Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penulisan Kasus

Seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun dibawa ke IGD RS pendidikan


Universitas Muhammadiyah Malang pukul 14.15 WIB. Menurut polisi yang membawa
pasien ke IGD, pasien merupakan korban KLL yang mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan tinggi, ketika mobil pick up yang berada didepannya berhenti mendadak,
pasien berusaha menghindar ke arah kiri namun tetap terbentur bagian belakang mobil
dan akhirnya jatuh. Pasien mengeluh perutnyaa nyeri, GCS 4 5 6. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan laserasi ditepi bibir kanan dan mengeluarkan darah, abrasi
di deltoid sinistra, konjungtiva anemis, pasien mengeluh nyeri tekan di kuadran kanan
atas abdomen dan di thoraks kanan bawah, nyeri terasa hingga bahu sebelah kanan , nyeri
hilang timbul, nyeri bertambah ketika ekskursi dafragma , skala nyeri 8. Terdapat
ekimosis kuadran atas abdomen, abdomen rigit dan distensi. Bising usus 6 x/menit,
hematuria, hematemesis . TTV : TD 90/70 mmHg, N 80x/menit, S 37,8 ºC, RR
24X/menit. CRT 3 detik, akral dingin, turgor kulit 2 detik. Hasil pemeriksaan
laboratorium Hb 11,2 g/dl, hematokrit 30%, trombosit 330x10 ^9/L. Dilakukan
pemeriksaan penunjang FAST (+), hasil DPL terdapat gross blood saat aspirasi, 120.000
RBC/mm³, 530 WBC/mm³. Terapi IVFD NS 0,9 %, transfusi FFP 1 labu, vitamin K.

1
1.2 Daftar pertanyaan

1. Bagaimana tanda dan gejala trauma abdomen ?


2. Apa penyebab trauma abdomen ?
3. Apa saja klasifikasi trauma ?
4. Apa saja faktor resiko trauma abdomen ?
5. Apa saja komplikasi trauma abdomen ?
6. Bagaimana pertolongan pertama pada trauma abdomen?
7. Bagaimana cara mobilisasi pasien trauma abdomen ?
8. Bagaimana pengkajian pada trauma abdomen ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada trauma abdomen ?
10. Bagaimana penatalaksanaan trauma abdomen ?
11. Kenapa harus dilakukan terapi IVFD dan transfusi FFP ?
12. Bagaimana prognosis trauma abdomen ?
13. Bagaimana interpretasi hasil lab ?
14. Bagaimana algoritma pada trauma abdomen ?
15. Apa saja obat-obat emergency trauma abdomen ?
16. Bagaimana asuhan keperawatan trauma abdomen ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jawaban pertanyaan

1. Bagaimana tanda dan gejala trauma abdomen ?


Tanda dan gejala yang akan muncul pada trauma abdomen adalah :
a. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :
1) .Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ respon stres simpatis.
2) Perdarahan dan pembekuan darah.
3) Kontaminasi bakteri.
4) Kematian sel
b. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
1) Kehilangan darah.
2) Memar/jejas pada dinding perut.
3) Kerusakan organ-organ.
4) Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.
5) Iritasi cairan usus.
(Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, 2009)

2. Apa penyebab trauma abdomen ?


Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh :
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

3
d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga (Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat, 2009)

3. Apa saja klasifikasi trauma ?


Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Trauma penetrasi (Trauma tajam) : luka tusuk dan luka tembak menyebabkan
kerusakan jaringan karena laserasi atau terpotong. Luka tembak kecepatan tinggi
mengalihkan lebih banyak energy pada organ-organ abdomen mengingat peluru
mungkin berguling atau pecah sehingga menambah efek cedera yang lebih berat.
(Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)
b. Trauma non-penetrasi (Trauma tumpul) : akibat trauma benda tumpul dapat
mengakibatkan rusaknya organ padat atau berongga yang menyebabkan rupture,
dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Pada penderita yang dilakukan
lapaorotomi oleh karena trauma tumpul organ yang paling sering terkena adalah
limpa (40-55%), hati dan hematoma retroperitoneum.
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak
dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi, Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga
abdomen harus di eksplorasi atau terjadi karena trauma penetrasi.
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.
(Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)

4. Apa saja faktor resiko trauma abdomen ?


Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, kecepatan,
deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma ketika
tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.

