Warda Nabiela-Fkik PDF
Warda Nabiela-Fkik PDF
SKRIPSI
WARDA NABIELA
NIM. 109102000001
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
WARDA NABIELA
NIM. 109102000001
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : 109102000001
Tanda Tangan :
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Sabrina,M.Farm.,Apt ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 30 Juli 2013
v
ABSTRAK
Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu herbal yang
berpotensi memiliki sejumlah aktivitas farmakologis. Penelitian ini bertujuan
untuk memformulasi minyak biji jinten hitam ke dalam bentuk sediaan emulsi tipe
M/A dan mengkarakterisasi sifat fisika-kimianya. Emulsi dibuat dalam 3 formula
yaitu F1, F2 dan F3 dengan memvariasikan konsentrasi tragakan sebanyak 1%,
1,5% dan 2%. Formula emulsi F1, F2 dan F3 setelah 21 hari penyimpanan
memiliki karakteristik berwarna krem kekuningan, tidak terjadi creaming dan
pemisahan fase setelah uji sentrifugasi. Hasil karakteristik lainnya yaitu ukuran
diameter globul yang sedikit meningkat berturut-turut 15,32 μm, 14,74 μm dan
3,50 μm. pH sediaan berturut-turut 5,064, 4,455 dan 4,715. Viskositas berturut-
turut 160 cps, 450 cps dan 930 cps. Ukuran diameter globul setelah cycling test
yang sedikit meningkat berturut-turut 18,60 μm, 6,28 μm dan 3,67 μm.
Kata Kunci : emulsi tipe M/A, minyak biji jinten hitam, tragakan.
vi
ABSTRACT
Black cumin seed oil (Nigella sativa L.) is one of herbal medicine that have great
pharmacological activities. The objective of this research were to formulated
black cumin seed oil as O/W emulsion and characterized their chemical-physic
properties. Emulsions were formulated in three formulas termed F1, F2 dan F3 by
varying the concentration of tragacanth as emulsifier as much as 1%, 1,5% and
2%. After 21 days of storage, emulsions F1, F2 dan F3 has characterization with
yellowish-cream’s colour, no creaming occured and phase separation after
centrifugation test. Other characterization respectively with globule’s diameter
slightly increased were 15,32 μm, 14,74 μm dan 3,50 μm. pH were 5,064, 4,455
dan 4,715. Viscosity were 160 cps, 450 cps dan 930 cps. Globule’s diameter
slighlty increased were 18,60 μm, 6,28 μm dan 3,67 μm.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penyusunan skripsi dengan judul “Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji
Jinten Hitam (Nigella sativa L.)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program
Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt.
Selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran,
bimbingan serta motivasi kepada penulis selama penelitian.
2. Prof.DR (hc). Dr. M. K Tadjudin, Sp. And. Selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatulah Jakarta.
3. Drs. Umar Mansur, M.Sc. Selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatulah Jakarta.
4. Dosen-dosen, staff, karyawan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah
Jakarta serta karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
5. Ka Eris, Ka Lisna, Ka Tiwi, Ka Rani, Ka Liken, Ka Yopi, Ka Rahmadi
yang telah memberi bantuan kepada penulis pada saat penelitian di
kampus.
6. Papa Drs. H. Zainal Arifin, dan Mama Dra. Hj. Abdatul Azizah. Selaku
orang tuaku dan adik-adikku tercinta Tara, Kevin, Beri, Intan dan Fella
serta keluarga besar yang senantiasa memberi support mulai dari moriil
viii
dan materil, serta tak lupa do’a yang selalu dipanjatkan dalam setiap
langkah yang penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Sahabat-sahabat tersayang. Fauziah Utami, Nadya Zahrayny, Indah Fadlul,
Qaffah Silma, Widya Larasati, Alfrida Tatsa, Muhammad Arif, Agung
Priyanto. Terima kasih untuk tambahan ilmu, semangat, motivasi, canda
tawa dan kasih sayang selama ini.
8. Sahabat-sahabatku tersayang juga, Hissi Fitriyah, Maulida Putri Ahdaini,
Chairunnisa, Mutia Sari Wardana, Dina Permata Wijaya, Nurul Fitrializa,
Risda Yulianti. Terima kasih juga atas tambahan ilmu, semangat, canda
tawa dan persahabatan dekat yang telah kita lewati.
9. Teman-teman seperjuangan jurusan Farmasi angkatan 2009 kelas A dan B.
Terima kasih atas kebersamaan kita dari awal masuk sampai akhir ini,
semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah
keluarga.
10. Adik-adik jurusan Farmasi angkatan 2010 dan 2012 (khusunya Meta,
Adina, Auva, Lele, Biella, Yeyet, Dwiki, Monic, Fio, Henni, Eko, Fattah,
Nita, Rika). Terima kasih juga untuk semangat dan do’a serta partisipasi
kalian.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran
dan kritik.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai
amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan. Aamiin.
