Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kedelai (Glycine max L.) Merril) diduga berasal dari Cina bagian utara,
Mancuria, dan Korea. Tanaman ini kemudian menyebar ke negara-negara lain di
sekitarnya, antara lain Jepang, Taiwan, Cina bagian selatan, Thailand, India bagian
utara, dan Indonesia (Warisno dan Kres Dahana, 2010). Kedelai merupakan
komoditas pertanian sumber protein tertinggi apabila dibandingkan dengan jenis
komoditas pertanian yang lain. Kedelai memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Kandungan protein yang terdapat dalam kedelai yaitu sebesar 40% merupakan
kandungan tertingggi di antara berbagai bahan protein lain. Selain itu, cita rasa
kedelai yang khas juga menjadikannya sebagai satu di antara bahan makanan utama
masyarakat Indonesia.
Jenis olahan kedelai yang paling populer hingga sekarang adalah tempe dan
tahu. Sebanyak 60% konsumsi kedelai digunakan untuk pembuatan tempe, 30%
sebagai bahan baku pembuatan tahu, dan sisanya olahan lain. Tingginya penggunaan
kedelai sebagai bahan baku tempe dan tahu disebabkan oleh tingkat konsumsi tempe
dan tahu per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan jenis lauk lainnya, seperti
daging, telur, dan ikan. Industri tahu di Indonesia mulai berkembang sejak kaum
emigran Cina menetap dan bermukim di tanah air. Usaha ini dikembangkan sebagai
mata pencaharian dan tumpuan hidup. Istilah tahu berasal dari bahasa Cina tao-hu
atau teu-hu, suku kata tao atau teu berarti kedelai sedangkan hu berarti lumat
menjadi bubur. Secara harfiah, tahu atau tofu berarti makanan dengan bahan baku
kedelai yang dilumatkan menjadi bubur.
Tahu adalah gumpalan protein kedelai yang diperoleh dari hasil penyaringan
kedelai yang telah digiling dengan penambahan air. Penggumpalan protein dilakukan
dengan cara penambahan cairan biang atau garam-garam kalsium, misalnya kalsium
sulfat yang dikenal dengan batu tahu, batu coko, atau sioko. Pada pembuatan tahu
diperoleh ampas dan cairan hasil penggumpalan tahu (whey) sebagai hasil sampingan
(Sarwono dan Saragih Y.P, 2001).
Saat ini potensi dan peluang pengembangan tahu di Indonesia sangat terbuka
luas sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Tahu juga dikenal sebagai
makanan rakyat karena harganya yang murah, dapat dijangkau oleh masyarakat
lapisan bawah sekalipun. Umumnya, olahan tahu merupakan bahan baku makanan
tradisional di berbagai daerah, terutama di Pulau Jawa. Pada bulan-bulan tertentu
yang dianggap baik atau hari besar keagamaan, konsumsi olahan tahu cenderung
meningkat karena digunakan sebagai pelengkap makanan yang disajikan.
Oleh karena itu, seiring dengan tingginya permintaan konsumen, maka
penelitian ini menganalisis omset/penerimaan usaha rumah tangga produksi tahu
serta mencoba mengkaji dan menguji pengaruh adanya strategi bisnis sebelum dan
sesudah strategi diterapkan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi khususnya bagi produsen tahu di Indonesia.
1.2 Permasalahan
1) Berapa penerimaan per bulan sebelum adanya strategi bisnis?
2) Bagaimana kondisi usaha sesuai analisis SWOT?
3) Bagaimana strategi bisnis untuk mengembangkan usaha?
4) Bagimana pengaruh terhadap omset/penerimaan setelah strategi bisnis
diterapkan?
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui omset/pendapatan industri
rumah tangga “Tahu Mustakim” di Desa Petung, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten
Jember sebelum dan sesudah adanya strategi bisnis.
1.4 Manfaat
Manfaat dari program penelitian yang dilakukan adalah:
1) Bagi peneliti merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Stategi
Bisnis pada akhir Semester IV di Fakultas Pertanian Universitas Islam
Jember, sekaligus bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
pengalaman.
2) Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan
pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih
baik di masa datang, terutama dalam pengembangan usaha kecil.
3) Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan pemikiran dalam peningkatan usaha dan mampu memberikan
pendapatan yang lebih baik.
4) Bagi pihak lain yang membutuhkan, diharapkan dapat menjadi bahan pustaka
dan informasi untuk masalah yang sama di masa datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Utami (2004) tentang usaha tahu di
Desa Pengkol Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali diketahui bahwa rata-rata
biaya yang dikeluarkan produsen untuk pembuatan tahu putih sebesar Rp
2.582.708,57 setiap bulan, sedangkan rata-rata penerimaan yang diperoleh tiap
produsen sebesar Rp. 3.101.408,65 setiap bulan, sehingga rata-rata keuntungan yang
diperoleh tiap produsen adalah Rp 518.700,08 untuk tiap bulannya. Sedangkan untuk
tahu goreng tiap produsen mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp. 8.923.420,60
setiap bulan dan penerimaan rata-rata produsen sebesar Rp. 9.769.655,05 sehingga
rata-rata keuntungan yang diperoleh tiap produsen adalah Rp.846.234,45 setiap
bulan.