4
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit
menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
Trauma merupakan penyebab tertinggi kematian pada orang dewasa yang
berusia dibawah 40 tahun dan menduduki peringkat ke 5 penyebab kematian pada
semua orang dewasa. (Ignativicus & Workman, 2012)

5. Apa saja komplikasi trauma abdomen ?

Berdasarkan organ yang mengalami cedera :


1. Liver injuries
Cedera organ hati biasanya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dan trauma
tumpul atau trauma tajam dan harus dicurigai jika terjadi fraktur costa bagian kanan
bawah. Angka kematiannya berkisar antara 10-20%. Ini dikarenankan 1/5 curah
jantung menuju hati, kemungkinan besar untuk terjadi kehilangan darah oleh
cedera organ hati
2. Splenic injuries
Limpa adalah organ abdomen yang sering terkena luka akibat trauma tumpul.
Cedera limpa harus dicurigai apabila terjadi fraktur pada costa kiri atau terjadi
pneumothorax kiri.
3. Stomach injuries lambung
Cedera perut biasanya terkait dengan luka tembus, seperti luka tembak, namun
dapat berhubungan dengan trauma tumpul karena kecelakaan kendaraan bermotor
(sebuah gaya geser oleh kemudi untuk perut).
4. Pancreatic injuries
Cedera pankreas sering dikaitkan dengan cedera otot perut lainnya. Seperti cedera
karena kecelakaan kendaraan bermotor. Tingkat kematian dilaporkan sebesar 50%
untuk cedera tumpul, 25% untuk luka tembak, dan 8% untuk luka tusukan
5. Mesentric/bowel/colon injuries
Cedera pada mesenterium dan usus menghambat gerak peristaltik, pemecahan dan
penyerapan nutrisi, penyerapan dan limbah cairan ekskresi.
Komplikasi yang sering terjadi pada trauma abdomen adalah
peritonitis, komplikasi yang dapat timbul pada trauma abdomen adalah, cidera yang

5
terlewatkan, latrogenic, intra abdomen, sepsis dan abses. (Keperawatan Medikal
Bedah)
6. Bagaimana pertolongan pertama pada trauma abdomen?
Apabila trauma non penetrasi (trauma tumpul) pertolongan pertama yang dapat
dilakukan yaitu :
a. stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
d. Lakukan Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra abdomen, tujuan dari DPL
adalah untuk mengetahui lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk melakukan
DPL, antara lain :
1. Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya.
2. Trauma pada bagian bawah dari dada.
3. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas.
4. Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera otak).
5. Pasien cedera abdominalis dan cidera bmedula spinalis (sumsum tulang belakang)
6. Patah tulang pelvis
Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika terdapt darah segar dalm
BAB atau sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon
atau usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau sekitar anus berarti
trauma non-penetrasi (trauma tumpul) usus halus atau lambung. Apabila telah
diketahui hasil Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), seperti adanya darah pada
rektum atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah lebih
dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/mm³, empedu atau amilase dalam jumlah yang
cukup juga merupakan indikasi untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan
dilakukan prosedur laparotomi. Adapun Kontra indikasi dilakukan Diagnostic
Peritoneal Lavage (DPL), antara lain sebgai berikut :
1. Hamil
2. Pernah operasi abdominal
3. Operator tidak berpengalaman
4. Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan
(Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)

6
7. Bagaimana cara mobilisasi pasien trauma abdomen ?

Empat orang dibutuhkan untuk melakukan prosedur modifikasi log roll dan
imobilisasi penderita, seperti pada long spine board:

1. satu untuk mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan leher penderita