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Yang menyatakan,
(Warda Nabiela)
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Identifikasi Masalah......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.5 Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3
xi
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 33
5.2 Saran ............................................................................................... 34
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar minyak biji jinten hitam .................................................. 42
Lampiran 2. Gambar alat yang digunakan dalam penelitian ............................. 42
Lampiran 3. Gambar hasil uji volume creaming selama 21 hari........................ 44
Lampiran 4. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi hari ke-0 ...... 45
Lampiran 5. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi hari ke-3 ...... 47
Lampiran 6. Gambar formula basis emulsi dengan emulgator tragakan ........... 49
Lampiran 7. Gambar ukuran diameter globul formula emulsi ........................... 49
Lampiran 8. Gambar hasil uji sentrifugasi formula emulsi ................................ 50
Lampiran 9. Hasil reogram formula emulsi pada hari ke-0 ............................... 51
Lampiran 10. Hasil pengamatan organoleptis formula emulsi............................. 52
Lampiran 11. Hasil pengukuran pH formula emulsi ........................................... 52
Lampiran 12. Hasil uji sentrifugasi formula emulsi ............................................ 53
Lampiran 13. Hasil cycling test formula emulsi .................................................. 53
Lampiran 14. Hasil pengukuran viskositas formula emulsi pada hari ke-0 .......... 54
Lampiran 15. Hasil pengukuran viskositas formula emulsi pada hari ke-21 ........ 55
Lampiran 16. Hasil uji volume creaming formula emulsi ................................... 56
Lampiran 17. Perhitungan diameter globul formula 1 selama 21 hari ................. 57
Lampiran 18. Perhitungan diameter globul formula 2 selama 21 hari ................. 59
Lampiran 19. Perhitungan diameter globul formula 3 selama 21 hari ................. 61
Lampiran 20. Perhitungan diameter globul formula 1 hasil cycling test .............. 63
Lampiran 21. Perhitungan diameter globul formula 2 hasil cycling test .............. 64
Lampiran 22. Perhitungan diameter globul formula 3 hasil cycling test .............. 65
Lampiran 23. Sertifikat analisis pengujian minyak biji jinten hitam.................... 66
Lampiran 24. Sertifikat analisis tragakan............................................................ 67
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
penelitian yang membahas minyak biji jinten hitam dan manfaatnya bagi
kesehatan, maka semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk mencoba
mengonsumsi minyak ini baik sebagai obat maupun sebagai suplemen untuk
menjaga ketahanan tubuh.
Rasa berminyak dari biji jinten hitam inilah yang merupakan salah satu
hambatan masyarakat dalam mengonsumsinya. Meskipun berkhasiat, banyak
orang yang enggan mengonsumsi minyak biji jinten hitam secara langsung. Salah
satu cara untuk mengatasi hal ini, minyak biji jinten hitam dibuat menjadi sediaan
emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem sediaan heterogen yang terdiri atas dua
cairan yang tidak menyatu (dideskripsikan sebagai minyak dan air), di mana salah
satu fase terdispersinya (globul) sebagai tetesan seragam di dalam fase lainnya.
Terdapat dua tipe emulsi yaitu tipe minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak
(A/M) (Effionora, 2012). Untuk menstabilkan atau menyatukan emulsi tersebut
perlu ditambahkan emulgator. Emulgator tersebut mengelilingi tetesan fase dalam
sebagai suatu lapisan tipis yang diadsorpsi pada permukaan dari fase terdispersi.
Lapisan tersebut mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali globul
atau fase terdispersi, sehingga kestabilan emulsi terjaga. Penggunaan emulsi tipe
M/A merupakan suatu cara pemberian sediaan oral yang dapat dengan mudah
diterima untuk zat dalam bentuk cairan-cairan yang tidak larut dalam air, seperti
minyak biji jinten hitam (Suryani, Sailah, dan Hambali, 2002).
Dalam penelitian ini digunakan tragakan sebagai bahan emulgator.
Tragakan biasanya berdampak pada stabilitas emulsi dengan meningkatkan sifat
fisik atau viskositas dari fase luar, memperpanjang shelf-life dan mencegah
terjadinya flokulasi, koalesen dan creaming (Samavati, et al., 2012). Dengan
demikian perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan tragakan
dalam variasi konsentrasi yang dapat menghasilkan emulsi tipe M/A yang
memenuhi persyaratan.
2.1.4 Cara Ekstraksi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) umumnya diekstraksi dengan
menggunakan teknik pelarut seperti yang digambarkan pada penelitian Nickavar,
et al., (2003), menggunakan pelarut petroleum eter selama 4 jam dalam sokhlet.
Ekstrak kemudian dikonsentrasikan di bawah tekanan yang rendah. Selanjutnya
dilarutkan kembali dalam petroleum eter dan ditambahkan larutan metanol-KOH
2M. Campuran dikocok selama 2 menit kemudian didiamkan selama 10 menit.
Lapisan paling atas merupakan minyak biji jinten sehingga dapat diambil dan
dicuci dengan air hingga bebas dari pelarut.
Kemudian metode ekstraksi yang dikemukakan oleh Ramadhan dan
Moersel (2002), biji jinten hitam diekstraksi dengan dua pelarut yang berbeda, n-
heksana dan campuran antara kloroform dan methanol (2:1,v/v).
Metode terbaru dalam mengekstraksi minyak biji jinten hitam dilakukan
dengan metode cold-pressing. Pada metode tersebut simplisia tidak mendapatkan
perlakuan panas maupun penambahan pelarut. Sehingga minyak biji jinten hitam
hasil cold-pressing tidak memerlukan proses pemurnian dan juga memungkinkan
untuk memperoleh kandungan fitokimia lipofilik dalam kadar tinggi, termasuk di
dalamnya antioksidan alam dan turunan timoquinonnya (Lutterodt, et al., 2010).
