Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No.

1 (2016)

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE PADA MATERI SUMBER DAYA


ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SDN I
DEPOK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON

Silvia Fitriyani1, Ali Sudin2, Atep Sujana3

1,2,3Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang
1Email: fitriyanisilvia436@yahoo.com
2Email: alisudin03@gmail.com
3Email: atepsujana261272@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini berdasarkan observasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sumber daya alam di kelas IVA SDN 1 Depok dengan menerapkan model learning
cycle. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA yang terdiri dari 25
siswa. Bentuk penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan
dalam tiga siklus. Berdasarkan data yang diperoleh dari kinerja guru pada siklus I adalah
76,34%, siklus II 94,62%, dan siklus III menjadi 100%. Untuk aktivitas siswa yang meliputi
aspek percaya diri, keaktifan dan kerjasama pada siklus I adalah 67,5%, siklus II 84,4%, dan
siklus III menjadi 87,5%. Sedangkan hasil ketuntasan siswa selama proses pembelajaran di
data awal hanya 20%, siklus I menjadi 40%, siklus II 84%, dan siklus III yaitu 96%. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model learning cycle pada materi sumber daya
alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IVA SDN 1 Depok.
Kata kunci: Model Learning Cycle, pembelajaran IPA

PENDAHULUAN Selanjutnya, menurut Mudyaharjo (dalam


Pendidikan merupakan salahsatu upaya yang Sagala, 2005, hlm. 3) “Pendidikan adalah
dapat dilakukan oleh manusia untuk segala pengalaman yang berlangsung dalam
meningkatkan kualitas hidupnya. Setiap segala lingkungan dan sepanjang hidup serta
manusia membutuhkan pendidikan untuk pendidikan dapat diartikan sebagai
mengembangkan potensi dirinya yang pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
diperlukan untuk hidup bermasyarakat, sebagai lembaga pendidikan formal”.
berbangsa dan bernegara. Pendidikan
merupakan proses pendewasaan peserta Pendidikan dapat berlangsung dalam
didik. Pengertian ini sejalan dengan pendapat lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
dari Sagala (2005, hlm. 3) “pendidikan maupun lingkungan sekolah. Pendidikan
merupakan proses mengubah tingkah laku keluarga disebut juga dengan pendidikan
peserta didik agar menjadi manusia dewasa informal yang merupakan pendidikan dasar
yang mampu hidup mandiri dan sebagai dan utama bagi seorang anak. Selain
anggota masyarakat dalam lingkungan alam pendidikan yang berlangsung dalam
sekitar dimana individu itu berada”. lingkungan keluarga, pendidikan juga dapat

511
Silvia Fitriyani, Ali Sudin, Atep Sujana

berlangsung di lingkungan masyarakat yang peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya


biasa disebut dengan pendidikan non formal. yang dikembangkan oleh para akhli
Pendidikan formal merupakan jalur berdasarkan proses ilmiah”. Dari penjelasan
pendidikan yang berjenjang dan terstuktur. di atas dapat diartikan bahwa IPA
merupakan salahsatu ilmu pengetahuan yang
Proses pendidikan di sekolah tidak terlepas mempelajari tentang alam semesta beserta
dari peranan seorang guru. Guru merupakan isinya yang didasari oleh fakta-fakta hasil
penentu keberhasilan proses pembelajaran observasi maupun eksperimen.
peserta didik oleh karena itu, guru harus
mampu memberikan contoh dan panutan Dalam proses pembelajaran IPA di SD terjadi
yang baik bagi peserta didik. Menurut komunikasi antara guru dengan siswa dalam
Karwati (2014, hlm. 62) “guru dapat diartikan menyampaikan materi pelajaran. Terdapat
sebagai seorang yang tugasnya terkait tiga komponen penting dalam komunikasi,
dengan upaya mencerdaskan kehidupan yaitu orang yang menyampaikan pesan,
bangsa dalam semua aspeknya, melalui orang yang menerima pesan dan isi dari
pengoptimalan berbagai potensi yang dimiliki pesan yang disampaikan. Pada proses
oleh peserta didik”. Guru merupakan pembelajaran, pemberi pesan adalah guru,
panutan bagi peserta didik sehingga guru penerima pesan adalah siswa, sedangkan isi
harus mempunyai standar kualitas yang baik dari pesan adalah materi pembelajaran.
sebagai panutan bagi peserta didik. Dalam
proses pembelajaran guru harus mampu Pesan yang disampaikan guru dalam proses
memberikan pembelajaran yang dapat pembelajaran tidak semuanya mudah
menarik perhatian siswa dan mengaktifkan diterima dan dirasakan menarik oleh siswa.
siswa khususnya pada pembelajaran Ilmu Untuk itu, guru harus mampu menggunakan
Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar model pembelajaran yang sesuai dengan
(SD). IPA merupakan salah satu ilmu karakteristik materi tersebut. Pentingnya
pengetahuan yang diajarkan mulai dari siswa model pembelajaran diterapkan agar dapat
SD sampai perguruan tinggi (PT). Karakteristik memberikan kesempatan kepada siswa
mata pelajaran IPA berbeda dengan untuk aktif pada proses pembelajaran,
karakteristik mata pelajaran yang lainnya, memudahkan siswa dalam memahami
oleh karena itu dalam pembelajarannya pun materi, juga mendorong motivasi siswa untuk
harus berbeda dengan pembelajaran mata belajar. Model pembelajaran merupakan
pelajaran yang lainnya. suatu rencana proses pembelajaran yang
akan berlangsung di dalam kelas untuk
Pengertian lain tentang IPA tertuang dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
Permendiknas No. 22 tahun 2006 disebutkan dirancang. Menurut Sagala (dalam Sujana,
bahwa “IPA merupakan ilmu pengetahuan 2014, hlm. 130) “model pembelajaran
yang berkaitan dengan cara mencari tahu merupakan kerangka konseptual yang
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA melukiskan prosedur sistematis dalam
bukan hanya penguasaan kumpulan mengorganisasikan pengalaman peserta didik
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
tetapi juga merupakan suatu proses pembelajaran dan guru dalam merencanakan
penemuan”. Selanjutnya Sujana (2014, hlm. dan melaksanakan aktivitas mengajar”.
82) mengemukakan bahwa “IPA merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari Selanjutnya menurut Joyce dan Weil (dalam
mengenai alam semesta beserta isinya, serta Sagala, 2005, hlm. 176) “model pembelajaran

