Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral adalah zat yang terdapat dalam alam den gan komposisi
kimia yang khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas,
dan kadang-kadang dalam menjelma dalam bentuk geometri s tertentu.
Istilah mineral dapat berbentuk bermacam -macam makna : sukar untuk
mendefinisikan mineral dan oleh karrena itu banyak orang mengatakan
bahwa mineral adalah suatu frasa yang terdapat dalam alam.
Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal
sebagai zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar,
semua senyawa organik akan rusak; sebagian besar karbon berubah menjadi gas
karbon dioksida (CO) hidrogen menjadi uap air, dan Nitrogen menjadi uap
Nitrogen (N) Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam
bentuk senyawa anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar
mineral.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam
tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit
dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral
non esensial adalah logam yang perannya dalam tubuh makhluk hidup belum
diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya
tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Ada mineral
dalam keadaan Amorf,yang artinya tak mempunyai bangunan dan susun an
kristal sendiri (mis kaca &ov al). Tiap-tiap pengkristalan akan makin
bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan ialah :
1. Mengetahui proses pembentukan mineral
2. Mengetahui tingkat kekerasan mineral menurut skala Mhos

Mineralogi Fisik I 1
BAB II
DASAR TEORI

Mineral merupakan bahan padatan yang telah tergabung dari beberapa kristal
yang terdapat diperukaan bumi secara menyebar dan terbentuk secara alami.
Mineral adalah suatu zat ( fasa ) padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan
kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai
sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara
beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata
mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita
meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang
geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk
oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia
tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari
atom-atom serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom
tersebut tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom
ini akan menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur dan bersifat
alami (Putri, 2015:109).
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
yang terdapat pada mineral tersebut (Graha, 1987:98).
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,
maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari
mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-
mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana
keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya
yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,
penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan
suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara
lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.

Mineralogi Fisik I 1
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-
logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral yang terdapat
pada setiap batuan (Mondadori, 1997:107).
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya
mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat -
sifat kimia, dan juga kegunaannya. Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri
dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-
proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai
penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini
tergantung darimana kita meninjaunya (Kusnida, 2012).
Mineral dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi. Istilah
mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam,
biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan
mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom
serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut
tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan
menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya
bersifat anorganik dan homogen ( Murwanto, 1992 ).

Mineralogi Fisik I 1
1.3 Alat dan Bahan
A.Alat
Adapun alat yang digunakan ialah :
1. Alat tulis
2. Kertas
3. Kuku
4. Uang logam
5. Paku besi
6. Kaca
7. Keramik
8. Lup

B.Bahan
Adapunbahan yang digunakan ialah :
1. LKS
2. Skala Mohs

Mineralogi Fisik I 1
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil

No Gambar mineral Rumus kimia Sumber Keterangan


Mineral ini memiliki
H2Mg3 skala kekerasan 1
1 wikipedia
(SiO3)4 yang dapat digores
dengan kuku
Mineral ghypsum
yang memiliki pada
2 CaSO4. 2H2O wikipedia skala kekerasan 2
yang dapat digores
dengan kuku
wikipedia Mineral calcite yang
memiliki kekerasan
CaCO3
3 skala kekerasan 3
dapat digores oleh
kawat tembaga.
Mineral fluorite yang
memiliki kekerasan
4 CaF2 wikipedia 4 yang dapat digores
paku dan menggores
kawat tembaga
Mineral apatite yang
memiliki kekerasan
CaF2Ca3 5 yang dapat digores
5 wikipedia
(PO4)2 dengan paku dan
dapat menggores
fluorite.

Mineralogi Fisik I 1
Mineral orthoclase
memiliki yang skala
6 K Al Si3 O8 wikipedia kekerasan 6 yang
dapat digores oleh
pecahan kaca
Mineral quartz yang
memiliki kekerasan
7 SiO2 wikipedia 7 yang dapat digores
oleh kikir baja dan
quarz
Mineral topaz dapat
digores oleh mineral
8 Al2SiO3O8 wikipedia
topaz dan mineral
qorondum

Mineral pada topaz


memiliki kekerasan
9 Al2O3 wikipedia
9 yang dapat digores
oleh intan
Mineral pada intan
yang memiliki skala
10 C wikipedia kekerasan 10 yang
hanya dapat digores
oleh intan

