PROSES PRODUKSI
PEMBUATAN ASAP CAIR DAN KARBON AKTIF
DENGAN PROSES PIROLISIS
DISUSUN OLEH :
Nama / NIM :1. Adela Apriliani Agustin/ 14 644 010
2. Devi Marnilasari / 14 644 047
3. Endang Sri Ulina Sirait / 14 644 059
4. Dwi Rizkianto / 14 644 062
Kelas : VII B / S1 Terapan
Kelompok : VI ( Enam )
Dosen Pembimbing : Marinda Rahim, S.T., M.T
Mengetahui
Dosen Pembimbing
1.2.4 Zeolit
Zeolit merupakan adsorbent yang unik, karena memiliki ukuran pori yang
sangat kecil dan seragam jika dibandingkan dengan adsorbent yang lain seperti karbon
aktif dan silika gel, sehingga zeolite hanya mampu menyerap molekul-molekul yang
berdiameter sama atau lebih kecil dari diameter celah rongga, sedangkan molekul yang
diameternya lebih besar dari pori zeolit akan tertahan dan hanya melintasi antar
partikel. Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul
air yang berada disekitar kation. Bila zeolite dipanaskan maka air tersebut akan keluar.
Zeolite yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan
(Khairinal 2002 dalam Rosita dkk).
Karbon aktif dikenal sebagai bahan yang menjanjikan dengan aplikasi luas
sebagai adsorben, katalis atau pengemban katalis karena permukaan yang baik dan
karakteristik tekstur yang dapat dengan mudah dikontrol oleh produser persiapan dan
pengguna precursor (F. Rodriguez-Reinoso 1998 dalam Jamilatun dkk 2015).
Arang aktif dapat dibuat melalui dua tahap, yaitu tahap karbonisasi dan aktivasi
(Kvech dan Tull, 1988 dalam Budiono, 2010). Karbonisasi merupakan suatu proses
pengarangan dalam ruang tanpa adanya oksigen dan bahan kimia lainnya, sedangkan
aktivasi adalah perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori
dengan cara memecah ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul permukaan
sehingga arang mengalami perubahan sifat baik fisika atau kimia (Triyana dan Tuti,
2003 dalam Budiono, 2010). Kualitas arang aktif dinilai berdasarkan persyaratan
Standar Industri Indonesia sebagai berikut :
Jenis Persyaratan
Bagian yang hilang pada pemanasan
Maksimum 15 %
950 °C
Kadar Air Maksimum 10 %
Kadar Abu Maksimum 2,5 %
Bagian yang tidak mengarang Tidak nyata
Daya serap terhadap I2 Minimum 20 %
Sumber : Anonim 1979 dalam Jamilatun dkk, 2015
Kadar air berpengaruh besar dalam proses pengarangan dan sifat arang
terutama pengaruhnya terhadap nilai kalor arang yang dihasilkan. Semakin tinggi
kadar air aranag maka akan mengakibatkan nilai kalornya akan semakin rendah. Arang
yang memiliki kualitas yang baik yaitu arang dengan nilai kalor atau panas pembakaran
tinggi, sehingga tidak mengeluarkan asap pada saat pembakaran ( Winarni dkk 2003
dalam Fauziah, 2009).
Kadar abu merupakan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur
karbon dan nilai kalor lagi. Nilai kadar abu menunjukkan jumlah sisa dari akhir proses
pembakaran berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses pembakaran
(Fauziah, 2009).
Daya adsorbsi karbon aktif terhadap iod memiliki korelasi dengan luas
permukaan dari karbon aktif. Semakin besar angka iod maka semakin besar
kemampuannya dalam mengadsorbsi adsorbant atau zat terlarut. Penambahan larutan
iod berfungsi sebagai adsorbant yang akan diserap oleh karbon aktif sebagai
adsorbennya. Terserapnya larutan iod ditunjukkan dengan adanya pengurangan
konsentrasi larutan iod. Pengukuran konsentrasi iod sisa dapat dilakukan dengan
menitrasi larutan iod dengan natrium tiosulfat 0,1 N dan indikator yang digunakan
yaitu amilum. Peningkatan bilangan iod terjadi sebagai akibat semakin banyaknya
pengotor yang terlepas dari permukaan karbon aktit (Laos dkk, 2016).