512
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

merupakan deskripsi dari lingkungan belajar pelajaran IPA hanya memberikan informasi-
yang menggambarkan perencanaan informasi langsung berupa fakta, konsep,
kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit teori dalam bentuk yang sudah jadi kepada
pembelajaran, perlengkapan belajar, buku- siswa. Tanpa memberikan kesempatan
buku pelajaran, program multi media, serta kepada siswa untuk mencoba, mencari dan
program belajar melalui bantuan komputer.” membangun pemahamannya sendiri
mengenai pengetahuan yang didapatnya.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa Berdasarkan data awal yang telah
model pembelajaran merupakan suatu dikumpulkan pada tanggal 14 November
desain pembelajaran yang direncanakan 2015 ditemukan masalah-masalah pada
untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kinerja guru dan aktivitas siswa yang tidak
berfungsi sebagai pedoman guru dalam mendukung berhasilnya proses pembelajaran
melaksanakan pembelajaran. Oleh karena IPA materi sumber daya alam. Berikut ini
itu, dapat disimpulkan bahwa model adalah kajian empiris dalam kegiatan
pembelajaran dapat berpengaruh terhadap pembelajaran IPA materi sumber daya alam.
kemampuan siswa serta tercapainya tujuan
dalam pembelajaran khususnya Kinerja Guru
pembelajaran IPA. Dalam kegiatan awal kurangnya pemberian
motivasi kepada siswa. Guru langsung saja
Pembelajaran IPA di SD hendaknya dilakukan membuka pelajaran dan menyampaikan
melalui kegiatan penyelidikan karena IPA judul materi yang akan dipelajari. Guru
bukanlah ilmu pengetahuan yang diperoleh menjelaskan berdasarkan materi yang ada di
berdasarkan khayalan. Pembelajaran IPA di sumber belajar lalu menuliskannya di papan
SD hendaknya memberikan pengalaman tulis. Siswa hanya duduk, mencatat materi
langsung bagi siswa sehingga tidak terjadi yang guru tuliskan di papan tulis dan
kesalahan dalam memahami materi. Hal ini mendengarkan penjelasan guru yang
sejalan dengan yang dikemukakan oleh didominasi dengan metode ceramah selama
Sujana (2014, hlm. 106) mengemukakan proses pelajaran.
bahwa “pembelajaran IPA bagi siswa sekolah
dasar hendaknya dapat memberikan Saat pembelajaran berlangsung siswa tidak
pengalaman langsung untuk fokus pada penjelasan guru. Terlihat dari ada
mengembangkan kemampuan yang beberapa siswa yang mengobrol, menganggu
dimiliknya, sehingga dapat menjelajahi serta teman lainnya, acuh tak acuh terhadap
memahami alam semesta secara utuh.” pembelajaran, tidak meu diam dan
Pembelajaran IPA di sekolah dasar bergerombol dalam mengerjakan tugas. Guru
hendaknya terkait erat dengan kehidupan juga tidak memberikan kesempatan bertanya
nyata siswa, dan menjadikan tempat tinggal kepada siswa untuk mengembangkan potensi
atau lingkungan siswa dan lingkungan berpikirnya. Selain itu, tidak adanya kegiatan
sekolah sebagai salah satu sumber belajar. pembelajaran yang membuat siswa aktif
Pembelajaran IPA seyogyanya dapat memicu sehingga siswa hanya diam dan
aktivitas siswa sehingga siswa tidak pasif mendengarkan saja. Guru hanya sekali-kali
dalam proses belajar, tidak malas-malasan melakukan tanya jawab dengan siswa.
dalam belajar dan kelas menjadi kondusif. Namun, hanya beberapa orang siswa saja
yang aktif menjawab dan tidak ada yang
Namun fakta yang terjadi di lapangan pada bertanya. Di akhir pembelajaran juga guru
pembelajaran IPA kelas IVA SDN 1 Depok tidak menyimpulkan materi yang sudah
tidak demikian. Guru dalam mengajar mata dipelajari. Dengan keadaan seperti itu proses