Menurut Sumanto (2000), tentang industri rumah tangga tahu dan tempe di
Kabupaten Nganjuk diketahui bahwa produksi menggunakan sekitar 20,03 kedelai,
23 kg kayu bakar, 221 lt air, 0,7 HOK, 0,4 lt solar sebagai bahan bakar mesin dan
0,08 kg ragi dan menghasilkan 43,6 kg tempe. Nilai TER (Technical Effecency
Ratio) 0,9993365823, penggunaan input secara teknis belum efisien (APP belum
tercapai). Curahan waktu kerja manusia dialokasikan efisien ditunjukkan oleh nilai
efisiensi sedangkan penggunaan kedelai, bahan bakar, air, dan tenaga kerja mesin
secara alokatif belum efisien dan masih perlu penambahan.
Menurut penelitian Sidiq (2003; dalam Utami, 2004) tentang analisis usaha
industri rumah tangga ampyang di Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen, diketahui
bahwa dengan penggunaan tenaga kerja 2-3 orang, biaya total luar rata-rata yang
dikeluarkan produsen ampyang sebesar Rp1.798.437,67. Sedangkan penerimaan
rata-rata yang diperoleh produsen ampyang selama sebulan sebesar Rp.2.762.406,67,
sehingga pendapatan rata-rata yang diperoleh adalah Rp.903.969,00 per bulan. Usaha
ampyang yang dijalankan selama ini nilai R/C sebesar 1,54 berarti setiap Rp.1,00
yang dikeluarkan oleh pengusaha ampyang akan didapatkan penerimaan 1,54 kali
dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 0,33 dan batas bawah
pendapatan Rp.326.965,00. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha ampyang yang
dijalankan memiliki risiko usaha yang rendah.
Dari hasil penelitian pertama dan kedua dapat disimpulkan bahwa usaha
pembuatan tahu skala rumah tangga sudah mampu memberikan keuntungan bagi
produsen walaupun masih dalam jumlah yang relatif kecil. Besarnya keuntungan
tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pada
penelitian kedua tentang industri tahu dan tempe penggunaan input secara teknis
belum efisien. Produsen harus bisa menghitung dan menganalisis penggunaan input
dalam proses produksi agar penggunaan input dalam proses produksi efisien
sehingga usaha industri tahu dan tempe dapat tetap berlangsung. Sedangkan pada
penelitian ketiga dapat diketahui dalam industri rumah tangga mampu memberikan
pendapatan, usaha yang dijalankan telah efisien dan memiliki risiko rendah.
2.2 Landasan Teori
a) Kedelai dan Pemanfaatannya
Kedelai (Glysine max (L) Mer.) merupakan salah satu jenis kacang-kacangan
yang mengandung protein nabati tinggi, sumber lemak, vitamin dan mineral.
Apabila cukup tersedia di dalam negeri akan mampu memperbaiki gizi masyarakat
melalui konsumsi kedelai segar maupun melalui konsumsi kedelai olahan seperti
tahu, tempe, tauco, kecap, susu dan lain sebagainya.
(Sarwono, B dan Saragih, Y.P. 2001).
Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematik tumbuhan (taksonomi)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub-famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merlin. sinonim dengan G. soya (L.) Sieb dan Zucc
atau Soya max atau S. hispida.
(Rukmana dan Yuyun, 1996).
b) Tahu
Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu “akan
menggumpal bila bereaksi dengan asam”. Penggumpalan protein oleh asam cuka
akan berlangsung secara cepat dan serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai,
sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan
terperangkap di dalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan,
semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein
itulah yang kemudian disebut dengan tahu (Suprapti, 2005).
c) Industri
Industri mencakup segala kegiatan produksi yang memproses pembuatan
bahan-bahan mentah menjadi bahan-bahan setengah jadi maupun barang jadi atau
kegiatan yang bisa mengubah keadaan barang dari satu tingkat tertentu ke tingkat
yang lain, kearah peningkatan nilai atau daya guna yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (Eka, 2015).
Industri kecil adalah kegiatan industri yang dikerjakan di rumah-rumah
penduduk yang pekerjanya merupakan anggota keluarga sendiri yang tidak terikat
jam kerja dan tempat. Industri kecil dapat juga diartikan sebagai usaha produktif
diluar usaha pertanian, baik itu merupakan mata pencaharian utama maupun
sampingan (Winarno S dan Sujana Ismaya, 2007). Selanjutnya industri kecil tahu
merupakan perusahaan perorangan dengan bentuk usaha paling murah, sederhana
dalam pengolahannya, serta usaha tersebut dimiliki secara pribadi yang untung
ruginya ditanggung pribadi (Sugiyono, 2008).
d) Penerimaan
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga
jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai: TR = Q x PQ
Dimana : TR = Total penerimaan
Q = Produksi yang diperoleh
PQ = Harga Q
(Soekartawi, 1995).
e) Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats).
Proses pengambilan keputusan strategi berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,
strategi dan kebijakan. Hal itu disebut dengan analisis situasi model, yang paling
popular untuk analisis ini adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2010).
2.3 Kerangka Pemikiran

