November 2017
HIPERTENSI
OLEH:
Fera M. Patiung C11112918
Nurbidara Nabiu C11110177
M. Iqbal Tanasa C11109104
Pembimbing
Dr.dr.H.Rasyidin Abdullah, MPH, M.Kes
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. SB
Umur : 65 tahun
Alamat : Komp. YPPKG
Pekerjaan : Pensiunan
No. Hp : 085399048030
Agama : Islam
Klinik : Mitra Madising
B. Anamnesis
Keluhan Utama : -
Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien laki-laki usia65 tahun datang ke Klinik Mitra Madising untuk kontrol
dan sambung obat. Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan berobat
teratur tiap bulan dengan amlodipin.
Gejala awal saat pasien datang berobat, pasien merasakantegang dibelakang leher
disertai rasa pusing. Hal ini baru pertama kali dirasakannya.Tidak ada nyeri dada, tidak
ada batuk, tidak ada demam. Tidak mual, tidak muntah. BAB biasa lancar, BAK kuning
lancar.
RiwayatPenyakitDahulu :
Ada riwayat hipertensi sejak 2016 dan saat ini berobat teratur
Ada riwayat hipertensi di keluarga yaitu ibunya
Tidak ada riwayat diabetes mellitus
Tidak ada riwayat sakit jantung
Tidak ada riwayat merokok dan minuman alkohol
C. PemeriksaanFisis
1. STATUS PRESENT
Sakit Sedang / Gizi Cukup / Composmentis
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 45 kg
Indeks Massa Tubuh : 18.7 kg/m2
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi napas : 28 kali/menit, tipe thoracoabdominal
Suhu : 36.5oC (Aksiler)
2. PEMERIKSAAN FISIS
Kepala
Ekspresi : biasa
Simetris muka : simetris
Deformitas : tidak ada
Rambut : hitam lurus, alopesia (-), sukar dicabut
Ukuran : Normocephal
Bentuk : Mesocephal
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : tidak ada
Gerakan : ke segala arah
Kelopak Mata : edema (-)
Konjungtiva : anemia (-)
Sklera : ikterus (-)
Kornea : jernih
Pupil : bulat isokor, d = 2,5 mm ODS
Telinga
Pendengaran : dalam batas normal
Tophi : (-)
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Hidung
Perdarahan : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut
Bibir : pucat (-), kering (-)
Lidah : kotor (-),tremor (-), hiperemis (-)
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-),
Gigi geligi : dalam batas normal
Gusi : dalam batas normal
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R+2 cmH2O
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Kaku kuduk : (-)
Tumor : (-)
Dada
Inspeksi :
Bentuk : normochest, simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
Payudara : dalam batas normal
Sela iga : dalam batas normal
Lain – lain : (-)
Paru
Palpasi :
Fremitus raba : dalam batas normal, kiri = kanan
Nyeri tekan : (-)
Perkusi :
Paru kiri : pekak daerah mediobasal
Paru kanan :sonor
Batas paru-hepar : ICS VI dekstra anterior
Batas paru belakang kanan : CV Th. IX dekstra
Batas paru belakang kiri : CV ICS .X sinistra
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : bronkhovesikuler
Bunyi tambahan : Ronkhi dan wheezing tidak ada
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : pekak, batas jantung kesan normal
Batas kanan : linea parasternalis kanan
Batas kiri : linea midclavicularis kiri
Batas atas : ICS III kiri
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Perut
Inspeksi : distensi abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-) Massa Tumor (-)
Hepar tidak teraba
Limpa tidak teraba.
