Bab I-Iii
Bab I-Iii
PENDAHULUAN
menyatakan bahwa
(Trianto, 2009: 1). Dengan kata lain, pendidikan diharapkan dapat mempersiapkan
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid (Sagala, 2012: 61). Djamarah dan Zain (2006: 38) menyatakan bahwa
yang dilakukan selama di sekolah harus ada timbal balik antara guru dengan peserta
1
didik. Peserta didik diharapkan dapat terlibat aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
Ketuntasan Minimal (KKM) IPA kelas VIII SMP NEGERI 3 Palangka Raya adalah
sebesar 75. Berdasarkan hasil nilai rata-rata ulangan harian IPA pada materi cahaya
kelas VIII semester II SMP NEGERI 3 Palangka Raya Tahun Ajaran 2017/2018,
banyak peserta didik yang mendapatkan nilai yang tidak mencapai KKM sehingga
mengakibatkan nilai rata-rata ulangan harian IPA pada materi cahaya kelas VIII SMP
NEGERI 3 Palangka Raya juga rendah dan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Ulangan Harian Materi Cahaya Semester Genap Tahun 2017/2018
VIII
Kelas VIII1 VIII2 VIII3 VIII4 VIII5 VIII6 VIII7 VIII8 VIII9
10
Nilai 71,6 71,2 70,8 73,2 70,3 70,7 70,2 70,5 72,2 70,6
Berdasarkan Tabel 1.1, hasil pembelajaran IPA pada materi cahaya yang
diperoleh peserta didik nilainya dibawah standar KKM. Dijelaskan bahwa guru yang
mengajar di 10 kelas tersebut adalah guru IPA yang berbeda, sehingga hasil belajar
peserta didik berbeda-beda di setiap kelas. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat
dengan metode yang sama di setiap kelas, tetapi tidak semua peserta didik dapat
menguasai materi dengan baik dikarenakan peserta didik cenderung pasif dalam
2
proses pembelajaran. Selain itu, peserta didik tidak melakukan percobaan untuk
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri atas beberapa bidang ilmu yaitu biologi,
kimia dan fisika. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena
fisika secara nyata kepada peserta didik. Mata pelajaran fisika merupakan pelajaran
disukai, karena peserta didik beranggapan pelajaran fisika itu sulit, karena harus
Cahaya merupakan materi fisika yang terdapat dalam pembelajaran IPA kelas
VIII. Materi ini mengandung konsep, prinsip-prinsip, dan aplikasinya yang sering
cahaya dan pembentukan bayangan pada cermin, lensa dan alat optik. Pada materi
cahaya dibutuhkan suatu gambaran yang nyata untuk membantu peserta didik
mengetahui tentang pemantulan cahaya dan pembiasan cahaya sehingga tidak hanya
belajar materi dan rumus tetapi juga akan mengembangkan kemampuan peserta
dan menemukan sendiri agar peserta didik menjadi lebih aktif mengikuti
pembelajaran.
3
Perolehan hasil belajar ditinjau dari keterampilan proses sains diperlukan suatu
Heads Together). Metode pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya yaitu
memotivasi pola interaksi dan untuk membangun pengetahuan peserta didik melalui
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya (Trianto, 2009: 56). Berdasarkan pernyataan tersebut, kita dapat
hal yang sangat penting. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan suatu
keberhasilan kelompok itu sendiri (Majid, 2014). Oleh karena itu, untuk mencapai
tujuan tersebut, antar anggota kelompok tersebut harus saling membantu dalam
mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
4
memudahkan peserta didik berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas.
Keterlibatan peserta didik secara kolaboratif dalam kolompok untuk mencapai tujuan
mengalami dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta peserta didik dapat
menarik suatu kesimpulan dari proses yang dialaminya (Aqib dan Ali, 2016: 57).
Menurut Roestiyah dalam Aqib dan Ali (2016: 56), metode eksperimen
merupakan suatu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan suatu percobaan
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh pendidik.
penelitian yang dianggap paling dipercaya untuk dapat menguji hipotesis hubungan
5
Pembelajaran melalui eksperimen membuat peserta didik menjadi lebih aktif.
yang merupakan tujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah. Dengan
percobaan (eksperimen), peserta didik dilatih untuk merekam semua data fakta yang
diperoleh melalui hasil pengamatan, bukan data opini hasil rekayasa pemikiran
NHT dan metode eksperimen maka pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan
dalam pembelajaran IPA fisika di kelas VIII SMP. Pembelajaran ini diharapkan
dapat menumbuhkan motivasi peserta didik sehingga peserta didik dapat aktif
secara otomatis guru sudah melatih keterampilan proses sains peserta didik. Tujuan
didik dalam belajar sehingga peserta didik secara aktif dapat mengembangkan dan
pendekatan keterampilan proses sains dalam pembelajaran adalah (1) memberi bekal
pengetahuan dan masa depan, (2) pendahuluan proses bersifat kreatif, peserta didik
(Sagala, 2012).
