Anda di halaman 1dari 12

Karakteristik Manifestasi Geothermal dan Hubungannya Dengan Sistem Geotermal di

Daerah Cisolok, Jawa Barat, Indonesia

Riyan Ranggas Yuditama [1]

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan


Nasional “Veteran” Yogyakarta. Jl. SWK No.104, Ngropoh, Condongcatur, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55283.

Riyan.Ranggas@gmail.com

Abstrak:

Jawa Barat dikenal memiliki banyak sumber panas bumi yang prospek, salah satunya
di daerah Cisolok, Sukabumi. Cisolok memiliki sistem Geothermal berupa Fault-hosted,
dimana sumber panasnya berasal dari intrusi magmatik yang dangkal, diamati dari manifestasi
yang dijumpai sepanjang 300 m dari Sungai Cisolok. Manifestasi tersebut menjadi ciri adanya
sumber panas bumi, yang terdiri dari pancaran mata air, alterasi permukaan, dan endapan
seperti zona propilitik, zona argilik, Sinter silika dan didominasi oleh endapan Travertine. Dari
tiap manifestasi, diambil sampel, kemudian diamati kandungan fisika dan kimia yang
berasosiasi di dalamnya. Dari kandungan fisika dan kimia di Mata air panas, Alterasi
permukaan dan Endapan pada area tersebut akan memberi pengetahuan mengenai evolusi dari
Sistem Geotermal Cisolok.

Kata Kunci: Manifestasi, Geotermal, Sistem, Cisolok, Jawa Barat.

I. Latar Belakang

Di pulau Jawa, setidaknya terdapat 62 lapangan geothermal yang potensial untuk di


eksploitasi (Setijadji, 2010). Terbentuknya Sistem Geotermal erat kaitannya dengan komplek
gunung api, yang kemudian keberadaannya berada pada zona-zona sesar / patahan. Jawa Barat
merupakan salah satu tempat dengan banyak prospek geothermal. Tempat ini mempunyai
banyak manifestasi geothermal, seperti sumber air panas, Fumarol dan “Steaming Ground”.
Kita dapat memperkirakan sistem geothermal dengan manifestasi permukaannya (Herdianita
dan Browne, 2000 dan Browne, 1978).

Cisolok merupakan salah satu tempat prospek geothermal yang berada di Sukabumi
bagian barat, dan 170 km dari Bandung. Tempat ini memiliki manifestasi permukaan seperti

1
mata air yang memancar, Sinter silika, dan endapan travertine. Temperatur dari sumber air
panas mendekati mendidih dan pH netral pada permukaan. Sumber air panas melalui Formasi
Citarete, yang diindikasikan memiliki kandungan karbonat yang dominan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristi dari tiap-tiap manifestasi geotermal, serta
hubungannya dengan sistem geotermalnya.

II. Metodologi

Pada penelitian ini, data yang digunakan dalam analisis karakteristik manifestasi
geothermal dengan menggunakan data sekunder, yang merupakan data hasil dari peneliti
terdahulu. Peneliti terdahulu mengambil data dengan cara melakukan sampling di tiap
manifestasi geothermal seperti air panas dan manifestasi permukaan. Setelah itu dilakukan
analisis kimia dengan Atomic Absorption Spectrometer (AAS). Sedangkan untuk analisis
mineralogi dengan menggunakan XRD dan analisa petrografi. Dari sumber lain menyebutkan
bahwa analisa pH, suhu, konduktivitas, ORP dan alkalinitas diukur secara langsung di lapangan
mengguanakan titrasi asam dan probe.

III. Tatanan Geologi

Pulau Jawa merupakan salah satu bagian pulau yang membentuk busur vulkanik yang
memanjang dari barat ke timur. Busur vulkanik disebabkan oleh subduksi lempeng Indo-
Australia di bawah lempeng Eurasia, dengan laju sekitar 6 sampai 7 cm / a (Hamilton, 1979;
Simandjuntak dan Barber, 1996).