2.1.5 Komponen Kimia Biji dan Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Komposisi senyawa biji jinten hitam akan bervariasi sesuai dengan
distribusi geografi, waktu pemanenan biji dan cara pemanenannya (Sultan, 2009).
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Secara Umum
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Minyak biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
Secara Umum
2.1.6 Aktifitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)
a. Antibakteri
Minyak biji jinten hitam sangat banyak manfaatnya, di antaranya aktivitas
sebagai antibakteri yang telah berhasil dilakukan penelitiannya oleh Arici,
Muhammet, et al., (2005). Mereka menyimpulkan dari lima minyak jinten hitam
yang berbeda yang biasanya digunakan pada makanan terutama untuk tambahan
citarasa, pengawetan dan terapi alami, bisa digunakan sebagai antibakteri pada
konsentrasi 0,5%, 1,0% dan 2% menggunakan metode agar difusi yang
menyerang 24 bakteri patogenik dan bakteri asam laktat. Dan semua minyak yang
diuji menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 2% yang lebih efektif
dibandingkan konsentrasi lainnya.
b. Antidiabetik
Banyak penelitian yang membuktikan berbagai macam khasiat dari minyak
jinten hitam, di antaranya adalah kemampuannya memperpanjang waktu
protombin dari tikus untuk aktivitas antikoagulan. Pada pemberian minyak biji
jinten hitam jangka panjang yang dicampurkan pada makanan sehari-hari tikus
diabetes yang terinduksi streptozotocin (STZ) memperlihatkan bahwa terjadi
proses penyembuhan yang cukup signifikan dari hari ke hari (El-Din, El-Tahir dan
Bakeet, 2006). Begitupun dengan penelitian Al-Logmani (2011) yang
menyebutkan hal yang sama, bahwa dengan diberikannya minyak biji jinten hitam
pada tikus yang terinduksi streptozotocin (STZ) dapat menurunkan glukosa darah,
trigliserida, kolesterol, LDL, asam urat, urea, kadar kreatinin, ALT, AST dan total
protein secara signifikan jika dibandingkan dengan tikus normal.
c. Antioksidan
Untuk aktivitas sebagai antioksidan, minyak biji jinten hitam ini telah
dibuktikan dapat mencegah senyawa kimia carbon tetrachloride (CCl4) yang
menyebabkan kerusakan hati. Pemberian treatment 10 ml/kg/hari minyak biji
jinten hitam selama tujuh hari dapat menurunkan level serum enzim hati yang
tinggi secara signifikan dan memperbaiki oxidative stress (Aorahman, 2009).
d. Antikanker
Kemudian Salomi, et al., (1991) meneliti bahwa kandungan fatty acids
dalam minyak biji jinten hitam dapat menghambat dengan sempurna tumor
Ehrlich ascites carcinoma yang merupakan jenis sel kanker yang umum
ditemukan pada mencit dengan dosis 2 mg per hari selama 10 hari pemberian.
Serta pada dosis 100 mg/kg minyak biji jinten hitam ini menunda onset atau awal
mula pembentukan papilloma dan mengurangi angka papilloma pada tikus.
e. Antiinflamasi
Secara tradisional pun menurut penelitian Houghton (1995), minyak biji
jinten hitam dan thymoquinone dapat menghambat generasi eicosanoid dan
membran lipid peroksidasi, dengan melewati jalur penghambatan cyclooxigenase
dan 5-lipoxygenase dari metabolisme arakidonat yang bertanggung jawab sebagai
aktivitas antiinflamasinya.
f. Antihipertensi
Sedangkan untuk aktivitas hipertensinya, minyak biji jinten hitam dalam
beberapa penelitian dapat menurunkan tekanan darah secara spontan pada tikus
hipertensi yang hampir sama efeknya dengan nifedipin. Kemudian penelitian
menyebutkan bahwa secara tradisional penurunan tingkat kolesterol dengan
mengontrol keseimbangan darah dan berat badan yang merupakan efek dari
pemberian minyak biji jinten hitam (Gillani, et al., 2004).
g. Sistem Imunitas Tubuh
Selanjutnya menurut penelitian El-Kadi dan Kandil (1986) pun
menyebutkan bahwa efek dari 1 gram minyak biji jinten hitam selama dua hari
yang diberikan pada relawan, ternyata dapat memperbaiki aktivitas sel-T helper
dan sel natural killer dalam peningkatan sistem imunitas tubuh.
2.2 Emulsi
2.2.1 Pengertian Emulsi
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispers dalam
cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil (droplet/globul) dengan diameter
biasanya lebih dari 0,1 µm atau 0,1-50 µm (De Man, 1997). Jika minyak yang
merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi, maka
sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air merupakan fase
terdispersi dan minyak merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut
emulsi air dalam minyak.
Suatu sistem emulsi pada dasarnya tidak stabil, karena masing-masing
partikel mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel sesama
lainnya. Molekul fase A (air) ditarik ke dalam fase A dan ditolak oleh fase B
(minyak), membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat mengakibatkan emulsi
tersebut pecah. Kekuatan dan kekompakan lapisan antarmuka adalah sifat yang
penting yang dapat membentuk stabilitas emulsi (Lachman, et al., 1994). Di
dalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan bahan ketiga untuk
menstabilkan emulsi. Bahan pengemulsi tersebut berguna untuk menurunkan
tegangan antarmuka antara fase air dan fase minyak serta mencegah koalesensi,
yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah, dengan membentuk lapisan yang protektif di sekeliling
globul (Effionora, 2012; Lachman, et al., 1994). Bahan pengemulsi umumnya
dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu surfaktan, hidrokoloid dan zat padat
terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan
stabilitas shelf – life yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginkan dan biaya zat
pengemulsi (Lachman, et al., 1994). Suatu zat pengemulsi harus dapat
dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya dan tidak boleh mengganggu
stabilitas atau efikasi dari zat terapeutik, serta tidak toksik pada penggunaan.
