Anda di halaman 1dari 2

Nama : Anak Agung Gede Hari Wishnawa

NIM : 1601541009

Kebudayaan Bali

Bagaimana pendapat anda tentang kebudayaan Bali pada saat ini?

Jawab:

Menurut saya, kebudayaan Bali pada saat ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat Bali.
Kesadaran akan budaya Bali sudah ditanam sejak kecil mengingat Bali terkenal akan
budayanya di kancah internasioanl. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
kebudayaan Bali kian berubah sedikit demi sedikit. Adanya perubahan tersebut terjadi karena
globalisasi, modernisasi, efisiensi, dan lain-lain yang tidak dapat dipungkiri. Adapun contoh
dari perubahan kebudayaan Bali yaitu dalam ranah perkawinan. Di Bali terdapat organisasi
kemasyarakatan yang disebut banjar. Setiap orang agar bisa dikatakan sebagai warga penuh
harus melalui tahapan pernikahan terlebih dahulu. Pernikahan di Bali pada zaman dahulu
masih kental dengan adanya pertimbangan kasta. Diyakini bahwa setiap orang berkasta
seperti golongan Triwangsa harus menikah dengan golongan yang sama dengan alasan agar
tidak turun derajat atau martabatnya dan adanya tuntutan dari pihak keluarga. Ketatnya sistem
kasta ini akan menimbulkan perjodohan dimana orang tua akan mendesak anak-anaknya
untuk memilih pasangan yang satu kasta. Seiring perkembangan zaman, masyarakat Bali
cenderung berpikir terbuka dan mulai mengurangi keharusan menikah dengan pasangan yang
kastanya sama. Sudah banyak orang tua yang mulai membebaskan anaknya dalam memilih
pasangan, namun masih ada juga orang tua yang mengharapkan anaknya menikah dengan
orang yang kastanya sederajat. Perubahan kebudayaan Bali lainnya yaitu dalam ranah
kesenian khususnya pakaian adat ke pura. Pakaian merupakan kebutuhan primer bagi setiap
orang. Sebelum memasuki tempat suci seperti pura, orang-orang diharuskan memakai
pakaian adat yang baik dan benar. Pakaian adat ini mengalami perubahan seperti pada baju
kebaya yang pada awalnya lengan baju panjangnya sampai pergelangan tangan namun
dirubah sampai lengan saja. Perubahan lainnya yaitu dalam penggunaan udeng. Udeng
memiliki simbol sebagai ngiket manah (memusatkan pikiran) yang merupakan sumber
penggerak panca indera. Pada saat ini terjadi perubahan dalam menentukan arah ujung udeng.
Arah ujung udeng yang benar yakni keatas, namun banyak orang yang mengubah arah ujung
udeng menjadi ke arah kanan atau kiri. Arah ujung udeng keatas bukan semata-mata tanpa
arti. Ujung udeng keatas melambangkan pemikiran lurus keatas untuk memuja Tuhan Yang
Maha Esa. Perubahan dalam pakaian adat ke pura ini merupakan dampak dari adanya
perkembangan dalam mode pakaian. Perubahan lainnya yaitu dalam ranah komunikasi. Pada
zaman dahulu, untuk mengumpulkan warga banjar, mereka menggunakan kulkul (kentongan)
sebagai alat komunikasi. Penggunaan kulkul semakin minim mengingat adanya teknologi
baru yaitu handphone. Dengan adanya handphone ini, penggunaan kulkul sebagai alat
komunikasi tradisional tidak ditinggalkan dan menghilang begitu saja. Kulkul masih
dipertahankan keberadaannya terbukti dari adanya balai kulkul di pura, balai banjar, dan
tempat lainnya, serta warga banjar masih menggunakan kulkul dalam mengumpulkan warga
jika ada kegiatan seperti ngiring, odalan, dan lain-lain. Kebudayaan Bali pada saat ini
memang mengalami berbagai perubahan. Dengan adanya perubahan tersebut, kita sebagai
masyarakat Bali harus mampu selektif dalam menerima perubahan. Kita harus mengetahui
perubahan mana yang memberikan dampak postif dan negatif. Selain dari dampak positif dan
negatif, pertimbangan akan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Bali patut juga
dipertimbangkan agar tidak hilangnya nilai-nilai yang sudah diwarisi oleh leluhur.

Anda mungkin juga menyukai