Setting tektonik Jawa didominasi oleh empat sesar utama, yaitu backarc-thrust
berorientasi E-W dari Barabis-Kendeng, sesar strike-slip Cimandiri berorientasi NE-SW, sesar
Citandui berorientasi SE-NW di Jawa Barat dan Sesar Jawa Tengah berorientasi NE-SW
(Hoffmann-Rothe et al., 2001. Selain 4 sesar utama tersebut, ada beberapa sesar yang lebih
kecil, yang meliputi sesar Lembang berorientasi E – W di Jawa Barat, sesar Opak berorientasi
NE-SW di Jawa Tengah dan sesar Grindulu berorientasi NE-SW di Jawa Timur.

2
Gambar 1: Peta geografis dan tektonik kepulauan Indonesia dengan Jawa di bagian tengah
dan busur vulkanik Sumatera-Nusa Tenggara (setelah Hamilton, 1979; Simandjuntak dan
Barber, 1996).

Area Cisolok merupakan bagian dari Kubah Bayah (Bemmelen, 1949). Kubah Bayah
dibentuk oleh Formasi Cikotok yang merupakan formasi tertua. Formasi ini memiliki umur
Oligosen dengan satuan yang terdiri dari breksi vulkanik, endapan tuff dan lava, tersingkap di
barat Cisolok (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Kemudian pada satuan berumur Miosen awal
terdiri dari Formasi Citarete dan Cimapag. Intrusi andesit dan dasit berumur miosen tersingkap
di Selatan dari area ini (Sujatmiko dan Santosa, 1992). Yang terakhir, area ini ditutupi oleh
Tuff Citorek, Breksi dari Formasi Tapos dan lava basaltic dari zaman Kuarter.

Area Cisolok dikontrol oleh struktur utama berarah NNE-SSW sampai Timurlaut-
Baratdaya, Bagian panas pada daerah ini dikontrol oleh sesar normal dari Timurlaut-Baratdaya.

3
Gambar 2: Peta Geologi Cisolok (Modifikasi dari Sujatmiko dan Santosa, 1992)

IV. Hasil

Berdasarkan hasil analisa dari beberapa sampel yang diambil, menunjukkan bahwa
analisis kimia pada manifestasi air panas Cisolok menggunakan metode Atomic Absorption
Spectrometer (AAS) terindikasi air panas memiliki 2 jenis yang berbeda. Berikut merupakan
gambar dan tabel hasil AAS dari CSL-01 dan CSL-07.

4
Gambar 3: Sketsa manifestasi permukaan di sepanjang Sungai Cisolok menunjukkan
endapan travertine, silica sinter, zona propylitik dan zona argilik.

Tabel 1: Hasil Analisa Kimia dari Air Panas pada Sungai Cisolok untuk CSL-01 dan CSL-07

5
Manifestasi permukaan geothermal pada sungai Cisolok terjadi sepanjang 300 m yang
terdiri atas mata air, alterasi permukaan dan endapan seperti zona propilitik, zona argilik, dan
sinter silica dan didominasi oleh endapan travertine.

CSL-01 merupakan sampel dari tempat kelurnya langsung geyser besar. Anion utamanya
yaitu HCO3 dan jenis dari fluida panasnya adalah bikarbonat. CSL-07 merupakan sampel dari
kolam air panas yang memperlihatkan Cl sebagai anion utama dengan jenis fluida panas berupa
klorida.

Gambar 4: Komposisi Cl-SO4-HCO3 untuk sumber air panas Cisolok. Poin 01 untuk sampel
CSL-01 dan 07 untuk CSL-07.

Kemudian dari Gambar 6, komposisi dari Cl lebih tinggi dari Li dan B. Hal itu
menunjukkan bahwa sumber air panas Cisolok merupakan hasil dari aktivitas volcano-
magmatik.

