tempatkan penderita pada posisi syok yaitu tidur terlentang
datar dengan kaki ditinggikan 30o – 45º agar darah lebih banyak mengalir ke organ-

ANAFILAKSISI 12
organ vital.Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen dengan masker.Apabila
terdapat obstruksi laring karena edema laring atau angioneurotik, segera lakukan
intubasi endotrakeal untuk fasilitas ventilasi.Ventilator mekanik diindikasikan bila
terdapat spasme bronkus, apneu atau henti jantung mendadak.
2. Epinefrin
Epinefrin atau adrenalin bekerja sebagai penghambat
pelepasan histamine dan mediator lain yang poten.
Mekanismenya adalah adrenalin meningkatkan siklik AMP
dalam sel mast dan basofil sehingga menghambat terjadinya
degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator
lainnya.Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan
memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos
bronkus. Dosis yang dianjurkan adalah 0,25 mg sub kutan setiap 15 menit sesuai
berat gejalanya. Bila penderita mengalami presyok atau syok dapat diberikan dengan
dosis 0,3 – 0,5 mg (dewasa) dan 0,01 mg/ KgBB (anak) secara intra muskuler dan
dapat diulang tiap 15 menit samapi tekanan darah sistolik mencapai 90-100 mmHg.
Cara lain adalah dengan memberikan larutan 1-2 mg dalam 100 ml garam
fisiologis secara intravena, dilakukan bila perfusi otot jelek karena syok dan
pemberiannya dengan monitoring EKG. Pada penderita tanpa kelainan jantung,
adrenalin dapat diberikan dalam larutan 1 : 100.000 yaitu melarutkan 0,1 ml
adrenalin dalam 9,9 ml NaCl 0,9% dan diberikan sebanyak 10 ml secara
intravena pelan-pelan dalam 5 – 10 menit. Adrenalin harus diberikan secara hati-hati
pada penderita yang mendapat anestesi volatile untuk menghindari terjadinya aritmia
ventrikuler.
3. Pemberian cairan intravena
Pemberian cairan infuse dilakukan bila tekanan sistolik belum mencapai 100 mmHg
(dewasa) dan 50 mmHg (anak). Cairan yang dapat diberikan adalah RL/NaCl,
Dextran/ Plasma. Pada dewasa sering dibutuhkan cairan sampai 2000ml dalam jam
pertama dan selanjutnya diberikan 2000 – 3000 ml/m² LPB/ 24 jam. Plasma / plasma
ekspander dapat diberikan segera untuk mengatasi hipovolemi intravaskuler akibat
vasodilatasi akut dan kebocoran cairan intravaskuler ke interstitial karena
plasma/plasma ekspander lebih lama berada di dalam intravaskuler dibandingkan
kristaloid.Karena cukup banyak cairan yang diberikan, pemantauan CVP dan
hematokrit secara serial sangat membantu.