Perkusi : timpani
Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal
Alat Kelamin
Tidak dilakukan pemeriksaan
Anus dan Rektum
Tidak dilakukan pemeriksaan
Punggung
Palpasi : Nyeri Tekan (-), Massa Tumor (-)
Nyeri ketok : (-)
Gerakan : dalam batas normal
Lain – lain : (-)
Ekstremitas
Edema -/-, hangat
D. Diagnosis
Hipertensi on treatment
E. Terapi
Amlodipin 5 mg 1dd1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertesi adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg, sedangkan
Prehipertensi adalah tekanan sistolik 120-139 mmHg atau diastolic 80-89 mmHg.2
2.2Etiologi
2.2.1Penyakit ginjal
Penyakit ini timbul karena sekresi yang berlebihan dari aldosteron oeh
korteks adrenal.Pada pasien hipertensi dengan hipokalemia, krn pengeluaran
kalium yang berlebih melalui urin (biasanya > 40 mEq/L).7
Pada tabel 1 merupakan klasifikasi hipertensi pada usia 18 tahun atau lebih. Penggunaan
klasifikasi ini ini didasarkan dengan pengukuran tekanan darah dua atau lebih.5
Faktor risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang reversible dan
irreversibel. Faktor risiko yang reversibel adalah usia, ras Afrika-Amerika, dan riwayat
keluarga yang memiliki hipertensi. Sedangkan faktor risiko yang bersifat reversible adalah
prehipertensi, berat badan berlebih, kurang aktivitas, konsumsi makanan yang mengandung
natrium tinggi, merokok, dan sindroma metabolik.2
2.4.1 Usia
2.4.2Ras Afrika-Amerika
Semakin tinggi berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan. Volume darah meningkat di
dalam pembuluh darah dan terjadi peningkatan tekanan dinding arteri.2
2.4.4Kurang Aktifitas
Orang yang kurang aktifitas cenderung memiliki denyut jantung yang lebih
banyak. Semakin tinggi denyut jantung, semakin berat jantung harus bekerja pada
setiap kontraksi dan lebih kuat tekanan pada arteri.2
2.4.6 Merokok
Zat-zat kimia pada rokok dapat menyebaban kerusakan pada dinding arteri
yang menyebabkan penyempitan arteri sehingga dapat meningkatkan tekanan
darah.2
2.5 Patofisiologi
Tekanan dibutuhkan untuk mengalirkan darah dalam pembuluh darah yang dilakukan
oleh aktivitas memompa jantung (Cardiac Output) dan tonus dari arteri (peripheral
resisten).Faktor-faktor ini menentukan besarnya tekanan darah.Banyak sekali faktor yang
mempengaruhi cardiac output dan resistensi perifer.Hipertensi terjadi karena kelainan dari
salah faktor tersebut.
Cardiac output berhubungan dengan hipertensi, peningkatan cardiac output secara logis
timbul dari dua jalur, yaitu baik melalui peningkatan cairan (preload) atau peningkatan
kontraktilitas dari efek stimulasi saraf simpatis. Tetapi tubuh dapat mengkompensasi agar
cardiac output tidak meningkat yaitu dengan cara meningkatkan resistensi perifer. 8
Selain itu konsumsi natrium berlebih dapat menyebabkan hipertensi karena peningkatan
volume cairan dalam pembuluh darah dan preload, sehingga meningkatkan cardiac output.8
Gambar 2 Patofisiologi Natrium dan Kalium pada Hipertensi9
Gejala yang paling sering muncul adalah nyeri kepala. Hypertensi yang meningkat
dengan cepat dapat menimbulkan gejala seperti somnolen, bingung, gangguan penglihatan,
mual dan muntah.6
Pada aldosteronism primer, pasien merasakan lemas otot, polyuria, da nocturia karena
hypokalemia.Hipertensi kronik sering menyebabkan pembesaran jantung kiri, yang dapat
menimbulkan gejala sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas dan paroxysmal
nocturnal dyspnea.Keterlibatan cerebral karena stroke yang disebabkan oleh trombosis atau
hemoragik dari mikroaneurisma.6
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk berat dan tinggi
badan.Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada kedua lengan, dan lebih baik
dikukur pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi
postural.Dilakukan palpasi leher untuk mempalpasi dari pembesaran tiroid dan penilaian
terhadap tanda hipotiroid atau hipertiroid.Pemeriksaan pada pembuluh darah dapat dilakukan
dengan funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit pada arteri karotis.Retina merupakan
jaringan yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa dengan seksama. Seiring dengan
peningkatan derajat beratnya hipertensi dan penyakit aterosklerosis, pada pemeriksaan
funduskopi dapat ditemukan peningkatan reflex cahaya arteriol, hemoragik, eksudat, dan
papiledema. Pemeriksaan pada jantung dapat ditemukan pengerasan dari bunyi jantung ke-2
karena penutuan dari katup aorta dan S4 gallop.Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi
dengan iktus kordis yang bergeser ke arah lateral.6
2.8 Diagnosis
Konfirmasi dari hipertensi berdasarkan pada pemeriksaan awal, dan pemeriksaan pada
dua kali follow-up dengan setidaknya dua kali pengukuran pada setiap kali follow-up.
Gambar 3 Algoritma Diagnosis Hipertensi10
2.9 Komplikasi
2.9.1 Jantung
2.9.2 Otak
2.9.3 Ginjal
Hipertensi kronik menyebabkan nefrosklerosis, penyebab yang sering terjadi
pada renal insufficiency.Pasien dengan hipertensif nefropati, tekanan darah harus
130/80 mmHg atau lebih rendah, khususnya ketika ada proteinuria.6
2.10 Prognosis
WHO membuat tabel stratifikasi dan membuat tiga kategori risiko yang berhubungan
dengan timbulnya kejadian penyakit kardiovaskular selama 10 tahun ke depan: (1) risiko
rendah, kurang dari 15 %. (2) risiko menengah , sekitar 15-20 %. (3) risiko tinggi, lebih dari
20 %.11
Tabel 3 Faktor yang Mempengaruhi Prognosis11
Tabel 4 Prognosis11
cc
Daftar Pustaka