TESIS
PONTISOMAYA PARAMI
NPM 1206301980
TESIS
PONTISOMAYA PARAMI
NPM : 1206301980
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
ii
SURAT PERNYATAAN
Apabila suatu saat terbukti saya melakukan kegiatan plagiat maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan
( Pontisomaya Parami)
iii
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di Depok
iv
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Om SantiSantiSanti Om
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
_________________________________________________________________
Dibuat di Depok
PadaTanggal24 Maret 2014
Yang Menyatakan
Pontisomaya Parami
vi
ABSTRAK
Teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) adalah yang paling
banyak dilakukan setelah teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA
PET) di RSUP Sanglah. Teknik anesthesia regional blok subarachnoid dapat
menggantikan teknik anesthesia umum pipa endotrakea pada pasien mini
laparatomi (appendisectomy dan laparatomi kehamil anektopik). Belum pernah
dilakukan studi tentang cost effectiveness analysis (CEA )pada teknik anesthesia
regional blok subarachnoid di RSUP Sanglah. Cost diambil dari catatan medis
penggunaan obat di ruang operasi dan ruang pemulihan. Outcome (efektifitas)
dilihat dari kejadian efek samping pascaoperasi (nyeriakutpascaoperasi, mual
muntah pasca operasi / PONV dan menggigil(shivering).Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teknik anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost
effective dari pada teknik anesthesia umum pipa endotrakea pada pasien mini
laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamil anektopik) di RSUP Sanglah
Bali.
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
1 PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 5
1.3 Pertanyaan Penelitian …………………………………….. 5
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………. 6
1.3.1 Tujuan umum…………………………………….. 6
1.3.2 Tujuan khusus …………………………………… 6
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………… 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian………………………………… 7
2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 8
2.1 Teknik Anesthesia…………………………… …… 8
2.1.1 Teknik Anesthesia Regional Blok Subarachnoid
Dan Teknik Anesthesia Umum ……………………. 8
2.2 Klasifikasi Pasien Preoperasi…………………………….. 10
2.3 Pengertian Biaya .………………………………………… 11
2.4 Klasifikasi Biaya…………………………………………. 12
2.5 Farmako ekonomi..………………………………………… 15
2.6 Cost Effectiveness Analysis (CEA) ………………………. 16
2.7 Cost Effectiveness Plane …………………………………. 17
2.8 Farmako ekonomi dalam Anesthesia ……………………… 18
2.9 Cost Containment dalam Managed Care …………………. 19
ix
4 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL……………………………………… 37
4.1 Kerangka konsep ………………………………………….. 37
4.2 HipotesisNol ……………………………………………….. 39
4.3 Definisi Operasional Varibel Penelitian ……………………. 39
4.4 Alur Penelitian. ……………………………………………… 41
5 METODEPENELITIAN ………..……………………………… 42
5.1 Desain Penelitian …………………………………………… 42
5.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 42
5.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. …………………… 42
5.3.1 Populasi Penelitian ……………………………… 42
5.3.2 Kriteria Eksklusi ………………………………. 42
5.3.3 Sampel Penelitian ………………………………. 42
5.4 Pengumpulan Data ………………………………………….. 43
5.5 Teknik Pengolahan Data…………..……………………… 43
5.5.1 Biaya ………………………………………….. 43
5.5.2 Efektifitas ……………………………………… 44
5.6 Analisis Data ……………………………………………… 44
5.7 Penyajian Data …………………………………………….. 44
7 PEMBAHASAN …………………………………………………… 51
7.1 Biayadan Efektifitas ………………………………………… 51
7.2 Konsekuensi Biaya …………………………………………. 55
7.3 Perspektif Hasil Studi Cost Effectiveness analysis …………. 56
7.4 Kelemahan Penelitian ……………………………………….. 57
x
DAFTAR TABEL
Tabel1
Kontra indikasi pada tindakan neuraxial block (Kleinman, 2002) ……… 9
Tabel 2
Tindakan Mini laparatomi di RSUP SanglahJuli - Desember2012… 33
Tabel 3
Teknik Anesthesia di RSUP SanglahJuli – Desember 2012 ………… 33
Tabel 4
Rekapitulasi pasien di kamaroperasi IRD dan IBS selama bulan
Juli – Desember 2013 berdasarkan klasifikasi status fisik ASA … 35
Tabel 5
Rekapitulasi pasien di kamaroperasi IRD dan IBS selama bulan
Juli – Desember 2013 berdasarkan cara pembayaran ..… 36
Tabel 6
Menyajikan hasil biaya dan efektifitas ………………………… 45
Tabel 7
Karakteristik kelompok penelitian …………………………………. 46
Tabel 8
Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit) ………………………… 47
Tabel 9