ANAFILAKSISI 13
4. Obat – obat vasopressor
Bila pemberian adrenalin dan cairan infuse yang dirasakan cukup adekwat tetapi
tekanan sistolik tetap belum mencapai 90 mmHg atau syok belum teratasi, dapat
diberikan vasopressor. Dopamin dapat diberikan secara infus dengan dosis
awal 0,3mg/KgBB/jam dan dapat ditingkatkan secara bertahap
1,2mg/KgBB/jam untuk mempertahankan tekanan darah yang membaik.
Noradrenalin dapat diberikan untuk hipotensi yang tetap membandel.
5. Aminofilin
Sama seperti adrenalin, aminofillin menghambat pelepasan histamine dan mediator
lain dengan meningkatkan c-AMP sel mast dan basofil. Jadi kerjanya memperkuat
kerja adrenalin.Dosis yang diberikan 5mg/kg i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit untuk
mencegah terjadinya hipotensi dan diencerkan dengan 10 ml D5%.Aminofillin ini
diberikan bila spasme bronkus yang terjadi tidak teratasi dengan adrenalin. Bila perlu
aminofillin dapat diteruskan secara infuse kontinyu dengan dosis 0,2 -1,2 mg/kg/jam.
6. Kortikosteroid
Berperan sebagai penghambat mitosis sel precursor IgE dan juga menghambat
pemecahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat pada fase lambat.Kortikosteroid
digunakan untuk mengatasi spasme bronkus yang tidak dapat diatasi dengan
adrenalin dan mencegah terjadinya reaksi lambat dari anafilaksis.Dosis yang dapat
diberikan adalah 7-10 mg/kg i.vprednisolon dilanjutkan dengan 5 mg/kg tiap 6 jam
atau dengan deksametason 40-50 mg i.v. Kortisol dapat diberikan secara i.v dengan
dosis 100 -200 mg dalam interval 24 jam dan selanjutnya diturunkan secara
bertahap.
7. Antihistamin
Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh histamine terhadap sel
target.Antihistamin diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang atau bila
terjadi edema angioneurotik dan urtikaria. Difenhidramin dapat diberikan dengan
dosis 1-2mg/kg sampai 50 mg dosis tunggal i.m. Untuk anak-anak
dosisnya 1mg/kg tiap 4 -6 jam.
8. Resusitasi jantung paru
Resusitasi jantung paru (RJP) dilakukan apabila terdapat tanda-tanda kagagalan
sirkulasi dan pernafasan. Untuk itu tindakan RJP yang dilakukan sama seperti pada
umumnya.

ANAFILAKSISI 14
 Pengobatan Alergi Anafilaksis
 Epinefrin – jika diberikan pada reaksi alergi berat, epinefrin sangat efektif
dan bereaksi cepat.
 Antihistamin/H1-receptor blocker – biasanya diphenhydramine (Benadryl);
obat ini tidak menghentikan reaksi tetapi meredakan gejala.
 Beta-agonist pernasal (albuterol) – digunakan untuk mengobati
bronkospasma (spasme di paru-paru) dan mendilatasi saluran nafas; obat ini
dihirup.
 H2-receptor blockers – biasanya cimetidine (Tagamet), diberikan secara IV
atau peroral.
 Kortikosteroid (misalnya prednison, Solu-Medrol) – obat ini membantu
mengurangi keparahan dan rekurensi gejala.

Anafilaksis merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.Bila


perlu,segera lakukan resusitasi kardiopulmonal,intubasi endotrakeal (pemasangan
selang melalui hidung atau mulut kesaluran pernafasan) atau trakeostomi/krikotirotomi
(pembuatan lubang ditrakea untuk membantu pernafasan).
Epinerin diberikan dalam bentuk suntikan atau dihirup .untuk membuka saluran
pernafasan dan meningkatkan tekanan darah. Untuk mengatasi syok, diberikan cairan
melalui infus dan obat-obatan untuk menyokong fungsi jantung dan peredaran
darah.Antihistamin (contohnya diphenhy dramine) dan kortikosteroid (misalnya
prednison) diberikan untuk meringankan gejala lainnya (setelah dilakukan tindakan
penyelamatan dan pemberian epinefrin).

2.9 Pencegahan
1. Untuk menghindari alergen harus mengenal penyebabnya
misalnya dengan evaluasi bahan alergen yang bisa menjadi
penyebab.
2. Kit anafilaktik. Pasien yang sensitif sengatan serangga atau
makanan harus membawa kit anafilaktik yang terdiri dari
semprit berisi adrenalin, dan tablet anti histamin.
3. Desensitisasi. Sengatan serangga atau beberapa jenis
binatang lain sudah dapat dicegah dengan cara desensitisasi yang berupa penyuntikan