1.2.6 Aktivasi
Proses aktifasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping bahan baku
yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktifasi adalah suatu perlakuan terhadap
arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan
hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang
mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambahn besar dan berpengaruh terhadap daya adsorbsi (Jamilatun dkk, 2015).
Pengaktifan karbon dari hasil pengarangan dilakukan dengan dua acara yaitu :
a. Aktivasi Thermal
Aktivasi thermal adalah proses aktivasi yang melibatkan adanya gas
pengoksidasai seperti udara pada temperature rendah, uap, CO2, atau aliran gas
pada temperature tinggi.
b. Aktivasi Kimia
Aktivasi kimia merupakan suatu proses aktivasi yang menggunakan bahan-
bahan kimia yang telah ada dalam karbon ataupun sengaja ditambahkan untuk
mengurai material selulosa secara kimia. Beberapa bahan kimia yang paling
umum digunakan sebagai activator yaitu : CaCl2, MnCl2, ZnCl2, Ca(OH)2,
H2SO4, H3PO4, NaOH dan lain-lain (Surest dkk, 2008).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat yang digunakan
- Satu set peralatan pirolisis - Cawan crucible
- Satu set peralatan destilasi - Cawan petridish
- Erlenmeyer 250 dan 1000 m - Statif dan klem
- Gelas kimia 50, 100 dan 500 ml - Lumpang dan alu
- Labu ukur 100 dan 500 ml - Aluminium foil
- Pipet volume 5, 10, 25 dan 50 - Piknometer
ml - Pisau
- Disk Mill Crusher Model FFC- - Kaca arloji
15-1 - Desikator
- Ro-Tap Sieve Shaker ME-185S - Spatula
- Oven - Magnetic stirer
- Furnace Thermolyne 48000 - Hot plate
Model F48010 - Neraca digital
- Screening 7/16 in, nomor 8, 9, - Corong
10, 18 dan 20 - Buret 50 ml
- Termometer
- Stopwatch
- Gegep
- Botol semprot
- Bulp
- Batu didih
- Palu
2.1.2 Bahan yang digunakan
- Tempurung kelapa - Larutan HCl 4
- Zeolite - Padatan Kalium Dikromat
- Kertas saring whatman No. 42 (K2Cr7O7)
- Aquadest - 3 buah Es batu
- Indikator universal - Alumunium Foil
- Indikator P - Larutan I2 0,1 N
- Larutan NaOH 0,1 N - Indikator kanji
- Larutan KI 20 % - Larutan Natrium
- H3PO4 85 % - Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N
Keterangan:
m1 = massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3 = massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
Keterangan:
m1 = massa cawan kosong (sebelum pemanasan) (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3 = massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
m4 = massa cawan kosong (setelah pemanasan) (gram)
Keterangan:
m1 = massa cawan kosong (gram)
m2 = massa cawan + sampel (sebelum pemanasan) (gram)
m3 = massa cawan + sampel (setelah pemanasan) (gram)
Keterangan :
b = volume titran blanko (ml)
a = volume titran untuk contoh (ml)
BAB III
+5 0
-5 + 8 1204,32
-8 + 9 152,89
-9 + 10 93,03
Total 1450,24
Variabel Nilai
602 +597
Taktual (oC) = 599,5
2
pH sebelum pemurnian 2
pH setelah disaring 2
Temperatur tetes pertama destilasi 96,7 oC
38 menit setelah
Waktu saat tetes pertama destalasi pemanasan
pH setelah destilasi 2
Tabel 3.5 Data Pengamatan Analisa Kadar Asam Asetat pada Asap Cair
Parameter Nilai
I = 51,50
Volume NaOH 0,1 N yang digunakan untuk titrasi (ml) II = 32,95
+5 0 0 4 64 33,4720 0
3.3 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengoperasikan alat pirolisis, membuat asap
cair grade 2 dan karbon aktif dengan proses pirolisis serta menganalisis kualitas
karbon aktif. Pada praktikum ini menggunakan bahan baku tempurung kelapa
sebanyak 1000,70 gram untuk dipirolisis dengan temperatur operasi sebesar 600℃
selama kurang lebih 3 jam. Dari proses pirolisis menghasilkan asap cair sebanyak
479,48 gram dengan rendemen asap cair sebesar 47,9145% dan residu sebanyak
327,42 gram dengan rendemen arang aktif sebesar 32,7191% serta total massa yang
hilang sebanyak 193,80 gram. Massa bahan baku yang hilang dikarenakan adanya
sebagian massa yang menghilang ke lingkungan dalam bentuk gas berupa asap.
