Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum KI2241

ENERGETIKA KIMIA
Percobaan C-2
KESETIMBANGAN KIMIA

Disusun oleh :
Nama : Jesslyn
NIM : 10517007
Kelompok : 01
Shift : Rabu Pagi
Tanggal Percobaan : 20 Februari 2019
Tanggal Pengumpulan : 27 Februari 2019
Asisten : Ira Nur A.J

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
KESETIMBANGAN KIMIA

I. TUJUAN PERCOBAAN
 Menentukan tetapan kesetimbangan reaksi, I2 + I- →I3-

II. DASAR TEORI

Kesetimbangan kimia merupakan proses dinamik. Kestimbangan kimia melibatkan zat-


zat yang berbeda untuk reaktan dan produknya. Kesetimbangan antara dua fasa dari zat yang
sama dinamakan kesetimbangan fisis (physical equilibrium) karena perubahan yang terjadi
hanyalah proses fisis. Menurut Hukum Distribusi Nernst, jika [X1] adalah konsentrasi zat
telarut dalam fase 1 dan [X2] adalah konsentrasi zat terlarut dalam fasa 2, maka pada
kesetimbangan X1 dan X2 didapat dari:

[𝑋 ]
KD = [𝑋1 ]
2

dengan KD adalah koefisien distribusi/partisi.

Iodin hanya larut sedikit dalam air ( 0,00134 mol / liter pada suhu 25 C ). Namun larut
cukup banyak dalam larutan–larutan yang mengandung ion iodida. Iodin membentuk kompleks
triodida, dengan konstanta kesetimbangan sekitar 710 pada 25 C. Suatu kelebihan kalium
iodida ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan kestabilan iodin.
Biasanya sekitar 3 sampai 4 % berat KI ditambahkan kedalam larutan 0,1 N, dan botol yang
mengandung larutan ini adalah larutan ini di sumbat dengan baik ( Underwood, 1999 ; 298 ).
Ion triodida adalah salah satu spesies yang tergolong dalam ion polihalida, dihasilkan
melalui reaksi ion halida dengan halogen atau molekul antar halogen. Dalam reaksi ini, ion
halida bertindak sebagai basa lewis (pemberi pasangan electron) dan molekul sebagai asam
lewis (penerima pasangan electron). Larutan ion dalam KI, yaitu ion triodida, banyak
digunakan dalam kimia analitik. Dapat diambil sebuah contoh adalah struktur dari Ion triodida
dimana pasangan electron ikatan digambarkan sebagai garis hitam. Pasangan electron bebas
dari atom I pusat digambarkan dengan titik- titik ( Petrussi,1987 : 60 ).
Larutan–larutan iodin standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodin murni
dan mengencerkan dalam sebuah labu volumetrik. Iodiun yang akan dimurnikan oleh sublimasi
dan ditambahkan ke dalam sebuah larutan KI yang konsentrasinya ditimbang secara akurat
sebelum dan sesudah penambahan iod. Namun demikian, biasanya larutan tersebut
distandarisasi terhadap sebuah standar primer yang paling sedikit digunakan. Dan kekuatan
reduksinya tergantung pada pH yang digunakan ( Underwood, 1999: 296 – 297 ).

III. METODE PERCOBAAN


A. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Labu Erlenmeyer 250 mL Larutan jenuh iodine dalam kloroform
Gelas ukur 10, 25 dan 250 mL Larutan KI 0,1 M
Pipet seukuran 5 dan 25 mL Larutan natrium tiosulfat 0,02 M
Buret 50 mL Larutan amilum 1% (sebagai indikator)
Botol semprot Padatan kristal KI
Batang pengaduk Aquades
Gelaskimia 50 mL
Aluminium foil
Termostat
B. Cara Kerja

Dua buah labu Erlenmeyer disiapkan dan diberi label A dan B. Pada kedua labu
Erlenmeyer dimasukkan 20 mL larutan jenuh I2 dalam CHCl3. Pada labu Erlenmeyer A
ditambahkan 200 mL air dan pada labu Erlenmeyer B dimasukkan 200 mL larutan standar KI
0,1 M. Kemudian labu ditutup rapat menggunakan aluminium foil dan diguncangkan dengan
kuat lalu dimasukkan dalam thermostat pada suhu 310C selama 60 menit. Setelah 60 menit dan
tercapai kesetimbangan, labu Erlenmeyer dikeluarkan dari thermostat. Dari masing-masing
botol diambil 5 mL larutan dari lapisan CHCl3. Kemudian pada masing-masing aliquot,
ditambahkan 2 gram padatan kristal KI dan 20 mL air. Lalu dititrasi dengan larutan standar
natrium tiosulfat sampai warna larutan kuning pucat lalu ditambahkan indicator amilum 1% 10
mL dan dititrasi sampai larutan bening. Untuk masing-masing aliquot dilakukan duplo.

