DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
MARIO ALIF MANSUR D221 16 303
M. REZA AL HADY RAIS D221 16 304
RYSKI WAHYUNI AGUNG D221 16 305
WIWIN MANDA D221 16 306
HANINDA NURULITA SARI D221 16 307
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga karena Karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah “Keselamatan Tempat Kerja” ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
parapembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Penyusun
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. keselamatan kerja mempunyai
banyak pengeruh terhadap faktor kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart
(K3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Regulasi mengenai tempat kerja di Indonesia diatur dalam:
a. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 70 tahun 2016
tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
1. Kesehatan Lingkungan Kerja Industri adalah upaya pencegahan penyakit
dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan kerja industri
yang terdiri dari faktor bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan
sanitasi untuk mewujudkan kualitas lingkungan kerja industri yang sehat.
2. Persyaratan Kesehatan adalah kriteria dan ketentuan teknis kesehatan
pada media lingkungan.
3. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja merupakan nilai atau pedoman
yang harus dipenuhi dan dilaksanakan di tempat kerja.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 48 Tahun 2016
tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Adapun standar Ergonomi Perkantoran meliputi:
1. Luas tempat kerja
2. Tata letak peralatan kantor;
3. Kursi;
4. Meja kerja;
5. Postur kerja;
6. Koridor;
7. Durasi kerja; dan
8. Penanganan beban manual (manual handling).
Secara umum standar ergonomi perkantoran meliputi :
a. Luas Tempat Kerja
Setiap ruang kerja harus dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga
tiap orang yang bekerja dalam ruangan itu mendapat ruang udara yang
sedikit-dikitnya 10 m3 sebaiknya 15 m3. Luas tempat kerja staf paling
sedikit 2,2 m2 merujuk peraturan tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara sehingga tiap pekerja dapat bergerak secara
bebas dan memudahkan untuk evakuasi sewaktu terjadi keadaan darurat.
4
b. Tata Letak Peralatan Kantor
Tata Letak Peralatan Kantor memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Sesuaikan tinggi tempat duduk dengan tinggi monitor sehingga jarak
antara mata dengan monitor 20 – 40 inchi dan sudut 15 – 20 derajat
dibawah horizontal.
2. Sesuaikan tinggi sandaran punggung dan tangan sehingga tersangga
dengan baik.
3. Sesuaikan meja dengan posisi keyboard dan mouse yang sejajar.
2.2. Keselamatan Kerja di Kantor
K3 Perkantoran adalah Segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan karyawan melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja di kantor. Mengapa tempat kerja yang aman dan
sehat penting? Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak
terorganisir dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak
terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan
produktivitas berkurang bagi perusahaan.
Meskipun kenyataannya, para pengusaha di seluruh dunia telah secara
hati-hati merencanakan strategi bisnis mereka, banyak yang masih mengabaikan
masalah penting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi kerja. Biaya untuk
manusia dan finansial dianggap besar.
Menurut ILO (International Labour Organization), setiap tahun ada lebih
dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi
sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal
akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan, biaya manusia
dan sosial dari produksi terlalu tinggi. Dalam istilah ekonomi, diperkirakan
bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai 4 persen dari
produk nasional bruto (PNB).
5
Biaya langsung dan tidak langsung dari dampak yang ditimbulkannya meliputi:
• Biaya medis;
• Kehilangan hari kerja;
• Mengurangi produksi;
• Hilangnya kompensasi bagi pekerja;
• Biaya waktu / uang dari pelatihan dan pelatihan ulang pekerja;
• kerusakan dan perbaikan peralatan;
• Rendahnya moral staf;
• Publisitas buruk;
• Kehilangan kontrak karena kelalaian.
Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja
dipandang sebagai bagian tak terhindarkan dari produksi. Namun, waktu telah
berubah. Sekarang ada berbagai standar hukum nasional dan internasional
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja.
Standar-standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas Antara
pengusaha/pengurus, pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi
dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus diturunkan. Sekarang
dipahami bahwa semua biaya ini memperlamban daya saing bisnis, mengurangi
kesejahteraan ekonomi negara dan dapat dihindari melalui tindakan di tempat
kerja yang sederhana tetapi konsisten.
Penyelenggaraan K3 Perkantoran :
a. Membentuk dan mengembangkan SMK3 Perkantoran yang meliputi
Penetapan kebijakan K3 perkantoran;
Perencanaan K3 perkantoran;
Pelaksanaan rencana K3 perkantoran;
Pemantauan dan evaluasi K3 perkantoran; dan
Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3 perkantoran.
b. Menerapkan Standar K3 Perkantoran
Keselamatan kerja meliputi ;
1. Persyaratan Keselataman Kerja Perkantoran
2. Kewaspadaan Bencana Perkantoran
6
Kesehatan kerja meliputi ;
1. Peningkatan Kesehatan kerja meliputi :
a) Peningkatan pengetahuan kesehatan kerja
b) Pembudayaan PHBS di tempat kerja
c) Penyediaan Ruang dan Kesempatan memerah ASI waktu kerja
di Perkantoran
d) aktivitas fisik
2. Pencegahan penyakit di perkantoran
a) Pencegahan penyakit di Perkantoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf b paling sedikit meliputi a. pengendalian
faktor risiko; dan b. penemuan dini kasus penyakit dan penilaian
status kesehatan.