Hilangnya sebagian massa tersebut kemungkinan dikarenakan terdapat kebocoran
pada beberapa sambungan alat pirolisis.
Asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis memiliki warna coklat gelap
dengan pH 2, warna coklat gelap tersebut disebabkan karena adanya senyawa tar
yang masih terkandung dalam produk asap cair. Setelah asap cair di destilasi, warna
asap cair menjadi kuning keruh perubahan warna tersebut mengindikasikan bahwa
senyawa tar yang terdapat pada produk asap cair telah terpisahkan. Setelah proses
perendaman dengan zeolit, terjadi perubahan warna menjadi kuning bening dengan
pH menjadi 3 dan berat jenis 1,0231. pH asam pada asap cair disebabkan oleh
senyawa asam yang terkandung dalam asap cair antara lain asam asetat, propionat,
butirat, dan valerat. Saat perendaman menggunakan zeolit, terjadi proses adsorbsi
sebagian senyawa yang bersifat karsinogen seperti benzopyrene serta tar yang masih
terdapat pada asap cair. Berdasarkan tabel 3.13 produk asap cair setelah proses
pemunrnian yang dihasilkan pada praktikum ini telah memenuhi standar kualitas
Jepang dengan nilai pH 3; berat jenis 1,0231; warna kuning bening; transparan atau
tidak keruh; tidak ada bahan terapung pada asap cair dan kadar keasaman sebesar
12,3651 %.
Kualitas karbon aktif yang dihasilkan pada praktikum kali ini dapat dilihat
pada Tabel 3.14 pada parameter kadar air dan kadar abu telah memenuhi standar
namun pada parameter bagian yang hilang saat pemanasan 950 oC (volatile matter)
dan daya serap terhadap larutan I2 belum memenuhi standar yaitu volatile matter
sebesar 23,38 % dan daya serap terhadap I2 sebesar 1,08 %. Nilai volatile matter
ditentukan oleh waktu dan temperatur pengarangan (Rahim dan Indriyani, 2010;
Hendra dan Darmawan, 2000). Jika waktu proses pirolisis berlangsung lama dan
temperaturnya ditingkatkan maka semakin banyak zat terbang yang terbuang,
sehingga akan diperoleh kadar zat terbang yang semakin rendah. Proses pirolisis
yang berlangsung selama 3 jam dengan temperatur 600 oC dan adanya pembakaran
yang tidak sempurna pada tempurung kelapa dalam dasar selongsong
memungkinkan masih terdapat zat volatile yang tertangkap dalam karbon. Nilai
daya serap terhadap larutan I2 ditentukan oleh temperatur dan waktu aktivasi.
Menurut Wang, dkk (2010) semakin tinggi temperatur dan waktu aktivasi maka
semakin tinggi bilangan iodin karena makin banyak permukaan karbon yang
teraktivasi. Namun pada praktikum kali ini waktu yang digunakan pada aktivasi
kimia berupa perendaman menggunakan bahan kimia relatif singkat yaitu 2 jam. Hal
tersebut menyebabkan kurang maksimalnya bahan kimia dalam mengaktivasi
permukaan arang, selain itu tidak dilakukan aktivasi secara fisika berupa pemanasan
dengan temperatur yang cukup tinggi. Pemanasan dengan temperatur tinggi akan
menyebabkan terbentuknya pori yang baru sehingga luas dan jumlah pori yang
terdapat pada arang semakin bertambah. Semakin bertambahnya ukuran dan jumlah
pori yang dihasilkan akan menyebabkan kenaikan daya serap arang aktif sehingga
dapat menghasilkan daya serap iod yang maksimal.