2. satu untuk badan (termasuk pelvis dan panggul).
3. satu untuk pelvis dan tungkai.
4. satu mengatur prosedur ini dan mencabut spine board. Prosedur ini
mempertahankan seluruh tubuh penderita dalam kesegarisan, tetapi masih
terdapat gerakan minimal pada tulang belakang. Saat melakukan prosedur ini,
imobilisasi sudah dilakukan pada ekstremitas yang diduga mengalami fraktur.
a. Long spine board dengan tali pengikat dipasang pada sisi penderita. Tali pengikat ini
dipasang pada bagian toraks, diatas krista iliaka, paha, dan diatas pergelangan kaki.
Tali pengikat atau plester dipergunakan untuk memfiksasi kepala dan leher penderita
ke long spine board.
b. Dilakukan in line imobilisasi kepala dan leher secara manual, kemudian dipasang
kolar servikal semirigid.
c. Lengan penderita diluruskan dan diletakkan di samping badan.
d. Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati-hati dan diletakkan dalam posisi
kesegarisan netral sesuai dengan tulang belakang. Kedua pergelangan kaki diikat
satu sama lain dengan plester.
e. Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu orang kedua memegang
penderita pada daerah bahu dan pergelangan tangan. Orang ke tiga memasukkan
tangan dan memegang panggul penderita dengan satu tangan dan dengan tangan
yang lain memegang plester yang mengikat ke dua pergelangan kaki.
f. Dengan komando dari penolong yang mempertahankan kepala dan leher,
dilakukan log roll sebagai satu unit ke arah ke dua penolong yang berada pada sisi
penderita, hanya diperlukan pemutaran minimal untuk meletakkan spine board di
bawah penderita. Kesegarisan badan penderita harus dipertahankan sewaktu
menjalankan prosedur ini.
g. Untuk mencegah terjadinya hiperekstensi leher dan kenyamanan penderita, maka
diperlukan bantalan yang diletakkan dibawah kepala penderita.
h. Bantalan, selimut yang dibulatkan atau alat penyangga lain ditempatkan di kiri dan
kanan kepala dan leher penderita, dan kepala penderita diikat ke long spine

7
board. Juga dipasang plester di atas kolar servikal untuk menjamin tidak adanya
gerakan pada kepala dan leher.

8. Bagaimana pengkajian pada trauma abdomen ?

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 2005).
Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :
Trauma tumpul abdomen

1. Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak akurat,
atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai berikut :
a. Metode cedera.
b. Waktu awitan gejala.
c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur
limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang
digunakan.
d. Waktu makan atau minum terakhir.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit danmedikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus
h. Alergi.
Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk mendeteksi
masalah yang mengancam kehidupan.
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada trauma abdomen ?
a. Foto thoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan Hb
Diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup
banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan

8
kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
d. Plain abdomen foto tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro
perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
e. Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine
yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
f. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma
pada ginjal.
g. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga
perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL inihanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

1) Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :


a. Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya.
b. Trauma pada bagian bawah dari dada.
c. Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas.
d. Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat, alkohol, cedera
otak).
e. Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang)
f. Patah tulang pelvis.
2) Kontra indikasi relatif melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a. Hamil
b. Pernah operasi abdominal
c. Operator tidak berpengalaman
d. Bila hasilnya tidak akan merubah penatalaksanaan
e. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.

3) Pemeriksaan khusus

9
a. Abdomonal Paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000
eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah
dimasukkan 100–200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi
untuk laparotomi.
b. Pemeriksaan Laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber
penyebabnya.
c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.
(Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, 2009)
10. Bagaimana penatalaksanaan trauma abdomen ?
A. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik
mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda
lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika
ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan
napas.
a. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan
tertutupnya jalan napas, muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya.
b. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat – dengar – rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk
memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan
status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya pernapasan).
c. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapatdilakukan. Jika tidak ada
tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi

10
dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2
kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) :
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
4. Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila
ada verban steril.
d. Imobilisasi pasien.
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
g. Kirim ke rumah sakit.
B. Hospital
a. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli
bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk
menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk
dan luka keluar yang berdekatan.
b. Skrinning pemeriksaan rontgen
Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan
hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan adanya udara intra peritonium.
Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau
adanya udara retro peritoneum.
c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.

11
d. Uretrografi.
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e. Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung
kencing, contohnya pada :
1) Fraktur pelvis
2) Traumanon – penetrasi
3) Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit :

1. Pengambilan contoh darah dan urine


2. Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan
laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium
khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,
amilase.
f. Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior
dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada
penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk
mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara
bebas di bawah diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi
segera.
g. Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum,
kolon ascendens atau decendens dan dubur. (Hudak & Gallo,
2013)

