Anda di halaman 1dari 18

ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

PENGEMBANGAN POTENSI HERBAL MEDICINE DARI EKSTRAK


TUMBUHAN SALA (Cynometra ramiflora Linn.) MENJADI OBAT HERBAL
TERSTANDAR :
Uji Farmakologi, Toksisitas dan Penyelidikan Kimia

Haryoto1), Tanti Azizah Sujono2), Andi Suhendi3), Muhtadi4)


Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Achmad Yani Pabelan, Kartasura, Surakarta 57102
E-mail: har254@ums.ac.id

Abstract

Lempuyang emprit (Zingiber amaricans Bl) is one of the plants species that contain secondary
metabolites that are important in diseases treatment. This study was conducted to determine the
secondary metabolites contained in the ethanol extract of lempuyang emprit from two regions
(Semarang and Yogyakarta) after derivatized and determine its zerumbone level. Metabolite
profile analysis performed by gas chromatography with mass spectroscopy detector, split
injection system, and helium as the mobile phase at a constant rate of 3.0 mL/min and
derivatized with BSTFA (N,O-bis-(trimetilsilil)-trifluoroasetamid). While zerumbone levels
determined by the same method but without derivatization. The results showed that there were
differences in secondary metabolite profiles of ethanol extract of lempuyang emprit from
Semarang and Yogyakarta, and the zerumbone levels also differ in the two extracts were
24.04% w/w (Semarang) and 30.32% w/w (Yogyakarta).

Keywords: Zingiber amaricans Bl, GC-MS, BSTFA, Metabolite profiling, zerumbone

1. PENDAHULUAN dari isu lingkungan global. Konversi hutan


Indonesia merupakan Negara mangrove terus meningkat untuk dijadikan
kepulauan yang memiliki hutan mangrove lahan pertanian atau tambak ikan/udang,
terluas di dunia. Hutan mangrove dunia sehingga menyebabkan penurunan
dilaporkan seluas ± 16.530.000 ha yang produktivitas ekosistem tersebut (Dave,
tersebar di Asia 7.441.000 ha, Afrika 2006; Primavera, 2005). Dalam kurun waktu
3.258.000 ha dan Amerika 5.831.000 ha, 25 tahun, hutan mangrove dunia hilang
sedangkan di Indonesia dilaporkan seluas sebesar 35% (Valiela et al., 2001) dan hutan
3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Dengan mangrove Indonesia yang rusak mencapai
demikian, luas hutan mangrove Indonesia 57,6% (Ditjen RLPS., 2001).
hampir 50% dari luas mangrove yang ada di Di lingkungan area Kraton
Asia dan hampir 25% dari luas hutan Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebelum
mangrove dunia. Hutan mangrove sebagai didirikan bangunan kraton merupakan daerah
salah satu lahan basah di daerah tropis rawa yang luas dan memiliki berbagai
dengan akses yang mudah serta kegunaan macam jenis tumbuhan. Salah satu tumbuhan
komponen biodiversitas dan lahan yang mangrove yang ada di area lingkungan
tinggi telah menjadikan sumberdaya tersebut Keraton Surakarta Hadiningrat, Surakarta,
sebagai sumberdaya tropis yang terancam Jawa Tengah adalah tumbuhan Sala yang
kelestariannya (Valiela et al., 2001; memiliki nama latin Cynometra ramiflora
Onrizal,2005) dan menjadi salah satu pusat Linn. Tumbuhan jenis ini merupakan

46
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

tumbuhan yang langka, dan berdasarkan Oleh karena itu, sangat terbuka
penelusuran pustaka yang telah dilakukan, peluang untuk menemukan dan
masih sedikit penelitian dan data tentang menghasilkan produk OHT atau fitofarmaka,
kandungan kimia dan kajian khususnya dari bahan obat tumbuhan asli
farmakologisnya. Padahal berdasarkan Indonesia yang langka, belum banyak diteliti,
pengalaman empiris, ekstrak air (godogan) dan secara empiris terbukti dimanfaatkan
dari daun dan ranting tumbuhan Sala dapat dalam pengobatan masyarakat. Salah satu
digunakan untuk membantu penyembuhan tumbuhan obat asli Indonesia, yang
berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, memenuhi persyaratan langka, belum banyak
asam urat dan kolesterol. Oleh karena itu, diteliti, dan secara empiris terbukti berkhasiat
penting untuk dilakukan kajian tentang adalah Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora
penyelidikan kandungan kimia, efek Linn). Hasil keseluruhan dari penelitian
farmakologi, tokisisitas dan formulasinya tentang ekstrak tumbuhan Sala ini,
untuk dimanfaatkan menjadi obat herbal diharapkan akan diperoleh informasi dan
terstandar atau ramuan jamu yang memiliki landasan ilmiah yang kuat dan lengkap yang
landasan ilmiah yang kuat (scientific based). dapat dipublikasikan dalam jurnal nasional
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi terakreditasi atau internasional, serta potensi
sumbangan pengembangan potensi herbal pengembangan produk herbal terstandar yang
medicine dari ekstrak tumbuhan Sala telah teruji dari tumbuhan Sala untuk
(Cynometra ramiflora Linn) yang diperoleh diproduksi oleh mitra industri jamu herbal di
menjadi obat herbal terstandar. Hasil wilayah karesidenan Solo, dipasarkan dan
penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dimanfaatkan dalam pelayanan pengobatan
tumbuhan Cynometra ramiflora Linn dari penyakit di masyarakat.
beberapa Negara berpotensi sebagai Berdasarkan latar belakang yang
antibakteri (Khan et al., 2006), antioksidan telah dituliskan maka rumusan masalah pada
(Bunyapraphatsara et al., 2003), antidiabetes penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
(Tiwari, dkk, 2008), aktif terhadap beberapa 1. Bagiamana standardisasi ekstrak dan
sel uji kanker, seperti human gastric, colon profil metabolit untuk kontrol kualitas dan
dan breast cancer cell lines (Uddin, dkk, jaminan mutu ekstrak?
2009). 2. Bagaimana toksisitas akut dan subkronis
Pengobatan tradisional yang dari ektrak yang terpilih dan formulasi
berlandaskan sumber alam hayati, terutama ekstrak OHT?
tumbuh-tumbuhan, telah digunakan sejak Berdasarkan latar belakang dan
lama di Indonesia karena memiliki rumusan masalah tersebut, maka tujuan pada
keunggulan bahan mudah didapat, murah, penelitian ini adalah sebagi berikut:
hampir tidak memiliki efek samping, 1. Mendapatkan data toksisitas subkronis
merupakan keahlian nenek moyang yang dan gambaran histopatologi organ.
diwariskan secara turun temurun, serta dapat 2. Mendapatkan formula sediaan obat herbal
dimanfaatkan jika obat sintetis tidak yang optimal dan stabil.
memberikan hasil yang diharapkan. Pada saat
ini, obat tradisional atau disebut dengan obat 2. KAJIAN LITERATUR
herbal sangat banyak digunakan oleh Penelitian Fitokimia Tumbuhan Sala
sebagian besar masyarakat Indonesia untuk (Cynometra ramiflora Linn). Tumbuhan Sala
mengobati berbagai penyakit. Akan tetapi, (Cynometra ramiflora Linn) belum banyak
kualitas obat herbal yang beredar secara diteliti oleh para ahli mengenai kandungan
umum masih dalam kategori jamu, tidak metabolit sekundernya. Penelitian yang telah
banyak yang dapat dikategorikan obat herbal dilakukan oleh beberapa ahli tentang
terstandar (OHT) ataupun fitofarmaka. kandungan kimia baru uji screening
Menurut literatur terkini, hingga tahun 2012 fitokimia seperti yang disajikan secara
baru ada 31 produk OHT, dan 6 produk lengkap pada Tabel 1. Tumbuhan Cynometra
fitofarmaka (Candra, 2012). ramiflora Linn yang diteliti berasal dari