Mineralogi Fisik I 1
2.2 Pembahasan
Pada praktikum ini membahas tenang mineral yang terdapat pada permukaan
bumi misalnya yang terdapat pada suatu batuan, serta proses terbentuknya dan
juga contoh-contoh dari mineral tersebut. Mineral merupakan suatu padatan yang
terbentuk dari proses penggabungan beberapa kristal dimana terjadi akibat proses
pengeluaran magma yang bterdapat dalam perut bumi dan pada saat
pengeluarannya mengalami diferensiasi magma yang mengakibatkan kristal tidak
homogen karena sudah menyatu dengan senyama senyawa ataupun ion-ion yang
lainnya.
Proses pembentukan mineral itu sendiri tejadi ketika pada saat proses
pengengeluaran magma. Magma merupakan cairan siliki pijar yng memiliki suhu
antara 8000-12000. Ketika prosespngeluaran magma, terjadi kontak langsung
antara magma dengan bahan bahan yangt ada disekitar jalur pengeluaran magma
misalnya pada saat magma keluar, magma akan menyebar hingga akan mengenai
bahan bahan yang berada disampingnya. Akibatnya, magma akan mengalami
proses pendinginaan, dan juga tekanan. Pada saat itu terjadi proses diferensiasi
magma. Diferensiasi magma merupakan proses perubahan magma dari yang
bersifat homogenik menjadi heterogen. Dimana proses heterogen ini terjadi akibat
proses penyatuan magma dengan bahan bahan yang lain pada saat pengeluarannya
tadi. Kemudian setelah mengalami diferensiasi, magma akan keluar dari inti bumi.
Ketika proses pengeluarannya magma akan terbagi mnjadu dua yaitu lava dan
lahar. Dimana lava merupakan magma yang keluar dari rekahan rekahan gunung
api, sedangkan lahar merupakan magma yang keluar dan mengandung air. Ukuran
mineral itu tergantung pada saat proses pendinginannya, dimana ketika
pendinginannya terjafi secara cepat maka maka mineralnya biasanya berukuran
kecil dan tidak teratur. Namun ketika proses pendinginannya lambat, maka ukuran
batuan tersebut akan semakin besar. Dimana ketika magma yang cepat mengalami
proses pendinginannya biasanya terjadi pada batuan ekstrusif(batuan beku luar)
yang sering disebut batuan vulkanik dimana batuan ini memiliki sifat mineral
yaitu falsic atau terang. Sedangkan untuk ukuran batuan yang besar akibat proses
pendinginaan yaa ng lama, biasanya terdapat pada batuan intrusive (batuan beku
dalam) atau sering disebut dengan batuan beku dalam y6ang memiliki nsifat

Mineralogi Fisik I 1
mineral mafic. Pada saaat proses pendinginannnya, akan terjadi proses
pembentukan kristal, diman cairan silica akan bergabung dengan senyawa
senyawa yang lainnya.Kemudian krist5al kristal tersebut akan membentuk
mineral.
Dalam suatu mineral terdapat Suatu kekerasan sebagai suatu penciri suatu
mineral, dimana pada skala kekerasan terdiri dari beberapa tingkatan atau
kekuatan suatu mineral yang dimulai dari skala kekerasan satu sampai sepuluh.
Skala yang digunakan dalam perbandingan ini yaitu skala mohs dimana urutan
kekerasan mnieral secara berurut sebagai berukut : Talc, Ghpsum, Calcite,
Fluorite, Apatite, Orthoclase, Quartz, Topaz, Corondum, Intan.
Sebagai perbandingan dari skala tersebut, Maka alat penguji beberapa
kekeran standart sebagai berikut : Kekerasan kuku manusia, kuku manusia sendiri
memiliki kekerasan 2,5 dalam hal ini kuku manusia dapat mennggores Talc dan
ghpsum yang hanya memiliki kekerasan 1-2. Kawat tembaga memiliki kekerasan
3 yang berarti dapat menggores calcite yang memiliki skala kekerasan 3. Paku
memiliki skala kekerasan 5,5 dimana paku dapat menggores fluorite dan apatite.
Pecahan kaca memiliki kekerasan 5,5-6, berarti kaca dapat menggores orthoklase
dan dapat digores oleh Quartz begitupun dengan pisau baja yang memiliki
kekerasan 5,5-6. Kikir baja memiliki kekerasan 6,5-7,hal ini berarti kikir baja
dapat menggores quartz. Topaz memiliki kekerasan 8 yang dapat menggores
Quartz. Corondum dapat digores oleh oleh intan dan dapat menn=ggores Topaz.
Intan memiliki kekerasan sepuluh, yang berarti intan hanya dapat digores oleh
intan itu sendiri.

Mineralogi Fisik I 1
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah :
1. Mineral terbentuk akibat adanya pengeluaran magma, kemudian magma
akan mengaliami proses diferensiasi magma, lalu cairan silika akan
bergabung dengan ion lainnya dan akan membentuk kristal. Kemudian
kristal kristal tersebut akan bergabung dan akan membentuk mineral.
2. Urutan kekuatan mineral berdasarkan skala mhos yaitu talc dengan
kekuatan 1, gypsum dengan kekuatan 2, kalsit dengan kekuatan 3, fluorit
dengan kekuatan 4, apatit dengan kekuatan 5, ortoklas dengan kekuatan 6,
kuarsa dengan kekuatan 7, topaz dengan kekuatan 8, korundum dengan
kekuatan 9, dan intan dengan kekuatan 10.

4.2 Saran
Dalam praktikum selanjutnya diharapkan dalam penjelasan materi lebih
detail sehingga praktikan dapat lebih mengerti.

Mineralogi Fisik I 1
DAFTAR PUSTAKA

Graha, 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova.


Kusnida, (2012). Mineralogi Inti Sedimen Permukaan Dasar Laut Grt-05-03 Dari
Cekungan Tomini - Sulawesi Tengah. Jurnal Geologi Kelautan, 10(2), 81–
86.
Mondadori, 1977. Simons & Schuster’s Guide to Rocks andMinerals. Milan :
Simons & Schuster’s Inc.
Murwanto, 1992. Mineral dan Batuan. Jakarta : Erlangga.
Putri, 2015. ”Analisis Mineral Pada Batuan Beku”. Jurnal MIPA.Vol. 5.No.7.

Mineralogi Fisik I 1

Anda mungkin juga menyukai