Anda di halaman 1dari 10

1950-1951 - Kabinet Natsir

Sunting

Program kerja kabinet Natsir:

Mempersiapkan dan menyelengarakan pemilihan umum untuk memilih Dewan Konstituante

Menyempurnakan susunan pemerintahan dan membentuk kelengkapan negara

Menggiatkan usaha mencapai keamanan dan ketentraman

Meningkatkan kesejahteraan rakyat

Menyempurnakan organisasi angkatan perang

Memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat

1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo

Sunting

Program kerja kabinet Sukiman :

Menjalankan berbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin keamanan dan
ketentraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat kekuasaan negara

Membuat dan melakukan rencana kemakmuran nasional dalam jangka pendek untuk mempertinggi
kehidupan sosial ekonomi rakyat dan mempercepat usaha penempatan bekas pejuang dalam
pembangunan

Menyelesaikan persiapan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante dan


menyelengarakan pemilu itu dalam waktu singkat serta mempercepat terlaksananya otonomi daerah

Menyiapkan undang-undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja sama, penetapan upah
minimum, dan penyelesaian pertikaian buruh

Menjalankan politik luar negeri bebas aktif

Memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya


1952-1953 - Kabinet Wilopo

Program kerja kabinet Wilopo :

Mempersiapkan pemilihan umum

Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI

Meningkatkan keamanan dan kesejahteraan

Memperbarui bidang pendidikan dan pengajaran

Melaksanakan politik luar negeri bebas aktif

1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I

Sunting

Program kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo I yang disebut juga Ali-Wongsonegoro :

Menumpas pemberontakan DI/TII di berbagai daerah

Melaksanakan pemilihan umum

Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI

Menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika

1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap

Sunting

Program kerja Kabinet Burhanuddin :

Mengembalikan kewibawaan moral pemerintah, dalam hal ini kepercayaan Angkatan Darat dan
masyarakat
Akan dilaksanakan pemilihan umum, desentralisasi, memecahkan masalah inflasi, dan pemberantasan
korupsi

Perjuangan mengembalikan Irian Barat

Pada masa Kabinet Burhanuddin Harahap, dilaksanakan pemilihan umum pertama di Indonesia. Kabinet
ini menyerahkan mandatnya setelah DPR hasil pemilihan umum terbentuk pada bulan Maret 1956.

1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II

Sunting

Program kerja Kabinet Ali Sastroamidjojo II :

Menyelesaikan pembatasan hasil KMB

Menyelesaikan masalah Irian Barat

Pembentukan provinsi Irian Barat

Menjalankan politik luar negeri bebas aktif

Kabinet Ali Sastroamidjojo II ini pun tidak berumur lebih dari satu tahun dan akhirnya digantikan oleh
Kabinet Juanda.

1957-1959 - Kabinet Djuanda

Sunting

Program kerja Kabinet Djuanda atau juga disebut Kabinet Karya memiliki 5 program yang disebut
Pancakarya yaitu :

Membentuk Dewan Nasional

Normalisasi keadaan RI

Melanjutkan pembatalan KMB

Memperjuangkan Irian Barat kembali ke RI

Mempercepat pembangunan
Militer memiliki peran dalam pemerintahan atau yang disebut dengan dwifungsi ABRI.

Pemerintah mewajibkan pendidikan Penataan P4 (Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) di


seluruh lapisan masyarakat.

Masuknya Irian Barat dan Timor Timur ke wilayah kesatuan Republik Indonesia.

Indonesia menggagas berdirian ASEAN dan beberapa kebijakan politik luar negeri, seperti: Pengakuan
terhadap negara Singapura, Memperbaiki hubungan dengan negara Malaysia, Masuk Indonesia kembali
menjadi anggota PBB.

3. Kebijakan Sosial

Pemerintah orde baru mengeluarkan beberapa kebijakan yang bertujuan untuk memperbaiki
kesejahteraan masyarakat pada masa itu, diantaranya:

Pencanangan program Keluarga Berencana (KB)

Program transmigrasi

Gerakan wajib belajar

Gerakan orang tua asuh

Hal-hal yang dilakukan pada masa pemerintahan Habibie :

1. Bidang Ekonomi

Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie melakukan langkah-
langkah sebagai berikut :

a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola
Aset Negara

b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah

c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00

d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri


e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF

f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak
Sehat

g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2. Bidang Politik

a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak bermunculan partai-
partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik

b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan Mochtar Pakpahan

c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen

d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :

(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik

(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu

(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR

e) Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban dari tuntutan
reformasi yaitu :

(1) Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983 tentangReferendum

(2) Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Pancasila
sebagai azas tunggal

(3) Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978 tentang Presiden
mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan di luar batas perundang-undangan

(4) Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden
maksimal hanya dua kali periode

12 Ketetapan MPR antara lain :

a. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam rangka penyelematan
dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara

b. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi,
dan nepotisme
c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden Republik
Indonesia

d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah

e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi

f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No. I/MPR/1998 tentang
peraturan tata tertib MPR

h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum

i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum

j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN

k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus kepada
Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan pembangunan nasional
sebagai pengamalan pancasila

l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

3. Bidang Pers

Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUPP untuk memberikan
kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam media massa cetak, baik surat kabar
maupun majalah.

4. Bidang Hukum

Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum. Reformasi

hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat. Tindakan yang dilakukan

oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari berbagai

kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada tatanan

hukum yang ditambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran terhadap berbagai

produk hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak dengan

jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Selama pemerintahan Orde Baru, karakter
hukum cenderung bersifat konservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum ortodoks lebih

tertutup terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat. Pada hukum

yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisa dikatakan tidak ada sama
sekali. Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde Baru sangat tidak mungkin untuk
dapat menjamin atau memberikan perlindungan terhadap Hak-hak Asasi Manusia
(HAM),berkembangnya demokrasi serta munculnya kreativitas masyarakat.

5. Bidang Hankam

Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri dan ABRI.

6. Pembentukan kabinet

Presiden BJ Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan yang
terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perakilan dari ABRI, Golkar, PPP, dan PDI.

7. Kebebasan Menyampaikan Pendapat

Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka umum. Presiden
Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk
rapat-rapat umum maupun unjuk rasa atau demonstrasi. Namun khusus demonstrasi, setiap organisasi
atau lembaga yang ingin melakukan demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan
menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut. Hal ini dilakukan karena pihak Kepolisian
mengacu kepada UU No. 28 tahun 1997 tentang Kepolisian Republik Indonesia yang menyatakan bahwa
“ untuk kepentingan umum, pejabat Polri dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dapat
bertindak sesuai dengan penilaiannya sendiri”.

Namun ketika menghadapi para pengunjuk rasa, pihak kepolisian sering menggunakan pasal yang
berbeda-beda, walaupun mereka melakukan aksi unjuk rasa secara bersamaan. Untuk menjamin
kepastian hukum bagi para pengunjuk rasa, pemerintah bersama DPR berhasil merampungkan
perundang-undangan yang mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi yaitu UU No. 9 tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Muka Umum. Adanya undang-undang tersebut
menunjukkan pemerintah memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang sesungguhnya, yaitu dengan
memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk mengemukakan apa yang diinginkannya. Namun
sayangnya, UU itu belum memasyarakat atau belum disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat.
Sosialisasi ini dimaksudkan agar masyarakat yang ingin menyampaikan tuntutan, dapat berjalan dengan
baik dan aman.
8. Masalah Dwi Fungsi ABRI

Ada beberapa perubahan yang muncul pada masa pemerintah Habibie yaitu :

a) Jumlah anggota ABRI yang duduk di MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38 orang

b) Polri memisahkan diri dari ABRI dan menjadi kepolisian negara sejak tanggal 5 Mei 1999

c) ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan laut dan

Angkatan Udara

Pembaharuan yang dilakukan pada masa Pemerintahan Gus Dur adalah :

1) Membentuk Kabinet Kerja

Untuk mendukung tugas dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, Gus Dur membentuk kabinet
kerja yang diberi nama Kabinet Persatuan Nasional yang anggotanya diambil dari perwakilan masing-
masing partai politik yang dilantik pada tanggal b28 Oktober 1999. Di dalam Kabinet Persatuan Nasional
terdapat dua departemen yang dihapuskan, yaitu Departemen Sosial dan Departemen Penerangan.

2) Bidang Ekonomi

Untuk mengatasi krisis moneter dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi
Nasional (DEN) yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari
krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dewan Ekonomi nasional diketuai oleh Prof. Dr. Emil Salim,
wakilnya Subiyakto Tjakrawerdaya dan sekretarisnya Dr. Sri Mulyani Indraswari.

3) Bidang Budaya dan Sosial

Untuk mengatasi masalah disintegrasi dan konflik antarumat beragama, Gus Dur memberikan kebebasan
dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama. Hak itu dibuktikan dengan adanya beberapa keputusan
presiden yang dikeluarkan, yaitu :

a) Keputusan Presiden No. 6 tahun 2000 mengenai Pemulihan Hak Sipil Penganut Agama Konghucu. Etnis
Cina yang selama Orde Baru dibatasi, maka dengan adanya Keppres No. 6 dapat memiliki kebebasan
dalam menganut agama maupun menggelar budayanya secara terbuka seperti misalnya pertunjukan
Barongsai.
b) Menetapkan Tahun Baru Cina (IMLEK) sebagai hari besar agama, sehingga menjadi hari libur nasional.

Disamping pembaharuan-pembaharuan di atas, Gus Dur juga mengeluarkan berbagai kebijakan yang
dinilai Kontroversial dengan MPR dan DPR, yang dianggap berjalan sendiri, tanpa mau menaati aturan
ketatanegaraan, melainkan diselesaikan sendiri berdasarkan pendapat kerabat dekatnya, bukan menurut
aturan konstitusi negara

Ada beberapa perubahan yang dilakukan Megawati yaitu :

1) Bidang Ekonomi

Untuk mengatasi masalah ekonomi yang tidak stabil, ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan Megawati
yaitu :

a) Untuk mengatasi utang luar negeri sebesar 150,80 milyar US$ yang merupakan warisan Orde baru,
dikeluarkan kebijakan yang berupa penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar, sehingga
hutang luar negeri dapat berkurang US$ 34,66 milyar.

b) Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan pendapatan per kapita sebesar US$
930.

c) Kurs mata uang rupiah dapat diturunkan menjadi Rp 8.500,00.

d) Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menekan nilai inflasi, dikeluarkan kebijakan yang
berupa privatisasi terhadap BUMN dengan melakukan penjualan saham Indosat sehingga hutang luar
negeri dapat berkurang.

e) Memperbaiki kinerja ekspor, sehingga ekspor di Indonesia dapat ditingkatkan.

f) Untuk mengatasi korupsi, dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

2) Bidang Politik

a) Mengadakan pemilu yang bersifat demokratis yang dilaksanakan tahun 2004 dan melalui dua periode
yaitu :

1. Periode pertama untuk memilih anggota legislatif secara langsung.

2. Periode kedua untuk memilih presiden dan wakil presiden secara langsung.

Pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama yang dilaksanakan secara langsung artinya rakyat
langsung memilih pilihannya.
b) Pemerintahan Megawati berakhir setelah hasil pemilu 2004 menempatkan pasangan Susilo Bambang
Yudhoyono dan Jusuf Kalla sebagai pemenang. Hal ini merupakan babak baru pemerintahan di Indonesia
dimana Presiden dan Wakil Presiden terpilih dipilih langsung oleh rakyat.

Anda mungkin juga menyukai