47
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

berbagai wilayah geografis yang berbeda, di sebagai bahan obat herbal yang berkualitas
Bangladesh dan Thailand. Tumbuhan akan meningkatkan kapasitas bahan obat
Cynometra ramiflora Linn, terindikasi herbal asli Indonesia dan pemanfaatannya
adanya berbagai macam kelompok senyawa sebagai obat herbal alternative dalam
kimia antara lain: polisakarid, tanin, gum, pengobatan pasien.
dan saponin. Dari kelompok senyawa-
senyawa kimia tersebut semuanya dilaporkan
3. METODE PENELITIAN
berasal dari ekstraknya, sedangkan fraksi-
a. Determinasi tanaman
fraksi dari ekstrak belum pernah dilakukan
Determinasi tanaman dilakukan di
penelitian, sehingga masih sangat terbuka
Laboratorium Biologi LIPI Bogor.
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
b. Ekstraksi
kandungan utama senyawa murni (chemical
Ektraksi dilakukan dengan
marker) dan pemanfaatannya secara
menggunakan metode maserasi dengan
farmakologis sebagai obat herbal.
pelarut methanol. Perbandingan simplisia
Kajian Farmakologi dari Tumbuhan
daun, ranting dan buah. Maserat dipekatkan
Sala (Cynometra ramiflora Linn). Ekstrak
dengan menggunakan rotary evaporator.
dari tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora
c. Uji Screening Farmakologi
Linn) telah ditentukan efek farmakologisnya
1). Uji antibakteri
terhadap berbagai sistem uji, yang meliputi
Prinsip terapi antibakteri adalah harus
antibakteri dan antioksidan. Hasil kajian
dapat menghambat pertumbuhan atau
farmakologi dari ekstrak tumbuhan Sala
membunuh bakteri patogen tetapi tanpa
(Cynometra ramiflora Linn). Sebanyak
membahayakan manusia (Batubara, 2008).
delapan jenis bakteri pada gram negatif
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada
dengan berbagai macam konsentrasi
antibakteri yang bersifat toksisitas selektif,
pengujian anti bakteri, sedangkan pada gram
ada antibakteri yang bersifat menghambat
positif ada dua bakteri yang telah diujikan.
pertumbuhan bakteri yang dikenal sebagai
Dapat diketahui bahwa yang berpotensi
bakteriostatik, dan ada yang bersifat
terhadap aktivitas antibakteri pada dosis 250
membunuh bakteri dikenal sebagai
μg/disk dan 500 μg/disk berturut-turut
bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan
adalah Escherichia coli (zona
untuk menghambat dan membunuh bakteri,
penghambatan pada 9 dan 12 mm),
masing-masing dikenal sebagai Kadar
Staphylococcus epidermis (10 dan 12 mm),
Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh
Shigella dysenteriae (8 dan 14), Enterococci
Minimal (KBM). Antibakteri tertentu
(7 dan 14), Shigella sonnei (8 dan 14),
aktivitasnya dapat meningkat menjadi
Staphylococcus aureus (10 dan 15),
bakterisid bila kadar antimikrobanya
Salmonella typhi (8 dan 15), Shigella flexneri
ditingkatkan melebihi KHM (Setiabudy dan
(7 dan 13) , Shigella boydii(8 dan 14) dan
Gan, 2007).
Vibrio cholera ( 9 dan 16) (Khan et al.,
2006).
2). Uji antioksidan dengan metode DPPH
Bagian tumbuhan mangrove yang telah
Pada uji antioksidan pertama kali
dikaji secara fitokimia, yaitu meliputi daun,
dilakukan persiapan adalah pembuatan
bunga, dan ranting. Hasil kajian terhadap
pereaksi larutan DPPH dengan konsentrasi
aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa
yang diinginkan. Kemudian menentukan
buah dan daun berpotensi sebagai
waktu inkubasi sampel dan diukur panjang
antioksidan (Bunyapraphatsara et al., 2003).
gelombang maksimum. Selanjutnya
Peluang dan keberlanjutan dari hasil
Penentuan aktivitas penangkapan radikal
penelitian ini adalah akan dihasilkan produk
dilakukan melalui perhitungan nilai
yang dimanfaatkan oleh masyarakat dengan
inhibitory concentration (IC50). Nilai IC50
penggunaan obat herbal yang terstandar dan
adalah konsentrasi substrat yang
berkualitas. Pengembangan potensi
memberikan persentase aktivitas
tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn)
penangkapan radikal (% APR) sebesar 50 %

48
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

dibanding kontrol melalui suatu persamaan kimia dari ekstrak dengan metode analisis
garis regresi linier antara konsentrasi TLC scanner dengan berbagai variasi
terhadap persentase aktivitas penangkapan pelarut.
radikal (Rohman dan Riyanto, 2006).