Biaya untuk mengatasi efek samping pascaoperasi …………………. 48
Tabel 10
Total biaya anesthesia ………………………………………… 48
Tabel 11
Kejadian efek samping di ruang pemulihan ………………………… 49
Tabel 12
Data tentang cost effectiveness……………………………………….. 50
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar1
Klasifikasi Biaya (Elliot, 2005) ………… 14
Gambar 2
Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) Quadrants…… 17
Gambar 3
CEA Plane ………… 18
Gambar 4
Cost-Matrix dalamr umahsakit ………… 19
Gambar 5
Struktur organisasi RSUP Sanglah ………… 28
Gambar 6
Kerangka konsep penelitian ………… 38
Gambar 7
Cost effectiveness grid(Rascati, 2009) ………… 52
Gambar 8
Quadarants in CEA Plane ………… 53
Gambar 9
Decision treedarihasilpenelitian ………... 55
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENGUMPULAN DATA ………………… 66
LAMPIRAN 2
DAFTAR HARGA OBAT DAN ALAT UNTUK TINDAKAN
ANESTHESIA ………………… 68
LAMPIRAN 3
FORMULASI DION UNTUK PENGHITUNGAN BIAYA
AGEN ANESTHESI INHALASI ………… 69
LAMPIRAN 4
PENGUKURAN NYERI DENGAN KARTU SKOR NYERI
VISUAL ANALOG SCORE ………… 70
LAMPIRAN 5
HASIL ANALISIS STATISTIK ………………… 71
LAMPIRAN 6
HASIL TABULASI DATA DASAR ………………… 81
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
PET) dan 29,7% dengan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
Tindakan mini laparatomi merupakan salah satu tindakan pembedahan yang dapat
dikerjakan dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET)
atau teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
Hingga saat ini di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah belum pernah diteliti
apakah ada perbedaan efektifitas pembiayaan pada teknik anestesi umum inhalasi
pipa endotrakea dan teknik anestesi regional blok subarachnoid dengan menggunakan
pendekatan farmakoekonomi cost effectiveness analysis.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Teknik Anestesia Regional Blok Subarachnoid dan Teknik Anestesia Umum
Teknik anesthesia umum dilakukan dengan menghilangkan kesadaran pasien,
saat menyediakan kondisi lapangan operasi yang adekuat dengan tetap
mempertahankan fungsi fisiologis yang esensial. Untuk mencapai hal ini, ahli anestesi
akan melakukan strategi yang sesuai dengan kondisi kesehatan fisik pasien
preoperasi. Induksi pada anestesi umum biasanya dilakukan dengan obat anestesi
intravena (meskipun kadangkala dapat digunakan dengan agen anestesi inhalasi).
Pemeliharaan anestesi selama tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan
Universitas Indonesia
9
memberikan obat anestesi intravena atau agen anestesi inhalasi. Selama tindakan
anesthesia umum, patensi jalan nafas penderita harus dijaga, dapat menggunakan
sungkup muka, sungkup laring, atau dengan pemasangan pipa endotrakea (Avidan,
2003).
Teknik anestesi regional blok subarachnoid dapat menjadi alternative pilihan
yang aman dan efektif bagi tindakan anesthesia umum pada tindakan pembedahan
yang sesuai dengan indikasinya. Indikasi untuk tindakan regional anesthesia blok
subarachnoid antara lain : untuk pembedahan dengan lokasi pada ekstremitas bawah,
perineum atau abdomen bagian bawah (Drasner, 2007; Duke, 2013).
Kontraindikasi absolut untuk tindakan spinal anesthesia antara lain : pasien
menolak untuk pilihan teknik anesthesia ini, pasien tidak kooperatif, infeksi pada
lokasi injeksi, gangguan pembekuan darah, memiliki gangguan berupa obstruksi
outflow ventrikel kiri, hipovolemia dan peningkatan tekanan intracranial (Allen,
2002) .
Tindakan anesthesia regional blok subarahnoid juga sebaiknya dikerjakan
dengan penuh pertimbangan pada pasien multiple sclerosis, bakterimia dan nyeri
tulang belakang menahun (Duke, 2013)
Tabel1
Kontraindikasi pada tindakan neuraxial block (Kleinman, 2002)
Absolute :
Pasien menolak
Infeksi pada lokasi injeksi
Gangguan pembekuan darah
Hipovolemia berat
Peningkatan tekanan intracranial
Severe aortic stenosis
Severe mitral stenosis
Relative :
Sepsis
Pasien tidak kooperatif
Dengan deficit neurologis
Stenosis valvilar heart lesions
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Kriteria skor dari ASA banyak dipergunakan sebagai alat untuk membuat
keputusan, evaluasi performa saat melakukan audit, alokasi sumberdaya,
reimbursement dalam pelayanan anesthesia, dan sangat sering disitasi dalam
penelitian klinis. Selain itu, kriteria skoring dari ASA ini secara statistik dapat
menunjukkan angka mortalitas perioperatif sebanyak 0 – 0.3% (ASA I), 0.3 – 1.4%
(ASA II), 1.8 – 4.5% (ASA III), 1.8 – 4.5% (ASA IV), 9.4 – 57.8% (ASA V)
(Daabiss, 2011).