6
Berdasarkan uraian diatas, maka mendorong peneliti untuk melakukan
3. Keterampilan proses sains peserta didik yang masih rendah karena peserta didik
1. Ketuntasan hasil belajar peserta didik yang diukur adalah hasil belajar kognitif.
3. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 3 Palangka Raya
7
1. Bagaimana keterampilan proses sains peserta didik setelah menggunakan model
menggunakan model kooperatif tipe NHT dengan metode eksperimen pada materi
cahaya?
menggunakan model kooperatif tipe NHT dengan metode eksperimen pada materi
cahaya.
2. Bagi Guru
8
b. Sebagai referensi penerapan metode eksperimen pada pembelajaran di
sekolah.
peserta didik.
3. Bagi Mahasiswa
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang sengaja dilakukan peserta didik untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara
sadar, dan perubahan tersebut relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat
yang positif bagi peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungannnya (Hosnan,
2014: 10). Aqib (2013: 66) menyatakan belajar menurut teori behavioristik diartikan
seringnya interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori behavioristik, inti
persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Oleh sebab itu, belajar menurut
teori ini adalah lebih mementingkan proses daripada hasil (Aqib, 2013: 66).
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang
ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan
kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Hosnan, 2014: 7).
Belajar dianggap sebagai suatu kebutuhan bagi peserta didik untuk dapat memenuhi
tujuan belajar yang hasilnya selalu dilihat dari nilai yang diperoleh peserta didik.
Jadi, dapat dikatakan bahwa indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat dilihat
10
2.1.2 Tujuan Belajar
atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil belajar, maka akan muncul tiga
sendiri.
tertentu.
11
Hosnan (2014: 11) menyatakan tujuan belajar ranah afektif berorientasi pada
dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu menjadi pedoman
dalam bertingkah laku. Tujuan belajar ranah afektif kedalam lima kategori yaitu
(Hosnan: 2014).
sesuatu. Hosnan (2014: 12) membagi tujuan belajar ranah psikomotor kedalam lima
terjadi dalam suatu proses melalui latihan dan pengalaman serta diberikan penguatan,
secara bertujuan dan terarah. Menurut Gagne dalam Hosnan (2014: 6), perubahan
perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut ini.
2. Sikap (attitude), yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
12
4. Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang
5. Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
anggotanya terdiri dari 4 sampai dengan 6 orang, dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen (Majid, 2014: 174). Pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar
mengajar yang berpusat pada peserta didik, terutama untuk mengatasi permasalahan
yang ditemukan guru dalam mengaktifkaan peserta didik, yang tidak dapat bekerja
sama dengan orang lain, peserta didik yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
tujuan, diantaranya:
13
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
didik untuk belajar hingga diakhiri dengan langkah memberi penghargaan terhadap
menurut Ibrahim dalam Majid (2014: 179) adalah sebagaimana terdapat pada tabel
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
14
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan memiliki tujuan
dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak peserta didik
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran tersebut. Sebagai
pengganti langkah mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas (Majid, 2014: 192).
Huda (2014: 130) menyatakan bahwa NHT merupakan varian dari diskusi
Slavin dalam Huda (2014: 130), metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini
(2014: 138) lebih lanjut menyatakan NHT memberikan kesempatan belajar kepada
peserta didik unuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, NHT juga dapat meningkatkan semangat kerja sama peserta
didik dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini
memengaruhi pola interaksi peserta didik. Struktur tugas yang dikembangkan oleh
Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti
resitasi, dimana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan peserta didik
15
memberi jawaban setelah mangangkat tangan dan ditunjuk. Struktur yang
dikembangkan oleh Kagen ini menghendaki peserta didik saling membantu dalam
penghargaan individual (Majid, 2014: 192). Struktur ini dikembangkan agar dapat
digunakan guru untuk membawa peningkatan peserta didik dalam memperoleh isi
akademik atau untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap isi tertentu dan
kooperatif tipe NHT membuat peserta didik perlu untuk berkomunikasi satu sama
lain, sehingga keterlibatan peserta didik secara kolaboratif dalam kelompok untuk
peserta didik.
1. Langkah 1: Penomoran
Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok yang beranggota 3-5 orang,
dapat bervariasi. Pertanyaan bisa sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya.
16
3. Langkah 3: Berpikir bersama
4. Langkah 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian peserta didik yang nomornya
kelas.