3) Uji sitotoksik 5). Uji ketoksikan subkronis


Uji sitotoksik adalah uji toksisitas secara Hewan uji dikelompokkan dalam 5
in vitro menggunakan kultur sel yang kelompok. Masing-masing kelompok terdiri
digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas dari 10 ekor tikus. Semua tikus ditimbang.
antineoplastik dari suatu senyawa. Kemudian masing-masing kelompok
Penggunaan uji sitotoksik pada kultur sel diberikan ekstrak yang aktif dalam pengujian
merupakan salah satu cara penetapan in vitro praklinis. Konsentrasi sesuai kelompok
untuk mendapatkan obat-obat sitotoksik. peringkat dosis secara oral selama 3 bulan
Sistem ini merupakan uji kuantitatif dengan (90 hari). Pengamatan hewan uji dilakukan
cara menetepkan kematian sel (Freshney, pada hari ke-nol (sebelum pemberian ekstrak
1987). Parameter yang digunakan untuk uji uji) dan pada akhir pemberian obat.
sitotoksik yaitu nilai IC50. Nilai IC50 Perubahan yang diamati pada tikus tersebut
menunjukkan nilai konsentrasi yang yang meliputi:
menghasilkan hambatan proliferasi sel a. Berat badan,
sebesar 50% dan menunjukkan potensi b. Gejala klinis umum melalui pengamatan
ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Nilai fisik,
ini merupakan patokan untuk melakukan uji c. Pemeriksaan hematologi (jumlah eritrosit,
pengamatan kinetika sel. Nilai IC50 dapat lekosit, hemoglobin, SGOT, SGPT,
menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai ureum, kreatinin, gula darah, protein total,
sitotoksik. Semakin besar harga IC50 maka albumin, globulin),
senyawa tersebut semakin tidak toksik. d. Pada akhir masa uji beberapa hewan uji
Akhir dari uji sitotoksik dapat memberikan pada masing masing kelompok
informasi yang maksimum yang masih dikorbankan lalu diambil organnya (hati,
memungkinkan sel mampu bertahan hidup. lambung, jantung, ginjal, uterus dan
Akhir dari uji sitotoksisitas pada organ target ovarium) untuk diuji histopatologisnya
memberikan informasi langsung tentang (Loomis, 1978).
perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara
spesifik (Djajanegara dan Wahyudi, 2009).
6). Uji Formulasi Sediaan Obat Herbal
4). Standarisasi dan identifikasi profil Uji formulasi ini meliputi pemeriksaan
ekstrak homogenitas campuran, pengamatan kualitas
Standarisasi ekstrak (bahan) mengikuti granul seperti sifat alir, kandungan air dan
prosedur baku yang telah direkomendasikan kompresibilitas, kontrol kualitas akhir:
oleh BPOM RI, yaitu analisis non-spesifik keseragaman bobot, kerapuhan, kekerasan,
yang meliputi analisis susut pengeringan, waktu hancur, kadar obat dan kecepatan
bobot jenis, kadar air, kadar abu, kandungan pelarutan. Pada tahap ini juga akan dilakukan
sisa pelarut, residu pestisida, cemaran logam pemilihan jenis kemasan dan proses kemasan
berat, cemaran mikroba, dan analisis spesifik yang memberikan pengaruh kestabilan
yang meliputi identitas ekstrak, organoleptis, produk dan penampilan kemasan/produk
senyawa terlarut dalam pelarut tertentu, juga yang memikat bagi konsumen.
uji kandungan kimia ekstrak. Masing-masing
analisis parameter tersebut, mengikuti 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
prosedur yang telah disarankan oleh BPOM Tumbuhan Sala merupakan tanaman
RI. yang secara tradisional turun temurun
Pada tahap ini juga dilakukan digunakan sebagai obat di kalangan Keraton
identifikasi secara screening kandungan Surakarta. Penelitian-penelitian mengenai

49
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Tumbuhan Sala belum pernah dilakukan oleh antihiperurisemia disebabkan mencit


para peneliti khususnya di Indonesia. Oleh memiliki enzim urikase yang dapat memecah
karena itu eksplorasi mengenai manfaat asam urat menjadi allantoin yang mudah
Tumbuhan Sala (Cynometra ramiflora Linn.) larut dalam air (Martin, 1987).
perlu dilakukan. Pada penelitian tahun kedua Uji pendahuluan meliputi kontrol
ini, tim peneliti tumbuhan sala melaporkan hiperurisemia, dan kontrol CMC Na 0,5%.
aktivitas farmakologi sebagai Hewan uji diberi perlakuan dengan makanan
antihiperurisemia dan antidiabetes. tambahan jus hati ayam selama 3 kali sehari
Pengujian aktivitas antihiperurisemia selama 2 hari dengan kosentrasi 10 % (10 g
dilakukan pada mencit yang diinduksi oleh hati ayam dilarutkan bersama aquades 100
natrium oksonat. Penelitian sebelumnya mL). Tujuan pemberian makanan tambahan
menunjukkan kadar natrium oksonat yang adalah karena hasil kadar asam urat pada
efektif adalah 250mg/kgBB secara kontrol hiperurisemia yang tidak diberikan
intraperitonial sudah mampu meningkatkan makanan tambahan menunjukkan hasil yang
kadar asam urat (Suhendi et al., 2012; Zhao rendah yaitu kurang dari 3,0 mg/dL. Kontrol
et al., 2005). Natrium oksonat digunakan hiperurisemia dilakukan untuk mendapatkan
sebagai penginduksi hiperurisemia, karena model hiperurisemia, dan untuk mengetahui
merupakan inhibitor urikase yang kompetitif potensi kalium oksonat dalam meningkatkan
untuk meningkatkan kadar asam urat dengan kadar asam urat pada serum hewan uji.
jalan mencegah asam urat menjadi allantoin Kalium oksonat merupakan inhibitor enzim
yang bersifat mudah larut dalam air dan urikase. Penghambatan enzim urikase
dapat diekskresikan lewat urin, sehingga menyebabkan asam urat tidak diubah
penghambatan enzim urikase akan menjadi alantoin sehingga kadar asam urat
mengakibatkan akumulasi asam urat dan dalam darah meningkat.
tidak tereliminasi lewat urin (Mazzali et al., Pada uji hiperurisemia, mencit jantan
2001). Induksi dilakukan secara intra diinduksi secara peroral dengan aquades, satu
peritoneal, dan pengambilan darah yang jam kemudian diinduksi secara intraperitorial
optimal adalah pada jam kedua setelah dengan kalium oksonat dosis 250 mg/kgBB.
induksi (Suhendi et al., 2013; Haidari et al., Penentuan kadar asam urat dengan
2008). Pada penelitian ini pun mendapatkan menggunakan reagen TBHBA. Reaksi yang
hasil yang sama dengan penelitian terjadi adalah reaksi enzimatik (Schunack et
sebelumnya (tabel 1). Penggunaan mencit al., 1990; Jacobs et al, 1990; Foster et al,
sebagai model penelitian aktivitas 2011) dengan mekanisme sebagai berikut :

Gambar 4. Mekanisme pembentukan kuinomin (Schunack et al., 1990)


Data uji pendahuluan (tabel 1.) urat pada penelitian in-vivo obat
menunjukkan bahwa kalium oksonat dosis antihiperurisemia terhadap hewan uji.
250 mg/kgBB sudah dapat meningkatkan Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa
kadar asam urat pada serum mencit. Menurut hubungan antara kontrol CMC Na 0,5%
Ishibuchi (2001) dan Osada (1993), kalium dengan kontrol hiperurisemia berbeda
oksonat mampu meningkatkan kadar asam bermakna dengan nilai 0,046 (p < 0,05),

50
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

sehingga dapat disimpulkan bahwa kalium oksonat dapat meningkatkan kadar asam urat.

Tabel 1. Data Kadar Asam Urat Kontrol Hiperurisemia Dan CMC Na 0,5%
Kadar asam urat (mg/dL)
Kelompok perlakuan
Baseline Setelah perlakuan
K.oksonat 250 mg/KgBB 1,1 ± 0, 4,4 ± 0,6
CMC Na 0,5% 1,4 ± 0,1 1,7 ± 0,2

A. Hasil Uji Ekstrak Tumbuhan Sala bahwa kelompok perlakuan ekstrak daun sala
Dan Kombinasinya dosis 1000 mg/Kg BB tidak berbeda
Pengujian aktivitas bermakna dengan kelompok alopurinol. Hal
antihiperurisemia didasarkan pada tersebut menandakan bahwa aktivitas
pengalaman empiris masyarakat sekitar penurunan kadar asam urat ekstrak daun sala
kraton Surakarta. Diharapkan penelitian ini dosis 1000 mg/KgBB setara dengan
menjadi data ilmiah yang memperkuat alopurinol dosis 10 mg/KgBB. Kemampuan
khazanah kearifan lokal khususnya di penurunan kadar asam urat dari kombinasi
Surakarta. ekstrak daun dan kulit batang tumbuhan sala
Hasil pengujian aktivitas yang efektif adalah pada perbandingan 375
antihiperurisemia baik ekstrak tunggal mg/KgBB ekstrak daun dan 125 mg/KgBB
maupun kombinasinya menunjukkan ekstrak kulit batang tumbuhan sala.
penurunan kadar asam urat dibandingkan Kelompok kombinasi ekstrak daun tumbuhan
kelompok kontrol negatif (Tabel 2). sala dosis 125 mg/KgBB dan ekstrak daun
Kemampuan penurunan kadar asam urat salam pada dosis 210 mg/KgBB
kelompok perlakuan ekstrak daun dan kulit menunjukkan penurunan kadar asam urat
batang tumbuhan sala dosis 1000 mg/KgBB yang efektif. Kemampuan penurunan
melebihi kemampuan alopurinol dosis 10 kelompok kombinasi pada dosis tersebut
mg/KgBB. Hasil uji dengan one way Anova menunjukkan nilai yang tidak berbeda
post hoc with bonferroni test menunjukkan bermakna dengan kellompok kontrol positif.

Tabel 2. Data Kadar Asam Urat Kelompok Perlakuan dan Kontrol


Kadar sebelum perlakuan Kadar Setelah
Kelompok Hewan Uji
(Baseline) (mg/dL) perlakuan (mg/dL)
Kontrol Positif (Allupurinol 10
0,92 ± 0,41 0,74 ± 0,21*
mg/kgBB)
Kontrol Negatif (CMC Na 0,5%) 0,7 ± 0,16 3,22 ± 0,15
EEDS 250 mg/KgBB 0,72 ± 0,41 1,36 ± 0,32*±
EEDS 500 mg/KgBB 0,98 ± 0,18 0,92 ± 0,47*
EEDS 1000 mg/KgBB 1,08 ± 0,33 0,40 ± 0,23*±
EKBS 250 mg/KgBB 0,38 ± 0,11 1,72 ± 0,51*
EKBS 500 mg/KgBB 0,88 ± 0,19 1,46 ± 0,11*
EKBS 1000 mg/KgBB 1,24 ± 0,18 0,56 ± 0,39*±
EEDS:EKBS (250 mg:250 mg/KgBB) 0,66 ± 0,51 0,98 ± 0,40*
EEDS:EKBS (375 mg:125 mg/KgBB) 1,30 ± 0,07 0,70 ± 0,14*
EEDS:EKBS (125 mg:375 mg/KgBB) 0,78 ± 0,13 1,04 ± 0,40*
EEDS:EDS (125 mg:210 mg/KgBB) 1,26 ± 0,24 1,54 ± 0,34*
EEDS:EDS (250 mg:210 mg/KgBB) 1,36 ± 0,09 1,26 ± 0,42*
EEDS:EDS (500 mg:210 mg/KgBB) 1,62 ± 0,19 1,16 ± 0,18*

51
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

EEDS = ekstrak etanol daun tumbuhan sala, EKBS = ekstrak kulit batang
tumbuhan sala, EDS = ekstrak daun salam * =berbeda bermakna dengan
kontrol negatif dan positif, ± =berbeda bermakna dengan kontrol positif

Hasil uji statistik kadar asam urat Daun salam pada penelitian
kelompok perlakuan menunjukan semua sebelumnya sudah terbukti memiliki aktivitas
kelompok mempunyai perbedaan yang penurunan asam urat. Kombinasi ekstrak
bermakna dengan kontrol negatif. Kelompok daun salam dengan ekstrak daun tumbuhan
perlakuan EEDS dosis 500 mg/KgBB tidak sala memberikan efek yang tidak berbeda
berbeda bermakna dengan kontrol psoitif, signifikan dengan kelompok kontrol positif,
artinya EEDS dosis ini memiliki potensi sehingga dapat dikatakan bahwa potensi
yang saman dengan allopurinol. Kelompok penurunan asam urat allopurinol dengan
EEDS dosis 100 mg/KgBB mempunyai ekstrak kombinasi adalah sama.
aktivitas lebi baik dari allopurinol. Kelompok Berdasarkan data persentase
perlakuan EEDS yang dikombinasi dengan penurunan kadar asam urat (gambar 1),
EKBS pada semua perbandingan (1:1; 3:1 kelompok kontrol positif (allupurinol
dan 1:3) aktivitas penurunan kadar asam 10mg/kgBB), kelompok perlakuan dosis I, II
uratnya tidak berbeda signifikan dengan dan III mampu menurunkan kadar asam urat
allopurinol, artinya potensi kelompok berturut-turut sebesar 77,01% ; 57,76%;
perlakuan kombinasi tersebut sama dengan 71,42%; dan 87,57%. Berdasarkan penelitian
kontrol positif. Kombinasi ekstrak daun dan ini maka ekstrak etanol daun tumbuhan Sala
kulit batang tumbuhan sala yang memiliki mampu menurunkan kadar asam urat.
potensi paling baik adalah 3:1. Profil ini Kemampuan penurunan kadar asam urat
menunjukkan adanya efek sinergisme karena kelompok perlakuan dengan kontrol positif
keberadaan kulit batang tumbuhan sala dapat relatif tidak jauh berbeda, bahkan dosis
meningkatkan penurunan kadar asam urat. ketiga kelompok perlakuan memiliki
kemampuan lebih baik.
Persentase Penurunan Kadar Asam

90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
Urat

30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Kelompok I Kelompok II Kelompok Kelompok
EEDS 77.01% 57.76% III
71.42% IV
87.57%
EEDS:EKBS 77.01% 69.60% 78.30% 68.00%
EEDS:EDS 77.01% 52.17% 60.87% 63.98%

Gambar 1- Histogram Antara Persentase Penurunan dengan Kelompok


Perlakuan
Keterangan : EEDS = ekstrak etanol daun tumbuhan sala, EKBS = ekstrak Kulit
batang tumbuhan sala, EDS = ekstrak daun salam
Kelompok I : Kontrol Positif (allopurinol 10mg/kgBB)
Kelompok II : EEDS 250mg/kgBB, EEDS:EKBS (250:250 mg/KgBB), EEDS:EDS
(125:210 mg/KgBB)
Kelompok III : EEDS 500mg/kgBB, EEDS:EKBS (375:125 mg/KgBB),
EEDS:EDS (250:210 mg/KgBB)

52
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Kelompok IV : EEDS 1000mg/kgBB, EEDS:EKBS (125:500 mg/KgBB),


EEDS:EDS (500:210 mg/KgBB)

Mekanisme penghambatan peroksida. Radikal hidroksil dengan


xanthine oxydase oleh allopurinol kereaktifan yang tinggi dibentuk oleh reaksi
menyebabkan hipoxanthine dan xanthine Fenton. Aksi radikal bebas dengan
diekskresikan lebih banyak dalam urin rangsangan tinggi meningkatkan konsentrasi
sehingga kadar asam urat dalam darah kalsium sitosol yang menyebabkan destruksi
menurun (Mutschler, 1991). cepat sel beta (Watkins et al, 1963).
Tanin berperan pada penurunan Mekanisme lain juga menyebutkan aloksan
kadar asam urat (Mun’im dan Hanani, 2011) bekerja melalui perusakan pada permeabilitas
melalui mekanisme penghambatan xanthine membran sel. Aloksan menginduksi
oxydase (Ho et al., 2012), dan flavonoid juga pengeluaran ion kalsium dari mitokondria
dapat menurunkan kadar asam urat melalui yang mengakibatkan proses oksidasi sel
mekanisme penghambatan xanthine oxydase terganggu. Hal ini yang menyebabkan
(Susanti, 2006; Cos et al., 1998). Jenis produksi insulin pada sel β pancreas
flavonoid yang berperan pada penghambatan terganggu (Lenzen, 2007). Kemampuan
xanthine oxydase yaitu flavon dan flavonol aloksan untuk dapat menimbulkan diabetes
(Cos et al., 1998). Sifat pengobatan asam urat juga tergantung pada jalur penginduksian,
dengan tanaman yaitu menghambat dosis senyawa, hewan percobaan dan status
pembentukan asam urat (penghambatan gizinya (Szkudelski, 2001).
xanthine oxydase), meningkatkan produksi Hasil induksi dengan aloksan
urin (diuretik), dan mencegah rasa nyeri didapatkan bahwa kadar glukosa (Tabel 3)
(Mun’im dan Hanani, 2011). Oleh karena darah pada lima kelompok perlakuan sudah
kemampuan tumbuhan Sala yang dapat mengalami diabetes pada hari ke-3. Hal ini
mencegah kenaikan kadar asam urat, maka didasarkan pada kadar glukosa darah yang
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai >200 mg/dL. Kadar gula darah normal pada
senyawa kimia yang berperan terhadap tikus antara 50-135 mg/dL (Johnson-
penghambatan xanthine oxydase. Delaney, 1996). Desain pengujian dibuat ada
kontrol negatif dan kontrol positif.
B. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Glibenklamid dipilih sebagai kontrol positif
Tumbuhan Sala Dan Kombinasinya karena merupakan antidiabetik oral
Uji aktivitas antidiabetes menggu- golongan sulfonilurea yang dapat
nakan model tikus yang dibuat diabetes. menurunkan kadar gula darah. Pengobatan
Hewan uji dibuat diabetes dengan cara jangka pendek, glibenklamid dapat
menginduksinya dengan aloksan 150 meningkatkan sekresi insulin dari sel β
mg/kgBB. Aloksan akan merusak sel β pankreas, sedangkan pada pengobatan jangka
pankreas dengan cepat dan menyebabkan panjang efek utamanya adalah meningkatkan
terjadinya diabetes mellitus tipe I. efek insulin terhadap jaringan parifer dan
Mekanisme peningkatan kadar glukosa darah penurunan pengeluaran glukosa dari hati
adalah disebabkan terbentuknya radikal (Guyton dan Hall, 1997). Hasil pengukuran
bebas melalui reaksi reduksi oksidasi. kadar glukosa darah setelah perlakuan dan
Aloksan dan produk reduksinya asam kontrol positif (glibenklamid) mengalami
dialurik membentuk siklus reaksi oksidasi penurunan. Potensi penurunan kadar glukosa
dengan formasi radikal superoksida. Radikal darah oleh ekstrak kulit batang tumbuhan
ini mengalami dismutasi menjadi hidrogen sala lebih besar dari pada kontrol positifnya.

53
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Tabel 3. Data hasil pengukuran kadar glukosa darah kelompok kontrol dan
perlakuan
Kadar Glukosa Darah (mg/dL) Hari ke:
Kelpk Perlakuan (Hari ke-0) (Hari ke-3) (Hari ke-11) Post
Baseline Post aloksan perlakuan
I Kontrol Negatif CMC Na 102,20 ± 14,11 233,20 ± 27,67 225,40 ± 11,74
Kontrol positif
II 107,20 ± 26,38 218,00 ± 18,69 82,80 ± 14,46
Glibenklamid
Ekstrak Kulit Batang
III Tumbuhan Sala 125 95,80 ± 18,34 242,20 ± 18,53 121,80 ± 33,24
mg/KgBB
Ekstrak Kulit Batang
IV Tumbuhan Sala 250 111,60 ± 16,20 225,20 ± 16,28 107,00 ± 14,87
mg/KgBB
Ekstrak Kulit Batang
V Tumbuhan Sala 500 98,40 ± 23,30 230,80 ± 10,47 94,60 ± 17,08
mg/KgBB
Ekstrak Daun Tumbuhan
VI 94,80 ± 10,96 222,40 ± 13,32 78,20 ± 18,53
Sala 250 mg/KgBB
Ekstrak Daun Tumbuhan
VII 96,80 ± 17,51 224,60 ± 4,83 82,00 ± 20,27
Sala 500 mg/KgBB
Ekstrak Daun Tumbuhan
VIII 95,20 ± 17,25 217,80 ± 12,28 75,60 ± 26,08
Sala 1000 mg/KgBB
Kombinasi Glibenklamid
IX 0,9 mg/KgBB-Ekstrak Daun
Sala 250 mg/KgBB 100,80 ± 23,15 217,20 ± 14,20 93,60 ± 32,99
Kombinasi Glibenklamid
X 0,9 mg/KgBB-Ekstrak Daun
Sala 125 mg/KgBB 104,20 ± 18,30 233,80 ± 20,95 102,20 ± 11,32
Kombinasi Glibenklamid
XI 0,9 mg/KgBB-Ekstrak Daun
Sala 62,5 mg/KgBB 83,60 ± 10,28 207,60 ± 7,27 164,00 ± 88,68