Home Indusri “Tahu Mustakim”

Proses Produksi
Strategi Bisnis
Hasil

Proses Pemasaran
Pengaruh

Omset
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Skema kerangka pemikiran di atas menjelaskan tentang bagaimana penerapan


strategi bisnis terhadap industri rumah tangga “Tahu Mustakim” dapat
mempengaruhi omset/penerimaan yang diperoleh.

BAB III
METODEOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Industri Rumah Tangga Tahu “MUSTAKIM”,
Desa Petung, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, dengan pertimbangan
bahwa produsen atau pengusaha tahu memiliki hubungan kekerabatan dengan
peneliti. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada analisa omset usaha tahu
sebelum dan sesudah adanya strategi bisnis. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan
selama Bulan Mei – Bulan Juni 2018.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Penentuan responden dilakukan dengan cara purposive, responden terdiri dari
1 orang. Dengan pertimbangan bahwa dapat mempermudah proses penelitian.
3.3 Analisis Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
observasi dan wawancara. Observasi yaitu cara pengumpulan data dengan
mengamati langsung keadaan atau situasi di lapangan. Wawancara yaitu
pengumpulan data langsung dari pemilik atau karyawan industri tahu dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
gambaran umum dan menjelaskan mengenai biaya dan pendapatan dari usaha
industri tahu. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis penerimaan untuk
mengetahui besarnya penerimaan yang diterima, digunakan rumus : TR =[ (Q1 x
PQ1) + (Q2 x PQ2) ] x H
Keterangan : TR : Penerimaan total (Rp)
Q1 : Jumlah tahu (Bak)
PQ1 : Harga jual tahu (Rp)
Q2 : Jumlah ampas tahu (biji)
PQ2 : Harga jual ampas tahu (Rp)
H : Jumlah hari produksi
Penulis juga menggunakan metode analisis SWOT dengan pedoman matriks seperti
dibawah ini:

WEAKNESS (W)
STRENGTH (S)
EFI (Tentukan 5-10 faktor (Tentukan 5-10 faktor
EFE kekuatan internal) kelemahan internal)

Strategi WO
OPPORTUNITIES Daftar untuk memperkecil
(O) Strategi SO kelemahan dengan
(Tentukan 5-10 Daftar kekuatan untuk memanfaatkan
faktor peluang meraih keuntungan dari keuntungan dari peluang
eksternal) peluang yang ada yang ada

THREATS (T) Strategi WT


(Tentukan 5-10 Strategi ST Daftar untuk memperkecil
faktor ancaman Daftar kekuatan untuk kelemahan dan
eksternal) menghindari ancaman menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2010

Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu :


1. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal.
2. Strategi ST
Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi
ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
3. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk
mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
BAB IV
GAMBARAN USAHA

Lokasi Usaha. Industri rumah tangga tahu “MUSTAKIM” berdiri pada


Tahun 2015 dibawah pimpinan Bapak Ahmad Mustakim. Lokasi industri ini terletak
di Desa Petung, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember.
Sejarah Pendirian Usaha. Pada awal berdirinya hanya menggunakan modal
pinjaman dari orang tua sebesar Rp 500.000. Bapak Mustakim belajar membuat tahu
pada indutri rumah tangga tahu milik orang tua dan memasarkan sendiri di pasar.
Pada hari pertama beliau dapat menjual 1 cetakan tahu (per cetakan 220 tahu). Saat
ini beliau mampu mendirikan usaha sendiri serta memasarkan 5 cetakan tahu/hari.
Identitas Responden. Responden dalam penelitian ini adalah pimpinan atau
produsen tahu yaitu Bapak Ahmad Mustakim. Beliau lahir di Jember pada tahun
1987 dan menyelesaikan pendidikan pada tingkat SLTA serta memiliki tanggungan
keluarga sebanyak 3 orang.
Produksi Tahu. Produksi tahu dilakukan dari perendaman, penggilingan,
perebusan, penggumpalan, penyaringan, pencetakan, pengepresan, dan pengirisan.
Proses produksi tersebut dilakukan oleh Bapak Mustakim beserta istri. Pada Bulan
Mei 2018, indistri rumah tangga tahu “MUSTAKIM” menggunakan bahan baku
kedelai sebanyak 357,5 kg dan menghasilkan produksi tahu sebanyak 130 cetakan.
Produksi tahu dilakukan setiap hari kecuali Hari Minggu, dalam satu hari mampu
mengolah bahan baku kedelai sebanyak 13,75 kg dan menghasilkan jumlah output
sebanyak 5 cetakan (1.100 tahu).
Pemasaran. Bapak Ahmad Mustakim menjual tahu di Pasar Sukorejo,
Bangsalsari-Jember. Beliau juga mendistribusikan pada tukang sayur keliling sebagai
pedagang perantara dan memasok pada warung-warung. Untuk ampas tahu, beliau
menjual pada peternakan sapi yang berada di Desa Karangsono dengan harga Rp
2.000/ Ampas.
Kendala. Adapun kendala dalam usaha tahu ini menurut Bapak Muzammil
adalah saat musim hujan sulit mencari kayu kering sebagai bahan bakar. Selain itu,
harga kedelai yang fluktuatif juga sangat mempengaruhi dalam hal pengadaan bahan
baku karena masalah permodalan yang kurang. Berbagai karakteristik pembeli pun
menjadi faktor yang dapat melengkapi usaha tahu ini. Namun dibalik itu, Bapak
Mustakim tetap berlaku baik dan selalu menjaga kualitas tahu yang diproduksi.
BAB V
HASIL dan PEMBAHASAN

