Mineralogi Kimiawi 2
Mineralogi Kimiawi 2
2. Nyala Karburasi
Nyala Karburasi terjadi apabila terdapat kelebihan asetilen dan pada nyala akan dijumpai tiga
daerah dimana antara kerucut nyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang
berwarna keputih-putihan.
Nyala Karburasi digunakan untuk pengelasan logam Monel, Nikel, berbagai jenis baja dan
bermacam-macam bahan pengerasan permukaan nonferous.
3. Nyala Oksidasi
Nyala oksidasi adalah apabila terdapat kelebihan gas oksigen. Nyalanya mirip dengan nyala
netral hanya kerucut nyala bagian dalam lebih pendek dan selubung luar lebih jelas
warnanya.
Nyala oksidasi digunakan untuk pengelasan kuningan dan perunggu.
2. Nyala Karburasi
Nyala Karburasi terjadi apabila terdapat kelebihan asetilen dan pada nyala akan dijumpai tiga
daerah dimana antara kerucut nyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang
berwarna keputih-putihan.
Nyala Karburasi digunakan untuk pengelasan logam Monel, Nikel, berbagai jenis baja dan
bermacam-macam bahan pengerasan permukaan nonferous.
3. Nyala Oksidasi
Nyala oksidasi adalah apabila terdapat kelebihan gas oksigen. Nyalanya mirip dengan nyala
netral hanya kerucut nyala bagian dalam lebih pendek dan selubung luar lebih jelas
warnanya.
Nyala oksidasi digunakan untuk pengelasan kuningan dan perunggu.
Temperatur Api pada Oksigen Asetilen
Uji nyala api adalah suatu prosedur analisis yang digunakan dalam ilmu kimia untuk
mendeteksi keberadaan unsur tertentu, terutama ion logam, berdasarkan karakteristik
spektrum emisi masing-masing unsur. Warna nyala api secara umum juga bergantung pada
temperatur; lihat warna nyala.
Uji ini melibatkan introduksi sampel suatu unsur atau senyawa ke dalam nyala api panas, tak
berwarna, dan mengamati warna nyala yang dihasilkan. Ide pengujian ini adalah bahwa atom-
atom sampel menguap dan karena panas, mereka mengemisikan sinar ketika berada dalam
nyala api. Sampel curah juga memancarkan cahaya, tetapi cahayanya tidak baik untuk
analisis. Sampel curah memancarkan cahaya terutama karena pergerakan atom-atomnya,
sehingga spektrumnya lebar, yang terdiri dari rentang warna yang luas. Atom-atom sampel
yang terpisah dalam nyala api dapat mengalami emisi hanya karena transisi elektron antara
tingkat energi atom. Transisi tersebut mengemisikan cahaya dengan frekuensi yang sangat
spesifik, yang tidak lain merupakan karakteristik unsur kimia itu sendiri. Oleh karena itu,
nyala api menjadi berwarna, yang ditentukan terutama oleh sifat-sifat unsur kimia yang
dimasukkan ke dalam nyala. Uji nyala api adalah percobaan yang relatif mudah dilakukan,
sehingga sering didemonstrasikan atau dilakukan dalam kelas sains di sekolah-sekolah.
Untuk keperluan analisis kualitatif anorganik, uji nyala api sering digunakan sebagai uji
pendahuluan, dan termasuk uji organoleptik.
Sampel biasanya ditaruh pada seutas kawat platina yang dicuci berulang kali dengan asam
klorida untuk menghilangkan sisa analit sebelumnya.[1] Senyawa biasanya dibuat menjadi
pasta dengan asam klorida pekat, sebagai halida logam, yang mudah menguap, sehingga
memberikan hasil yang lebih baik. Nyala api yang berbeda-beda harus dicoba untuk
menghindari kesalahan data akibat nyala api yang "terkontaminasi", atau kadang-kadang
untuk memverifikasi akurasi warna. Pada mata pelajaran kimia di sekolah menengah,
kadang-kadang digunakan bidai (splint) kayu, karena larutan dapat dikeringkan di atasnya,
dan harganya murah. Kadang-kadang juga digunakan kawat nikrom.[1] Penggunaan bidai
harus dilakukan secara hati-hati dengan melambaikan bidai melewati nyala api, dan bukannya
dengan memegangnya sehingga bidai terpapar nyala api dalam waktu lama. Hal ini untuk
menghindari bidai terbakar. Penggunaan kapas pentul[2] (bahasa Inggris: cotton swab (US)
atau cotton bud (UK)) atau busa melamin (yang digunakan pada spons penghapus)[3] sebagai
penyangga juga telah disarankan.
Natrium adalah komponen atau kontaminan umum dalam banyak senyawa dan spektrumnya
cenderung mendominasi warna nyala. Uji nyala api sering dilihat melalui kaca kobalt biru
untuk menyaring warna kuning natrium dan memudahkan pengamatan ion logam lainnya.
Uji nyala api adalah praktik yang cepat dan mudah, dan dapat dilakukan dengan peralatan
dasar yang dijumpai di sebagian besar laboratorium kimia. Namun, jumlah unsur yang
terdeteksi positif pada kondisi ini sangat sedikit, mengingat pengujian ini lebih bergantung
pada pengalaman subyektif pelaku percobaan daripada objek percobaan. Uji ini memiliki
kesulitan dalam mendeteksi beberapa unsur dalam jumlah kecil, sementara jika terlalu besar
juga cenderung memudarkan warna nyala hingga tidak muncul sama sekali.
Meskipun uji nyala api hanya memberikan informasi kualitatif, bukan data kuantitatif tentang
proporsi unsur dalam sampel, data kuantitatif dapat diperoleh menggunakan teknik terkait
yaitu fotometri nyala atau spektroskopi emisi nyala. Instrumen spektroskopi serapan atom
nyala api, yang dibuat oleh misalnya Perkin Elmer atau Shimadzu, dapat dioperasikan pada
moda emisi menurut panduan peralatan.[
Unsur-unsur umum
Beberapa unsur umum dan warna nyalanya sebagai berikut:
As Arsen Biru
Be Berilium Putih
Ce Serium Biru
Tembaga(II) (non-
Cu(II) Hijau
halida)
Tembaga(II)
Cu(II) Hijau-biru
(halida)
Hf Hafnium Putih
Hg Raksa Merah
In Indium Indigo/Biru
K Kalium Lilak
Pb Timbal Biru/putih
Rb Rubidium Merah-ungu
Sb Antimon Hijau pucat
Sc Skandium Jingga
Sn Timah Biru-putih
Ta Tantalum Biru
W Tungsten Hijau
lkan percikan (seperti logam titanium dan besi) dan garam berilium serta emas dilaporkan terkumpul sebagai logam
murni pada pendinginan. Tabel Bead Coloration Kranss
https://aatunhalu.wordpress.com/2008/12/06/kumpulan-praktikum-2/
http://www.pengelasan.com/2014/06/macam-macam-nyala-api-oksigen-asetilen.html
http://www.academia.edu/6262115/40619117-Laporan-Praktikum-Mineralogi-Kimiawi