11. Kenapa harus dilakukan terapi IVFD dan transfusi FFP ?

IVFD adalah memasukakn cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah
vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu tertentu dengan menggunakan infus set
Tempat pemasangan dengan tujuan :

a. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

12
b. mempertahankan atau mengati cairan tubuh cairan elektrolik, vitamin,
protein, kalori dan nitrogen. Pada pasien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
Indikasinya:
a. Untuk pasien dehidrasi
b. Untuk pasien GE ( Gastroenteritis )
c. Untuk pasien intoxitas berat
d. Untuk pasie shock hypovolemik
e. Untuk pasien pre dan pasca bedah ( operasi )

Fresh Frozen Plasma Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan
langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan
perdarahan (hemostasis). Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan,
dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih rendah dengan lama simpan 1
tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan bila faktor pembekuan
pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh
frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama
faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi
warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar.
Indikasi :
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
b. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang
mengancam nyawa.
c. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah
transfusi massif
d. Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

12. Bagaimana prognosis trauma abdomen ?


Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi tanpa data statistik
yang menggambarkan jumlah kematian diluar rumah sakit, dan jumlah pasien total
dengan trauma abdomen gambaran spesifik prognosis untuk pasien trauma intra abdomen
sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar antara 5-10%.
( Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC )
13. Bagaimana interpretasi hasil lab ?

13
TD : Pada kasus Tekanan darah 90/70 , normalnya 120/80 mmhg pasien
mengalami hipotensi karena terjadi perdarahan saat trauma
Nadi : (80x/m) 60-100 x/m usia 12 th- dewasa
Suhu : Pada kasus 37,8, normalnya 36-37,5 c
Hb pria : Pada kasus 11,2 g/dl) , normalnya 13-16 g/dl
RR : Pada kasus (24x/m), normal remaja 15-24 x/m
Trombosit : Pada kasus (330x10 ^9/L) normal . 150.000-400.000/UL (300-800)
HT : Pada kasus (30 %) normalnya anak (33-38 %).
Turgor kulit : Pada kasus (2 detik ), normalnya < 2 detik
CTR : Pada kasus (3 dtk ) , normalnya 2 Detik

14. Apa saja obat-obat emergency trauma abdomen ?


A. Aspirin
Asam asetil salesilat yang lebih dikenal sebagai aspirin adalah analgetik
antipiretik dan anti inflamasi yang sangat luas digunakan.selain sebagai prototip,
obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis.
1. Farmakokinetik
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam
bentuk utuh dilambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas.kadar
tertinggi dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian.kecepatan absorpsi nya
tergantung dari kecepatan disintegrasi, pH permukaan mukosa dan waktu
pengosongan lambung.
2. Farmakodinamik
Merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgetik,
antipiretik, dan anti inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif
sebagai antipiretik.
a. Efek Terhadap Darah
Pada orang sehat aspirin menyebabkan perpanjangan masa
perdarahan.hal ini bukan karena hipoprotrombinaemia,tetapi karena
asetilasi siklo-oksigenase trombosit sehingga pembentukan TXA2
terhambat.
b. Efek Terhadap Keseimbangan Asam-Basa
Dalam dosis terapi tinggi salisilat menyebabkan peningkatan
konsumsi oksigen dan produksi CO2 terutama di otot skelet karena

14
perangsangan fosforilasi oksidatif.karbondioksida yang diahasilkan
selanjutnya mengakibatkan perangsangan pernapasan sehingga
karbondioksida dalam darah tidak meningkat.
3. Efek samping
Aspirin misalnya rasa tidak enak diperut, mual, dan perdarahan saluran
cerna biasanya dapat dihindari bila dosis perhari tidak lebih dari 325mg,
penggunaan bersama antacid dapat mengurangi efek tersebut. Obat ini dapat
mengganggu hemostasis pada tindakan operasi dan apabila diberikan bersama
heparin dapat meningkatkan resiko perdarahan.
4. Sediaan
Aspirin merupakan sediaan yang paling banyak digunakan. Aspirin
tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan tablet 500 mg untuk
dewasa.
5. Indikasi
Bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya nyeri
kepal, neuralgia, mialgia. Aspirin juga digunakan untuk mencegah thrombus
koroner dann thrombus vena-dalam berdasarkan efek penghambatan agregasi
thrombosis. Pada infark miokard akut nampaknya aspirin bermanfaat untuk
mencegah kambuhnya miokard infark yang fatal. Pada penderita TIA
penggunaan aspirin jangka panjang juga bermanfaat untuk mengurangi
kekambuhan TIA, stroke karena penyumbatan dan kematian akibat gangguan
pembuluh darah
B. Dobutamin
Dalam buku Drug Information Handbook International, Lexi-Comp's, (2005)
djelaskan bahwa:
Dobutamine adalah simpatomimetic sintetik yang secara struktur berhubungan
dengan dopamine dan tergolong selective. Dobutamine hidroklorida merupakan
sebuk kristal berwarna putih, agak larut dalam air dan alkohol. Dobutamine
mempunyai pKa 9,4. Dobutamine hidroklorida dalam perdagangan tersedia dalam
bentuk larutan steril dalam aqua pro injection.