5.1 Omset Industri Rumah Tangga “Tahu Mustakim” Sebelum Penerapan


Strategi Bisnis
Penelitian dilakukan selama satu bulan, dimana industri rumah tangga “Tahu
Mustakim” mengambil hari libur untuk setiap Hari Minggu. Jadi, asumsi dalam satu
bulan industri ini melakukan produksi selama 26 hari, dengan perhitungan sebagai
berikut:
TR = [ ( Q1 x PQ1 ) + ( Q2 x PQ2 ) ] x H
= [ ( 5 x Rp 40.000 ) + ( 5 x Rp 2.000 ) ] x 26
= [ ( Rp 200.000 ) + ( Rp 10.000 ) ] x 26
= [ Rp 210.000 ] x 26
= Rp 5.460.000
Jadi, omset yang diterima oleh industri rumah tangga “Tahu Mustakim” dalam satu
bulan yaitu sebesar Rp 5.460.000.
5.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pengembangan usaha yang berasal dari dalam perusahaan. Semua informasi dan
kondisi lingkungan internal ini sangat penting ditelaah agar industri rumah tangga
mampu mengerti dan mengidentifikasi semua kekuatan yang dimiliki serta
kelemahan dari internal usaha itu sendiri. Faktor internal usaha ini terdiri dari:
a) Kekuatan (strength) :
1. Lokasi strategis, mudah diakses oleh pembeli/konsumen
2. Hasil produksi berkualitas, tahu berwarna bersih (tidak kusam) dan tidak mudah
basi walau tanpa pengawet
3. Struktur usaha terorganisir, Sasaran dan tujuan perusahaan terukur dan
dikomunikasikan dengan baik kepada karyawan
4. Saluran distribusi yang pendek, sebagian besar pendistribusian langsung kepada
pedagang perantara seperti tukang sayur keliling dan warung-warung
5. Pengaruh orang tua, karena sejak turun-temurun telah bergelut di bidang
perdagangan sehingga memiliki banyak relasi, hal ini pun berimbas kepada usaha
Bapak Mustakim yang sebagian besar pembelinya adalah kenalan orang tua.
b)Kelemahan (weakness) :
1. Pemasaran masih terbatas, belum ada perluasan pangsa pasar
2. Belum ada riset pasar dan pesaing, belum ada pengamatan secara serius mengenai
keadaan peluang pasar dan juga kekuatan dan kelemahan pesaing
3. Perusahaan tidak memiliki strategi promosi, baik iklan dan publisitas yang efektif
4. Tidak mencatat laporan keuangan, sehingga sistem keuangan kurang terstruktur
5. Kemampuan teknologi masih rendah
6. Pembuangan limbah yang belum ramah terhadap lingkungan sekitar, belum
adanya penampungan limbah yang cukup dan aman bagi lingkungan.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi strategi
pengembangan yang berasal dari luar perusahaan. Faktor eksternal tersebut antara
lain :
a) Peluang (opportunities) :
1. Kemajuan teknologi produksi, komunikasi, dan informasi
2. Permintaan pasar yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk
3. Memiliki pelanggan/pembeli tetap
4. Penetapan lokasi perusahaan yang strategis, penetapan lokasi perusahaan yang
tepat dan memungkinkan semakin banyaknya konsumen karena didukung dengan
akses jalan yang mudah dijangkau
5. Tersedianya sarana transportasi yang baik meliputi jalan dan kendaraan
6. Daya beli masyarakat, yaitu adanya peningkatan daya beli masyarakat karena
adanya kesadaran untuk memilih makanan yang memiliki nilai gizi.
b) Ancaman (Threats) :
1. Persaingan dengan industri sejenis, yaitu adanya pesaing dari perusahaan sejenis
2. Limbah yang berpengaruh terhadap lingkungan sekitar, limbah yang semakin
meningkat ditakutkan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan lingkungan
3. Nilai tukar rupiah yang fluktuatif, hal ini berimbas pada naik turunnya harga bahan
baku
4. Lemahnya daya beli masyarakat, yaitu penurunan kemampuan daya beli
masyarakat karena naik turunnya pendapatan dan harga bahan-bahan pokok.
5.3 Strategi Bisnis Industri Rumah Tangga “Tahu Mustakim”
Setelah hasil analisis faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
analisis faktor eksternal diketahui maka langkah selanjutnya membuat matrik faktor
strategi internal dan eksternal. Sebagai berikut :

Strenght (S) Weaknees (W)


IFAS
1. Lokasi strategis 1. Pamasaran masih terbatas
2. Hasil produksi berkualitas 2.Belum ada riset pasar dan pesaing
3. Struktur usaha terorganisir 3. Tidak memiliki strategi promosi
4. Saluran distribusi pendek 4. Tidak ada pembukuan
5. Pengaruh orang tua. 5. Kemampuan teknologi rendah
EFAS 6. Pembuangan limbah tidak ramah
lingkungan.
Opportunity (O) Strategi (S - O) Strategi (W - O)

1.Kemajuan teknologi produksi, 1. Menjaga dan meningkatkan 1. Memperluas pasar dengan


komunikasi, dan informasi mutu produk serta pelayanan memanfaatkan sarana transportasi
2. Permintaan pasar yang terus 2. Memperluas pangsa pasar yang tersedia
meningkat 3. Mengemas produk dengan 2. Melakukan riset pasar dan
3. Memiliki pembeli tetap kemasan berlabel untuk masuk ke berteman dengan lawan
4. Penetapan lokasi perusahaan pasar modern/swalayan 3. Mulai membuat pembukuan dan
strategis didukung dengan akses 4. Meningkatkan kemampuan mencatat setiap pengeluaran
jalan yang mudah dijangkau untuk memproduksi tahu yang 4.Bersikap terbuka terhadap adanya
5. Tersedianya sarana trans- lebih banyak dan berkualitas pembaharuan teknologi dan
portasi yang baik meliputi jalan 5. Menjalin hubungan baik dengan informasi
dan kendaraan konsumen. 5.Meningkatkan pengetahuan SDM
6. Daya beli masyarakat tinggi. untuk bisa lebih menguasai
pengetahuan tekhnologi
6. Membuat iklan di media sosial
maupun grup kuliner
7. Menerima jasa pesan antar.
Threaths (T) Strategi (S - T) Strategi (W - T)

1. Persaingan dengn industri 1. Mempertahankan kualitas 1. Bersikap cepat tanggap terhadap


sejenis produk keadaan pasar dan pesaing
2. Pengaruh limbah terhadap 2. Meningkatkan pelayanan dan 2.Membuka kerja sama dengan
lingkungan sekitar pemasaran tepat waktu outlet di daerah target pemasaran
3. Fluktuasi harga bahan baku 3. Membuat penampungan limbah baru
4.Fluktuasi pendapan konsumen dan mengolahnya sebelum 3. Mengubah variasi tahu dengan
mempengaruhi daya beli. dibuang melengkapi warna dan rasa yang
4. Melakukan inovasi untuk berbeda, misalnya tahu kuning yang
menyiasati fluktuasi harga kedelai, sudah berbumbu
misalnya mengolah ampas tahu 4.Mencoba mengurangi tingkat
menjadi tempe gembos agar produksi yang lebih banyak untuk
pemasukan bertambah menghindari kekosongan dalam
5. Memanfaatkan pengaruh orang menghadapi naik turunnya harga
tua untuk mengunci konsumen bahan baku
agar tetap membeli. 5. Menerima segala masukan dan
saran.

5.4 Pengaruh Strategi Bisnis Terhadap Omset Industri Rumah Tangga


“Tahu Mustakim”
Dalam penelitian ini, industri rumah tangga mulai menerapkan strategi bisnis
pada minggu ke – 5 yang bertepatan dengan momentum menjelang lebaran ditambah
dengan harga daging ayam yang semakin melambung sehingga berimbas pada
produksi tahu yang meningkat secara drastis. Penelitian ini berakhir ketika industri
tersebut baru menerapkan strategi selama 10 hari, dengan perhitungan penerimaan
sebagai berikut :
TR = [ ( Q1 x PQ1 ) + ( Q2 x PQ2 ) ] x H
= [ ( 12 x Rp 40.000 ) + ( 12 x Rp 2.000 ) ] x 10
= [ ( Rp 480.000 ) + ( Rp 24.000 ) ] x 10
= [ Rp 504.000 ] x 10
= Rp 5.040.000
Jadi, pengaruh strategi bisnis terhadap omset industri rumah tangga “Tahu
Mustakim” berpengaruh positif dan mengalami kenaikan omset yang besar, yaitu
sebesar Rp 5.040.000 dalam waktu 10 hari.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Omset yang diterima oleh industri rumah tangga “Tahu Mustakim” sebelum
adanya strategi bisnis dalam satu bulan yaitu sebesar Rp 5.460.000. Setelah
dilakukan analisis internal dan eksternal terhadap lingkungan usaha, peneliti dapat
memberikan strategi bisnis sebagai berikut:
a) Strategi (S - O)
1. Menjaga dan meningkatkan mutu produk serta pelayanan
2. Memperluas pangsa pasar
3. Mengemas produk dengan kemasan berlabel untuk masuk ke pasar
modern/swalayan
4. Meningkatkan kemampuan untuk memproduksi tahu yang lebih banyak dan
berkualitas
5. Menjalin hubungan baik dengan konsumen.
b) Strategi (W - O)
1. Memperluas pasar dengan memanfaatkan sarana transportasi yang tersedia
2. Melakukan riset pasar dan berteman dengan lawan
3. Mulai membuat pembukuan dan mencatat setiap pengeluaran
4.Bersikap terbuka terhadap adanya pembaharuan teknologi dan informasi
5.Meningkatkan pengetahuan SDM untuk bisa lebih menguasai pengetahuan
tekhnologi
6. Membuat iklan di media sosial maupun grup kuliner
7. Menerima jasa pesan antar.
c) Strategi (S - T)
1. Mempertahankan kualitas produk
2. Meningkatkan pelayanan dan pemasaran tepat waktu
3. Membuat penampungan limbah dan mengolahnya sebelum dibuang
4. Melakukan inovasi untuk menyiasati fluktuasi harga kedelai, misalnya mengolah
ampas tahu menjadi tempe gembos agar pemasukan bertambah
5. Memanfaatkan pengaruh orang tua untuk mengunci konsumen agar tetap membeli.
d) Strategi (W - T)
1. Bersikap cepat tanggap terhadap keadaan pasar dan pesaing
2.Membuka kerja sama dengan outlet di daerah target pemasaran baru
3. Mengubah variasi tahu dengan melengkapi warna dan rasa yang berbeda, misalnya
tahu kuning yang sudah berbumbu
4.Mencoba mengurangi tingkat produksi yang lebih banyak untuk menghindari
kekosongan dalam menghadapi naik turunnya harga bahan baku
5. Menerima segala masukan dan saran.
Industri rumah tangga mulai menerapkan strategi bisnis pada minggu ke - 5
yang bertepatan dengan momentum menjelang lebaran ditambah dengan harga
daging ayam yang semakin melambung sehingga berimbas pada produksi tahu yang
meningkat secara drastis. Penelitian ini berakhir ketika industri tersebut baru
menerapkan strategi selama 10 hari mengalami kenaikan omset yang besar, yaitu
sebesar Rp 5.040.000 dalam waktu 10 hari.
Jadi, peneliti menarik kesimpulan bahwa pengaruh strategi bisnis terhadap
omset industri rumah tangga “Tahu Mustakim” berpengaruh positif dan layak
diusahakan.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat di ajukan sehubungan dengan hasil penelitian adalah
sebagai berikut :
a) Perusahaan hendaknya lebih meningkatkan mutu produk baik itu cita rasa maupun
pelayanan terhadap konsumen. Hal ini perlu dilakukan mengingat semakin
banyaknya usaha sejenis dengan berbagai inovasi baru sehingga perusahaan harus
mampu menjaga daya saingnya.
b) Prioritas strategi pengembangan yang perlu dilakukan oleh industri “Tahu
Mustakim” yaitu melakukan penetrasi perluasan pasar dengan tetap memperkuat
pasar yang telah tersedia sebelumnya. Dengan cara menjalin kerjasama dengan
outlet-outlet baru yang tersebar di daerah.
c) Perusahaan hendaknya memiliki orientasi pemikiran pasar yang berfikir jauh
kedepan. Dengan memanfaatkan peluang bisnis yang terbuka lebar dengan
memperbaiki berbagai aspek yang telah ada, hal ini bisa dimanfaatkan untuk
perlahan masuk ke pasar modern.
d) Sebaiknya responden usaha tahu mempertimbangkan penggantian bentuk usaha
rumah tangga menjadi bentuk perusahaan, misalnya bentuk kelompok atau koperasi,
sehingga usaha rumah tangga dapat memperkuat modal guna memperluas saluran
distribusi dan pemasaran di masa yang akan datang.
e) Penulis berharap agar kenaikan permintaan tahu tidak hanya terjadi ketika
menjelang lebaran dan acara keagamaan saja, namun pada hari biasa juga demikian.
DAFTAR PUSTAKA

Eka, Pradipta. 2015. Skripsi: ANALISIS PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU,


BAHAN BAKAR, DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI PADA USAHA
TAHU DI KOTA SEMARANG TAHUN 2015. Universitas Diponegoro: Semarang.
file:/D:/mini/skripsi/PERMATASARI.pdf (Di akses online pada 1 Juli 2018).

Rangkuti, F. 2010. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, Reorientasi,


konsep, perencanaan strategis untuk Menghadapi Abad 21. Cetakan 16. PT.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Rukmana, R. dan Yuyun, Y. 1996. Kedelai Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius:
Yogyakarta.

Sarwono, B dan Saragih, Y.P. 2001. Membuat Aneka Tahu. Penebar Swadaya :
Jakarta. https://books.google.co.id/books.id (diakses online pada 2 Juli 2018).

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia-Press: Jakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV Alfabeta:


Bandung.

Sumanto. 2000. Analisis Sistem Agribisnis Industri Rumah Tangga Tahu dan Tempe
Dalam Jurnal Agro Ekonomi Vol.VII/No.1Juni/2000. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada: Yogyakarta.
Suprapti, Lies. 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius: Yogyakarta.

Utami, Marlina. 2004. Analisis Usaha Pembuatan Tahu di Desa Pengkol Kacamatan
Karanggede Kabupaten Boyolali. Skripsi FP UNS: Surakarta.

Warisno dan Kres Dahana. 2010. Meraup Untung dari Olahan Kedelai. PT.
AgroMedia Pustaka: Jakarta.

Winarno, Sigit dan Sujana Ismaya. 2007. Kamus Besar Ekonomi. Bandung : Pustaka
Grafika. https://books.google.co.id/books (diakses online pada 2 Juli 2018).

Anda mungkin juga menyukai