513
Silvia Fitriyani, Ali Sudin, Atep Sujana

pembelajaran IPA di kelas IVA SDN 1 Depok Model learning cycle ini merupakan suatu
menunjukkan belum dilakukan secara rancangan pembelajaran yang terdiri dari
maksimal karena dalam prosesnya belum fase-fase atau tahapan-tahapan yang
bisa mengaktifkan, memusatkan, melibatkan, diorganisasikan dan menekankan pentingnya
dan merangsang siswa dalam menumbuhkan siswa membangun sendiri pengetahuan
minat belajar. Situasi belajar seperti di atas mereka lewat keterlibatan proses belajar
membuat siswa di dalam pembelajaran IPA mengajar. Menurut Wena (2011, hlm. 170)
kurang bisa mengeksplor kemampuan yang “pembelajaran siklus (learning cycle)
dimilikinya. merupakan salahsatu model pembelajaran
dengan pendekatan kontruktivisme.”
Aktivitas Siswa Sehingga proses belajar mengajar lebih
Guru yang hanya menggunakan metode berpusat pada siswa dari pada berpusat pada
ceramah saja membuat siswa hanya duduk guru. Model learning cycle pada mulanya
dan mendengarkan. Pembelajaran seperti itu terdiri atas tiga tahap (Samawatowa, U.,
terkesan membosankan bagi siswa. Terbukti 2006, hlm. 68), yaitu tahap eksplorasi, tahap
dari adanya siswa yang mengobrol dengan pengenalan konsep, dan penerapan konsep.
temannya, acuh tak acuh terhadap Selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut
pembelajaran, siswa tidak mau diam dan mengalami pengembangan. Tiga siklus
bergerombol dalam mengerjakan tugas. tersebut dikembangkan menjadi lima tahap
Dengan begitu akan memberikan kesan yang (Lorsbach dalam Wena, 2011, hlm.171), yaitu
buruk kepada siswa karena belajar IPA dapat tahap pembangkit minat, tahap eksplorasi,
terasa monoton, membosankan dan tidak tahap penjelasan, tahap elaborasi dan tahap
menyenangkan. Kurangnya motivasi belajar evaluasi. Lima siklus ini dikembangkan lagi
juga berdampak kepada hasil belajar yang oleh Eisentkraft (dalam Susanti, 2012)
diperoleh siswa rendah. menjadi tujuh tahap, yaitu tahap elicite
(memunculkan pemahaman awal siswa),
Hasil yang diperoleh dari 25 siswa yang diikut tahap melibatkan siswa (engagement), tahap
sertakan dalam penelitian pada materi eksplorasi (exploration), tahap penjelasan
Sumber Daya Alam yang memperoleh hasil (explanation), tahap elaborasi (elaboration),
belajar tuntas hanya 5 siswa saja dengan tahap evaluasi (evaluation) dan tahap extend
pencapaian KKM yang telah ditentukan yaitu (mempeluas).
73, jika dipresentasikan maka hanya 20% saja
siswa yang tuntas dan 20 siswa jika Model learning cycle ini mempunyai tujuan
dipesentasikan 80% siswa yang belum tuntas. yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
Berdasarkan permasalahan pada data awal, pengalaman mereka sendiri dengan terlibat
telah jelas diperlukannya suatu tindakan secara aktif mempelajari materi secara
untuk memperbaiki masalah-masalah bermakna dengan bekerja dan berfikir baik
tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil secara individu maupun kelompok, sehingga
belajar siswa dalam pembelajaran IPA siswa dapat menguasai kompetensi–
pembahasan Sumber Daya Alam. Dari kompetensi yang harus dicapai dalam
beberapa solusi yang ada untuk pemecahan pembelajaran.
masalah tersebut, maka diambil suatu
tindakan dengan menerapkan model learning METODE PENELITIAN
cycle. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian tindakan kelas. Adapun

514
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

yang dimaksud dengan penelitian tindakan lembar observasi, pedoman wawancara dan
kelas menurut Sanjaya (2009, hlm. 26) adalah catatan lapangan.
“suatu proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi Teknik Pengolahan dan Analisis Data
diri dalam upaya untuk memecahkan Aktivitas dalam analisis data dilakukan
masalah tersebut dengan cara melakukan melalui tiga tahap sebagaimana yang
berbagai tindakan yang terencana dalam dikemukakan oleh Miles and Huberman
situasi nyata serta menganalisis setiap (Sugiyono, 2005, hlm. 91), yaitu reduksi data
pengaruh dari perlakuan tersebut”. Jadi, (Data Reduction), penyajian data (Data
dapat diartikan bahwa penelitian tindakan Display),dan kesimpulan (Conclusion
kelas merupakan penelitian yang dilakukan di Drawing/verification). Tahap pertama adalah
dalam kelas sebagai usaha untuk reduksi data dengan cara merangkum hal-hal
meningkatkan kualitas pembelajaran yang yang penting yang akan dijadikan sebagai
dilakukan oleh guru. Penelitian ini mengacu fokus dalam penelitian yang dilakukan.Tahap
pada desain penelitian yang dilakukan oleh kedua yaitu penyajian data, yaitu menyajikan
Kemmis dan McTaggart yaitu menggunakan data dalam bentuk lebih sederhana, yakni
sistem spiral (Wiriaatmadja, 2014, hlm. 66) bentuk paparan naratif, grafik dan tabel.
yang dimulai dari perencanaan, tindakan, Tahap ketiga yaitu kesimpulan dengan cara
pengamatan dan refleksi, kemudian pengambilan inti penyajian secara singkat
mengadakan perencanaan kembali. Model ini dan padat, sehingga dapat menjawab setiap
dilakukan secara berulang-ulang sampai rumusan masalah yang telah dibuat.
perencanaan yang telah dirancang sudah
mencapai target yang diinginkan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
Lokasi Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus mengenai
Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di penerapan model learning cycle pada materi
kelas IVA SDN 1 Depok Kecamatan Depok sumber daya alam di SDN 1 Depok yang
Kabupaten Cirebon yang berada di Jalan mendapatkan hasil sangat baik karena hasil
Jowar No. 10 Desa Depok Kecamatan Depok belajar siswa kelas IVA mengalami
Kabupaten Cirebon. peningkatan.

