Anda di halaman 1dari 9

Annual Report 2013

Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS


RENEWABLE ENERGY
Sri Wahyono
Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340
e-mail: swahyono@yahoo.com

PENDAHULUAN

Sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi,


konsumsi energi untuk kehidupan sehari-hari juga terus meningkat.
Sampai saat ini, sumber energi utama yang dikonsumsi adalah
minyak bumi. Namun disadari bahwa persedian minyak bumi
semakin menipis sehingga apabila dieksploitasi terus-menerus akan
habis. Oleh karena itu perlu dilakukan efisiensi energi dan
memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan. Sampah organik
perkotaan yang jumlahnya melimpah memiliki potensi yang besar
untuk menjadi sumber energi.

Skala pengolahan sampah organik menjadi biogas dapat


dilakukan secara terdesentralisasi tersebar di dekat sumber-sumber
sampah. Pengolahan sampah menjadi biogas yang tersebar di dekat
sumber-sumber sampah biayanya relatif murah, padat karya,
keterlibatan masyarakat tinggi, dan teknologinya tepat guna.
Masyarakat dapat dilibatkan langsung untuk mengelola sampah
rumah tangganya menjadi biogas dengan peralatan yang sederhana
berupa digester anaerobik skala rumah tangga. Input bahan baku
biogas adalah sampah organik. Outputnya berupa biogas dan pupuk
cair. Biogas yang dihasilkan dari setiap digester dapat digunakan

100
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

untuk pengganti LPG, sedangkan pupuk cairnya dapat digunakan


untuk memupuk tanaman di kebun rumah tangga.

TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan kegiatan ini adalah :


a. Menyusun disain prototipe teknologi anaerobic digestion
sampah organik perkotaan skala rumah tangga dan
komunal.
b. Mengkaji performansi kinerja prototipe instalasi teknologi
anaerobic digestion sampah organik perkotaan skala rumah
tangga dan komunal.

Sasaran dari kegiatan ini adalah :


a. Diperolehnya disain prototipe teknologi anaerobic digestion
sampah organik perkotaan skala rumah tangga dan
komunal.
b. Diperolehnya performansi kinerja prototipe instalasi teknologi
anaerobic digestion sampah organik perkotaan skala rumah
tangga dan komunal.

HASIL KEGIATAN

Riset biogas yang dilakukan terdiri atas 3 jenis digester.


Digester pertama merupakan mini digester sistem batch dan padat
skala rumah tangga dengan 6 jenis input yang berbeda. Digester
kedua merupakan digester sistem wet dan kontinyu dengan input
sampah berupa sampah makanan, sedangkan digester ketiga
berupa digester skala komunal dengan sistem batch, padat, dengan
dan tanpa resirkulasi lindi.

101
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

1. Penelitian Mini Digester (Md)

Aplikasi mini digester biogas telah dilakukan di Malang dan


Probolinggo, namun basis penelitiannya masih sangat minim.
Penelitian ini mencoba menjawab berbagai pertanyaan yang muncul
di masyarakat. Dalam penelitian ini dilakukan 6 perlakuan dimana
MD 1 sampai MD5 inputnya adalah sampah pasar dan daun
sedangkan MD 6 hanya menggunakan sampah pasar. Kemudian
pada MD 2, MD 3, MD3, dan MD4 secara berurutan diisi aktivator
berupa kotoran sapi, lindi kompos, efluen biogas dan EM4.

Hasil penelitian menunjukkan profil komposisi biogas pada


MD1, MD2, MD3, MD4, dan MD5 relatif sama yaitu produksi gas
metana meningkat sejalan dengan bertambahnyanya waktu dan
sebaliknya produksi gas karbondioksida menurun. Demikian pula
konsentrasi oksigen juga semakin menurun. Umumnya, profil
produksi dan komposisi biogas dalam mini digester dapat dibagi
dalam empat urutan fase. Fase pertama adalah aerobik dan
terutama menghasilkan karbondioksida. Fase kedua dicirikan oleh
menipisya keberadaan oksigen, mengakibatkan kondisinya menjadi
anaerobik dimana sejumlah besar karbondioksidan dan hidrogen
dibentuk. Dalam fase ketiga anaerobik, gas metana mulai diproduksi
bersamaan dengan menurunnya produksi karbondioksida. Dalam
fase keempat, produksi gas metana, karbondioksia, dan nitrogen
relatif stabil.

102
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

Gambar 1. Profil Pembentukan Metana dalam Mini Digester

Berbagai starter yang digunakan dalam penelitian ini memiliki


pengaruh dalam kecepatannya membantu memproduksi gas
metana. Dalam penelitian ini kotoran sapi (MD2) mampu
mempecepat produksi metana hingga komposisinya mencapai 20 %
pada hari ke-10, sedangkan effluen biogas (MD4) mencapainya
pada hari ke-16. Sementara itu, EM4 (MD5) dapat mencapainya
pada hari ke-23. Sedangkan tanpa penambahan starter, hanya
sampah pasar dan sampah taman saja (MD1) mampu mencapainya
pada hari ke-26. Penambahan starter lindi kompos (MD3), untuk
mencapai komposisi metana 20% tercapai pada hari ke-56. Pada

103
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

proses selanjutnya, baik dengan starter ataupun tanpa starter, masa


stagnasi pembentukan gas metana dengan komposisi di atas 60%
mulai terjadi pada hari ke-45.

2. Penelitian Food digester

Jenis food digester yang diteliti adalah digester yang


dikembangkan di India. Digester tersebut berskala rumah tangga
dengan input sampah makanan. Start upfood digester menggunakan
kotoran sapi. Setelah start up, feeding dilakukan dengan empat jenis
limbah yaitu kotoran sapi, sampah pasar, sampah makanan dan lindi
digester biogas skala komunal.

Kandungan gas metana setelah start up dan di-maintenance


dengan feedstock kotoran sapi komposisinya di atas 40%. Dengan
jumlah input yang sama, feedstock sampah makanan menghasilkan
komposisi gas metana yang paling tinggi dibandingkan dengan
kotoran sapi dan sampah pasar. Sementara itu, komposisi metana
dari feedstock kotoran sapi lebih tinggi daripada sampah pasar. Dari
2 kg sampah makakan akan dihasilkan sekitar 200 liter biogas yang
dapat digunakan untuk memasak selama 45 menit.

Dengan jumlah input yang sama, feedstock sampah makanan


menghasilkan komposisi gas metana yang paling tinggi
dibandingkan dengan kotoran sapi dan sampah pasar. Feedstock
lindi menghasilkan gas metana yang cenderung menurun
komposisinya. Komposisinya cenderung terus menurun. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kualitas lindi yang sudah turun dengan
kandungan senyawa organik yang rendah.

104
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

Gambar 2. Food digester dan Profil Produksi Biogasnya

3. Penelitian Digester Biogas Skala Komunal

Aplikasi biogas sistem padat skala komunal yang dilakukan


oleh Kementerian Pekerjaan Umum belum beroperasi secara
optimal sehingga perlu dilakukan kajian mendalam. Untuk itu
penelitian ini dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan dua perlakuan
yaitu tanpa dan dengan resirkulasi lindi.

Apabila diperhatikan dengan seksama, profil komposisi biogas


pada tanki perkolasi 1 dan perkolasi 2 relatif sama yaitu produksi gas
metana meningkat sejalan dengan bertambahnyanya waktu dan
sebaliknya produksi gas karbondioksida menurun. Demikian pula
konsentrasi oksigen juga semakin menurun. Umumnya, profil

105
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

produksi dan komposisi biogas dapat dibagi dalam empat urutan


fase seperti yang terjadi pada penelitian mini digester.

Dalam penelitian ini kotoran sapi mampu mempercepat


produksi metana hingga komposisinya mencapai 24,8 % pada hari
ke-15, sedangkan digester tanpa kotoran sapi hanya mencapai 7,1%
pada hari yang sama. Produksi gas metana pada digester terjadi
secara eksponensial dan mencapai sekitar 70% pada hari ke-30.
Selanjutnya produksi metana cenderung stagnan. Sementara itu,
produksi gas metana dari tangki perkolasi 2 mencapai nilai yang
sama setelah 35 hari dilakukan resirkulasi lindi. Setelah itu, secara
gradual pembentukan gas metana cenderung stagnan.

Gambar 3. Unit Digester Biogas Skala Komunal Beserta Profil


Produksi Metana-nya

106
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

MANFAAT KEGIATAN

Penelitian digester biogas sampah kota ini sangat bermanfaat


dalam upaya pengelolaan sampah kota menjadi sumber energi dan
menjadi dasar dalam upaya pengembangan teknologi biogas skala
rumah tangga dan komunal yang bersifat tepat guna.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan dari kegiatan ini adalah:


a. Penggunaan starter kotoran sapi dan efluen biogas pada
mini digester mampu mempercepat pembentukan gas
metana secara siginifikan dibandingkan tanpa starter.
b. Produksi gas metana dari sampah makanan dari rumah
tangga dalam food digester lebih baik dibandingkan
dengan kotoran sapi dan sampah pasar.
c. Penambahan kotoran sapi pada digester biogas skala
komunal mampu mempercepat produksi metana
dibandingkan dengan tanpa penambahan kotoran sapi.

Rekomendasi yang dapat diberikan adalah:

a. Mini digester biogas sebaiknya digunakan secara komunal


atau digunakan di lokasi yang mudah mendapatkan
sampah organik dalam jumlah yang cukup. Mini digester
tidak cocok digunakan oleh rumah tangga secara
individual. Mini digester sebaiknya dilengkapi dengan
portable gas holder untuk menyimpan biogas yang
diproduksinya.
b. Aplikasi food digester cocok dilaksanakan untuk mengolah
limbah makanan dari restoran atau kantin di di berbagai

107
Annual Report 2013
Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

kota. Biogas yang dihasilkannya dapat digunakan untuk


substitusi elpiji sebagai sumber energi untuk memasak.
c. Penelitian pembuatan biogas dari sampah organik skala
kawasan dengan sistem padat dan batch memerlukan
penelitian lanjutan berupa optimasi disain digester
terutama untuk mempermudah input-output material dan
kajian efektivitas produksi gas metananya.

108

Anda mungkin juga menyukai