Pada lapisan air dari labu erlenmeyer A, diambil 50 mL lalu ditambahkan 2 gram
padatan kristal KI dan 20 mL air. Kemudian dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
sampai warna larutan kuning pucat lalu ditambahkan indicator amilum 1% 10 mL dan dititrasi
sampai larutan bening. Hal yang sama juga dilakukan pada 25 mL larutan yang diambil dari
labu Erlenmeyer B. Pada masing-masing aliquoat dilakukan duplo.
IV. DATA PENGAMATAN
Massa jenis air = 1 gr/cm3 Massa jenis CHCl3 = 1,49 gr/cm3
[Na2S2O3] = 0,0246 M [KI] = 0,1006 M
Massa KI = 2 gram Temperatur termostat = 30-30,2oC
Erlenmeyer A Erlenmeyer B Warna
Fasa V1 V2 V1 V2 Penambahan
Awal Akhir
(mL) (mL) (mL) (mL) indikator
Oren Hitam
Air 22 21,9 Bening
4,6 4,3 kecoklatan keunguan
Bening +
Hitam
Kloroform 53,1 52,6 9,4 9,25 Ungu tua gelembung
keunguan
kloroform

V. PENGOLAHAN DATA
Reaksi yang terjadi:
I2 + 2 S2O32- → 2 I- + S4O62-
 Perhitungan KD ( Erlenmeyer A)
 [I2]CHCl3
[Na2S2O3] × V Na2S2O3 = 2x V I2 × [I2]
53,1 𝑚𝐿+52,6𝑚𝐿
0,0246 M × = 2 x [I2] CHCl3 × 5 mL
2
0,0246 𝑀 ×52,85 𝑚𝐿
[I2] CHCl3 = 10 𝑚𝐿

[I2] CHCl3 = 0, 1300 M

 [I2] H2O
[Na2S2O3] × V Na2S2O3 = 2 x V I2 × [I2]
4,6 𝑚𝐿+4,3 𝑚𝐿
0,0246 M × = 2 x [I2] CHCl3 × 50 mL
2
0,0246 𝑀 ×4,45 𝑚𝐿
[I2] H2O = 100 𝑚𝐿

[I2] H2O = 0,0010947 M

 Nilai KD
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐶𝐻𝐶𝑙3 0,1300
KD = = 0,0010947
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟

= 118,7540

 Perhitungan KC ( Erlenmeyer B )
 [I2] CHCl3
[Na2S2O3] × V Na2S2O3 = 2 x V I2 × [I2]
9,4 𝑚𝐿+9,25𝑚𝐿
0,0246 M × = 2 x [I2] CHCl3 × 5 mL
2
0,0246 𝑀 ×9,325𝑚𝐿
[I2] CHCl3 = 10 𝑚𝐿

[I2] CHCl3 = 0,0229 M

 [I2] H2O
[Na2S2O3] × V Na2S2O3 = 2 x V I2 × [I2]
22,00 𝑚𝐿+21,90 𝑚𝐿
0,0246 M × = 2 x [I2] CHCl3 × 25 mL
2
0,0246 𝑀 ×21,95 𝑚𝐿
[I2] H2O = 50 𝑚𝐿

[I2] H2O = 0,0108 M (x)

 Konsentrasi I2 bebas dalam air


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐶𝐻𝐶𝑙3
KD = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑎𝑖𝑟
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼2 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐶𝐻𝐶𝑙3 0,0229 𝑀
[I2] dalam air = = 118,7540
𝐾𝐷

= 2,5178 × 10-4 M (y)


 Konsentrasi I3-
I2 + I- →I3-
[I3-] = x – y = 0,0108 M – 2,5178 × 10-4 M
= 0,0105 M
 Konsentrasi I-
KI → K+ + I-
[I-] = [KI] – (x-y)
= 0,1006 M – 0,0105 M
= 0,0901 M

 Tetapan Kesetimbangan (KC)


𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼 −
3 (𝑥−𝑦)
KC = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐼− × 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑦 ( [𝐾𝐼]−(𝑥−𝑦))
𝐼 2

0,0105 𝑀
= (2,5178 × 10−4 = 462,8532
(0,0901) 𝑀

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai Kc dari reaksi I2 + I- →I3- adalah
462,8532. Selain itu juga didapat kan nilai Kd = 118,7540.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Day R.A, Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuntitatif. Edisi ke-6, Jakarta:
Erlangga, halaman 296-300.

Fikri, Rusdil M. 2014. Kimia Dasar: Kesetimbangan Kimia. Jakarta: UIN


Maliki Press, edisi pertama.

Ralph, Petrucci. 1987. Kimia Dasar. Edisi Pertama, Jilid 1. Jakarta: Erlangga,
halaman 59-63.
LAMPIRAN
Tugas Pendahuluan D-1, D-2

1. Tuliskan MSDS sikloheksana, benzena, dan naftalena!


2. Cari data ∆Hv untuk sikloheksana dan ∆Hv untuk benzena! (tuliskan sumber)
3. Gambarkan set alat untuk percobaan:
a. Kenaikan titik didih
b. Penurunan titik beku
4. Apa syarat terjadinya kesetimbangan fasa?
5. Apa yang dimaksud dengan sifat koligatif larutan? Larutan seperti apa yang akan
memiliki sifat koligatif? Sebutkan keempat sifat koligatif larutan!

Jawab:
1. Msds
Senyawa Mr(g/mol) MP(oc) BP(oc) Bahaya Penanganan
Sikloheksana 84,16 6,47 80,74 iritasi Cuci dengan air
Benzena 78,11 278.64 353,1 Iritasi Cuci dengan air
Naftalena 128,1705 80,26 218 iritasi Cuci dengan air

2. Sikloheksana

Benzena
3. Kenaikan titik didih

Penurunan titik beku

4. Kesetimbangan fasa dari suatu sistem harus memenuhi syarat


berikut :
a. Sistem mempunyai lebih dari satu fasa meskipun materinya sama
b. Terjadi perpindahan reversibel spesi kimia dari satu fasa ke fasa lain
c. Seluruh bagian sistem mempunyai tekanan dan temperatur sama
5. Sifat koligatif larutan adalah sifat larutanyang tidak bergantung pada jenis zat
terlaruttetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat
koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat
koligatif larutan nonelektrolit. 4 sifat koligatif, yaitu penurunan tekanan uap,
kenaikan titik didih, penurunan titik beku, tekanan osmosis.

Anda mungkin juga menyukai