Subjek Penelitian Dalam hal ini dilakukan pembahasan dari


Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA hasil penerapan model LC untuk
SDN 1 Depok Tahun Ajaran 2015/2016 yang meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
berjumlah 25 siswa, terdiri dari 13 laki-laki sumber daya alam di kelas IVA SD Negeri 1
dan 12 perempuan. Adapun alasan memilih Depok Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon.
siswa kelas IVA SDN 1 Depok Kecamatan Data yang akan dibahas merupakan hasil
Depok Kabupaten Cirebon yaitu nilai hasil tes yang telah dilakukan selama tiga siklus yang
belajar yang dilaksanakan tidak mencapai memuat perencanaan, pelaksanaan, aktivitas
kriteria ketuntasan minimal yang telah siswa, dan peningkatan hasil belajar.
ditetapkan oleh guru kelas IV.
Perencanaan pembelajaran dengan
Instrumen Penelitian menerapkan model learning cycle
Instrumen penelitian yang digunakan dalam Perencanaan pembelajaran memiliki peran
penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tes penting dalam membantu guru untuk
dan non-tes. Alat yang digunakan untuk tes melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam
adalah soal, sedangkan untuk non-tes adalah melayani kebutuhan belajar siswanya.

515
Silvia Fitriyani, Ali Sudin, Atep Sujana

Seperti yang dikemukakan Majid (2006, hlm. Berlanjut pada kegiatan inti yang didalamnya
22) bahwa terdapat beberapa manfaat sudah terdapat tahap-tahap model learning
perencanaan pembelajaran, yaitu sebagai cycle. Guru membagi siswa kedalam 7
petunjuk arah kegiatan dalam mencapai kelompok, setelah kelompok sudah
tujuan, sebagai pedoman kerja bagi setiap terbentuk guru memberikan sedikit
unsur, baik unsur guru maupun unsur murid, penjelasan tentang jenis-jenis sumber daya
sebagai pola dasar dalam mengatur tugas alam. Kemudian guru menanyakan
dan wewenang bagi setiap unsur yang pertanyaan mendasar tentang sumber daya
terlibat dalam kegiatan. Tahap ini mencakup alam kegiatan ini masuk ke dalam tahapan
seluruh perencanaan tindakan seperti “elicit” . Setelah itu guru memberikan
pembuatan rencana pelaksanaan pertanyaan seputar masalah yang sering
pembelajaran setiap siklus, menyiapkan dilihat mengenai jenis-jenis sumber daya
model, mencari alat dan sumber belajar serta alam kegiatan ini masuk ke dalam tahapan
membuat langkah dan tindakan apa yang “Engagement”. Kemudian Tahap
akan dilakukan untuk melaksanakan semua “Exploration” pada tahap ini siswa dibagikan
rencana yang telah ditetapkan. LKS oleh guru. Setelah dibagikan LKS setiap
kelompok diminta untuk memahami terlebih
Pelaksanaan pembelajaran dengan dahulu tentang petunjuk yang ada pada LKS.
menerapkan model learning cycle Setelah itu setiap kelompok diberikan
Learning cycle 7E adalah model kesempatan untuk melakukan diskusi yang
pembelajaran yang telah dikembangkan oleh dijelaskan dalam LKS. Selanjutkan Tahap
Eisenkraft (dalam Susanti, 2012, hlm. 1) yang “Explanation” guru meminta siswa untuk
terdiri dari tujuh tahapan belajar yaitu: elicit menuliskan hasil diskusi yang telah dilakukan
(mendatangkan pengetahuan awal siswa), oleh setiap kelompok. Setelah menuliskan
engage (membangkitkan minat), explore hasil diskusi guru juga meminta perwakilan
(mengeksplor), explain (menjelaskan), dari setiap kelompok untuk
elaborate (menerapkan), evaluate mempresentasikan hasil diskusi yang telah
(mengevaluasi), dan extend (memperluas). ditulis di depan kelas secara bergantian.
Tahap “Elaborasi” pada tahap ini guru
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan sesuai meminta siswa untuk mengaplikasikan
dengan langkah-langkah model learning pembelajaran yang telah diberikan guru di
Cycle. Pembelajaran diawali dengan guru rumah dengan melakukan kegiatan baru.
masuk kedalam kelas dan mengkodisikan Seperti mencari macam-macam sumber daya
siswa kedalam pembelajaran yang kondusif alam yang ada di sekitar lingkungan rumah ,
dengan diawali guru meminta ketua kelas dan tahap selanjutnya yaitu tahap “evaluasi”
untuk berdoa bersama. Guru menanyakan pada tahap ini guru mengamati hasil siswa
kabar siswa dan mengecek kehadiran siswa. dalam menerapkan konsep baru dengan apa
Tak lupa guru memberikan motivasi agar yang telah dipelajarinya. Serta tahap terakhir
siswa semangat dalam mengikuti yaitu tahap “Extend” pada tahap ini siswa
pembelajaran. Selanjutnya guru memberikan diminta untuk mencari dan menemukan
apersepsi tentang pembelajaran yang akan contoh penerapan konsep yang baru
diajarkan, kegiatan ini dilakukan agar dipelajari.
skemata awal siswa terbuka. Setelah
memberikan apersepsi guru menyampaikan Model Pembelajaran learning cycle
tujuan pembelajaran. merupakan salah satu model pembelajaran
yang sesuai dengan paradigma
konstruktivisme. “Kontruktivisme adalah