Aqib (2013: 18) menyatakan NHT atau kepala bernomor diperkenalkan oleh
a. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap
d. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dengan nomor yang dipanggil
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
Pembagian tim hendaknya setiap tim terdiri dari peserta didik dengan
kemampuan yang bervariasi yaitu satu orang berkemampuan rendah. Anak yang
menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik
17
permasalahannya dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang ditunjuk
guru menjawab.
dipelajari. Peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan
mencoba mencari suatu hukum atau dalil serta menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya (Djamarah dan Aswan, 2010: 84). Metode eksperimen sering juga
disebut sebagai metode percobaan dalam belajar. Metode percobaan ini memberi
mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu sehingga peserta didik
Winataputra dalam Aqib dan Ali (2016: 57) menyatakan terdapat beberapa
c. Pendidik membimbing
d. Tempat dikondisikan
18
f. Ada topik yang dieksperimenkan
g. Ada temuan-temuan
Menurut Roestiyah dalam Aqib dan Ali (2016: 56), metode eksperimen
merupakan suatu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan suatu percobaan
kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh pendidik.
penelitian yang dianggap paling dipercaya untuk dapat menguji hipotesis hubungan
IPA dengan meningkatkan sikap ilmiah peserta didik. Sikap ilmiah dapat muncul
membelajarkan peserta didik terlibat secara aktif sebagai upaya meningkatkan sikap
ilmiah peserta didik. Dalam penemuan fakta dan data, metode observasi dari sebuah
eksperimen mempunyai peranan yang sangat penting bagi sikap ilmiah yang
19
terampil menggunakan alat, merangkai percobaan, dan mengambil kesimpulan,
yang merupakan tujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah. Dengan
percobaan (eksperimen), peserta didik dilatih untuk merekam semua data fakta yang
diperoleh melalui hasil pengamatan, bukan data opini hasil rekayasa pemikiran
stimulus), kelompok mana yang menjadi kelompok kontrol (kelompok yang tidak
diberi stimulus), apa stimulus yang diberikan, dan bagaimana cara pengambilan
Aqib dan Ali (2016: 59) menyatakan secara garis besar, langkah yang
c. Mengembangkan hipotesa.
20
2.3.3 Keunggulan Metode Eksperimen
Aqib dan Ali (2016: 60) menyatakan keunggulan metode eksperimen dalam
a. Melalui eksperimen peserta didik dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam,
b. Melatih peserta didik untuk dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi
dirinya dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan.
d. Peserta didik dapat aktif menngambil bagian yang besar, untuk melaksanakan
peserta didik mengamati langsung terhadap suatu proses yang menjadi objek
g. Peserta didik akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan
i. Metode ini melibatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik secara langsung
21
2.3.4 Kelemahan Metode Eksperimen
a. Apabila sarana tidak tersedia atau kurang memadai, proses jalannya eksperimen
b. Metode ini dilaksanakan jika peserta didik belum matang untuk melaksanakan
topik yang menjadi pokok bahasan. Dan ini bertujuan pengajaran tidak tercapai
dengan baik.
e. Bagi pendidik yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin, misalnya
memberatkan.
f. Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika
memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor keselamatan kerja harus
diperhitungkan.
22
2.4 Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses berarti pula sebagai perlakuan yang di terapkan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan daya pikir dan kreasi secara efektif dan efisien
kreativitas peserta didik dalam mengajar sehingga peserta didik secara aktif dapat
Trianto (2009: 148) menyatakan ada enam tujuan dalam melatih keterampilan
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik, karena dalam melatihkan
ini peserta didik dipacu untuk berfatisipasi aktif dan efesien dalam belajar.
kehidupan bermasyarakat.
23
6. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup di dalam
masyarakat, karena peserta didik telah dilatih keterampilan dan berpikir logis
1. Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk
sebagai berikut :
2. Memerlukkan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua
memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap peserta
2.5.1 Cahaya
gelombang dan cahaya dianggap sebagai partikel. Setiap pendapat ini mempunyai
24
gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
tidak memerlukan medium untuk merambat. Cahaya merambat dengan sangat cepat,
yaitu dengan kecepatan 3 × 108 m/s, artinya dalam waktu satu sekon cahaya dapat
menempuh jarak 300.000.000 m atau 300.000 km (Wasis dan Irianto, 2008: 237).