6
Gambar 5: Komposisi Cl-Li-B (mg / L) dari mata air panas Cisolok. 01 untuk sampel CSL-
01 dan 07 untuk sampel CSL-07.

Kemudian pada Gambar 7 memperlihatkan perhitungan dari B/Cl, Li/Cl dan B/Li yang
sangat rendah. Hasil ini mengindikasikan bahwa sumber air panas Cisolok memiliki aliran
lateral.

Gambar 6: Komposisi Na-K-Mg dari sumber air panas Cisolok. Diagram segitiga
menunjukkan suhu bawah permukaan, hasil geothermometer K-Na dan K-Mg. Poin 01 untuk
CSL-01 dan 07 untuk CSL-07.

CSL-01 merupakan sumber air panas luas yang berada di atas dari Sungai Cisolok.
Alluvial sekitar CSL-01 ditutupi oleh endapan travertine. Bagian lapisan endapan Travertin
pada CSL-01 terdiri dari atas sampai bawah yang meliputi: 1. Crustiform dan colloform, 2.
Comb, Saccharoidal dan Dogteeth, 3. Crustiform dan Stromalitic dan 4. Brecciated.

Endapan travertine tersingkap pada CSL-08. Pada titik itu, endapan travertine
berasosiasi dengan sinter silika sebagai sinter tua dan endapan. Kemudian zona propilitik
ditemukan pada CSL-04, dicirikan oleh hadirnya alterasi dasit dengan pirit yang melimpah,
urat kuarsa, dan kalsit dengan tekstur Crustiform dan colloform. Silika amorf tertutup akibat
aktivitas geothermal yang baru.

CSL-05 memiliki litofasise pebbly travertine (Ozkul dkk, 2002), berasosiasi dengan
sinter silika. Zona argilik muncul pada CSL-09 dan CSL-10.

7
Untuk analisa mineralogi dengan XRD, Hasilnya menunjukkan bahwa di daerah
Cisolok dominan oleh mineral kalsit (Gambar 7). Dari sayatan tipis, endapan travertine diubah
dari kalsit amorf ke kalsit mikrokristalin. Endapan ini adalah travertine micritic masif (Sant
'Anna, 1994). Mineral penyerta dari kalsit berupa aragonit, arsen, dan sulfur, tetapi dari analisis
XRD, mineral hidrotermal lainnya adalah pirit, goetit, dan hematit. Sehingga berdasarkan
mineral hidrotermal, jenis endapan ini adalah endapan travertine micritic tidak murni (Sanen't
Anna, 2004).

Sinter Silika telah terbentuk di beberapa titik (Gambar 8) seperti CSL-03, CSL-04,
CSL-05 dan CSL-07. Dari hasil XRD adalah kehadiran silika sebagai kuarsa, bukan sebagai
silika amorf. Kondisi ini menunjukkan bahwa sinter yang terbentuk merupakan sinter yang
berumur lama.

Zona argillic dipotong di CSL-09 dan CSL-10. Analisis XRD menunjukkan bahwa di
zona ini didominasi kuarsa yang bersamaan dengan hadirnya klorit, smektit dan kaolinit
(Gambar 9). zona argilik tidak menghasilkan aktivitas geothermal permukaan tetapi dari
interaksi antara fluida hidrotermal di bawah permukaan.

Gambar 7: hasil XRD untuk CSL-03

8
Gambar 8: hasil XRD untuk CSL-05

Gambar 9: hasil XRD untuk CSL-10

Adapun komposisi kimia dari sumber air panas di beberapa wilayah sebagai berikut:

9
Tabel 2. Temperatur Reservoir di Beberapa Daerah di Jawa

V. Diskusi
Air panas di daerah Cisolok kaya dengan SiO2 dan CaCO3 karena adanya interaksi
dengan dasit dan batu gamping. Air panas telah bermigrasi melalui batu gamping yang
kemudian mendingin dan terbentuk sebagai endapan travertine di permukaan. sinter silika
terutama dibentuk sebagai silika amorf dan endapan travertine sebagai kalsium karbonat amorf.