516
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

proses membangun atau menyusun dapat aktif saat pembelajaran dan setelah itu
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa mengaplikasikan skema pengetahuan
siswa berdasarkan pengalaman” (Sa’ud, yang telah didapatkan dengan pengetahuan
2012, hlm. 168). Teori kontruktivisme baru. Penerapan model pembelajaran
memandang bahwa pengetahuan itu berasal learning cycle (LC) berpengaruh terhadap
dar luar akan tetapi dikontruksi dari dalam kinerja guru dari siklus I hingga siklus III yang
diri seseorang. Karena itu pengetahuan mengalami peningkatan. Berikut ini adalah
terbentuk oleh objek yang menjadi bahan data hasil kinerja guru.
pengamatan dan kemampuan subjek untuk
meninterprestasi objek. Peningkatan Kinerja Guru
Hasil observasi kinerja guru mengalami
Model learning cycle merupakan bentuk dari peningkatan dari mulai siklus I, siklus II dan
pembelajaran yang berorientasi kepada dan siklus III. Dengan meningkatnya hasil
siswa. karena dalam prosesnya siswa yang kinerja guru maka akan naik pula hasil belajar
melakukan pemahaman sendiri tentang siswa. Data kinerja guru dapat dilihat pada
materi sumber daya alam sehingga siswa tabel berikut.

Tabel 4.11 Peningkatan Hasil Kinerja Guru


Tindakan Persentase (%)
Siklus I 76
Siklus II 94
Siklus III 100

Pembelajaran dapat mencapai target karena dengan pendapat Nash (dalam Samatowa,
adanya usaha yang maksimal dalam 2006, hlm. 2) “IPA itu adalah suatu cara atau
menerapkan model learning cycle. Selain itu metode untuk mengamati alam”.
guru beranggapan bahwa IPA merupakan
mata pelajaran yang sangat berguna bagi Peningkatan Aktivitas Siswa
siswa karena dekat dengan kesehariannya. Selain kinerja guru yang mengalami
Guru juga memberikan pemahaman kepada peningkatan, aktivitas siswa kelas IVA SDN 1
siswa agar melakukan pengamatan di Depok mengalami peningkatan. Peningkatan
lingkungan sekitar. Karena pembelajaran IPA dari aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel di
berada pada alam nyata. Hal ini sejalan bawah ini.