ANAFILAKSISI 15
berulang-ulang dari dosis rendah sampai dianggap cukup dalam jangka waktuyang
cukup lama.
4. Hindari berkontak dengan substansi (alergen) yang menjadi pemicu.
5. Jika pemicunya adalah makanan, Anda harus mempelajari label makanan dengan baik.
6. Jika pemicunya adalah obat, informasikan pada semua pemberi layanan kesehatan
mengenai reaksinya
7. Gigitan serangga paling sulit dihindari. Kenakan pakaian lengan panjang selama
aktivitas outdoor.
8. Orang-orang yang terpapar atau tidak bisa menghindari alergen yang menyebabkan
reaksi anafilaktik berat di masa lalu sebaiknya menemui spesialis untuk desensitisasi.
 Prognosis
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan prognosis ialah:
1. Pada umumnya semakin lama jarak antara masuknya antigen dengan munculnya
gejala semakin ringan gejalanya. Penyembuhan dapat cepat (dalam beberapa
jam), tetapi kadang-kadang memerlukan waktu yang lebih lama biasanya sembuh
sempurna tetapi dapat pula menyebabkan infark miokard.
2. Reaksi anafilaktik dengan antigen yang sama, yang terjadi kemudian akan lebih
berat dari pada yang sebelumnya.
3. Lebih cepat terapi diberikan, lebih baik prognosisnya.
4. Prognosis dipengaruhi oleh cara pemberian dan dosis antigen, lebih besar dosis,
lebih berat reaksi.

2.10 Komplikasi
1. Henti jantung (cardiac arrest) dan nafas.
2. Bronkospasme persisten.
3. Oedema Larynx (dapat mengakibatkan kematian).
4. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).
5. Kerusakan otak permanen akibat syok.
6. Urtikaria dan angoioedema menetap sampai beberapa bulan.

ANAFILAKSISI 16
ANAFILAKSISI 17
ANAFILAKSISI 18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesia

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,


agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomer registrasi,diagnosa
medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk memeinta pertolongan
kesehatan adalah pasien merasakan gatal-gatal pada kulitnya, panas,pusing,sakit
perut.
 Riwayat Penyakit Saat ini :
Pada klien dengan reaksi anafilaksis ditemukan gejala awal dengan rasa gatal
dan panas.biasanya selalu disertai dengan gejala sistemik misal dispnea,mual,kulit
sianosis,kejang.anamnesa yang tepat dapat memperkecil gejala sistemik sebelum
berlanjut pada fase yang lebih parah/gejala sistemik berat.
 Riwayat Penyakit Dahulu :

Apakah klien mempunyai riwayat alergi terhadap sesuatu.pernahkah klien


mengalami hal yang sama saat setelah kontak dengan alergen misal,debu,obat-
abatan,makanan,atau kontak dengan hewan tertentu.

3.1.2 Pemeriksaan Fsik

 Kardiovaskuler
Gejala : Palpitasi, takikardia, hipotensi, renjatan dan syok.
Tanda :Pada EKG ditemukanaritmia, T mendatar atau terbalik,
fibrilasiventrikelsampaiasistol.
 Gastroentestinal
Gejala : Mual, muntah, sakit perut dan dapat terjadi diare.
 Neurosensori
Gejala : syok, kesemutan
Tanda : Tingkat kesadaran; biasanya terjadi koma, disorientasi, halusinasi dan
kejang.

ANAFILAKSISI 19
 Pernapasan
Gejala : Rinitis, bersin, gatal di hidung, batuk, sesak, suara serak, gawat nafas,
takipnea samoai apnea.
 Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala (pusing), sakit di bagian perut, gatal pada mata dan kulit.
 InteraksiSosial
Tanda : Ketidakmampuan untuk berkomunikasi akibat berbagai gangguan pada
tubuh, seperti gatal, sesak, dan rasa takut
 Integritas Ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, putus asa
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
 Aktifitas/ istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena adanya rasa takut,
sesak, lemas dan syok serta gatal/pruritus.
Tanda : Gangguan Pada tungkai (kesemutan), rasa gatal pada
kulittangandankepala.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot bronkeolus .
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan produksi histamine
dan bradikinin oleh sel mast.
3. Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan mual dan muntah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