Kondisi lingkungan seperti adanya cahaya, udara, kontaminasi
mikroorganisme, dapat memberikan efek yang mengubah stabilitas emulsi. Oleh
karena itu dilakukan formulasi yang sesuai guna mengurangi kerusakan stabilitas
tersebut dengan cara penambahan bahan-bahan tambahan lain. Bahan tambahan
yang diperlukan dalam formulasi emulsi, di antaranya: bahan pengawet,
antioksidan dan penutup rasa. Penambahan bahan pengawet bertujuan untuk
mencegah kontaminasi mikroba. Suatu pengawet harus efektif terhadap
kontaminasi dari mikroorganisme patogen dan cukup dapat melindungi emulsi
selama digunakan pasien. Pengawet harus mempunyai toksisitas rendah, stabil
terhadap pemanasan dan selama penyimpanan, tercampurkan secara kimia,
memiliki rasa, bau dan warna yang lemah. Contoh pengawet yang biasa
minyak yang tidak enak rasanya dengan penambahan pemanis dan pemberi rasa
pada pembawa airnya sehingga mudah dikonsumsi dan ditelan sampai ke
lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat
mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan memudahkan
absorpsi obat (Ansel, 2005; Lachman, et al., 1994).
2.2.3 Hidrokoloid
Hidrokoloid merupakan istilah umum yang menjelaskan mengenai
biopolimer hidrofilik dengan berat molekul besar dari polisakarida yang
diekstraksi dari tanaman, rumput laut, sumber mikroba dan protein yang saat ini
sedang ramai digunakan sektor industri sebagai larutan pengental dan gelling
agent, penstabil busa, dispersi dan emulsi, menghambat pembentukan es dan gula,
serta mengontrol pelepasan rasa dalam suatu produksi (Phillips and Williams,
2009). Di bawah ini merupakan sumber penting dari hidrokoloid.
bobot jenis bahan pendispersi dan pengendapan atau sedimentasi karena bobot
jenis fase terdispersinya > bobot jenis bahan pendispersi. Peristiwa ini
mengakibatkan pemisahan dari kedua fase emulsi. Dalam keadaan akhirnya akan
terbentuk dua lapisan emulsi yang satu terletak di atas yang lain. Pada tahap kedua
terjadi penyatuan bola kecil yang tidak reversible yang dinamakan koalesensi,
yang dapat menyebabkan pecahnya emulsi (Voight, 1995). Peneliti lainpun
mendefinisikan bahwa ketidakstabilan fisik suatu emulsi adalah adanya
aglomerasi dari fase intern dan terjadi pemisahan produk (Anief, 1999). Oleh
karena itu cukupnya bahan yang membentuk lapisan antarmuka penting untuk
melindungi seluruh permukaan dari tiap tetesan (Ansel, 2005).
Emulsi tipe M/A dapat mengalami destabilisasi emulsi seperti beberapa
tipe perubahan fisik, berbeda dengan tipe A/M yang mungkin cenderung
mengalami sedimentasi daripada creaming. Destabilisasi emulsi ini di antaranya:
a. Creaming
Creaming adalah pertumbuhan dari droplet karena aktivitas gravitasi
sehingga droplet terpisah ketika disentuh. Creaming berada pada fase kontinyu
jika fase terdispersi tidak memiliki berat jenis yang sebanding. Kecepatan
creaming dapat dikontrol dengan memperkecil ukuran droplet, menyamakan berat
jenis dari kedua fase dan menambah viskositas dari fase kontinyu (Martin, et al.,
1993).
b. Flokulasi
Flokulasi adalah suatu bentuk pelekatan satu atau lebih droplet bersama
dan membentuk suatu agregasi. Hal ini merupakan proses dari droplet sebagai
hasil dari benturan kombinasi gaya antar droplet (Martin, et al., 1993).
c. Koalesen
Penyebab koalesen adalah rusaknya lapisan tipis antardroplet yang
berdekatan. Hal ini akan mengurangi tegangan antarmuka dan luas permukaan
droplet. Kemungkinan terjadinya koalesen sebanding dengan lama droplet itu
saling berdekatan. Koalesen jarang terjadi pada droplet yang kecil atau pada
lapisan yang tebal karena droplet ini memiliki luas lapisan yang lebih kecil atau
memiliki gaya tolak antardroplet. Koalesen menyebabkan droplet menjadi lebih
besar dan terjadi pemisahan fase (Martin, et al., 1993).
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat gelas yang
biasa dipergunakan di Laboratorium Pharmacy Bioavailability and
Bioequivalency (PBB), homogenizer (STIRER IKA®), timbangan analitik (AND
GH-202), viskometer (HAAKE viscoTester 6R), pH-meter digital (HORBA), hot
plate with magnetic stirer (WIGGEn HAUSER), oven, mikroskop optik
(Olympus DX 1x71), centrifuge (eppendorf Centrifuge 5417 R) dan refrigerator.
3.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak biji jinten
hitam yang diperoleh dari (PT Prima Agritech Nusantara, Depok), gom arab (PT
Brataco, Jakarta), tragakan (PT Brataco, Jakarta), gelatin (PT Brataco, Jakarta),
Na alginat (PT Total Equipment Pharmacy, Semarang), Na benzoat, pemanis
sukrosa dan aquadest.
4. Na alginat
Konsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi
Bahan
F1 F2 F3
Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml
Na alginat 1% 2% 3%
Aquadest sampai 100% 100% 100%
Keterangan : Rentang konsentrasi dari masing-masing emulgator menurut : Handbook of
Pharmaceutical Excipient Fifth Edition dan Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences
Cara Pembuatan:
Untuk dispersi gom arab, tragakan, dan Na alginat sama pengerjaannya.
Emulgator didispersikan dalam sejumlah aquadest selama 10 menit dengan stirer
homogenizer kecepatan 850 rpm dalam beacker glass, kemudian ditambahkan
minyak sedikit demi sedikit (terbentuk korpus emulsi). Lalu ditambahkan sisa
aquadest sambil tetap dihomogenkan (Ramin, et al., 2009; Vahid, et al., 2012)
Sedangkan untuk gelatin didispersikan dalam sejumlah aquadest dengan
stirer homogenizer kecepatan 850 rpm dalam beacker glass di atas hot plate
selama 20 menit kemudian dinaikkan suhu menjadi 98°C, kemudian ditambahkan
minyak sedikit demi sedikit (terbentuk korpus emulsi). Lalu ditambahkan sisa
aquadest sambil tetap dihomogenkan (Gennaro, et al., 1975).
Tabel 3.2 Formula Sediaan Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
tidaknya fenomena inversi fasa (pengubahan fasa) dari minyak dalam air menjadi
air dalam minyak.
Pembuatan Sediaan
Emulsi
Evaluasi Sediaan
Emulsi
Analisis Data
Basis emulsi dengan emulgator tragakan merupakan basis yang lebih baik di
antara basis emulsi dengan emulgator lain dalam formula emulsi tipe M/A minyak
biji jinten hitam, dilihat dari konsistensinya yaitu berwarna krem kekuningan dan
tidak adanya lapisan terpisah yang menandakan terjadinya ketidakstabilan.
Dibandingkan dengan basis emulsi yang menggunakan emulgator gom arab,
gelatin dan Na alginat yang dari awal pembuatan sudah terlihat adanya pemisahan
fase (atas:fase minyak; bawah:fase air), emulgator tragakan mampu
mempertahankan viskositas fase pendispersi sehingga produk menjadi lebih stabil.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan uji pendahuluan di atas tragakan
dipilih untuk membuat formula emulsi minyak biji jinten hitam selanjutnya.
Pada penelitian ini dibuat tiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam dengan variasi konsentrasi tragakan. Tujuan memvariasikan konsentrasi
tragakan yaitu untuk memperoleh formula minyak biji jinten hitam dengan
kualitas dan stabilitas fisik yang memenuhi persyaratan sebagai sediaan emulsi
setelah berada dalam sediaan.
Pembuatan emulsi diawali dengan mendispersikan tragakan dengan
aquadest dalam beacker glass, dihomogenkan dengan stirer homogenizer dengan
kecepatan 950 rpm. Kemudian ditambahkan minyak biji jinten hitam, sukrosa,
serta Na benzoat yang telah dilarutkan dalam sejumlah air sambil tetap
dihomogenkan dengan kecepatan tinggi yaitu 1517 rpm selama 30 menit agar
diperoleh ukuran globul yang kecil. Proses homogenisasi merupakan proses
emulsifikasi yang bertujuan memperkecil ukuran fase terdispersi (globul) agar
terdispersi dengan baik dalam medium pendispersinya. Oleh karena itu,
homogenisasi secara mekanis dapat menghasilkan pengurangan ukuran globul dan
penyebaran tragakan sebagai emulgator secara merata. Prinsip kerja dari
homogenisasi secara mekanis yaitu mengurangi ukuran globul dengan cara
menggerus partikel besar dengan rotor atau komponen yang bergerak sehingga
menghasilkan partikel berukuran lebih kecil dari sebelumnya. Energi besar dari
komponen bergerak atau rotor tadi terbukti mampu memperkecil ukuran globul
dari emulsi (Intan, K, et al., 2012).
Peran tragakan dalam emulsi ini sebagai biopolimer hidrofilik yang mampu
meningkatkan stabilitas emulsi dengan teradsorpsi pada permukaan droplet fase
terdispersi dan mencegah penggabungannya dengan membentuk lapisan
pelindung serta meningkatkan viskositas fase pendispersi (Rezvani, et al., 2002).
Begitu pun menurut Vahid, et al., (2012) bahwa tragakan merupakan polisakarida
anionik yang sangat efektif sebagai emulgator alami yang dapat digunakan untuk
meningkatkan sifat fisik dan reologi dari suatu sediaan emulsi. Apabila viskositas
ditingkatkan maka dapat mengurangi kecepatan pemisahan emulsi. Dengan
demikian, penambahan bahan pengental seperti tragakan ini diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas emulsi selama penyimpanan.
Secara teoritis pun disebutkan bahwa emulgator berupa hidrokoloid
membentuk lapisan ganda (multimolekular) yang mengelilingi tetesan minyak
yang terdispersi. Emulgator tipe ini tidak menyebabkan penurunan tegangan
permukaan yang cukup dalam, akan tetapi kemampuannya lebih efektif
membentuk suatu lapisan multimolekular pada antarmuka dalam melindungi
tetesan yang terdispersi serta meningkatkan viskositas fase pendispersinya
(Martin, et al., 1993; Gennaro, 1975). Oleh karena itu, tragakan dapat
memfasilitasi pembentukan tetesan minyak (oil-droplet), meningkatkan stabilitas
emulsi dan menghasilkan shelf-life yang diinginkan pada emulsi tipe M/A minyak
biji jinten hitam.
Setelah tercampur homogen, emulsi kemudian disimpan dalam wadah gelas
yang tertutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba.
4.2.1 Hasil Evaluasi Organoleptis Emulsi tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Pengamatan organoleptis ketiga formula emulsi minyak biji jinten hitam
yang diperjelas pada lampiran 9, menunjukkan bahwa selama 21 hari
penyimpanan emulsi berwarna krem kekuningan sesuai dengan warna yang
diharapkan. Begitupun aroma khas minyak biji jinten hitam dalam sediaan masih
tercium karena minyak biji jinten hitam memiliki aroma yang sangat kuat.
Penyebab lainnya adalah karena tidak ditambahkannya penutup rasa dalam
formula untuk menutupi aroma minyak.
Hasil pH
Sediaan
Hari ke-0 Hari ke-3
Formula 1
6,049 5,064
(Tragakan 1%)
Formula 2
5,950 4,455
(Tragakan 1,5%)
Formula 3
5,848 4,715
(Tragakan 2%)
meningkatkan stabilitas emulsi (Martin, et al., 1993). Hal tersebut dapat diamati
secara nyata dari viskositas formula 1 (570 cps) yang mengandung tragakan 1%
lebih rendah dibandingkan viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung
tragakan 1,5% serta viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung tragakan
1,5% lebih rendah dibandingkan viskositas formula 3 (2160 cps) yang
mengandung tragakan 2%.
Secara teoritis seiring dengan lamanya penyimpanan, viskositas emulsi
akan semakin meningkat (Lachman, et al., 1994). Akan tetapi setelah dilakukan
pengukuran viskositas pada hari ke-21 sediaan pada penyimpanan suhu kamar
menunjukkan bahwa ketiga formula mengalami penurunan sehingga lebih encer
dibandingkan dengan minggu ke-0. Hal tersebut dapat diamati dari pengukuran
viskositas menggunakan spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm formula 1, formula
2, dan formula 3 berturut-turut 160 cps, 450 cps, dan 930 cps. Penurunan
viskositas tersebut diikuti oleh penurunan stabilitas emulsi. Hal ini karena pada
viskositas yang rendah, fase terdispersi (globul) akan mudah bergerak dalam
medium pendispersinya sehingga peluang terjadinya tabrakan antara sesama
globul semakin tinggi dan globul cenderung bergabung menjadi partikel yang
lebih besar dan menggumpal. Pembahasan mengenai hubungan ukuran globul
akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.
Setelah dilakukan pengukuran viskositas sediaan dengan beragam
kecepatan geser, diperoleh reogram pada lampiran 8. Sifat aliran emulsi minyak
biji jinten hitam dengan emulgator tragakan seharusnya menunjukkan sifat aliran
pseudoplastis thiksotropi, dimana sifat aliran ini disebabkan oleh adanya dispersi
dari tragakan (Martin, et al., 1993). Sifat aliran emulsi pada umumnya berupa
pseudoplastis dimana viskositas akan berkurang seiring dengan naiknya kecepatan
geser. Akan tetapi bentuk reogram yang diperoleh dari ketiga formula tidak ada
yang sama dengan bentuk reogram dari aliran pseudoplastis yang representatif itu
sendiri.
ukuran diameter formula 2 (4,065 μm) yang mengandung tragakan 1,5% lebih
besar dibandingkan ukuran diameter formula 3 (2,91 μm) yang mengandung
tragakan 2%.
Setelah penyimpanan selama 21 hari, terjadi peningkatan ukuran globul.
Dari hasil pengamatan yang diperjelas pada lampiran 6, dapat disimpulkan bahwa
formula 1, formula 2 dan formula 3 memiliki ukuran diameter globul rata-rata
15,32 μm, 14,74 μm dan 3,50 μm. Peningkatan ukuran diameter ini terjadi
mungkin disebabkan oleh menyatunya kembali globul-globul minyak,
beraglomerasi selanjutnya membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena
rusaknya lapisan pelindung dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul.
Gambar 4.4 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata dengan waktu
penyimpanan emulsi minyak biji jinten hitam
Tabel 4.6 Hasil Cycling test Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam
Hasil Pengamatan Setelah 3 Siklus
Awal
Sediaan Warna Uk.Diameter Perubahan
Pengamatan
globul (µm) fisik
Terlihat adanya
Krem
Formula 1 Krem fase yang retak
kekuningan, 18,60
(Tragakan 1%) kekuningan dan gelembung
homogen
Terlihat adanya
Formula 2 Krem
Krem fase yang retak
(Tragakan kekuningan, 6,28
kekuningan dan gelembung
1,5%) homogen
Terlihat adanya
Krem
Formula 3 Krem fase yang retak
kekuningan, 3,67
(Tragakan 2%) kekuningan dan gelembung
homogen
Gambar 4.5 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata sebelum dan
sesudah cycling test
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian formulasi emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Minyak biji jinten hitam dapat dibuat menjadi sediaan emulsi tipe M/A
dengan tragakan sebagai emulgator.
2. Formula F1 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,
menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan
penurunan pH dari 6,049 menjadi 5,064; penurunan viskositas dari 570 cps
menjadi 160 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 14,13 μm
menjadi 15,32 μm; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji
sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari
14,13 μm menjadi 18,60 μm.
3. Formula F2 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,
menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan
penurunan pH dari 5,950 menjadi 4,455; penurunan viskositas dari 1050
cps menjadi 450 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 4,065 μm
menjadi 14,74 μm; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji
sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari
4,065 μm menjadi 6,28 μm.
4. Formula F3 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,
menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan
penurunan pH dari 5,848 menjadi 4,715; penurunan viskositas dari 2160
cps menjadi 930 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 2,91 μm
menjadi 3,50 μm; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji
sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari
2,91 μm menjadi 3,67 μm.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian ini adalah :
1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis emulgator lainnya untuk
membuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam, seperti gabungan antara
emulgator alam dengan emulgator sintetik.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan HLB minyak biji
jinten hitam untuk memudahkan pembuatan sediaan emulsi dengan
emulgator sintetik atau gabungan antara emulgator sintetik dengan
emulgator alam.
3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai terjadinya penurunan pH pada
sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan.
4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan antioksidan
dalam sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan
untuk meningkatkan stabilitas sediaan emulsi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Logmani, Ayed., Zari, Talal. 2011. Long-term effects of Nigella sativa L.oil on
some physiological parameters in normal and streptozotocin-induced
diabetic rats. Journal of Diabetes Melitus, Vol.1. Hal: 1-2
Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Hal: 56, 65-66, 71-79
Anief , Moh Drs Apt. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 96
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar minyak biji jinten hitam (PT Prima Agritech Nusantara,
Depok)
Gambar 7. Sentrifugasi
Lampiran 3. Gambar hasil uji volume creaming formula emulsi tipe M/A
minyak biji jinten hitam selama 21 hari penyimpanan
F1 F2 F3 F1 F2 F3
F1 F2 F3 F1 F2 F3
Lampiran 4. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi tipe M/A
minyak biji jinten hitam penyimpanan hari ke-0
1 2 1 2 1 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.0,5%; 1%; 1,5%)
Gom
Arab
1 2 1 2 1 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.10%; 15%; 20%)
Tragakan
1 2 1 2 1 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.2%; 1,5%; 1%)
1 2 1 2 1 2
Na
Alginat F1 (Kons.1%) F2 (Kons.2%) F3 (Kons.3%)
Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.1%; 2%; 3%)
Lampiran 5. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi tipe M/A
minyak biji jinten hitam penyimpanan hari ke-3
1 2 1 2 1 2
Gelatin
F1 (Kons.0,5%) F2 (Kons.1%) F3 (Kons.1,5%)
Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.0,5%; 1%; 1,5%)
1 2 1 2 1 2
Gom
Arab F1 (Kons.10%) F2 (Kons.15%) F3 (Kons.20%)
Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.20%; 15%; 10%)
Tragakan
1 2 1 2 1 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.2%; 1,5%; 1%)
1 2 1 2 1 2
Na
Alginat F1 (Kons.1%) F2 (Kons.2%) F3 (Kons.3%)
Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2 Ulangan 1 dan 2
Ulangan 3
F1; F2; F3 (Kons.1%; 2%; 3%)
Lampiran 7. Gambar globul formula sediaan emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam
Gambar
Keterangan
Hari ke-0 Hari ke-21
Formula 1
(Tragakan 1%)
Formula 2
(Tragakan 1,5%)
Formula 3
(Tragakan 2%)
Lampiran 8. Gambar hasil uji sentrifugasi formula emulsi tipe M/A minyak biji
jinten hitam
Sebelum Sesudah
F1 F2 F3 F1 F2 F3
Lampiran 9. Hasil reogram formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam
pada hari ke-0
Keterangan Gambar
Formula 1
(Tragakan 1%)
Formula 2
(Tragakan 1,5%)
Formula 3
(Tragakan 2%)
Lampiran 10. Hasil pengamatan organoleptis emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam
Lampiran 11. Hasil pengukuran pH emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam
Formula
Minggu ke-
1 (Tragakan 1%) 2 (Tragakan 1,5%) 3 (Tragakan 2%)
Lampiran 12. Hasil uji sentrifugasi emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam
Homogen, tidak
Formula 1 Terjadi pemisahan fase, terbagi menjadi 2
ada pemisahan
(Tragakan 1%) bagian (atas:fase minyak; bawah:fase air)
fase
Homogen, tidak
Formula 3 Terjadi pemisahan fase, terbagi menjadi 2
ada pemisahan
(Tragakan 2%) bagian (atas:fase minyak; bawah:fase air)
fase
Lampiran 13. Hasil cycling test emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam
Lampiran 14. Hasil pengukuran viskositas seluruh formula emulsi tipe M/A
minyak biji jinten hitam menggunakan spindel nomor 5 pada hari
ke-0
shearing Rate of
Kecepatan Viskositas stress F/A= shear
Sediaan dr
(rpm) (cps) dr x 7,187 dv/dr=F/A x
(dyne/cm2) 1/η
10 1070 02,6 18,6862 0,01746
12 970 02,9 20,8423 0,02148
20 860 04,3 30,9041 0,03593
30 820 06,1 43,8407 0,05346
50 710 08,8 63,2456 0,08907
60 610 09,1 65,4017 0,10721
Formula 1
100 570 10,2 73,3074 0,12860
(Tragakan
60 580 07,5 53,9025 0,09293
1%)
50 640 08,0 57,496 0,08983
30 750 05,6 40,2472 0,05366
20 780 03,9 28,0293 0,03593
12 860 02,5 17,9675 0,02089
10 890 02,2 15,8114 0,01776
Lampiran 15. Hasil pengukuran viskositas seluruh formula emulsi tipe M/A
minyak biji jinten hitam menggunakan spindel nomor 5 pada
hari ke-21
shearing Rate of
Kecepatan Viskositas stress F/A= shear
Sediaan dr
(rpm) (cps) dr x 7,187 dv/dr=F/A x
(dyne/cm2) 1/η
10 0000000 00,0 0 0
12 0000000 00,0 0 0
20 210 01,0 7,187 0,03422
30 180 02,1 15,0927 0,08384
50 170 02,2 15,8114 0,09300
60 170 02,5 17,9675 0,10569
Formula 1
100 160 04,0 28,748 0,17967
(Tragakan
60 170 02,5 17,9675 0,10569
1%)
50 180 02,2 15,8114 0,08784
30 180 01,3 9,3431 0,05190
20 0000000 00,0 0 0
12 0000000 00,0 0 0
10 0000000 00,0 0 0
Lampiran 16. Hasil uji volume creaming emulsi tipe M/A minyak biji jinten
hitam selama 21 hari penyimpanan
Formula 1 �� 70
Volume awal 70 ml,tidak F= �� x 100% = 70 x100% = 100%
(Tragakan 1%)
terbentuk creaming
Formula 2
�� 70
(Tragakan Volume awal 70 ml,tidak F= �� x 100% = 70 x100% = 100%
1,5%) terbentuk creaming
Formula 3 �� 70
Volume awal 70 ml,tidak F= �� x 100% = 70 x100% = 100%
(Tragakan 2%)
terbentuk creaming
Keterangan: F=volume creaming; Vu= volume akhir dari terjadinya endapan/creaming; Vo=
volume awal dari emulsi sebelum terjadi endapan/creaming
1,0-3,9 2,45 4 98
4,0-6,9 5,45 74 403,3
7,0-9,9 8,45 60 507
10,0-12,9 11,45 94 1076,3
13,0-15,9 14,45 82 1184,9
16,0-18,9 17,45 79 1378,55
19,0-21,9 20,45 73 1492,85
22,0-24,9 23,45 21 492,45
25,0-27,9 26,45 9 238,05
28,0-30,9 29,45 6 176,7
31,0-33,9 32,45 0 0
⅀nd 7122
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= ⅀n
= 504
= 14,13 μm
Hari ke-21
1,0-3,9 2,45 0 0
4,0-6,9 5,45 41 223,45
7,0-9,9 8,45 72 608,4
10,0-12,9 11,45 50 572,5
13,0-15,9 14,45 43 621,35
16,0-18,9 17,45 156 2722,2
19,0-21,9 20,45 107 2188,15
22,0-24,9 23,45 21 492,45
25,0-27,9 26,45 0 0
⅀nd 7587,75
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= ⅀n
= 495
= 15,32 μm
34,0-36,9 35,45 0 0
37,0-39,9 38,45 0 0
⅀nd 2650,4
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= ⅀n
= 652
= 4,06 μm
Hari ke-21
1,0-3,9 2,45 0 0
4,0-6,9 5,45 1 5,45
⅀nd 8731,4
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= ⅀n
= 592
= 14,74 μm
34,0-36,9 35,45 0 0
37,0-39,9 38,45 0 0
⅀nd 2001,7
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= ⅀n
= 686
= 2,91 μm
Hari ke-21
25,0-27,9 26,45 0 0
28,0-30,9 29,45 0 0
31,0-33,9 32,45 0 0
34,0-36,9 35,45 0 0
37,0-39,9 38,45 0 0
⅀nd
= 3,50 μm
2252
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= ⅀n
= 642
1,0-3,9 2,45 0 0
4,0-6,9 5,45 15 81,75
7,0-9,9 8,45 20 169
10,0-12,9 11,45 50 572,5
13,0-15,9 14,45 40 578
16,0-18,9 17,45 97 1692,65
19,0-21,9 20,45 150 3067,5
22,0-24,9 23,45 107 2509,15
25,0-27,9 26,45 10 264,5
28,0-30,9 29,45 6 176,7
31,0-33,9 32,45 0 0
34,0-36,9 35,45 0 0
37,0-39,9 38,45 5 192,25
9304
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata= 500
= = 18,60 μm
28,0-30,9 29,45 0 0
31,0-33,9 32,45 0 0
34,0-36,9 35,45 0 0
37,0-39,9 38,45 0 0
3464 ,95
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata = = 6,28μm
551
28,0-30,9 29,45 0 0
31,0-33,9 32,45 0 0
34,0-36,9 35,45 0 0
37,0-39,9 38,45 0 0
2163 ,05
Jadi ukuran diameter partikel rata-rata, d rata-rata = 589
= 3,67 μm