Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK JUMLAH ANAK DALAM KELUARGA TERHADAP SIKAP

KEPEDULIAN SOSIAL ANAK USIA SEKOLAH DASAR KELAS 5


DI UPTD KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

Bayu Ringgar Amista

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Bayuringgar83@gmail.com
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak jumlah anak dalam


keluarga terhadap sikap kepedulian sosial anak usia sekolah dasar kelas V di
UPTD Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Penelitian ini berbentuk
kuantitatif. Rancangan penelitian yang dipilih adalah dengan menggunakan
metode penelitian eksposfacto serta menggunakan desain penelitian Paradigma
Sederhana. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa di kelas V di wilayah UPTD
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun yang berjumlah 571 siswa. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling, dimana pengambilan
anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi tersebut. Pengumpulan data instrumen angket tertutup
dengan rentang skor 1 sampai 4. Dalam menganalisis data digunakan metode
statistik produk moment. Hasil penelitian menunjukkan ada dampak jumlah anak
dalam keluarga terhadap sikap kepedulian sosial anak usia sekolah dasar kelas V
di UPTD kecamatan wungu Kabupaten Madiun dimana hasil analisis data
diperoleh nilai uji peroleh data rhitung = 0,62 sedangkan rtabel = 0,288. Kriteria
pengujian keputusan uji H1 diterima jika rhitung rtabel dan H0 diterima jika rhitung

rtabel. Berarti dalam penelitian ini H1 diterima dan H0 ditolak karena rhitung rtabel
atau 0,62 > 0,288. Hal ini menunjukkan bahwa ada dampak jumlah anak dalam
keluarga terhadap sikap kepedulian sosial pada anak usis sekolah dasar kelas 5 di
UPTD Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