ANAFILAKSISI 20
3.3Rencanaintervensi

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. Pola nafas Mempertahankan Setelah Mandiri : Mandiri:
tidak efektif pola nafas efektif dilakukan  Pastikan tidak  Menurunkan resiko
berhubungan pasien. tindakan terdapat benda atau aspirasi atau
dengan keperawatan zat tertentu atau masuknya suatu
spasme otot selama … x 24 gigi palsu pada benda asing ke
bronkus jam pasien mulut pasien. faring.
mampu  Letakkan pasien  Meningkatkan aliran
mempertahankan pada posisi miring, sekret, mencegah
pola pernapasan permukaan datar lidah jatuh dan
efektif dengan dan miringkan menyumbat jalan
jalan nafas yang kepala pasien. nafas.
paten.
 RR: 16-  Lakukan  Menurunkan
24x/mnit penghisapan sesuai resikoaspirasiatauasfi
 pernafasan indikasi. ksia.
cuping hidug (-  Kolaborasi :  Kolaborasi :
) Berikan Untuk menurunkan
 Suara nafas tambahan oksigen hipoksia cerebral.
visikuler atau ventilasi
Sesak nafas manual sesuai
(-) kebutuhan
2 Gangguan Mecegah Setelah MANDIRI : MANDIRI :
. integrasi kerusakan kulit dilakukan  Kaji kulit setiap hari.  Untuk mengetahui
kulit dan tindakan Catat warna ada tidaknya
berhubung meningkatkan keperawatan kulit,turgor perubahan kulit.
an dengan kesembuhan. selama … x 24 kulit,sirkulasi dan
peningkata jam : sensasi.
n produksi Menunjukan  Pertahankan higiene  Memprtahankan
histamin kemajuan pada kulit misalnya kebersihan karena

ANAFILAKSISI 21
dan luka atau membasuh dan kulit tiap kering
bradikinin penyembuhan kemudian dapat menjadi barier
oleh sel mengeringkan infeksi. Masase
mast dengan hati dan meningkatkan
melakukan masase sirkulasi kulit dan
dengan kenyamanan.
menggunakan
lotion/cream.  Friksi kulit di
 Pertahankan sebabkan oleh kain
kebersihan yang berkerut dan
lingkungan pasien basah yang
seprti seprei bersih menebabkan iritasi
kering dan tidak dan potensial
berkerut. terhadap infeksi.
 Menurunkan tekanan
 Sarankan pasien pada kulit dari
untuk melakukan istirahat lama di
ambulasi beberapa temapat tidur.
jam sekali jika
memungkinkan.  Kuku yang panjg
 Gunting kuku secara /kasar meningkatkan
teratur. kerusakan dermal.
KOLABORASI: KOLABORASI:
Gunakn/berikan Digunakn pada
obat obatn atau perawatan lesi kulit.
sistemik sesuai Jika digunakn salep
indikasi. multi dosis,perawatan
harus dilakuakn untuk
menghindari
kontaminasi silang.
3 Gangguan Pola Setelah Mandiri: 1. Agar kloen
. pemenuhan pemenuhan dilakukan 1. Jelaskan tentang kooporatif
nutrisi nutrisi kembali tindakan nutriusi dan cara

ANAFILAKSISI 22
berhubunga normal. keperawatan pemenuhannya. 2. Untuk mengurangi
n dengan selama … x 24 2. Anjurkan untuk rangsang muntah
mual dan jam : makan dalam porsi
muntah  Diharapkan kecil tapi sering.
3. Agar mengurangi
kebutuhan HE:
iritabilitas dan
tubuh pasien 3. Siapkan lingkungan
membantun klien
terhadap yg menyenangnkan
mendapatkan
cairan
kembali
terpenuhi.
“appetitenya”.
 Membran
4. Untuk mengetahui
mukosa Observasi:
pekembasngan
lembab 4. Kaji antropometri.
atatua
 turgor kulit
perkembangan klien
baik
dan dasar pelaksaan
 TTV stabil
tindakan
 TD: 120/80
selanjutnya.
 N: 80- 5. Untuk mengetahuio
100/mnt perkembangn sttus
5. Kaji tekan darah
 RR: 16- kesehatan klien dan
dan nadi.
24/mnt dasr kesehatan
 T : 37 C 0
tindakan.
 haluaran
urine adekuat Kolaborasi: Untuk mengurangi
medis dalam rangsang
pemberian obat muntah
anti emetik.
4 Resiko Memenuhi Setelah MANDIRI : MANDIRI :
. ketidakseim keseimbangan dilakukan  Catat tanda vital  Indikator dari volume
bangan cairan didalam tindakan pasien. cairan sirkulasi.
berhubunga tubuh keperawatan  Catat peningkatan  Meningkatkan
n dengan selama … x 24 suhu dan durasi kebutuhan
peningkatan jam : demamberikan metabolisme dan
permeabilita Menunjukan kompres hangat diforesis yang

ANAFILAKSISI 23
s kapiler edema pada sesuai berlebihan
ektermitas indikasi,pertahanka dihubungkan dengan
berkurang, dan n pakaian tetap demam dalam
cairan didalam kering,pertahankan meningkatkan
tubuh seimbang kenyamanan suhu kehilangan cairan
lingkungan. yang berlebihan
 Kaji makanan yang  Untuk mengetahui
pasien makan makanan yang
menyebabkan alergi
banyak mengandung
garam atau tidak.
5. Intoleransi Peningkatan Setelah  periksa tanda vital  hipotensi dapat
aktivitas toleransi dilakukan sebelum dan segera terjadi karena efek
berhubungan aktivitas tindakan setelah aktivitas. obat, perpindahan
dengan keperawatan cairan,pengruh
kelemahan selama … x 24 fungsi janstung.
pasien jam :Pasien  Catat respon  Penurunan / ketidak
mencapai cardiopulmonal mampuan
peningktan terhadap aktivitas . miokardium untuk
toleransi meningkatkan
aktivitas yang volume sekuncup
dapat di ukur. selama aktivitas.
 TD: 120/80  kaji penyebab  Kelemahan dapat
 N: 80-100/mnt kelemahan evaluasi disebabkan oleh efek
 RR: 16-24/mnt peningkatan samping beberapa
T : 360C intoleran aktivitas. obat,nyeri dan stres.
 Dapat menunjukan
 berikan bantuan peningkatan
dalam aktivitas decompensasi
perawatan mandiri jantung dari pada
sesuai kelebihan aktivitas.
indikasi,selingi
periode aktivitas

ANAFILAKSISI 24
dengan periode

3.4 Implementasi
1. Mempertahankan pola nafas efektif pasien.
2. Mecegah kerusakan kulit dan meningkatkan kesembuhan.
3. Meningkatkan kebutuhan nutrisi agar kembali normal
4. Memenuhi keseimbangan cairan didalam tubuh
5. Meningkatkan toleransi aktifitas

3.5 Evaluasi
No. Dx Evaluasi

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam:


Pasien mampu mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan
nafas yang paten.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Menunjukan kemajuan pada luka atau penyembuhan.
3 Selah dilakukan tindakan keperawatan selama... 24 jam
Diharapkan pasien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi didalam
tubuhnya.
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
- Diharapkan kebutuhan tubuh pasien terhadap cairan terpenuhi
5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam :
Pasien mencapai peningktan toleransi aktivitas yang dapat di ukur

BAB IV
PENUTUP

ANAFILAKSISI 25
4.1 Kesimpulan
Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa
menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami
sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen.
Beberapa golongan alergen yang sering menimbulkan reaksi anafilaksis, yaitu
makanan, obat-obatan, dan bisa atau racun serangga. Faktor yang diduga dapat
meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis, yaitu sifat alergen, jalur pemberian obat,
riwayat atopi, dan kesinambungan paparan alergen. Anafilaksis dikelompokkan dalam
hipersensitivitas tipe I, terdiri dari fase sensitisasi dan aktivasi yang berujung pada
vasodilatasi pembuluh darah yang mendadak

DAFTAR PUSATAKA

ANAFILAKSISI 26
J.H.L Playfair & B.M Chain.2009. At A Glance Imunologi.Edisi 9:Jakarta. Erlangga

Greenberg.Michae I.2007.Teks –Atlas Kedokteran Kedaruratan:Jakarta.Erlangga

Tjokronegoro Arjatmo,dkk.2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III:Jakarta.FKUI

Wiwik handayani,andi sulistyanto haribowo.2008.Askep pada klien gangguan sistem


hematologi: Jakarta. Salemba Medika

Smeltzer,Suzana C.2001.Buku Ajar Medikal-Bedah :Jakarta.EGC

ANAFILAKSISI 27

Anda mungkin juga menyukai