Berdasarkan hasil pengukuran kadar 242,20±18,53 mg/dL. Hal yang sama juga
glukosa darah setiap kelompok pada hari ke- terjadi pada kelompok perlakuan dosis 250
11 (tabel 3) diketahui bahwa kelompok mg/kgBB dan 500 mg/kgBB selama 11 hari.
kontrol negatif kadar glukosanya tidak Berdasarkan hasil pengukuran kadar
mengalami penurunan yaitu 225,40±11,74 glukosa darah (Tabel 3) kelompok perlakuan
mg/dL, sedangkan kelompok kontrol positif tiga seri dosis ekstrak etanol daun tumbuhan
terjadi penurunan yang bermakna Sala menunjukkan bahwa semakin besar
dibandingkan dengan kadar glukosa pada dosis ekstrak yang diberikan maka efek
hari ke-3 yaitu sebesar 82,80±14,46 mg/dL. penurunan glukosanya semakin besar. Hasil
Hal ini membuktikan pemberian uji statistik menunjukkan kelompok ekstrak
glibenklamid dapat merangsang sekresi daun tumbuhan sala dosis 250 mg/kgBB, 500
insulin pada sel beta pankreas yang telah mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB berbeda
rusak oleh aloksan. Kelompok perlakuan bermakna dengan dengan kontrol negatif.
ektrak etanol kulit batang tumbuhan Sala Jika hasil kelompok-kelompok tersebut
dosis 125 mg/kgBB juga menunjukkan dibandingkan dengan kontrol positif maka
adanya penurunan kadar glukosa darah diperoleh hasil berbeda tidak bermakna
sebesar 121,80±33,24 mg/dL dimana kadar (P>0,05), artinya efek penurunan glukosa
sebelum pemberian ekstrak sebesar darah pada tiga seri dosis ekstrak tersebut

54
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

tidak berbeda secara nyata dengan Kelompok perlakuan ekstrak daun tumbuhan
glibenklamid. Hal ini juga dapat diartikan sala dosis 125 mg/KgBB dengan
bahwa dosis 125 mg/kgBB, 500 mg/kgBB glibenklamid 0,9 mg/KgBB juga
dan 1000 mg/kgBB ekstrak etanol kulit menunjukkan hasil perbedaan yang tidak
batang Sala memiliki efek yang sebanding signifikan.
dengan glibenklamid dosis 0,9 mg/kgBB.
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa
terjadi penurunan kadar glukosa darah pada C. Hasil Penelitian Toksisitas Akut
kelompok perlakuan kombinasi ekstrak daun Ekstrak Daun Sala
dengan glibenklamid. Penurunan kelompok Uji toksisitas akut ditujukan untuk
kombinasi ekstrak daun tumbuhan sala dosis mengetahui potensi ketoksikan yang dinilai
250 mg/KgBB dan 125 mg/KgBB dengan dari harga Lethal Dose 50 (LD50) selama 24
glibenklamid menunjukkan potensi jam, menilai berbagai gejala klinis yang
penurunan kadar glukosa lebih besar dari timbul serta mekanisme yang memerantarai
pada kelompok glibenklamidnya saja. terjadinya kematian hewan uji. LD50 adalah
Kelompok kombinasi ekstrak daun tumbuhan dosis yang menyebabkan kematian pada 50%
sala dosis 250 mg/KgBB dengan populasi. Apabila selama 24 jam tidak ada
glibenklamid 0,9 mg/KgBB hasil analisis hewan uji yang mati, maka pengamatan
statistiknya menunjukkan perbedaaan yang dilakukan selama 14 hari, hal ini untuk
tidak signifikan, sehingga dapat dikatakan melihat kemungkinan efek toksik yang
aktivitas kelompok ini dengan kontrol tertunda yang dapat diamati dari perilaku dan
positifnya memiliki aktivitas setara. histopatologi organ.

Tabel 4. Data pengamatan gejala klinik selama 3 jam setelah pemberian ekstrak daun
Sala dosis tunggal 4000 dan 16000 mg/kgBB
HU hiper pasif lemah gelisah bradip Disp bradikardi takikardi Diare Warna
aktif nea nea tinja
1 - v - - - - - - - Coklat
2 - v - - - - v - - Coklat
3 - v - v - - v - - Coklat
4 - v - - - - v - - Coklat
5 - v - v - - v - - coklat

Tikus pada kelompok dosis ekstrak daun Sala setelah perlakuan tikus cenderung menjadi
dosis 4000 dan 16000 mg/kgBB tidak pasif (tidur).
menunjukkan gejala toksik pada hewan uji,

Tabel 5. Persentase kematian hewan uji setelah pemberian ekstrak daun Sala selama 24
jam
Kelompok Jumlah Hewan uji % hewan uji
Dosis (mg/kgBB)
Perlakuan Hidup Mati Hidup Mati
I 250 5 - 100 -
II 1.000 5 - 100 -
III 4.000 5 - 100 -
IV 16.000 5 - 100 -

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa mati, sehingga LD50 semu ekstrak daun Sala
sampai dosis tertinggi tepat pada batas adalah 16.000 mg/KgBB. Potensi ketoksikan
volume maksimum yang boleh diberikan akutnya dalam kategori praktis tidak toksik.
pada hewan uji, tidak ada hewan uji yang

55
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

Tabel 6. Data penimbangan berat badan tikus pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) dan
jam ke-24 , serta hari ke-14 setelah pemberian ekstrak daun Sala
Hewan Penimbangan berat badan (g) tikus
Dosis
uji ke: Hari ke-0 Jam ke-24 Hari ke-14
1 193 189,5 220,5
2 176,5 175 206
250 mg/kgBB 3 171,5 176 188
4 145,5 150 172
5 144,5 143,5 204
1 167,5 168 191
2 195,5 192,5 203
1000 mg/kgBB 3 215,5 216 171,5
4 158,5 169 231,5
5 198,7 194,2 218,5
1 128,5 156,5 173,5
2 143 163,5 171
4000 mg/kgBB 3 132 126 141,5
4 137.5 136 195,8
5 193 177,5 175,2
1 158 152,1 167
2 129,5 146,5 180
16000 mg/kgBB 3 153 152 178
4 178 192,5 210
5 143 141,5 149

Pengamatan yang dilakukan selama diasumsikan bahwa pemberian ekstrak dan


24 jam dan 14 hari menunjukkan bahwa Sala tidak mempengaruhi nafsu makan.
semua kelompok perlakuan mengalami (gambar 2.)
peningkatan berat badan. Dengan demikian

35 31.3
30
Kenaikan berat badan (g)

25
19.5 19.8
20
15.2
15 jam ke-24

10 hari ke-14
5.1 4.6
5
0.6 0.8
0
250 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 4000 mg/kgBB 16000
mg/kgBB

Gambar 2. Kenaikan berat badan tikus setelah perlakuan dengan ekstrak daun Sala

56
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

D. Hasil Penelitian Toksisitas Akut LD50 semu ekstrak kulit batang Sala
Ekstrak Kulit Batang Sala adalah 16.000 mg/KgBB. Potensi ketoksikan
akutnya dalam kategori praktis tidak toksik.

Tabel 7. Persentase kematian hewan uji setelah pemberian ekstrak kulit batang Sala
selama 24 jam

Kelompok Jumlah Hewan uji % hewan uji


Dosis (mg/kgBB)
Perlakuan Hidup Mati Hidup Mati
I 250 5 - 100 -
II 1.000 5 - 100 -
III 4.000 5 - 100 -
IV 16.000 5 - 100 -

Tabel 8. Data penimbangan berat badan tikus pada hari ke-0 (sebelum perlakuan) dan
jam ke-24 , serta hari ke-14 setelah pemberian ekstrak daun Sala

Hewan Penimbangan berat badan (g) tikus


Dosis
uji ke: Hari ke-0 Jam ke-24 Hari ke-14
1 147 152 184,5
2 160 167,5 185,5
250 mg/kgBB 3 142,5 148,8 164
4 155 160 181
5 146,5 151,5 181
1 169,5 173,7 197
2 183 185 213
1000 mg/kgBB 3 158 160 193
4 140,5 144,5 179,5
5 150 159 175
1 161,5 173
2 181,5 180,7
4000 mg/kgBB 3 202 211,5
4 157 165,5
5 171 185
1 178,5 182,5
2 201 161,5
16000 mg/kgBB 3 159,5 165,5
4 163,5 178,5
5 199,5 201

57
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

10.0 9.0

Peningkatan berat badan 8.0


6.0
6.0
4.0
4.0
jam ke-24
2.0

0.0
250 mg/kgBB 1000 mg/kgBB 4000 mg/kgBB 16000
-2.0 mg/kgBB
-2.6
-4.0
Gambar 3. Kenaikan berat badan tikus setelah perlakuan dengan ekstrak kulit batang
Sala

Pada kelompok dosis 16000 mg/kgBB akibat pemberian perlakuan selama 18


menunjukkan terjadi penurunan berat badan minggu. Pemeriksaan hati dilakukan secara
dengan purata sebesar 2,6 g. deskriptif untuk mengetahui apakah ada
degenerasi skut di sekitar vena porta hati dan
E. Gambaran toksisitas hati dan tubulus poksimal ginjal yang merupakan
ginjal tanda patognomonis dari kejadian toksisitas.
Gambaran toksisitas hati dan ginjal Deskriptif dari tanda toksisitas ditampilkan
diperlukan untuk memberikan informasi pada tabel 1 dan gambar 1.
apakah ada efek toksik pada hati dan ginjal

Tabel 1. Deskriptif tanda toksisitas hati dan ginjal


Kelompok Toksisitas Hati Toksisitas Ginjal
Kontrol Positif TAK TAK
Kontrol Negatif TAK TAK
Daun Sala 1 TAK TAK
Kulit Batang Sala TAK TAK
Kombinasi TAK TAK
Kombinasi TAK TAK

Gambaran histologi hati pada semua kelompok ditampilkan pada gambar berikut;

58
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

KP KN

DS 1 BS 1

KS 1 KS 2

Gambar 1. Gambaran histologi hati kelompok perlakuan.

Gamabaran histologi ginjal pada semua perlakuan ditampilkan pada gambar di bawah ini;

KP KN

59
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

DS 1 BS 1

KS 1 KS 2
Gambar 2. Gambaran histologi ginjal kelompok Perlakuan

Berdasarkan gambaran di atas maka jelas 60:40. Sediaan yang paling banyak di
bahwa ekstrak kulit dan daun tumbuhan sala pasaran adalah kapsul. Dosis yang dibuat
tidak memberikan efek yang tidak aman bagi adalah 300 mg ekstrak daun tumbuhan sala
organ hati dan ginjal. Gambaran dan 200 mg ekstrak daun insulin. Jenis
histopatologi ginjal dan hati tidak kapsul yang digunakan adalah kapsul keras
menunjukkan tanda kerusakan akibat transparan dengan ukuran nomor 1, karena
toksisitas selama penelitian. jumlah ekstrak masih sedikit untuk masuk
kedalam kapsul maka perlu bahan tambahan
2. Gambaran formula produk antidiabetes dimana sebagai bahan tambahan adalah
berbasis ekstrak tumbuhan sala laktosa sesuai standar pembuatan obat.
Hasil penelitian tahu kedua Proses pembuatan produk ini kami bekerja
penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak sama dengan CV. Arafat Sukses Mulia,
daun tumbuhan sala memberikan efek yang karena IKOT tersebut sudah memiliki ijin
sangat baik terhadap tikus yang dibuat produksi dari Badan POM RI.
diabetes sehingga pengembangan produk
salah satunya diarahkan pada produk Desain produk, nama dan produk dapat
antidiabetes. Pada pembuatan formula dilihat gambar 3.
produk berbasis tumbuhan sala dibuat Nama produk : Insulabet
kombinasi antara ekstrak daun tumbuhan sala No. POM TR : --
dengan daun insulin dengan perbandingan Sediaan : Kapsul

60
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Gambar 3. Kapsul Insulabet