Kata Kunci : Jumlah anak, Sikap kepedulian sosial


Pendahuluan
Keluarga merupakan kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di
antara individu tersebut. Keluarga merupakan bagian terkecil dari lingkungan
masyarakat, yang keduanya saling mempengaruhi serta mempunyai keterkaitan
satu sama lain. Menurut Saadah (dalam Kurniawan 2016:64) keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang cukup efektif dan efesien dalam upaya mengantarkan
generasi penerus dalam membekali kemampuan diri dengan sebaik-baiknya
sehngga menjadi generasi yang andal, terampil dan tangguh. Terciptanya
komunikasi yang baik dalam keluarga akan menjadikan seseorang merasa nyaman
dalam kehidupannya, baik di keluarga maupun masyarakat. Selain itu keluarga
juga memagang peranan yang tidak kalah penting dalam rangka proses pendidikan
anak. Kegiatan dan proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini harus bekerja sama dan
saling mendukung dalam memberikan pendidikan kepada anak. Lingkungan
pertama yang punya peran adalah lingkungan keluarga, disinilah anak
dilahirkan,di rawat dan dibesarkan .
Menurut Undang-undang No 52 tahun 2009 keluarga memiliki fungsi yang
meliputi; (1) Fungsi Keagamaan; (2) Fungsi Budaya; (3) Fungsi Cinta Kasih; (4)
Fungsi Perlindunngan; (5) Fungsi Reproduksi; (6) Fungsi Sosialisai; (7) Fungsi
Ekonomi; dan (8) Fungsi Pelestarian Lingkungan.
Berdasarkan 8 fungsi keluarga yang dijabarkan Undang-undang diatas
maka dapat disimpulkan bahwa mengasuh, membesarkan dan mendidik anak
merupakan tugas dan kewajiban orang tua yang dimulai sejak lahir anak sampai
dewasa. Menurut UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandunga. Orang tua adalah tempat menggantunngkan diri anak
secara wajar. Secara kodrati anak yang baru lahir sifatnya lemah belum dapat
menolong dirinya sendiri dan memerlukan tempat atau keluarga sebagai
gantungan hidupnya. Menurut beberapa teori pendidikan yang kita kenal,
misalnya teori empirisme menyebutkan bahwa anak lahir seperti kertas putih
(tabularasa), yang bisa ditulisi apa saja oleh orang dewasa (orang tua). Karena
biasanya anak-anak itu akan meniru setiap tingkah laku orang tuanya. Semakin
banyak jumlah anak dalam suatu keluarga maka akan berakibat pada semakin
terbaginya perhatian dan kasih sayang orang tua kepada anak. Ini merupakan
salah satu tantang orang tua untuk bisa mengatur dan membagi perhatian,
pendidikan dan kasih sayang agar tidak ada anak yang merasa dikorbankan.
Anak yang sejatinya juga akan menjadi mahluk sosial hendakanya sejak
dini diberi bekal tentang sikap kepedulian sosial. Hal ini dikarenakan anak kelak
juga akan membutuhkan bantan orang lain, akan melakukan interkasi dan
hunbungan timbal balik dengan orang lain. Sikap kepedulian sosial merupakan
salah sikap yang sangat penting dan harus dimiliki oleh setiap orang, hal ini
dikarenakan dalam menjalani kehidupan sosial, sikap inilah yang menjadikan
salah satu faktor keberhasilannya. Menurut Alma (2010:204) kepedulian sosial
merupakan suatu rangkaian ibadah, ini telah dicontohkan oleh Rasullah SAW,
dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Tabroni dari Anas bin Malik yang
artinya: Budi pekerti luhur adalah termasuk amalan ahli surga. Selanjutnya
kepedulian sosial yang menjadi ibadah itu tidak lepas dari budi pekerti luhur/baik,
sesai dengan norma-norma agama, adat istiadat derta norma-norma yang diatur
oleh UU/ Peraturan Pemerintah.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif ex post facto dengan desain
penelitan paradigma sederhana dengan satu variabel independen dan dependen..
Arikunto (2013:17) mendefinisikan metode ex post facto adalah penelitian tentang
variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. Melalui
pengolahan data secara statistik diharapkan dapat diketahui sejauh mana
hubungan antara kedua variabel yang diteliti. Alasan peneliti menggunakan
metode penelitian ex post facto ini karena data yang diungkap sudah ada pada
anak.
Metode pengumpulan data adalah suatu prosedur untuk memperoleh data

yang diperlukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.


Menurut Arikunto (2014: 194) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.


Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Memberi penjelasan tentang cara pengisian kuesioner kepada anggota

pelatihan.
2. Pengisian kuesioner oleh anggota pelatihan.
3. Pengumpulan kuesioner.
4. Melakukan penskoran.
5. Menyusun hasil kuesioner dalam bentuk tabulasi data
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil simpulan data menunjukkan bahwa ada dampak jumlah anak

dalam keluarga terhadap sikap kepedulian sosial pada anak usis sekolah dasar

kelas 5 di UPTD Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Jumlah anak dalam

keluarga sangat mempengaruhi terbentuknya sikap kepedulian sosial pada anak,

khususnya pada anak kelas 5 di sekolah dasar. Keluarga merupakan unit sosial yag

terkecil yang di dalamnya terdapat ayah, ibu dan anak-anak sebagai anggotanya.

Sedangkan pengertian anggota itu sendiri yaitu bagian dari sesuatu yang

berangkai. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diambil suatu pengertian

bahwa yang dimaksud dengan anggota keluarga itu adalah person-person yang

ada sebagai bagian yang berangkai dari kesatuan unit sosial yang terkecil.

Menurut Undang – Undang no.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak, anak

adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin.

Secara garis besar jumlah anak dalam keluarga dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu; (1) keluarga kecil adalah keluarga yang anaknya berjumlah 1-2 anak; (2)

keluarga sedang adalah keluarga yang anaknya berjumlah 3-4 anak; (3) keluarga

besar adalah keluarga yang anaknya berjumlah 5-6 keatas atau lebih. Sedangkan

berdasarkan data yang berhasil didapatkan dalam penelitian ini hanya terdapat dua

katagori jumlah anak dalam keluarga yaitu kelurga kecil dan keluarga menengah.