Setiap benda yang memancarkan cahaya disebut sumber cahaya dan setiap
benda yang tidak dapat memancarkan cahaya disebut benda gelap. Benda-benda
a. Benda tembus cahaya, yaitu benda yang dapat meneruskan cahaya yang
bening dan benda baur. Contoh benda bening adalah kaca dan air jernih,
b. Benda tak tembus cahaya, yaitu benda yang tidak dapat meneruskan cahaya
yang diterimanya. Contohnya adalah batu, tanah, kayu, dan besi (Wasis dan
cahaya dapat merambat (Wasis dan Irianto, 2008: 237). Cahaya yang dipancarkan
a. Bayangan umbra, yaitu bayangan yang benar-benar gelap dengan kata lain
b. Bayangan penumbra, yaitu bayangan yang tidak terlalu gelap dengan kata lain
bayangan yang masih mendapatkan cahaya (Wasis dan Irianto, 2008: 238).
25
2.5.2 Pemantulan Cahaya
panjang gelombang tertentu (Wasis dan Irianto, 2008: 239). Benda di sekitar dapat
terlihat karena benda itu memantulkan cahaya. Jelas atau tidaknya benda tergantung
pada banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh benda. Benda tampak hitam karena
benda tidak memantulkan cahaya tetapi menyerap semua spektrum warna, sedangkan
dua jenis pemantulan, yaitu pemantulan baur dan pemantulan teratur seperti pada
Gambar 1. Pemantulan teratur terjadi pada benda dengan permukaan rata sedangkan
pemantulan baur terjadi pada benda dengan permukaan tidak teratur. Berikut contoh
(a) (b)
Gambar 1. Jenis Pemantulan Cahaya (a) Teratur (b) Baur
a) Hukum Pemantulan
berikut.
1. Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar.
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul (Wasis dan Irianto, 2008: 240).
26
b) Pemantulan Cahaya pada Cermin Datar
memantulkan cahaya secara teratur karena permukaannya bersifat rata dan bening.
Sinar datang yang mengenai cermin datar akan dipantulkan. Jika sinar datang tegak
lurus terhadap cermin akan dipantulkan tegak lurus cermin. Pada gambar terlihat
Ketika bercermin, kamu dapat melihat bayangan kamu seolah-olah ada di belakang
cermin (Wasis dan Irianto, 2008: 240). Gambar 2 di bawah ini menunjukan
pemantulan bayangan yang terjadi pada cermin datar (Wasis dan Irianto, 2008: 240).
Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah sebagai berikut.
1) sama besar
2) tegak
3) berkebalikan
27
Jika terdapat dua buah cermin datar yang membentuk sudut α, maka
360°
𝑛= ....................................................................................................(1)
𝛼
yang bentuknya melengkung seperti bagian dalam bola Pada pemantulan cahaya
oleh cermin cekung, jarak antara benda dan cermin memengaruhi bayangan yang
sinar pantul atau merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar pantul. Cermin
cekung bersifat mengumpulkan cahaya (konvergen) (Wasis dan Irianto, 2008: 242).
Pada cermin cekung berlaku hukum pemantulan sinar istimewa, yaitu seperti
(b)
(a)
28
(d)
(c)
(1) Berkas sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik
(2) Berkas sinar datang melalui titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar dengan
(3) Berkas sinar datang melalui pusat kelengkungan (P) akan dipantulkan kembali
(4) Berkas sinar datang yang menuju titik vertek (O) dipantulkan sedemikian
sehingga sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul terhadap sumbu
cekung cukup menggunakan dua buah berkas sinar istimewa di atas. Pembentukkan
(1) Jika benda terletak antara titik fokus dan titik vertek, Sifat bayangan yang
terbentuk adalah tegak, maya, diperbesar, dan terletak sebelum titik vertek.
(2) Jika benda terletak pada titik fokus, maka tidak akan terbentuk bayangan atau
29
(3) Jika benda terletak antara titik fokus dan pusat kelengkungan, maka sifat
bayangan yang terbentuk adalah terbalik, nyata, diperbesar, dan terletak setelah
(4) Jika benda terletak pada titik pusat kelengkungan, maka sifat bayangan yang
terbentuk adalah terbalik, nyata, sama besar, dan terletak pada titik pusat
kelengkungan.
(5) Jika benda terletak setelah titik pusat kelengkungan, maka sifat bayangan yang
terbentuk adalah terbalik, nyata, diperkecil, dan terletak antara titik fokus dan
pusat kelengkungan.
Jika bentuk cermin cekung merupakan bagian dalam dari sebuah bola, maka
bentuk cermin cembung adalah bagian luar bola. Cermin cembung merupakan
kebalikan cermin cekung (Wasis dan Irianto, 2008: 243). Cermin cembung adalah
cermin lengkung yang bagian luarnya dapat memantulkan cahaya. Cermin cembung
karena titik fokus cermin berada di belakang cermin yang merupakan titik potong
perpanjangan sinar-sinar pantul dari berkas sinar datang yang sejajar. Oleh sebab itu,
jarak fokus cermin cembung diberi nilai negatif (Nurachmandani dan Samsulhadi,
2010: 315).
30
Gambar 4. Sinar-sinar Istimewa Pada Cermin Cembung
(1) Berkas sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan seolah-olah
(2) Berkas sinar datang menuju titik fokus (F) akan dipantulkan sejajar dengan
(3) Berkas sinar datang menuju pusat kelengkungan (P) akan dipantulkan kembali
(4) Berkas sinar datang yang menuju ke vertex (o) dipantulkan sedemikian sehingga
sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul terhadap sumbu utama
(Gambar d).
bentuk dengan menggunakan 2 buah berkas sinar istimewa di atas. Sifat bayangan
yang terbentuk selalu tegak, maya, diperkecil, terletak di antara titik O dan titik F
31
Gambar 5. Pembentukkan Bayangan pada Cermin Cembung
Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan, dan fokus secara matematis
Keterangan:
2 1 1
= 𝑠 + 𝑠′ ...............................................................................................(3)
𝑅
Jika ukuran bayangan yang terbentuk lebih besar dari ukuran bendanya, maka
dikatakan bayangan diperbesar. Sebaliknya, jika bayangan yang terbentuk lebih kecil
tinggi bayangan dengan tinggi benda disebut perbesaran bayangan yang dirumuskan
sebagai berikut:
h′ s′
M = | h | = | s |......................................................................................(4)
32
Keterangan:
M = perbesaran bayangan
Pembiasan adalah perubahan arah sinar cahaya (atau jenis gelombang lain)
merupakan salah satu fenomena penting yang paling mendasar untuk menjelaskan
kejadian-kejadian yang terjadi pada lensa dan prisma. Dalam hal ini gelombang
cahaya menjalar melalui dua medium yang mempunyai kerapatan berbeda, dari
Kerapatan optik yang berbeda pada dua medium menyebabkan cepat rambat
cahaya pada kedua medium tersebut berbeda. Perbandingan antara cepat rambat
cahaya pada medium 1 dan medium 2 disebut indeks bias. Jika medium 1 adalah
ruang hampa, maka perbandingan antara cepat rambat cahaya di ruang hampa dan di
sebuah medium disebut indeks bias mutlak medium tersebut dan persamaannya
33
a) Hukum Pembiasan Cahaya
Jalannnya sinar pada peristiwa pembiasan cahaya pada dua medium yang
(a) (b)
Hubungan antara sinar datang dan sinar bias yang kemudian dikenal dengan
1. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
2. Jika sinar datang dari medium lebih rapat menuju medium yang kurang rapat,
3. Jika sinar datang dari medium kurang rapat menuju medium yang lebih rapat,
4. Perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias (r) merupakan suatu
bilangan tetap. Bilangan tetap inilah yang sebenarnya menunjukkan indeks bias.
sin 𝑖
= 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 = 𝑛.....................................................................................(6)
sin 𝑟
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tegahnya tebal sedangkan bagian
tepinya tipis. Lensa cembung disebut juga lensa positif dan dibedakan menjadi tiga,
34
yaitu bikonveks, plankonveks, dan konkaf konveks. Untuk melukiskan bayangan
pada lensa cembung digunakan sinar-sinar istimewa seperti pada Gambar 7 berikut
(1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (Gambar a)
(2) Sinar datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama (Gambar b).
(3) Sinar datang melalui titik pusat optik lensa tidak dibiaskan, tetapi akan
(1) Jika jarak benda lebih besar 2F2, maka diperoleh bayangan yang bersifat nyata,
(2) Jika benda diletakkan di antara 2F2 dan F2, maka diperoleh bayangan yang
35
(3) Jika benda diletakkan di F2, maka di peroleh bayangan yang bersifat maya di tak
hingga.
(4) Jika benda diletakkan di antara F2 dan pusat lensa, maka diperoleh bayangan
(5) Jika benda diltetakkan di 2F2, maka akan diperoleh bayangan yang bersifat nyata,
Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya tipis dan bagian tepinya
tebal. Lensa cekung disebut lensa negatif dan dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu
lensa bikonkaf, plankonkaf, dan konveks konkaf. Fokus lensa cekung diperoleh dari
fokus maya. Dengan demikian, arah fokus lensa cekung diberi nilai negatif. Untuk
36
Sinar-sinar istimewa pada Gambar 8 adalah sebagai berikut ini:
(1) Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus
(Gambar a).
(2) Sinar datang melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama (Gambar b).
(3) Sinar datang melalui titik pusat optik lensa, tidak dibiaskan tetapi diteruskan
(Gambar c).
Dengan menggunakan ketiga sinar istimewa pada lensa cekung di atas dapat
digambarkan pembentukkan bayangan oleh lensa cekung. Oleh karena benda harus
diletakkan di depan lensa, maka bayangan yang terjadi akan selalu sama, yaitu maya,
sama tegak, diperkecil dan bayangan selalu di depan lensa. Berikut gambar
37
f = jarak fokus lensa (cm)
h′ s′
M = | h | = | s |..............................................................................(8)
sinar. Kekuatan lensa (P) berbanding terbalik dengan jarak titik api (f) dan
Cahaya merupakan materi yang cukup penting dalam kurikulum IPA terutama
langsung dalam menemukan masalah pada materi cahaya tersebut. Peserta didik
38
mengalami kesulitan untuk memecahkan dan mencari solusi mengapa sesuatu itu
melibatkan para peserta didik dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model
pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih peserta didik untuk saling
1. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi peserta didik nomor
sehingga setiap peserta didik dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai
2. Mengajukan Pertanyaan
kepada peserta didik. Misalnya “ Bagaimana besarnya sudut sinar datang dengan
3. Berpikir Bersama
bersama dan melakukan percobaan mengunakan LKPD dan alat yang tersedia
39
untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam
pertanyaan. Pada langkah ini peserta didik dibawa dalam kegiatan eksperimen
1. Membuat hipotesis.
permasalahan yang dapat diuji dengan data dalam memudahkan proses ini,
mungkin.
Hipotesis dapat berupa uraian kalimat yang salah maupun yang benar, yang
pertanyaan guru.
2. Menentukan Variabel
3. Mendefinisikan Variabel
4. Menganalisis Data
40
Data hasil eksperimen yang telah dikumpulkan barulah dapat didiskusi
5. Kesimpulan
peserta didik.
Peserta didik akan segera mengetahui bahwa hipotesis pertama (Ho) adalah
memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena pengetahuan
dibangun sendiri oleh peserta didik sendiri baik secara personal maupun sosial.
4. Menjawab
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap peserta didik
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri
41
untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi
jawaban tersebut.
ini adalah optimalisasi partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran ini, interaksi peserta didik dengan peserta didik yang lain lebih besar
dibandingkan interaksi peserta didik dengan guru. Hal ini menyebabkan peserta didik
lebih banyak belajar antara sesama peserta didik daripada belajar dari guru, sehingga
peserta didik yang merasa minder bila harus bertanya menjadi berani bertanya karena
yang dihadapi teman sebayanya. Selain itu, peserta didik setelah melakukan
eksperimen lebih memahami dan mengingat kembali apa yang telah dipelajari karena
pengetahuan dibangun sendiri oleh peserta didik melalui percobaan yang dilakukan.
Dengan demikian, peserta didik akan termotivasi belajar dan menjadi lebih paham
terhadap suatu materi cahaya. Hal ini disebabkan beberapa hal yang mempengaruhi,
yaitu
1. Peserta didik yang berada dalam kelas NHT dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok yang heterogen yang berarti dalam satu kelompok terdapat peserta
didik dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini mengakibatkan
keterlibatan total semua peserta didik dan upaya yang sangat baik untuk
42
kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua peserta didik tentunya akan
3. Dalam model pembelajaran NHT guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu
5. Dalam pembelajaran ini, peserta didik tidak hanya bertindak sebagai pendengar
maupun kelompok lain. Peserta didik yang dipanggil nomornya akan mewakili
Hasil Penelitian yang relevan antara lain dilakukan oleh Edison (2016) yang
dengan Metode Eksperimen pada Pembelajaran IPA Materi Kalor di Kelas VII
Semester I SMPN 8 Palangka Raya”, pada penelitian ini membahas tentang pengaruh
keterampilan proses sains dan hasil belajar kognitif peserta didik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keterampilan proses sains peserta didik kelas VII-1 SMPN-8
43
Palangka Raya setelah mengikuti pembelajaran dengan implementasi model
atau 29,73% dengan kategori sangat baik, 16 orang peserta didik atau 43,24% dengan
kategori baik dan 10 orang peserta didik atau 27,03% dengan kategori yang cukup
baik. Hasil belajar kognitif peserta didik setelah pembelajaran diperoleh 29 orang
peserta didik tuntas dari 37 peserta didik, sedangkan secara klasikal, pembelajaran
diperoleh 78,37% peserta didik tuntas dan TPK kognitif sebanyak 17 (80,95%) TPK
Metode Eksperimen pada Materi Pokok Kalor di Kelas X SMA Tahun Ajaran 2013/
2014”, pada penelitian ini membahas tentang keterampilan proses sains dan hasil
belajar kognitif peserta didik. Hasil dari penelitian ini menunjukan keterampilan
eksperimen secara rata-rata mendapat kategori baik dengan skor rata-rata 14,79 dan
TPK 88,46 %.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Materi Pokok
Usaha dan Energi di Kelas VIII Semester II SMPN 8 Palangka Raya Tahun Ajaran
2013/ 2014”, pada penelitian ini membahas tentang keterampilan kooperatif peserta
didik, respon peserta didik terhadap pembelajaran dan hasil belajar kognitif peserta
didik. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keterampilan kooperatif peserta
didik diambil rata-ratanya terdapat 6 peserta didik (18,18%) dengan kategori sangat
44
baik, 17 peserta didik (51,52%) dengan kategori baik dan 10 peserta didik (30,30%)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian pre-
penelitian yang dilakukan tanpa adanya kelas pembanding dan hanya menggunakan
satu kelas yang akan diberikan perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya
(Sugiyono, 2008: 74). Adapun perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode eksperimen pada
materi cahaya sedangkan hasilnya berupa Keterampilan Proses Sains (KPS) dan Tes
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 3 Palangkaraya
tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri dari 10 (sepuluh) kelas dengan sebaran populasi
46
7. VIII-7 33 orang
8. VIII-8 32 orang
9. VIII-9 33 orang
10. VIII-10 34 orang
Jumlah 328 orang
Sumber: Tata Usaha SMP NEGERI 3 Palangka Raya tahun ajaran 2018/2019
3.3.2 Sampel
Dari keseluruhan kelas yang menjadi populasi penelitian diambil satu kelas
sebagai sampel yang diberi model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan metode
eksperimen. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik pengambilan sampel
random (acak) dengan asumsi bahwa semua populasi homogen. Sampel penelitian
didapatkan dengan cara memasukan seluruh kelas VIII pada SMP NEGERI 3
Palangkaraya ke dalam sistem undian sehingga setelah diundi akan didapat satu
3. Menyusun proposal
47
3.4.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
1. Kelas VIII yang telah terpilih sebagai sampel penelitian diberikan perlakuan
yaitu model kooperatif tipe NHT dengan metode eksperimen pada materi
dilaksanakan penelitian.
2. Setiap setelah seluruh proses pembelajaran pada satu RPP selesai, guru
di depan kelas.
4. Sampel yang terpilih diberikan tes akhir untuk mengetahui ketuntasan hasil
belajar peserta didik terhadap aspek kognitif pada materi cahaya yang telah
eksperimen.
berikut:
1. Menganalisis data hasil tes keterampilan proses sains peserta didik setelah
diberikan pembelajaran.
48
2. Menganalisis jawaban peserta didik pada tes hasil belajar kognitif untuk
Pada tahap ini, Peneliti menarik kesimpulan setelah semua data hasil
diperoleh yaitu untuk mengetahui keterampilan proses sains dan hasil belajar peserta
didik.
data, yaitu:
menganalisis data dan menarik kesimpulan. Tes ini berbentuk tes kinerja dan
selesai yang diisi oleh beberapa orang pengamat. Instrumen ini terdapat pada
peserta didik. Peneliti akan menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar
kognitif dalam bentuk pilihan ganda. Tes hasil belajar kognitif berupa soal
49
materi cahaya. Tes bertujuan untuk mengukur hasil belajar kognitif peserta didik
disampaikan. Tes yang diberikan berupa tes objektif dengan 4 pilihan (a, b, c,
dan d). Setiap item diberi skor 1 jika jawaban benar dan 0 jika jawaban salah.
Instrumen yang digunakan didalam Tes Hasil Belajar (THB) kognitif berupa
tes objektif dengan jumlah 30 soal dengan 4 pilihan jawaban. Adapun kisi-kisi
instrumen THB kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.2 dibawah ini:
50
10. Menyebutkan sifat berkas C1 10 B
cahaya yang dipantulkan
cermin cembung
11. Menyebutkan sifat C1 11 C
bayangan pada cermin
cembung
12. Menentukan C3 12 B
3. Menentukan pembentukan bayangan
pembentukan pada cermin cekung
bayangan pada 13. Menentukan C3 13 C
cermin. pembentukan bayangan
pada cermin cembung
14. Menghitung jumlah C3 14 A
bayangan yang terbentuk
pada dua buah cermin
datar
15. Menghitung jarak fokus C3 15 B
4. Menghitung nilai cermin cekung.
besaran-besaran 16. Menghitung jarak fokus C3 16 D
pada peristiwa cermin cembung.
pemantulan. 17. Menghitung perbesaran C3 17 C
bayangan pada cermin
cekung.
18. Menghitung perbesaran C3 18 B
bayangan pada cermin
cembung.