Daya adsorbansi karbon aktif terhadap iod memiliki korelasi dengan luas
permukaan dari karbon aktif. Peningkatan bilangan iod terjadi sebagai akibat
semakin banyaknya pengotor yang terlepas dari permukaan karbon aktif. (jamilatun
dkk,2015). Namun pada praktikum ini bilangan iod tidak sesuai dengan standar SII
dan mengalami penurunan disebabkan karena permukaan pori-pori dari karbon aktif
sudah terkontaminasi dengan pengotor-pengotor lain. Sehingga menyebabkan
semakin sempit permukaan karbon aktif yang akan menurukan daya adsorbansi dari
karbon aktif. Sedangkan volatile matter juga tidak sesuai `dikarenakan karbon yang
telah diaktivasi menggunakan H3PO4 dan kemudian dicuci menggunakan aquadest
hingga pHnya netral, hal ini dapat menyebabkan pori-pori dari karbon aktif yang
telah diaktivasi dapat dengan mudah meyerap mineral yang masih terkandung dalam
aquadest dan membuat volatile matter meningkat ketika dianalisa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pada pratikum proses pirolisis didapatkan rendamen asap cair
sebesar 47,9145 % ; rendamen karbon aktif sebesar 32,7191 % dan
bagian yang hilang sebesar 19,3664%
2. Kualitas asap cair sudah memenuhi standar Jepang dengan nilai pH
3 ; warna kuning bening; transparan atau tidak keruh ; tidak ada
bahan terapung pada asap cair dan kadar keasaman sebesar
12,3651%
3. Kualitas karbon aktif belum memenuhi standar SII pada parameter
volatile matter yaitu 21,0887% dan daya serap terhadap larutan I2
yaitu 1,3981%. Kadar air dan kadar abu telah memenuhi standar SII
dengan nilai berturut - turut sebesar 2,2092% dan 0,2798%.
4.2 Saran
1. Masukkan padatan ke dalam selongsong pada alat pirolisis seperti
serabut sebelum memasukan bahan baku agar terjadi pembakaran
sempurna pada bahan baku.
2. Perhatikan setiap sambungan pada alat pirolisis agar tidak ada
produk asap cair yang hilang ke lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Al-Rasyid, Harun. 2010. Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa Sebagai Bahan
Pengawet Ikan Teri (Stoephorus commersonii, L,a,). Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Alpian, dkk. 2013. Kualitas Asap Cair Batang Gelam (Melaleuca sp.). Jurnal Penelitian
Hasil Hutan. Volume 32 Nomor 2.
Anonim. 1979. Standar Kualitas Arang Aktif Menurut SII. 0258-79. Departemen
Perindustrian. Jakarta.
Chen B.H dan Lin Y.S. 1997. Formation of Policyclic Aromatic Hydrocarbons during
Processing of Duck Meat. J Agric Food Chem 45 : 1394-1403.
Darmadji.P. 1996. Antibakteri Asap Cair dari Limbah Pertanian. Jurnal Agritech a6(4)
19-22.
Djatmiko, B., S. Kateren dan Setyakartini. 1985. Arang: Pengolahan dan Kegunaannya.
Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB,
Bogor.
Fauziah, N. 2009. Pembuatan Arang Aktif Secara Langsung dari Kulit Acacia Mangium
Wild dengan Aktivasi Fisika dan Aplikasinya Sebagai Absorben. Skripsi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Girrard, J.P. 1992. Technology of Meat and Meat Products. Ellis Horwood. New York.