Hasil analisis data menunjukkan ada dampak jumlah anak dalam keluarga

terhadap sikap kepedulian sosial pada anak usis sekolah dasar kelas 5 di UPTD

Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Dengan jumlah anak yang relatif stabil

tentu perhatian orang tua akan pembentukan sikap anak, khususnya sikap

kepedulian sosial semakin intensif. Jumlah anak yang relatif lebih sedikit,
memberikan ruang yang lebih intensif untuk orang tua dengan anak untuk saling

berinteraksi. Karena seperti yang kita ketahui bersama keluarga merupakan

tempat yang sangat penting dan merupakan awal bagi pembentukan karakter anak.

Sedangkan definisi kepedulian sosial yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan

kemanusian pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas

manusia. Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 192) Kepedulian sosial adalah sikap

dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat.

Sementara Indikator kepedulian sosial di sekolah yaitu (1) Memfasilitasi

kegiatan yang bersifat sosial; (2) Melakukan aksi-aksi sosial; (3) Menyediakan

fasilitas-fasilitas untuk menyumbang. Indikator-indikator tersebut yang diterapkan

pada saat siswa berada di lingkungan sekolah. Selain itu, menurut Samani dan

Hariyanto (2012: 51) Kepedulian sosial merupakan sikap mau membantu

seseorang yang membutuhkan bantuan. Indikator peduli sosial yaitu (1)

Memperlakukan orang lain dengan sopan; (2) Bertindak santun; (3) Toleran

terhadap perbedaan; (4) Tidak menyakiti perasaan orang lain; (5) Mau berbagi

dengan orang lain; (6) Mampu bekerja sama; (7) Mau terlibat dengan kegiatan

masyarakat.

Dari pendapat beberapa tokoh diatas maka dalam penelitian indikator yang

dipakai sebagai indikator dalam mengukur sikap kepedulian sosial anak adalah ;

(1) Memperlakukan orang lain dengan sopan , (2) Toleran terhadap perbedaan, (3)

Menghargai orang lain, (4) Mau berbagi dengan orang lain , dan (5) Mampu

bekerja sama. Sebagai salah satu sikap yang penting dimiliki oleh anak sebagai

bekal dalam menjalani kehidupan sebagai mahluk sosial, seyogyanya sikap


kepedulian sosial ini menjadi salah satu priotitas dalam memberikan pendidikan

kepada anak, dalam hal ini anak usia sekolah dasar.

Anak Usia sekolah dasar adalah anak yang memiliki rentang umur antara

6-12 tahun. Namun dalam penelitian ini, fokus penelitian pada anak usia sekolah

dasar kelas 5 atau anak berusia 10 sampai 11 tahun. Pada anak kelas tinggi ini

memiliki beberapa karkteristik. Menurut Djamarh (2008:125) sifat khas anak-

anak pada masa kelas tinggi Sekolah Dasar ; (1) Adanya minat terhadap

kehidupan paraktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya

kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis, (2)

Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar, (3) Menjelang akhir masa ini telah

ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli

ditafsirkan sebagai mulai menonjonya faktor-faktor, dan (4) Anak-anak pada masa

ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-

sama. Pada rentang usia inilah biasnya mulai terdapat sebuah interaksi sosial baik

bersama teman sebaya, guru bahkan masyarakat dilingkungan mereka tinggal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masa usia inilah, sebenarnya penanaman

sikap kepedulian sosial seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih serius hal

ini dikarenakan dalam rentang usia inilah anak mulai berbaur dengan yang lain

dalam sebuah interaksi yang disebut interaksi sosial. Ketika anak pada usia 11

sampai 12 tahun memiliki bekal sikap kepedulian sosial maka dalam

perkembangan selanjutnya mereka akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki

kepedulian sosial yang tinggi

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang dapat diambil dari paparan data diatas adalah bahwa ada

dampak jumlah anak dalam keluarga terhadap sikap kepedulian sosial pada anak

usis sekolah dasar kelas 5 di UPTD Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun.