19. Menjelaskan bunyi C2 19 B
hukum pembiasan cahaya
20. Menjelaskan jalannya C2 20 A
5. Menjelaskan sinar pada peristiwa
pembiasan cahaya pembiasan
21. Menjelaskan letak sudut C2 21 D
bias pada pembiasan
22. Menjelaskan sinar-sinar C2 22 B
istimewa pada lensa
6. Menjelaskan sinar cembung.
sinar istimewa
pada lensa 23. Menjelaskan sinar-sinar C2 23 C
istimewa pada lensa
cekung.
24. Menentukan letak C3 24 A
bayangan pada lensa
cekung
7. Menentukan letak 25. Menentukan letak C3 25 A
bayangan pada bayangan pada lensa
lensa cekung
26. Menentukan letak dan C3 26 C
sifat bayangan pada lensa
cembung
27. Menghitung perbesaran C3 27 A
8. Menghitung nilai
bayangan pada lensa
besaran-besaran
cembung
yang ada pada
28. Menghitung perbesaran C3 28 B
lensa
bayangan pada lensa
51
cekung
29. Menghitung kekuatan C3 29 A
lensa cembung
30. Menghitung kekuatan C3 30 A
lensa cekung
berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga
betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebuah instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Penilaian dilakukan dengan cara
memberi angka antara 1 (sangat tidak relevan) sampai dengan 4 (sangat relevan).
Angka 3 = relevan
Keterangan :
V = Koefisien validitas isi
s = r – lo
n = banyaknya validator
lo = angka penilaian validitas terendah
52
c = angka penilaian validitas tertinggi
r = angka yang diberikan oleh seorang validator
3.6.2 Uji Reliabilitas
yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas tes
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes atau jika seandainya hasilnya
berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Suharsimi, 2013:
100). Reliabilitas instrumen pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus K-R 21
𝑛 𝑀(𝑛−𝑀)
𝑟11 = (𝑛−1) (1 − ) ............................................................................. (2)
𝑛𝑠𝑡 2
Keterangan:
M = Skor rata-rata
sebagai berikut:
53
3.6.3 Taraf Kesukaran
sukar, sedang, atau mudah dalam mengerjakannya. Taraf kesukaran dapat dihitung
Keterangan:
P = Tingkat kesukaran
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai
Besarnya daya pembeda di sebut indeks diskriminasi (D). Daya pembeda dapat
Keterangan:
D = daya pembeda
54
𝑀𝑒𝑎𝑛𝐾𝐵 = rata-rata kelompok bawah
Indeks diskriminasi (daya pembeda) berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Indeks
digunakan jika suatu soal “terbalik” yang menunjukan kualitas tes yaitu anak pandai
Soal yang baik yaitu memiliki daya pembeda yang tinggi, artinya soal
tersebut dapat membedakan antara peserta didik kelompok atas dan peserta didik
kelompok bawah.
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis
mengambil sebuah kesimpulan. Teknik analisis data dapat dirinci sebagai berikut:
keterampilan proses sains individu peserta didik yang dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran pada materi cahaya. Keterampilan proses sains untuk setiap individu
55
Persentase skor setiap peserta didik dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
Keterangan :
proses sains setiap peserta didik tersaji pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6. Kategori Persentase Skor Keterampilan Proses Sains peserta didik
Rentang Persentase Skor (%) Kategori
88 – 100 Sangat Baik
67 – 87 Baik
46 – 66 Cukup Baik
25 – 45 Tidak Baik
Sumber : Dikembangkan dari Sumber model penilaian kelas K13
Analisis data keterampilan proses sains untuk setiap aspek analisis dengan
Keterangan :
56
Kategori yang digunakan untuk mendeskripsikan penilaian dari keterampilan
proses sains setiap peserta didik aspek tersaji pada tabel 3.7 berikut:
67 – 87 Baik
46 – 66 Cukup Baik
25 – 45 Tidak Baik
Sumber : Dikembangkan dari Sumber model penilaian kelas K13
Negeri 3 Palangka Raya adalah ≥ 75. Trianto (2009: 241) menyatakan untuk
𝑇
KB = [𝑇 ] × 100 .............................................................................................. (7)
𝑡
Secara klasikal dikatakan tuntas jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 75%
individu yang tuntas dari jumlah peserta didik yang berada di kelas tersebut.
57
Keterangan:
Suatu TPK dikatakan tuntas apabila persentase peserta didik yang mencapai
TPK ≥ 75% sesuai dengan ketuntasan yang telah ditentukan oleh SMP Negeri 3
Palangka Raya. Purwanto (2012: 102) menyatakan ketuntasan TPK dihitung dengan
58