1. Farmakokinetik
a. Onset of action (waktu onset) : IV : 1-10 menit
b. Peak effect (efek puncak): 10-20 menit

15
c. Metabolisme : di jaringan dan hepar menjadi bentuk metabolit yang
tidak aktif
d. T½ eliminasi (half-life elimination) : 2 menit
e. Ekskresi : urin (sebagai metabolit).
2. Farmakodinamik
Stimulasi reseptor beta1-adrenergic, menyebabkan peningkatan
kontraktilitas dan denyut jantung, dengan sedikit efek pada beta2 atau alpha-
reseptor.
3. Efek samping
Sakit kepala, sesak nafas, takikardia, hipertensi, kontraksi ventrikel,
premature, angina pectoris, mual, muntah, nyeri dan non angina.
4. Indikasi
Penatalaksanaan jangka pendek gagal jantung akibat depresi
kontraktilitas karena penyakit jantung organic atau prosedur pembedahan.
5. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
Infus intravena 2,5 sampai 10 mcg/kg/menit, disesuaikan dengan responnya.
6. Kontraindikasi
Kontraindikasi pada obat dobutamin adalah Hipersensivitas terhadap
bisulfit (mengandung bisulfit) stenoris subaortik hipertrofi idiopatik.
C. . Dopamin
Dopamin adalah suatu katekolamin endogen, merupakan prekursor adrenalin
1. Farmakokinetik
Anak-anak: dopamin menunjukkan kinetika non linear pada anak-
anak; dengan merubah jumlah obat mungkin tidak akan mempengaruhi
waktu steady state. Onset kerja : dewasa : 5 menit.
Durasi: dewasa: < 10 menit. Metabolisme: ginjal, hati, plasma; 75%
menjadi bentuk metabolit inaktif oleh monoamine oksidase dan 25 % menjadi
norepinefrin. T½ eliminasi: 2 menit. Ekskresi: urin (sebagai metabolit). Klien
pada neonatus: bervariasi dan tergantung pada umur; kliren akan menjadi
panjang jika terdapat gangguan hepatik atau ginjal.

2. Farmakodinamik
Menstimulasi reseptor adrenergik dan dopaminergik; dosis yang
lebihrendah terutama menstimulsi dopaminergik dan menghasilkan

16
vasodilatasi renal dan mesenterik; dosis yang lebih tinggi menstimulasi
dopaminergic dan beta1-adrenergik dan menyebabkan stimulasi jantung dan
vasodilatasi renal; dosis besar menstimulasi reseptor alfa-adrenergik.
3. Efek Samping
Sering: denyut ektopik, takikardia, sakit karena angina, palpitasi, hipotensi,
vasokonstriksi, sakit kepala, mual, muntah, dispnea. Jarang: bradikardia,
aritmia ventrikular (dosis tinggi), gangrene, hipertensi, ansietas, piloereksi,
peningkatan serum glukosa, nekrosis jaringan (karena ekstravasasi dopamin),
peningkatan tekanan intraokular, dilatasi pupil, azotemia, polyuria.
4. Indikasi
Syok kardiogenik pada infark miokard atau bedah jantung
5. Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian
a. Infus I.V : (pemberiannya memerlukan pompa infus) :
b. Bayi : 1-20 mcg/kg/menit, infus kontinyu , titrasi sampai respon yang
diharapkan.
c. Anak-anak : 1-20 mcg/kg/menit, maksimum 50 mcg/kg/menit, titrasi
sampai respon yang diharapkan.
d. Dewasa : 1-5 mcg/kg/menit sampai 20 mcg/kg/menit, titrasi sampai
respon yang diharapkan. Infus boleh ditingkatkan 4 mcg/kg/menit pada
interval 10-30 menit sampai respon optimal tercapai.
e. Jika dosis > 20-30 mcg/kg/menit diperlukan, dapat menggunakan presor
kerja langsung (seperti epinefrin dan norepinefrin).
f. Dosis berlebih menimbulkan efek adrenergik yang berlebihan. Selama
infus dopamin dapat terjadi mual, muntah, takikardia, aritmia, nyeri
dada, nyeri kepala, hipertensi, dan tekanan diastolik. Dosis dopamin juga
harus disesuaikan pada pasien yang mendapat antidepresi trisiklik.
6. Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap sulfit (sediaan yang mengandung natrium bisulfit),
takiaritmia, phaeochromocytoma, fibrilasi ventrikular.

D. HIDRALAZIN

Efek Samping

17
Vasodilator pada umumnya menyebabkan retensi natrium dan air apabila tidak
diberikan bersama dengan diuretik. Sakit kepala dan takikardi sering terjadi bila
diberikan sendiri dan dapat dikurangi apabila dimulai dengan dosisi yang kecil,
takikardi dapat dicegah dengan memberikan ᵝ-bloker.

Hidralazin dapat menyebabkan iskemia miokard pada penderita PJK; hal ini
tidak terjadi apabila di gunakan bersama dengan diuretik dan ᵝ-bloker. Obat ini
meningkatkan kecepatan ejeksi ventrikel kiri, maka kontraindikasi pada penderita
dengan anuerisma aorta dissecting. Gangguan saluran cerna, muka merah dan rash
juga dapat terjadi. Menyebabkan lupus dengan uji antibodi antinuklear (ANA)
positif, demam, mialgi, atralgia, splenomegali, udema dan sel-sel LE dalam darah
perifer.
Indikasi

Hidralazin oral biasanya ditambahkan sebagai obat ke-3 kepada diuretik dan ᵝ-
bloker. Retensi cairan dapat dihambat dengan diuretik sedangkan refleks takikardi
terhadap vasodilatasi dapat dihambat oleh ᵝ-bloker. Karena tidak menimbulkan
sedasi atau hipotensi ortostatik, hidralazin dapat ditambahkan sebagai obat ke-2
kepada diuretik untuk penderita usia lanjut yang tidak dapat mentoleransi efek
samping penghambatan adrenergik. Pada mereka ini, reflek bororeseptor sering kali
kurang sensitif sehingga biasanya tidak terjadi takikardi dengan hidralazin tanpa ᵝ-
bloker. Hidralazin oral kini jarang digunakan karena AH yang baru sekarang ini
umunya sangat efektif dan aman. Hidralazin IV digunakan untuk hipertensi darurat,
terutama glomerulonefritis akut atau eklamsia.
Dosis

a. IV: 100 mg dalam normal salin 1000ml dengan pompa infuse yang ditritrasi
pada 6-12 mg/jam untuk menjaga tekanan darah pada nilai tertentu. IV yang
didorong : 5-10 mgIV perlahan-lahan, dosis tambahan 5-10 mg setiap 20 menit
prn, dosis tunggal tidak boleh melebihi 20 mg.
b. IM : 5-10 mg.

c. Peroral : 100 mg/haridalam dosis terbagi 4

15. Bagaimana algoritma pada trauma abdomen ?

18
16. Bagaimana asuhan keperawatan trauma abdomen ?

19
20
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. Prioritas keperawatan tertuju
pada menghentikan perdarahan, menghilangkan/ mengurangi nyeri, menghilangkan
cemas pasien, mencegah komplikasi dan memberikan informasi tentang penyakit dan
kebutuhan pasien. Prinsip–prinsip pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan
A (Airway), B (Breathing), C (Circulation).
Pada kasus di atas An laki-laki berusia 16 tahun mengalami Trauma tumpul
akibat kecelakaan. Masalah keperawatan yang timbul pada klien antara lain: Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera, Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan syok hipovolemik dan Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
kurangnya suplai oksigen ke otak.
3.2 saran
Dalam pembuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam
penulisan maupun dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada
semua pmbaca mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan
makalah yang akan datang.

21

Anda mungkin juga menyukai