Bertolak dari simpulan tersebut di atas maka dapat dikemukakan saran sebagai

berikut: Orang tua lebih mengawasi dan peduli kepada anaknya terutama pada

perkembangan dan pembentukan sikap kepedulian sosial. Karena sikap

kepedulian sosial merupakan salah satu sikap yang sangat menentukan

kehidupan dan pergaulan anak sebagai salah satu bagian dari mahluk sosial.

Siswa/anak hendaknya mulai melihat keadaan sekitar sehingga timbulha

sikap kepedulian sosial, baik dalam pergaulan di rumah, sekolah maupun

lingkungan sekitar. Hal ini dikarenaka secara kodrat manusia merupakan mahluk

sosial dimana meraka tidak dapat hitum sendiri dan saling membutuhkan satu

sama lain. Sekolah mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter

anak dalam hal ini sikap kepedulian sosial, hal ini karenakan anak/siswa

menghabiskan waktu disekolah 5-6 jam setiap harinya . Sehingga perlunya kerja

sama yang baik antara pihak sekolah dengan orang tua agar hasil dari

pembentukan karakter anak maksimal.

Daftar Pustaka

Alma, Buchari.2010.Pembelajaran Studi Sosial.Bandung:Alfa Beta

Arikunto, Suharsimi.2013.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan


Praktik.Jakarta:Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi.2014.Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan


Praktik.Jakarta:Asdi Mahasatya.
Djamarah, Syaiful Bahri.2008.Psikologi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta

Fathurrohman, Pupuh dkk.2013.Pengembangan Pendidikan


Karakter.Bandung:Refika Aditama

Kurniawan, Syamsul.2016.Pendidikan Karakter:Konsepsi & Implementasinya


Secara Terpadu Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, Dan
Masyarakat.Yogjakarta:AR-RUZZ MEDIA

Lestari, Sri.2012.Psikologi Keluarga: Penanaman nilai dan Penangan konflik


dalam keluarga.Jakarta:Prenadamedia Group.

Mar’at, Samsunuwiyati.2013.Psikologi Perkembangan.Bandung:Remaja


Rosdakarya.

Misbahudin. Iqbal Hasan.2013.Analisis Data Penelitian Dengan


Statistik.Jakarta:Bumi Aksara

Muin, Fatchul.2013.Pendidikan Karakter.Jogjakarta:AR-RUZZ MEDIA

Riduwan,Sunarto.2015.Pengantar Statistika untuk Penelitian:Pendidikan, Sosial,


Ekonomi dan Bisnis.Bandung:Alfabeta

Samani, Muchlas. Hariyanto.2012.Pendidikan Karakter.Bandung:Remaja


Rosdakarya

Sawono, Sarlito. Eko A Meienarno.2009.Psikologi Sosial.Jakarta:Salemba


Humanika.

Siregar,Syofian.2014.Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif:Dilengkapi


dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.Jakarta:Bumi
Aksara.

Soelaeman, Munandar.2011. Ilmu Sosial Dasar.Bandung:Refika Aditama.

Sugiyono.2015.Statisktik untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta.

Sugiyono.2016.Metode Penelitian Kauntitatif, Kualitatif dan


R&D.Bandung:ALFABETA

Undang – Undang no.4 tahun 1974 tentang kesejahteraan anak

Undang-undang No 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak

Undang-undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga

Waigito Bimo.2003.Psikologi Sosial(Suatu Pengantar).Yogyakarta: Andi Offset.


Yusuf, Syamsu.2014.Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja.Bandung:Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai