Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebijakan konsolidasi fiskal dilakukan dengan mempertimbangkan tantangan ekonomi global


dan domestik pada tahun 2017. Tantangan ekonomi global tersebut diantaranya adalah (1)
perekonomian global yang masih diwarnai ketidakpastian; dan (2) masih relatif rendahnya
harga komoditas. Sejalan dengan itu, faktor domestik dipengaruhi oleh (1) pertumbuhan
ekonomi nasional yang belum optimal sebagai konsekuensi sektor industri manufaktur yang
masih lemah; dan (2) perlambatan perekonomian global dan penurunan harga komoditas
berdampak nyata pada pencapaian pendapatan negara. Namun, kondisi ekonomi makro
domestik tahun 2017 diharapkan sudah mulai membaik oleh dampak dari ditempuhnya
berbagai kebijakan ekonomi di tahun 2015-2016.

Kebijakan APBN tahun 2017 secara ringkas adalah sebagai berikut. Pertama, optimalisasi
pendapatan negara terutama perpajakan yang dilakukan dengan tetap menjaga iklim investasi
dan dunia usaha. Potensi penerimaan perpajakan diperkirakan tumbuh 13-15 persen dari basis
perhitungan pajak tahun 2016. Kebijakan pendapatan negara juga didukung dengan
optimalisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dengan tetap memerhatikan kelestarian
lingkungan hidup. Kedua, memberi penekanan pada peningkatan kualitas belanja produktif
dan prioritas yang antara lain difokuskan untuk mendorong percepatan pembangunan
infrastruktur, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan sosial dengan tetap menjaga
pemenuhan belanja yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan (mandatory
spending) yaitu alokasi anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan yang masing masing
sebesar 20 persen dan 5 persen dari belanja negara. Strategi lain adalah dengan mempertajam
sasaran subsidi dan meningkatkan kualitas penyalurannya, serta mengarahkan bantuan sosial
ke pola non cash. Kebijakan pada belanja negara juga diarahkan pada penguatan
desentralisasi fiskal melalui optimalisasi dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa. Sejalan
dengan kebijakan belanja tersebut, Pemerintah berkomitmen untuk mempercepat dan
mengefektifkan belanja pada kementerian negara/lembaga dan dana Transfer Ke Daerah dan
Dana Desa. Ketiga, upaya untuk memperkuat daya tahan dan mengendalikan risiko melalui
pengendalian defisit dan rasio utang sehingga dapat terjaga tingkat kesinambungan fiskal.

APBN tahun 2017 merupakan instrumen pelaksanaan strategi fiskal yang harus sebangun
dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2017, sebagai penjabaran atas tahapan
pembangunan tahunan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019. Hal tersebut dilaksanakan dengan tetap memerhatikan pengelolaan
fiskal yang sehat dan berkelanjutan. RKP tahun 2017 memuat sasaran, arah kebijakan, dan
strategi pembangunan yang disusun dengan tetap mendukung keberlanjutan pembangunan
dan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan jangka menengah yang telah ditetapkan dalam
RPJMN.

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Proyeksi Ekonomi Global Tahun 2017

Perkembangan ekonomi global di tahun 2017 diproyeksikan mengalami perbaikan


dibandingkan tahun 2016. Dalam World Economic Outlook (WEO) edisi bulan Oktober 2016,
Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global di tahun
2017 mencapai 3,4 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi tahun 2016 yakni 3,1 persen.
Meskipun demikian, proyeksi dari IMF ini lebih rendah dari estimasi mereka sebelumnya.
Ekspansi ekonomi global tahun 2017 diharapkan akan didorong oleh meningkatnya
permintaan global yang ditunjukkan oleh kenaikan volume perdagangan dunia dan
peningkatan harga komoditas. Pertumbuhan negara berkembang diperkirakan akan menjadi
penopang utama laju pertumbuhan global di tahun 2016.

Meskipun ekonomi global diperkirakan berekspansi di tahun 2017, namun hal tersebut
dibayangi oleh beberapa risiko antara lain masih berlanjutnya moderasi pertumbuhan
ekonomi Tiongkok dan kondisi geopolitik seperti yang terjadi di kawasan Uni Eropa. Hasil
referendum Inggris yang menyatakan negara tersebut keluar dari Uni Eropa menjadi salah
satu faktor yang akan menambah risiko global dan menjadi alasan utama diturunkannya
proyeksi pertumbuhan dunia untuk tahun 2016 dan tahun 2017 dari proyeksi sebelumnya.

2.1.1 Perekonomian Negara Maju

Kinerja perekonomian negara maju di tahun 2017 diperkirakan tidak banyak berubah
dibandingkan dengan tahun 2016. IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara
maju akan tertahan di kisaran 1,8 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi tahun 2016
sebesar 1,6 persen. Perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan berekspansi di tahun
2017 dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan kelompok negara maju. Akan tetapi,
kinerja ekonomi AS tersebut terkendala oleh pelemahan ekonomi kawasan Eropa yang
menghadapi dampak dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa.

Ekonomi AS dipekirakan tumbuh sebesar 2,2 persen di tahun 2017 lebih tinggi dari proyeksi
realisasi 2016 yang sebesar 1,6 persen. Membaiknya ekonomi AS didukung oleh cukup
kuatnya sektor ketenagakerjaan serta meningkatnya pendapatan dan belanja masyarakat.
Kebijakan moneter yang akomodatif secara gradual diperkirakan terus dilakukan oleh Bank
Sentral AS dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi AS di tengah situasi ekonomi
dunia yang masih terus dibayangi risiko ketidakpastian. Selain itu, terdapat potensi perubahan
kebijakan pasca pemilihan umum di negara-negara ekonomi besar di tahun 2016 dan 2017.

Sementara itu ekonomi Eropa diperkirakan mengalami perlambatan dari 1,7 persen di tahun
2016 menjadi sebesar 1,5 persen di tahun 2017. Di samping belum kuatnya pertumbuhan

2
ekonomi Eropa karena imbas dari krisis sebelumnya, turunnya proyeksi pertumbuhan
ekonomi tahun 2017 tersebut banyak dipengaruhi oleh dampak keputusan keluarnya Inggris
dari Uni Eropa. Ekonomi Inggris diperkirakan akan mengalami perlambatan dari 1,8 persen
di 2016 menjadi 1,1 persen di tahun 2017.

Selanjutnya, ekonomi Jepang diperkirakan masih lemah di tahun 2017 dengan pertumbuhan
sebesar 0,6 persen, meningkat dibanding perkiraan tahun 2016 sebesar 0,5 persen. Kebijakan
penundaan kenaikan pajak konsumsi, serta adanya anggaran tambahan dan pelonggaran
moneter, mengimbangi tekanan bagi ekonomi Jepang yang disebabkan oleh masih lemahnya
permintaan domestik, tingkat inflasi yang masih rendah, penguatan mata uang Yen yang
masih terjadi serta pelemahan ekonomi negara mitra dagang seperti Tiongkok dan kawasan
Eropa sehingga ekonomi Jepang diperkirakan lebih baik di tahun 2017.

2.1.2 Perekonomian Negara Berkembang

Secara umum, kinerja ekonomi negara berkembang tahun 2017 diperkirakan akan tumbuh 4,6
persen, menguat dari proyeksi tahun 2016 yang tercatat sebesar 4,7 persen. Namun demikian,
masing-masing negara berkembang masih memiliki risiko yang dapat memengaruhi kinerja
perekonomiannya sampai pada periode tersebut. Beberapa di antaranya adalah moderatnya
pertumbuhan negara maju, melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, masih rendahnya
harga komoditas, dan dampak langsung maupun tidak langsung dari gejolak geopolitik.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2017 diperkirakan sebesar 6,2 persen atau
melambat dibandingkan proyeksi tahun 2016 yaitu sebesar 6,6 persen. Faktor utama yang
menyebabkan perlambatan adalah proses transisi sumber pertumbuhan ekonomi Tiongkok
dari sektor investasi ke sektor konsumsi dan jasa serta masih lemahnya aktivitas perdagangan
dunia di tahun 2016. Di sisi lain, sektor industri yang memiliki kontribusi paling besar bagi
perekonomian Tiongkok, diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan.

Sementara itu, proyeksi perekonomian India pada tahun 2017 diperkirakan stabil sebesar 7,6
persen. Stabilnya pertumbuhan ekonomi India merupakan dampak dari reformasi kebijakan
ekonomi India yang telah dilakukan sejak tahun 2014 dan didukung pula oleh struktur
demografinya yang merupakan salah satu pasar terbesar dunia.

Pada sisi lain, pertumbuhan perekonomian di kawasan ASEAN diproyeksikan meningkat


pada tahun 2017. Inisiasi kerjasama regional, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),
diperkirakan sudah mulai memberikan dampak positif bagi aktivitas perekonomian dalam
kawasan. Selain itu, kondisi dan potensi ekonomi masing-masing anggotanya selama ini
menjadi cerminan bahwa kawasan tersebut relatif lebih stabil dalam menghadapi tekanan
eksternal. IMF memperkirakan pertumbuhan kawasan ASEAN-5 di tahun 2017 sebesar 5,1
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi tahun 2016 sebesar 4,8 persen.
2.1.3 Volume Perdagangan Dunia

3
Setelah berfluktuasi dan cenderung menurun sejak tahun 2011, volume perdagangan dunia
diproyeksikan mengalami peningkatan di tahun 2017, yaitu 3,8 persen dibanding dengan
proyeksi tahun 2016 sebesar 2,3 persen. Perkiraan pertumbuhan volume perdagangan dunia
tersebut sebenarnya telah mengalami revisi ke bawah dari perkiraan sebelumnya pasca
Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit). Proyeksi ini didorong oleh
aktivitas perdagangan di negara-negara berkembang dan emerging market yang membaik.
Tumbuhnya volume perdagangan di emerging market ini didorong oleh situasi ekonomi di
negara-negara tersebut yang mulai membaik, pembangunan infrastruktur yang meningkat
secara signifikan, dan dukungan moneter Uni Eropa. Di sisi lain, peningkatan proyeksi
volume perdagangan dunia masih dihadapkan pada risiko perlambatan ekonomi Tiongkok,
volatilitas pasar keuangan dunia, dan tingkat utang yang besar dari beberapa negara.

2.1.4 Harga Komoditas Dunia

Secara umum, perbaikan ekonomi dan permintaan global diharapkan meningkatkan konsumsi
dan aktivitas produksi dunia. Perbaikan ini diperkirakan turut mendorong permintaan
komoditas yang selanjutnya memengaruhi harga komoditas dunia. Bank Dunia
memperkirakan harga komoditas energi mengalami kenaikan di tahun 2017. Kondisi ini
dipengaruhi oleh berkurangnya produksi minyak negara-negara non-OPEC, kenaikan nilai
minyak Nymex di Amerika, serta perbaikan ekonomi negara-negara berkembang. Harga
komoditas pangan masih mengalami tren penurunan hingga tahun 2017. Meskipun
diperkirakan ada kenaikan permintaan bahan pangan di tahun 2017, namun mengingat
persediaan yang melimpah, harga bahan pangan tidak mengalami kenaikan.

Seiring dengan ekspansi ekonomi global dan adanya kenaikan pada harga komoditas, tingkat
inflasi global juga diperkirakan meningkat di tahun 2017. IMF memperkirakan inflasi global
di tahun 2017 sebesar 3,0 persen, naik dari perkiraan tahun 2016 sebesar 2,8 persen. Laju
inflasi global akan didorong oleh kenaikan inflasi di negara maju dari 0,8 persen di tahun
2016 menjadi 1,7 persen di tahun 2017. Kebijakan stimulus di beberapa negara, serta
ekspansi ekonomi AS menjadi faktor pendorong meningkatnya inflasi di negara maju.
Sementara itu, di negara berkembang tingkat inflasi cenderung menurun. Hal ini
menunjukkan semakin baiknya struktur perekonomian dan implementasi kebijakan moneter
yang efektif.

2.2 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah 2018-2020

4
Keberhasilan pencapaian sasaran dan arah pembangunan jangka menengah ke depan
tidak dapat lepas dari dukungan arah dan strategi kebijakan fiskal yang menyertainya.
Kebijakan fiskal sebagai salah satu instrumen utama dalam mendorong perekonomian serta
mencapai sasaran-sasaran pembangunan nasional, perlu dikelola secara berkualitas,
sehat, dan berkelanjutan.

Pemerintah secara konsisten terus berupaya mewujudkan hal tersebut melalui:

1. Mendorong produktivitas APBN sebagai instrumen fiskal untuk menstimulasi


perekonomian dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan
daya saing;
2. Menjaga keseimbangan dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif dan
stabilitas ekonomi makro;
3. Memperkuat daya tahan fiskal agar mempunyai kemampuan yang handal dalam
menjaga terlaksananya program prioritas dan mempunyai daya redam yang
efektif untuk merespon dinamika perekonomian; dan
4. Mendorong pengelolaan fiskal yang senantiasa mempertimbangkan aspek kehati-
hatian, pengendalian risiko, dan menjaga keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah
dan panjang.

Penyusunan kebijakan fiskal jangka menengah tentu saja harus mempertimbangkan berbagai
tantangan dan risiko yang mungkin muncul, baik dari sisi global maupun dari sisi domestik.
Dari sisi global, kondisi perekonomian dunia mulai menunjukkan pemulihan. Pada tahun
2018-2020 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tumbuh antara 3,6-3,8 persen.
Sepanjang periode tersebut, kinerja pertumbuhan ekonomi global juga mendorong
membaiknya pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tumbuh pada kisaran 4,1–
4,4 persen.

Seiring perbaikan permintaan global dan aktivitas perdagangan, maka harga-harga


komoditas global diperkirakan kembali meningkat dan mendorong inflasi dunia pada kisaran
3,1 persen. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia serta harga komoditas dunia menjadi
faktor-faktor yang memengaruhi kinerja ekonomi domestik. Sementara itu, ketidakpastian
kebijakan moneter di negara-negara maju juga akan mendorong munculnya potensi risiko
pada sektor keuangan global yang pada gilirannya juga berpengaruh pada kinerja sektor
keuangan domestik. Outlook indikator perekonomian dunia tahun 2018-2020 dapat dilihat
pada Tabel 2.2.1.

TABEL 2.2.1
INDIKATOR PEREKONOMIAN DUNIA

5
(Persen.yoy)

Indikator 2018 2019 2020


Pertumbuhan PDB Dunia 3.6 3.8 3.8
Negara Maju 2.0 1.9 1.8
Kawasan Eropa 1.6 1.6 1.5
Negara Berkembang 4.8 5.0 5.1
Indikator Ekonomi Global
Volume Perdangan 4.1 4.3 4.4
Inflasi 3.1 3.1 3.1

Dalam periode 2018-2020, terdapat optimisme terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik. Membaiknya kondisi perdagangan internasional dan harga komoditas global akan
mendorong kinerja perdagangan internasional dan neraca transaksi berjalan dalam
menciptakan insentif bagi perekonomian nasional. Selain itu program-program perbaikan
infrastruktur, ketahanan pangan, dan pelaksanaan pembangunan sektor maritim akan turut
meningkatkan kapasitas produksi nasional serta mendorong perbaikan peluang usaha di
berbagai daerah. Upaya untuk memperbaiki daya beli masyarakat baik melalui strategi
stabilisasi harga dan program-program jaminan sosial masyarakat akan menjadi faktor
penunjang pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap stabil.

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
periode 2018-2020 diperkirakan berkisar 5,4 persen hingga 6,9 persen. Sementara itu,
perbaikan infrastruktur dan peningkatan kapasitas produksi akan menjadi kebijakan
strategis untuk menjaga tersedianya pasokan bahan kebutuhan pokok dan kelancaran
distribusi ke seluruh wilayah nusantara. Pada saat yang sama, kebijakan-kebijakan
Pemerintah lainnya untuk menjaga daya beli masyarakat akan terus menjadi strategi penting.
Hal tersebut antara lain tercermin pada program-program kesejahteraan masyarakat dan
stabilisasi harga bahan pangan. Selain itu, koordinasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor riil
yang semakin baik merupakan modal kuat untuk terciptanya tingkat inflasi yang rendah dan
stabil.

Laju inflasi di tahun 2018-2020 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,5 persen hingga 2,0
persen dengan kecenderungan menurun. Nilai tukar rupiah selama periode 2018-2020
diperkirakan cukup stabil seiring dengan terjaganya stabilitas ekonomi, pendalaman pasar
keuangan serta perkiraan membaiknya kinerja sektor riil. Perbaikan fundamental ekonomi
nasional melalui percepatan pembangunan infrastruktur serta pembenahan iklim usaha dan
investasi juga diharapkan dapat mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun
demikian, masih perlu diwaspadai potensi risiko yang bersumber dari moderasi ekonomi
Tiongkok, potensi dampak lanjutan dari Brexit, dan kondisi sektor keuangan global.

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang ada, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama
periode 2018-2020 diperkirakan bergerak pada kisaran Rp13.200 hingga Rp13.900 per
dolar AS. Terjaganya stabilitas ekonomi makro yang didukung kondisi fiskal yang sehat

6
diharapkan berdampak positif pada kinerja pasar keuangan domestik dan perbaikan
tingkat imbal hasil surat-surat berharga negara. Perbaikan daya dukung pendanaan dalam
negeri seiring program-program financial deepening dan financial inclusion, disertai
terjaganya laju inflasi domestik pada tingkat yang rendah akan mampu mendukung
pengelolaan instrumen surat berharga negara dengan kisaran imbal hasil yang relatif
rendah. Pada periode 2018-2020, suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berkisar 4,6 persen
hingga 5,4 persen. Pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan tetap
mengikuti perkiraan harga minyak mentah di pasar dunia. Perbaikan permintaan ekonomi
dunia akan mendorong peningkatan permintaan minyak mentah global. Di sisi lain,
peningkatan permintaan ini juga diperkirakan diimbangi dengan peningkatan pasokan
minyak mentah dan sumber energi alternatif lainnya seperti shale gas dan biofuel.
Namun demikian, masih perlu diwaspadai risiko gejolak harga minyak dunia
mengingat pergerakannya juga dipengaruhi faktor-faktor nonfundamental yang sulit
diperkirakan seperti perkembangan kondisi geopolitik. Dengan memperhatikan faktor-
faktor tersebut, harga minyak ICP pada tahun 2018-2020 akan bergerak pada kisaran 35–60
dolar AS per barel.

TABEL 2.2.2

ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO JANGAN MENENGAH TAHUN 2018-2020

Indikator 2018 2019 2020


Pertumbuhan Ekonomi (%yoy) 5,4-6,0 5,6-64 5,9-6,9
Inflasi (%yoy) 2,5-45 2,5-45 2,0-4,0
Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan (%) 4,6-5,4 4,6-5,4 4,6-5,4
Nilai Tukar (Rp/US$) 13.200-13.900 13.200-13.900 13.200-13.900
Harga Minyak Mentah Indonesia 35-50 35-55 40-60
(US$/Barel)
Lifting Minyak Mentah (Ribu Barel 630-680 540-610 480-550
Perhari)
Lifting Gas (Ribu Barel Setara Minyak 1.100-1.200 1.100-1.200 1.100-1.200
Perhari)

Selanjutnya, lifting migas dalam jangka menengah diupayakan dapat dioptimalkan,


namun dengan tetap memperhatikan kapasitas yang ada. Hingga saat ini, tantangan produksi
migas terutama disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi sumur-sumur minyak yang
semakin tua Pemerintah telah menggunakan teknologi baru untuk mendorong lifting
migas serta memperlambat penurunan produksi. Berbagai upaya lain akan terus dilanjutkan
seperti insentif kebijakan untuk mendorong penemuan sumur-sumur baru, serta
penyederhanaan peraturan dan regulasi untuk mendukung percepatan produksi. Untuk tahun
2018–2020, lifting minyak diperkirakan akan cenderung menurun, sementara lifting gas bumi
diharapkan masih berada di atas 1 juta bsmph. Selama periode tersebut, lifting minyak

7
diperkirakan akan mencapai kisaran 480 ribu hingga 680 ribu bph dan lifting gas
bumi diperkirakan mencapai kisaran 1,1 juta hingga 1,2 juta bsmph. Asumsi dasar ekonomi
makro jangka menengah tahun 2018-2020 dapat dilihat pada Tabel 2.2.2.

2.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat

2.3.1 Ketenagakerjaan

Pada tahun 2017, tingkat pengangguran terbuka (TPT) diharapkan turun pada kisaran 5,6
persen. Dalam jangka menengah dan panjang, sasaran yang akan dicapai adalah peningkatan
efisiensi pasar tenaga kerja. Sementara itu, dalam jangka pendek sasaran yang ingin dicapai
adalah penciptaan lapangan kerja dan keadilan bagi tenaga kerja, yang mampu meningkatkan
taraf hidup penduduk. Untuk mencapai program tersebut, program prioritas yang akan
dilakukan Pemerintah pada tahun 2017 adalah:

1. Penguatan iklim ketenagakerjaan dan hubungan industrial


2. Pengembangan keahlian tenaga kerja
3. Penyediaan layanan informasi pasar kerja
4. Perbaikan iklim investasi dan iklim usaha
5. Pembangunan skala kecil dan menengah.

Untuk mendorong aktivitas ekonomi, arah kebijakan ketenagakerjaan Pemerintah pada tahun
2017 adalah memperluas industri manufaktur untuk mendukung perluasan lapangan kerja
baru yang berkualitas, mendorong pengeluaran pemerintah dan penciptaaan investasi yang
padat karya, mendukung regulasi yang mendorong investasi, serta meningkatkan hubungan
industrial yang harmonis. Selain itu, untuk mendorong pengembangan ekonomi produktif,
Pemerintah akan meningkatkan akses permodalan dan layanan kredit mikro, memberikan
pendampingan dan pengembangan kelompok usaha, dan mendorong terwujudnya
kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha.

2.3.2 Kemiskinan

Pada RKP tahun 2017, Pemerintah telah menetapkan tema, “Memacu Pembangunan
Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi
Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah”. Sasaran angka kemiskinan pada tahun 2017
berkisar 10,5 persen. Untuk mencapai sasaran tersebut, salah satu agenda prioritas nasional
adalah memperbaiki distribusi pendapatan. Perbaikan distribusi ini diharapkan mampu
menciptakan kualitas hidup lebih baik seperti mengurangi kemiskinan, menurunkan tingkat
pengangguran, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pada tahun 2017, Pemerintah akan melanjutkan program-program pemberdayaan dan


perrlindungan sosial yang telah dicapai di tahun-tahun sebelumnya, diantaranya melalui
kebijakan pengembangan dan penguatan sistem penyediaan layanan dasar, peningkatan

8
efektivitas program Bidik Misi, penataan asistensi sosial (Kartu Indonesia Sehat, Kartu
Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera), perluasan cakupan kepesertaan jaminan
sosial, serta itergrasi data kependudukan dan kepesertaan jaminan sosial. Salah satu program
pengentasan kemiskinan yang dirasa cukup berhasil adalah bantuan tunai bersyarat melalui
Program Keluarga Harapan (PKH) akan lebih diperluas cakupannya. Guna memperkuat
program-program pengentasan kemiskinan tersebut, Pemerintah juga mendorong kebijakan
kemiskinan terkait revolusi mental diantaranya melalui:

1. Redesign program yang memungkinkan perubahan mindset masyarakat miskin


menjadi produktif, mandiri, dan bermartabat
2. Mengaitkan program sosial yang mendorong masyarakat miskin peduli dengan
kesehatan, pendidikan, dan keluarga berencana
3. Mempromosikan solidaritas sosial di masyarakat.

2.3.3 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Lainnya

Dalam RPJMN 2015-2019 Pemerintah menitikberatkan pada strategi pembangunan


infrastruktur untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Strategi
pembangunan infrastruktur diharapkan semakin memperlancar jalur distribusi barang dan
jasa sehingga akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat secara merata.

Strategi lain yang akan ditempuh Pemerintah dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat adalah melalui pemberdayaan dan penguatan fungsi desa sejalan dengan
penerapan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Melalui alokasi Dana Desa
diharapkan terjadi penguatan dalam produktivitas masyarakat desa. Selain itu pembangunan
desa dan kawasan perdesaan akan ditingkatkan melalui program prioritas:

1. Pemenuhan standar pelayanan minimum di desa termasuk kawasan transmigrasi


2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa
3. Pembangunan SDM, pemberdayaan, dan modal sosial budaya masyarakat desa
4. Penguatan pemerintahan desa
5. Pengawasan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan
6. Pengembangan ekonomi kawasan untuk mendorong pusat pertumbuhan dan
keterkaitan desa-kota
7. Pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya hutan.

Untuk lebih memberikan dukungan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakar dan


penurunan ketimpangan, pada tahun 2017 Pemerintah akan melanjutkan strategi financial
inclusion. Strategi financial inclusion akan mampu mengatasi keterbatasan dan belum
meratanya akses informasi mengenai sumber-sumber permodalan baik perbankan maupun
nonperbankan. Financial inclusion juga akan mampu menambah kreativitas dan produktivitas
ekonomi masyarakat. Pemerintah berharap terbukanya akses sumber-sumber permodalan
tersebut bisa memacu masyarakat untuk lebih kreatif dalam berusaha dan berkarya.

9
Peningkatan pendapatan kelompok penduduk 40 persen terbawah menggunakan pendekatan
komprehensif yaitu dengan meningkatkan koordinasi lintas kementerian, pemerintah daerah,
dan pihak swasta. Upaya koordinasi ini dilakukan secara terintegrasi dengan cara memutus
siklus ketimpangan antargenerasi melalui:

1. Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan keahlian tenaga kerja


2. Memperbaiki akses pelayanan dasar
3. Memastikan perlindungan bila terjadi goncangan.

Upaya ini diharapkan mampu menurunkan rasio Gini pada tahun 2017 menjadi sebesar 0,39.
Selain rasio Gini, pembangunan nasional di bidang sumber daya manusia yang tercermin
dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga diharapkan terus meningkat. Sasaran IPM
yang ingin dicapai pada tahun 2017 adalah sebesar 70,1.

2.4. Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Jangka Menengah 2018-2020

Keberhasilan pencapaian sasaran dan arah pembangunan jangka menengah ke depan tidak
dapat lepas dari dukungan arah dan strategi kebijakan fiskal yang menyertainya. Kebijakan
fiskal sebagai salah satu instrumen utama dalam mendorong perekonomian serta mencapai
sasaran-sasaran pembangunan nasional, perlu dikelola secara berkualitas, sehat, dan
berkelanjutan. Pemerintah secara konsisten terus berupaya mewujudkan hal tersebut melalui:
(1) mendorong produktivitas APBN sebagai instrumen fiskal untuk menstimulasi
perekonomian dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan penguatan daya saing; (2)
menjaga keseimbangan dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif dan
stabilitas ekonomi makro; (3) memperkuat daya tahan fiskal agar mempunyai kemampuan
yang handal dalam menjaga terlaksananya program prioritas dan mempunyai daya redam
yang efektif untuk merespon dinamika perekonomian; dan (4) mendorong pengelolaan fiskal
yang senantiasa mempertimbangkan aspek kehati-hatian, pengendalian risiko, dan menjaga
keberlanjutan fiskal dalam jangka menengah dan panjang.

Penyusunan kebijakan fiskal jangka menengah tentu saja harus mempertimbangkan berbagai
tantangan dan risiko yang mungkin muncul, baik dari sisi global maupun dari sisi domestik.
Dari sisi global, kondisi perekonomian dunia mulai menunjukkan pemulihan. Pada tahun
2018-2020 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan tumbuh antara 3,6-3,7 persen.
Sepanjang periode tersebut, kinerja pertumbuhan ekonomi global juga mendorong
membaiknya pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tumbuh pada kisaran 4,2–4,3
persen. Seiring perbaikan permintaan global dan aktivitas perdagangan, maka harga-harga
komoditas global diperkirakan kembali meningkat dan mendorong inflasi dunia pada kisaran
3,2–3,3 persen.

Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia serta harga komoditas dunia menjadi faktor-
faktor yang memengaruhi kinerja ekonomi domestik. Sementara itu, ketidakpastian kebijakan
moneter di negara-negara maju juga akan mendorong munculnya potensi risiko pada sektor
keuangan global yang pada gilirannya juga berpengaruh pada kinerja sektor keuangan

10
domestik. Outlook indikator perekonomian dunia tahun 2018-2020 dapat dilihat pada Tabel
II.2.3.

Dalam periode 2018-2020, terdapat optimisme terhadap kinerja pertumbuhan ekonomi yang
lebih baik. Membaiknya kondisi perdagangan internasional dan harga komoditas global akan
mendorong kinerja perdagangan internasional dan neraca transaksi berjalan dalam
menciptakan insentif bagi perekonomian nasional. Selain itu program-program perbaikan
infrastruktur, ketahanan pangan, dan pelaksanaan pembangunan sektor maritim akan turut
meningkatkan kapasitas produksi nasional serta mendorong perbaikan peluang usaha di
berbagai daerah. Upaya untuk memperbaiki daya beli masyarakat baik melalui strategi
stabilisasi harga dan program-program jaminan sosial masyarakat akan menjadi faktor
penunjang pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tetap stabil. Dengan memperhatikan
faktor-faktor yang ada, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2018-2020
diperkirakan berkisar 5,4 persen hingga 6,9 persen.

Sementara itu, perbaikan infrastruktur dan peningkatan kapasitas produksi akan menjadi
kebijakan strategis untuk menjaga tersedianya pasokan bahan kebutuhan pokok dan
kelancaran distribusi ke seluruh wilayah nusantara. Pada saat yang sama, kebijakan-kebijakan
Pemerintah lainnya untuk menjaga daya beli masyarakat akan terus menjadi strategi penting.
Hal tersebut antara lain tercermin pada program-program kesejahteraan masyarakat dan
stabilisasi harga bahan pangan. Selain itu, koordinasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor riil
yang semakin baik merupakan modal kuat untuk terciptanya tingkat inflasi yang rendah dan
stabil. Laju inflasi di tahun 2018-2020 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,5 persen
hingga 2,0 persen dengan kecenderungan menurun.

Nilai tukar rupiah selama periode 2018-2020 diperkirakan cukup stabil seiring dengan
terjaganya stabilitas ekonomi, pendalaman pasar keuangan serta perkiraan membaiknya
kinerja sektor riil. Perbaikan fundamental ekonomi nasional melalui percepatan
pembangunan infrastruktur serta pembenahan iklim usaha dan investasi juga diharapkan
dapat mengurangi tekanan pada nilai tukar rupiah. Namun demikian, masih perlu diwaspadai
potensi risiko yang bersumber dari moderasi ekonomi Tiongkok, potensi dampak lanjutan
dari Brexit, dan kondisi sektor keuangan global. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang
ada, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama periode 2018-2020 diperkirakan bergerak
pada kisaran Rp13.200 hingga Rp13.900 per dolar AS.
11
Terjaganya stabilitas ekonomi makro yang didukung kondisi fiskal yang sehat diharapkan
berdampak positif pada kinerja pasar keuangan domestik dan perbaikan tingkat imbal hasil
surat-surat berharga negara. Perbaikan daya dukung pendanaan dalam negeri seiring
programprogram financial deepening dan financial inclusion, disertai terjaganya laju inflasi
domestik pada tingkat yang rendah akan mampu mendukung pengelolaan instrumen surat
berharga negara dengan kisaran imbal hasil yang relatif rendah. Pada periode 2018-2020,
suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berkisar 4,6 persen hingga 5,4 persen.

Pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan tetap mengikuti perkiraan
harga minyak mentah di pasar dunia. Perbaikan permintaan ekonomi dunia akan mendorong
peningkatan permintaan minyak mentah global. Di sisi lain, peningkatan permintaan ini juga
diperkirakan diimbangi dengan peningkatan pasokan minyak mentah dan sumber energi
alternatif lainnya seperti shale gas dan biofuel. Namun demikian, masih perlu diwaspadai
risiko gejolak harga minyak dunia mengingat pergerakannya juga dipengaruhi faktor-faktor
nonfundamental yang sulit diperkirakan seperti perkembangan kondisi geopolitik. Dengan
memperhatikan faktor-faktor tersebut, harga minyak ICP pada tahun 2018-2020 akan
bergerak pada kisaran 35–60 dolar AS per barel.

Selanjutnya, lifting migas dalam jangka menengah diupayakan dapat dioptimalkan, namun
dengan tetap memperhatikan kapasitas yang ada. Hingga saat ini, tantangan produksi migas
terutama disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi sumur-sumur minyak yang semakin
tua. Pemerintah telah menggunakan teknologi baru untuk mendorong lifting migas serta
memperlambat penurunan produksi. Berbagai upaya lain akan terus dilanjutkan seperti
insentif kebijakan untuk mendorong penemuan sumur-sumur baru, serta penyederhanaan
peraturan dan regulasi untuk mendukung percepatan produksi. Untuk tahun 2018–2020,
lifting minyak diperkirakan akan cenderung menurun, sementara lifting gas bumi diharapkan
masih berada di atas 1 juta bsmph. Selama periode tersebut, lifting minyak diperkirakan akan
mencapai kisaran 480 ribu hingga 680 ribu bph dan lifting gas bumi diperkirakan mencapai
kisaran 1,1 juta hingga 1,2 juta bsmph. Asumsi dasar ekonomi makro jangka menengah tahun
2018- 2020 dapat dilihat pada Tabel II.2.4.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perkembangan ekonomi global di tahun 2017 diproyeksikan mengalami perbaikan


dibandingkan tahun 2016 meskipun masih diwarnai ketidakpastian. Permintaan global yang
ditunjukkan oleh kenaikan volume perdagangan dunia dan peningkatan harga komoditas
diperkirakan akan menjadi penopang utama pertumbuhan global di tahun 2017. Kondisi
perekonomian negara maju akan terdorong oleh ekspansi perekonomian Amerika Serikat
namun masih terkendala oleh pelemahan ekonomi kawasan Eropa yang akan menghadapi
dampak dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Meskipun demikian, perbaikan kinerja
negara-negara berkembang diharapkan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi global.

13
Moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok diperkirakan masih akan berlanjut, namun akan
diimbangi oleh pertumbuhan ekonomi India yang meningkat pesat. Inisiasi kerjasama
regional, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), juga akan mulai memberikan dampak positif
bagi aktivitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan ekonomi dunia tahun
2017 diperkirakan menguat menjadi 3,4 persen, dengan perekonomian di negara-negara
berkembang diharapkan tumbuh hingga 4,6 persen. Volume perdagangan dunia yang menjadi
faktor pendorong utama penguatan pertumbuhan diperkirakan tumbuh hingga 3,8 persen di
tahun 2017, meningkat dari 2,3 persen di tahun 2016.

Sementara itu di sisi domestik, konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor
utama perekonomian nasional pada tahun 2017. Selain itu, belanja Pemerintah di bidang
infrastruktur diharapkan mampu meningkatkan daya saing dan penguatan konektivitas
nasional. Upaya tersebut didorong pula oleh dampak kebijakan pengampunan pajak (tax
amnesty) yang diterapkan mulai tahun 2016 yang diperkirakan akan mendorong investasi
di sektor riil melalui repatriasi kepemilikan dana yang ada di luar negeri. Seiring dengan
membaiknya perekonomian global, kinerja perdagangan internasional juga diharapkan
mengalami perbaikan.

Dengan mempertimbangkan perkiraan kondisi perekonomian global tersebut, asumsi dasar


ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan APBN tahun 2017, adalah: (1)
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen; (2) inflasi sebesar 4,0 persen; (3) nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar Rp13.300 per dolar Amerika Serikat; (4) suku
bunga SPN 3 bulan sebesar 5,3 persen per tahun; (5) harga minyak mentah Indonesia
(Indonesia’s Crude Price/ICP) sebesar US$45 per barel; (6) lifting minyak Indonesia sebesar
815 ribu barel per hari; dan (7) lifting gas sebesar 1.150 ribu barel setara minyak per hari.
Penyusunan asumsi dasar ekonomi makro tersebut mengacu pada sasaran-sasaran
pembangunan jangka menengah yang terdapat pada RPJMN 2015—2019, sasaran-sasaran
tahunan dalam RKP tahun 2017, dan perkembangan ekonomi domestik maupun global.

DAFTAR PUSTAKA

Buku II, Nota Keuangan beserta Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun Anggaran
2017, Republik Indonesia

14

Anda mungkin juga menyukai