Endapan baru dan endapan lama memiliki bentuk berbeda. Endapan baru terbentuk
sebagai sinter silika amorf dan endapan travertine dan pada endapan lama hadir kuarsa

10
mikrokristalin dan kalsit sebagai endapan berlapis. Berdasarkan usia silika menurut (Herdianita
dkk, 2000), usia endapan travertine di daerah Cisolok yaitu 10.000 tahun.

Manifestasi panas bumi Cisolok berupa mata air panas dan alterasi permukaan yang
didominasi oleh endapan travertine menunjukkan evolusi sistem geothermal Cisolok. Pada
awalnya reservoir cisolok memiliki suhu lebih tinggi dari 200 C berdasarkan keberadaan zona
propilitik dan sinter silika. Arah aliran adalah aliran lateral. Zona argilik disebabkan oleh proses
oksidasi (H2S H2SO4) yang didominasi oleh mineral lempung, seperti kaolinit dan smektit
yang berasosiasi dengan klorit dan kuarsa yang terbentuk oleh lingkungan pH asam dengan
suhu kurang dari 120 C.

Karakteristik air panas berubah disebabkan oleh interaksi antara fluida hidrotermal dan
batuan dinding. Air panas telah berubah dari klorida menjadi air bikarbonat yang dibuktikan
oleh adanya endapan travertine di permukaan. Aktivitas panas bumi di daerah Cisolok masih
aktif dengan bukti adanya endapan travertine dan sinter silika di sekitar mata air panas.

VI. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari peneliti dahulu mengenai karakteristik
manifestasi geothermal di daerah Cisolok, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Manifestasi permukaan daerah Cisolok terdiri dari mata air panas dan alterasi permukaan
seperti zona prophylitic, zona argillic, sinter silika dan endapan travertine.

2. Air panas Cisolok memiliki suhu 90 -100 C, pH 8 dan Jenis fluida dari air panas Cisolok
adalah bikarbonat dan klorida. Dan suhu reservoir di atas 170 -200 C.

3. Endapan travertine terbentuk berlapis dengan beberapa tekstur, seperti: colloform dan
crustiform, comb, dogteeth, saccharoidal, dan brecciated.

4. Manifestasi permukaan alterasi terjadi sepanjang 300 m dari Sungai Cisolok. Manifestasi
ini didominasi oleh endapan travertine dan sinter silika. Karakteristik travertine
menunjukkan endapan terjadi 10.000 tahun yang lalu.

5. Suhu reservoir Cisolok kurang dari 200 C yang menunjukkan bahwa suhu reservoir telah
berubah dan menurun.

6. Dari manifestasi yang ada, Cisolok memiliki sistem Geothermal berupa Fault-hosted,
dimana sumber panasnya berasal dari intrusi magmatik yang dangkal, terletak pada busur
vulkanik kuarter Jawa.

11
Daftar Pustaka

Mahon, Tony. Harvey, Colin and Crosby, Daryl. 2000. “The Chemistry Of Geothermal Fluids
In Indonesia And Their Relationship To Water And Vapour Dominated Systems”. Kyushu:
World Geothermal Congress. Vol: -. No: -. Hal: 1389 – 1394.

Mandradewi, Wulandari and Herdianita, N.R. 2010. “Characteristics of Surface


Manifestation, Cisolok, Sukabumi , West Java: With Relation to Cisolok Geothermal
System”. Bandung: World Geothermal Congress. Vol: -. No: -. Hal: 1-6.

Purnomo, B.J and Pichler, Thomas. 2014. “Geothermal systems on the island of Java,
Indonesia”. Bandung: Elsevier. Vol:-. No: 285. Hal: 47-59.

12

Anda mungkin juga menyukai