Jamilatun, dkk. 2015. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dengan Aktivasi
Sebelum dan Sesudah Pirolisis. Jurnal. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Kasim, Fitriani dkk. 2015. Daur Ulang Limbah Hasil Industri Gula (Ampas
Tebu/Bagasse) dengan Proses Karbonisasi Sebagai Arang Aktif. Jawa Timur: Staf
Pengajar Teknik Lingkungan UPN “Veteran”
Karseno,P.Darmadji dan K. Rahayu. 2002. Daya Hambat Asap Cair Kayu Karet
Terhadap Bakteri Pengkontaminasi Lateks dan Ribbed Smoke Sheet. Jurnal
Agritech. 21 (1) : 10-15.
Pszczola.D.C. 1995. Tour Higlights Production and Uses if Smoke Base Flavors-Food
Tech (49): 70-74.
Putri, Rahmi Eka dan Diana. 2015. Karakteristik Asap Cair dari Tempurung Kelapa
Sebagai Pengganti Pengasapan Tradisional pada Ikan Bilih (Mystacoleuseus
padangensis). Jurnal Penelitian Agrica Ekstensia Volume 9 Nomor 2.
Siskos I, dkk. 2007. The Effect of Liquid Smoking of Fillets of Trout (Salmo gairdnerii)
on Sensory, microbiological and chemical changes during chilled storage. Food
Chem 101: 458-464.
Surest, dkk. 2008. Pengaruh Suhu, Konsentrasi Zat Aktivator dan Waktu Aktivasi
Terhadap Daya Serap Karbon Aktif dari Tempurung Kemiri. Jurnal Teknik Kimia,
Nomor 2, Volume 15.
Wijaya, M., dkk. 2008. Perubahan Suhu Pirolisis Terhadap Struktur Kimia Asap Cair
dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus. Jurnal Hasil Hutan . 1(2): 73-77.
PERHITUNGAN
π
c= = 0,532
6
3
∑ Xi
Dv = c∙
√ Xi
∑
c ∙ Di 3
3 1
= √0,532 ∙
0,0883
= 1,8093 mm
Tempurung Kelapa
Pirolisis Asap Cair
Arang
Massa bahan baku = massa produk asap cair + massa residu + massa yang hilang
1000,70 g = 479,48 g + 327,42 g + massa yang hilang
Massa yang hilang = (1000,10 – 388,58 – 422,07) g
= 193,80 g
= 10
ρ asap cair = 1,019 g/ml
Volume asap cair = 25 ml
g
Massa sampel asap cair = 1,019 × 25 ml
ml
= 25,4750 g
= 25475 mg
volume NaOH × N NaOH × BM asam asetat × fp
Kadar asam (%) = × 100 %
massa sampel (mg)
52,50 × 0,1 × 60 × 10
= × 100 %
25475
= 12,3651 %
V1 ∙ %1 = V2 ∙ %2
V2 ∙ %2
V1 =
%1
500 ml ∙ 10
=
85
= 58,82 ml
m2 − m3
% kadar air II = × 100 %
m2 − m1
79,2659 − 79,2420
= × 100 %
79,2659 − 78,2642
= 2,2982 %
kadar air I + kadar air II
Rata − rata =
2
2,1202 % + 2,29826 %
=
2
= 2,2092 %
m3 − m4
% kadar abu II = × 100 %
m2 − m1
22,3536 − 22,3530
= × 100 %
23,3464 − 22,3447
= 0,0599 %
V2 × N2
N1 =
V1
25 × 0,1
=
24,95
= 0,1002 N
n. Konsentrasi Larutan I2 Sebenarnya
Volume Natrium Tiosulfat = 25 ml
N Natrium Tiosulfat = 0,1002 N
Volume I2 yang digunakan untuk titrasi = 26,65 ml
volume tio (ml) × N tio
N Iod =
volume Iod
25 × 0,1002
=
25,65
= 0,0977 N
(b − a) × N tio × BE Iod
Daya serap Iod = × 100 %
massa sampel (mg)
(4,3 − 3,4) × 0,1002 × 126,9
= × 100 %
1000,7
= 1,1436 %
= 1,3981 %