b) Pengendalian faktor risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi upaya: a. eliminasi; b. subsitusi; c. pengendalian teknis
atau rekayasa; d. pengendalian administratif; dan/atau e.
penggunaan alat pelindung diri
c) Penemuan dini kasus penyakit dan penilaian status kesehatan
dilakukan melalui: a. Pemeriksaan kesehatan pra penempatan
atau sebelum bekerja; b. pemeriksaan kesehatan berkala; c.
pemeriksaan kesehatan khusus; dan d. pemeriksaan kesehatan
pra pensiun
d) Pemeriksaan kesehatan berkala sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali setahun
3. Penanganan penyakit
Penanganan penyakit di Perkantoran sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 huruf c ditujukan untuk mengobati secara dini
penyakit dan mencegah keparahan dari penyakit menular dan
penyakit tidak menular, gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja,
penyakit terkait kerja, dan cidera akibat kerja. Penanganan penyakit
di Perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
terdiri atas:
7
a) Pertolongan pertama pada penyakit; dan
b) Mekanisme rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pemulihan kesehatan bagi karyawan
Pemulihan kesehatan bagi karyawan di Perkantoran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d paling sedikit terdiri
atas: - 13 - a. melaksanakan program kembali bekerja bagi karyawan
yang telah mengalami sakit parah atau kecelakaan kerja dengan
kondisi tidak dapat mengerjakan tugas semula; dan b. pengkondisian
karyawan untuk dapat bekerja kembali sesuai dengan
kemampuannya.
Adapun Standar kesehatan lingkungan kerja Perkantoran meliputi:
a. Standar dan persyaratan kesehatan lingkungan Perkantoran;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. sarana
bangunan; b. penyediaan air; c. toilet; d. pengelolaan limbah; e. cuci tangan
pakai sabun; f. pengamanan pangan; dan g. pengendalian vektor dan
binatang pembawa penyakit.
b. Standar lingkungan kerja Perkantoran. (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi aspek fisika,
kimia, dan biologi.
2.3. Penanda dan Isyarat Keselamatan Kerja
Penanda dan isyarat digunakan agar karyawan lebih mengetahui apa saja
yang menjadi bahaya ditempat kerja. Menurut Ridley (2006:98), untuk
mencegah terjadinya kecelakaan maka perusahaan perlu memberikan penanda
dan isyarat keselamatan kerja. Penggunaan papan penanda keselamatan yang
benar di tempat kerja dapat:
a. Menggalakkan instruksi-instruksi dan aturan-aturan keselamatan kerja.
b. Memberikan informasi atas resiko dan tindakan pencegahan yang harus
diambil.
Terdapat tiga kelompok penanda keselamatan yang dapat digunakan
ditempat kerja diantaranya yaitu:
8
a. Penanda keselamatan kerja yang digunakan untuk memberikan informasi
dalam kondisi kerja normal.
b. Penanda peringatan bahaya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa
substansi berbahaya dan perlu dimasukkan sebagai bagian dari pelabelan
substansi-substansi berbahaya.
c. Papan Hazchem digunakan untuk memberikan peringatan dalam kondisi
darurat mengenai sifat substansi-substansi yang mungkin terlibat dalam
kebakaran atau kecelakaan di jalan raya. Untuk kendaraan transportasi telah
dilengkapi dengan sebuah kartu trem yang dipegang pengemudi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Regulasi di tempat kerja adalah standar dan aturan sesuai kebijakan yang
telah ditetapkan dalam sebuah tempat untuk pekerjaan. Regulasi mengenai
tempat kerja di Indonesia diatur dalam:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 70 tahun 2016
tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 48 Tahun 2016
tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
Kesehatan dan keselamatan kerja dalam perkantoran adalah hal yang
sangat penting jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak
terorganisir dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak
terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan
produktivitas berkurang bagi perusahaan. Maka, untuk mencegah terjadinya
kecelakaan perusahaan, salah satunya perlu dilakukan dengan memberikan
penanda dan isyarat keselamatan kerja di lokasi perkantoran yang benar dengan
memberikan instruksi, aturan dan informasi atas resiko dan tindakan pencegahan
yang harus diambil.
3.2. Saran
Diharapkan melalui pembahasan ini program K3 harus lebih ditingkatkan
lagi supaya para pekerja lebih merasa aman dan nyaman. Selain itu perusahaan
dan pemerintah harus lebih lagi mensosialisasi- kan program K3 untuk
meningkatkan dukungan pekerja terhadap program K3 yang nantinya juga
meningkatkan komitmen pekerja terhadap perusahaan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Brennan TA and Berwick DM. (1996). New rules: regulation, markets and the
quality of american health care. San Francisco: Jossey-Bass Publishers.
11