Gambar 4. Kemasan Luar Kapsul Insulabet

5. KESIMPULAN 2. Candra. A., Jamu Aman dan Layak


1. Ekstrak daun dan kulit batang Dikonsumsi, Kompas, dibaca Senin,
tumbuhan sala tidak merusak 13 Februari 2012, 09:57 WIB
ginjal dan hati tikus percobaan 3. Dave, R. 2006. Mangrove ecosystem
selama penelitian yang of south, west Madagascar: an
ditentukan. ecological, human impact, and
2. Formulasi produk berbasais subsistence value assessment.
tumbuhan sala dibuat dalam Tropical Resources Bulletin 25: 7-
bentuk kapsul dan dilabel dengan 13.
nama isulabet. 4. Ditjen INTAG. 1993. Hasil
penafsiran luas areal dari citra
landsat MSS liputan tahun 1986-
Daftar Pustaka 1991. Direktorat Jenderal
Inventarisasi dan Tata Guna Hutan,
1. Bunyapraphatsara, Nuntavan,
Departemen Kehutanan RI
Aranya Jutiviboonsuk, Prapinsara
5. Ditjen RLPS. 2001. Kriteria dan
Sornlek, Wiroj Therathanathorn,
standar teknis rehabilitasi wilayah
Sanit Aksornkaew, Harry H. S.
pantai. Direktorat Jenderal
Fong, John M. Pezzuto, and Jerry
Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Kosmeder, 2003, Pharmacological
Sosial, Departe-men Kehutanan RI.
studies of plants in the mangrove
forest, India: Mahidol University.

61
ISSN 2407-9189 University Research Colloquium 2015

6. Djajanegara, I., dan Wahyudi, P., Proteins of Mirabilis jalapa L.


2009, Pemakaian Sel HeLa dalam Jurnal Bahan Alam Indonesia. Vol
Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform 7. No 5.
dan Etanol Ekstrak Daun Annona 14. Khan, Mohammed Ahad Ali,
squamosa, Jurnal Ilmu Kefarmasian Prasanta Paul and Mohammed
Indonesia, Vol.7., No.1, 7-11. Torequl Islam, 2006. Phytochemical
7. Haryoto. 2007. Antioksidan dari and pharmacological screening of
Fraksi Polar Ekstrak Metanol dari Shingra (Cynometra ramiflora Linn.,
Kulit Kayu Batang Shorea Family: Leguminosae) bark based on
accuminatissima dengan Metode its traditional uses. Department of
DPPH. Jurnal Ilmu Dasar, FMIPA Pharmacy Southern University.
UNEJ. Vol. 8 No.2. hal. 158-164. 15. Loomis,T., 1978.Essential of
8. ________.2007. Sifat Sitotoksik Toxicology, 3rd edition, Lea &
Oligomer Resveratrol dari Kulit Febriger, Philadelpia.
Batang Shorea brunnescens dan 16. Onrizal. 2005. Hutan mangrove
Shorea rugosa Terhadap Sel Murin selamatkan masyarakat di pesisir
Leukemia P-388. Seminar Nasional utara Nias dari tsunami. Warta
Himpunan Kimia Bahan Alam Konservasi Lahan Basah 13 (2): 5-7.
Indonesia XVI. Unri-Riau. 17. Primavera, JH. 2005. Mangroves,
9. ________.2008. Oligostilbenoids fishpond, and the quest for sus-
from Shorea gibbosa and their tainability. Science 310 (5745): 57-
cytotoxic properties against P-388 58.
cells. Journal Natural Medicine, 18. Rohman dan Riyanto, S., 2006,
Japan. Vol. 12 No. 1. hal. 1861- Aktivitas Antiradikal Bebas Ekstrak
1865. Kloroform Buah Mengkudu
10. ________.2009.Sitotoksik Fraksi (Morinda citrifolia, L.) dan Fraksi-
Polar Ekstrak Aseton Kulit Batang fraksinya, Artocarpus, 6: 39.
Sukun (Artocarpus communis) 19. Suhendi.A. 2009. Analisis Rhodamin
Terhadap Sel Myeloma. Simposium B dalam Jajan Pasar dengan Metode
Bahan Obat Alami XIV . Jakarta: KLT. Jurnal Sains dan Teknologi.
BPPT. Vol 10. No 2.
11. ________.2010. Antioxidant 20. --------------. 2010. Aktivitas
Activity of Total Phenolic Antihiperurisemia Ekstrak Air Jinten
Compound in Hexane Fraction from Hitam Pada Mencit Putih Galur Balb
Piper betle L. Leaves with DPPH C dan Standardisasinya. Majalah
Methode. International Conference Farmasi Indonesia. Vol. 22 No. 2.
and Talk Show on Medical 21. Setiabudy, R., dan Gan, V. H. S.,
Plant“Effective, Safe and Qualified 2007, Pengantar Antimikroba dan
Herbal Medicine for Diabetes Farmakologi dan Terapi, Edisi IV,
Melitus Treatment”. Jakarta: BPPT. 571-572, Bagian Farmakologi
12. Indrayudha.P.2006. Uji Aktivitas FKUI, Jakarta.
Ekstrak Gubal Daun Dewandaru 22. Sujono. A.T. 2007. Efek Analgetik
(Eugenia uniflora.Linn) dan Daun Ekstrak Etanol Daun Mindi (Melia
Keladi Tikus (Typhonium azedarach) pada Mencit Putih Jantan
flagelliforme.(Lodd) Bl) Terhadap Galur Swiss. Jurnal Pharmacon,
Pemotongan DNA Superkoil Untai Surakarta. Vol. 8 No 1.
Ganda. Jurnal Farmasi Indonesia. 23. ---------------. 2009. Antaraksi
Vol.3 No.2. Quercetin dengan Tolbutamid :
13. ________.2011. Antiangiogenesis of Kajian terhadap Perubahan Kadar
Protein Fraction Containing MJ-C, Glukosa Darah pada Tikus Jantan
Acidic Ribosome Inactivating yang Diinduksi Aloksan. Jurnal

62
University Research Colloquium 2015 ISSN 2407-9189

Sains & Teknologi Vol. 10, No 2. 26. Uddin, Shaikh J., Grice Darren .I.,
24. ---------------.2010. Pengaruh Lama and Tiralongo.E., 2009, Cytotoxic
Praperlakuan Flavonoid Rutin Effects of Bangladeshi Medicinal
terhadap Efek Hipoglikemik Plant Extracts. Original Article.
Tolbutamid pada Tikus Jantan yang eCAM Advance Access published
Diinduksi Aloksan. Jurnal Sains & August 25, P.1-6.
Teknologi Vol. 11, No 1.
25. Tiwari.P., Rahuja.N,, Kumar, R.,
Lakshmi.V., Srivastava,N.M.,
Agarwal. C.S.,Raghubir.R., and
Srivastava. K.A., 2008, Search for
antihyperglycemic activity in few
marine flora and fauna. Indian
Journal of Science and Technology.
1 (5), p.1-5.

63

Anda mungkin juga menyukai