Tabel 4.12 Persentase Penilaian Aktivitas Siswa Selama Tindakan Dilaksanakan


Tindakan Persentase (%)
Siklus I 67
Siklus II 84
Siklus III 87

Selama melakukan penelitian terdapat sumber daya alam dengan menggunakan


temuan-temuan yang diperoleh di antaranya model learning cycle motivasi siswa menjadi
bahwa dalam pembelajaran IPA materi tinggi. Hal tersebut terjadi pada pelaksanaan

517
Silvia Fitriyani, Ali Sudin, Atep Sujana

tindakan siklus I. Dengan kata lain, pengajaran perlu dilakukannya usaha dan
penerapan model learning cycle juga dapat tindakan atau kegiatan untuk menilai hasil
meningkatkan aktivitas siswa. belajar. Bundu (2006, hlm 17)
mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah
Paparan Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam
Penerapan model learning cycle pada mengikuti program belajar mengajar sesuai
pembelajaran IPA materi sumber daya alam dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
tersebut dibuktikan dari peningkatan psikomotor”. Adapun peningkatan hasil tes
persentase tes hasil belajar siswa dari data tertulis tersebut dapat dilihat dari
awal sampai siklus III. Untuk mengetahui rekapitulasi hasil tes berikut ini.
tercapai atau tidaknya tugas pendidikan dan

Tabel 4.14 Persentase Peningkatan Jumlah Siswa yang Tutas


Jumlah Siswa Jumlah Siswa yang
Tindakan Persentase Persentase
yang Tuntas Belum Tuntas
Data Awal 5 20% 20 80%
Siklus I 10 40% 15 60%
Siklus II 21 84% 4 16%
Siklus III 24 96% 1 4%

Dari Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 dapat dilihat perencanaan dan pelaksanaan dengan
bahwa pembelajaran IPA materi sumber daya maksimal maka hasil belajar yang di peroleh
alam dengan menerapkan model learning siswa pun akan maksimal, aktivitas yang
cycle mengalami peningkatan pada setiap dilakukan siswa dalam pembelajaran pun
siklusnya. Jumlah siswa yang tuntas pada saat akan baik. Pembelajaran dengan
data awal hanya 5 siswa (20%), pada siklus I menggunakan model learning cycle pada
mengalami peningkatan menjadi 10 siswa dasarnya adalah pembelajaran yang langsung
(40%), pada siklus II meningkat menjadi 21 mengajak siswa untuk aktif. Dengan
siswa (84%), sedangkan pada siklus III melibatkan siswa secara langsung, dengan
meningkat menjadi 24 siswa (96%). lebih mudah juga siswa dapat memahami
mengenai materi yang mereka pelajari.Untuk
Pada dasarnya dilihat dari persentase yang lebih jelasnya, peningkatan persentase dari
diperoleh pada hasil ketuntasan siswa dan siswa yang tuntas dan siswa yang belum
kinerja guru adalah berbanding lurus. tuntas dapat dilihat pada diagram berikut.
Maksudnya, jika guru sudah melaksanakan

518
Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016)

Gambar 4.8 Diagram Ketuntasan

Persentase Siswa Tuntas dan Belum Tuntas


selama Tindakan Dalam tahap perencanaan guru telah
Peningkatan perolehan nilai yang sangat melakukan dengan sebaik mungkin dalam
signifikan ini merupakan bukti bahwa menyusun segala sesuatu yang diperlukan
pembelajaran dengan penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran. Tahap
learning cycle dapat diterapkan dalam pelaksanaan terdapat dua hal yang diamati,
pembelajaran khususnya pada pelajaran IPA yaitu kinerja guru dan aktivitas siswa. Guru
materi sumber daya alam. Hal ini hasil dari telah melakukan dengan sebaik mungkin
kerjasama dan niat yang tulus dari semua hingga mencapai target yang telah
pihak untuk dapat meningkatkan kualitas ditentukan. Target untuk kinerja guru adalah
pembelajaran. 100% dan target untuk aktivitas siswa 85%.
Hasil yang diperoleh untuk kinerja guru pada
Berdasarkan temuan penelitian tersebut, siklus I siklus I 76,34% dalam siklus I kinerja
menunjukkan bahwa dengan menerapkan guru sebagian besar tidak memenuhi
model learning cycle dapat meningkatkan indikator yang diinginkan, siklus II 94,62%.
hasil belajar siswa pada materi sumber daya Kemudian pada siklus III hasilnya meningkat
alam serta dapat memotivasi siswa untuk menjadi 100% sesuai dengan target yang
lebih aktif dan meningkatkan kerjasama serta telah ditetapkan. Sedangkan untuk aktivitas
percaya diri siswa dalam mengikuti siswa siklus I adalah 67,5% dalam siklus I ini
pembelajaran dan menjawab soal dengan masih banyak siswa yang tidak bekerjasama
tepat. dengan teman kelompoknya, mengobrol saat
mengerjakan tugas kelompok. Selanjutnya
KESIMPULAN siklus II memperoleh 84,44% saat
Berdasarkan data yang diperoleh dalam pelaksanaan siklus II siswa sudah mulai
penelitian tindakan kelas selama tiga siklus bekerjasama dengan teman kelompoknya,
dengan menerapkan model pembelajaran mulai aktif bertanya jika tidak ada yang di
learning cycle dalam pembelajaran IPA pada mengerti. Siklus III diperoleh 87,5%, dalam
materi perubahan sifat benda di kelas IVA siklus ini hanya tinggal beberapa orang yang
SDN 1 Depok Kecamatan Depok Kabupaten masih mengobrol dengan teman yang lain.
Cirebon diperoleh kesimpulan pada
perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan
hasil belajar siswa. memberikan soal evaluasi kepada siswa guna

519
Silvia Fitriyani, Ali Sudin, Atep Sujana

untuk mengetahui sejauh mana pemahaman Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna
siswa tentang materi sumber daya alam Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
diperoleh hasil data awal hanya ada 5 (20%)
orang siswa yang nilainya tuntas mencapai Samatowa, U. (2006). Bagaimana
KKM yaitu 73, yang tidak tuntas 20 (80%) Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar,
siswa. Setelah dilakukannya penelitian Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
selama tiga siklus terjadi peningkatan hasil Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
belajar siswa pada siklus I sebesar 40% Direktorat Ketenagaan.
menjadi 96% setelah dilakukannya siklus III.
Oleh karena itu, diterapkannya model Sugiyono. (2007). Metode Penelitian
learning cycle ini dalam pembelajaran IPA Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
sangat baik. Selain dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, juga dapat meningkatkan Sujana, A. (2013). Pendidikan IPA, Bandung:
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Rizqi Press.

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian


REFERENSI Tindakan Kelas, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Karmilah, Ayah Elah. 2009. Pembelajaran IPA
di SD Menggunakan Model Siklus Belajar
untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
tentang Konsep Daur Air pada Kelas V SDN
Betok Kecamatan Darmaraja Kabupaten
Sumedang. Skripsi UPI Sumedang. Tidak
Diterbitkan.

Karwati, E. dan Priansa, D. J. (2014).


Manajemen kelas. Classroom
management. Guru profesional yang
inspiratif, kreatif, menyenangkan, dan
berprestasi, Bandung: Alfabeta.

Made, Wena. 2011. Strategi Pembelajaran


Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional Cetakan keenam.
Jakarta: Bumi Aksara.

Mudianto, Heru. 2013. Pengaruh Model


Learning cycle terhadap Kemampuan
Literasi Sains Siswa SD Kelas V pada
Materi Gaya Gesek dan Gaya Gravitasi.
Skripsi UPI Sumedang. Tidak Diterbitkan.

Sa’ud, U.S. (2011). Inovasi Pendidikan,


Bandung: Alfabeta.

520

Anda mungkin juga menyukai