Kriteria skor dari ASA mampu memprediksi penggunaan sumber daya pasca
operasi dan angka kematian pada beberapa pembedahan (Daabiss, 2011). Selain itu,
menurut Wolters (1996), terdapat hubungan yang erat antara klasifikasi skor ASA dan
variabel perioperatif (kehilangan darah perioperatif, durasi ventilasi dan perawatan di
ruang intensif), komplikasi pasca operasi dan angka kematian.
Karena terdapat perbedaan dalam alokasi sumber daya, perbedaan dalam
angka mortalitas dan variabel perioperatif bagi pasien ASA III keatas, pemilihan
sampel penelitian biasanya dibatasi pada pasien ASA I dan II. Selain itu studi
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien preoperasi adalah termasuk dalam ASA II
atau III (>75%) (Wolters, 1996).
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Biaya semitetap
Biaya ini cenderung meningkat dengan adanya peningkatan
aktifitas. Misalnya adalah biaya staf yang meningkat apabila
terjadi peningkatan jumlah pasien yang sangat banyak.
Universitas Indonesia
14
Gambar 1
Klasifikasi Biaya (Elliot, 2005)
TOTAL COST
Ada dua cara dalam mengumpulkan data tentang biaya, yaitu “top down” atau
“bottom up”, hal ini juga disebut dengan microcosting. “Top down” mempelajari
total budget untuk memperoleh biaya rata-rata per pasien. Metode ini paling cepat
tetapi mengasumsikan bahwa setip pasien memiliki diagnosis yang sama, tingkat
keparahan dan terapi yang sama. Biaya yang didapatkan dari metode ini tidak sensitif
apabila ada perubahan dalam terapi. “Bottom up” studi mengukur sumber daya yang
digunakan oleh masing-masing pasien sehingga mampu menunjukkan adanya
perbedaan terapi pada masing-masing pasien. Metode ini lebih baik untuk
menunjukkan biaya, tetapi mungkin lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak waktu
untuk mengerjakannya. “Bottom up” cost dapat menunjukkan sumber daya yang
digunakan melalui studi observasional, selanjutnya dapat menentukan cost dan dapat
Universitas Indonesia
15
digunakan untuk evaluasi ekonomi. Sumber daya ini diukur dalam unit fungsional
misalnya waktu yang dihabiskan oleh staf atau jumlah obat yang diberikan. (Elliot,
2005)
Selanjutnya adalah hal penting untuk membedakan antara biaya riil dan harga
yang digunakan pada sebuah intervensi. Harga riil menunjukkan konsumsi
sumberdaya yang dihabiskan oleh sebuah intervensi, sehingga ini sesuai dengan
perkiraan “opportunity cost”. (Elliot, 2005). Sedangkan menurut Feldstein (1981)
dalam buku oleh Elliot (2005), harga yang digunakan oleh penyedia layanan
kesehatan seringkali merupakan subsidi akibat kehilangan profit dari servis yang
lainnya, pada saat bersamaan merupakan surplus dari sebuah servis untuk
pertumbuhan finansial yang baru.
2.5 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi kesehatan. Awalnya
digunakan pada literatur ilmu ekonomi di tahun 1960 (Gattani, 2009).
Farmakoekonomi adalah deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan analisa
biaya yang ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan pada suatu sistem pelayanan
kesehatan (Gattani, 2009) (Bevan, 2002). Farmakoekonomi terdiri dari tiga area
analysis yaitu membandingkan berbagai modalitas terapi, membandingkan efektifitas
biaya dari berbagai modalitas terapi, memberikan metoda dan prosedur untuk
meningkatkan efektifitas biaya. Secara spesifik, tools yang dapat digunakan untuk
analisa farmakoekonomi adalah : cost benefits analysis (CBA), cost effectiveness
analysis (CEA), cost of illness analysis, cost minimization analysis (CMA), cost utility
analysis (CUA) (Bevan, 2002)
Cost minimization adalah membandingkan biaya dari berbagai alternatif terapi
tanpa mempertimbangkan outcome yang berhubungan dengan efek samping yang
terjadi (dalam anesthesia misalnya efek samping muntah, sadar yang terlambat dan
sebagainya) (Watcha, 1997). Hasil sintesisnya adalah berupa kesimpulan, berapakah
tambahan biaya untuk terapi A dibandingkan dengan B? (Gattani, 2009).
Cost benefit analysis adalah mengukur keuntungan (benefit) dari sebuah
intervensi (dalam ukuran moneter) (Watcha, 1997).
Cost effectiveness analysis menunjukkan biaya dari sebuah intervensi dalam
unit keberhasilan atau efektifitas. Analisis ini lebih sering digunakan dalam bidang
kesehatan karena kesulitan untuk menerjemahkan outcome ke dalam nilai moneter
Universitas Indonesia
16
(Watcha, 1997). CEA tidak memungkinkan untuk digunakan pada dua alternative
berbeda dengan outcome yang tidak sama (Gattani, 2009).
Cost utility analysis hampir sama dengan cost effectiveness analysis, tetapi
ukuran outcome ditunjukkan dalam quality of adjusted life years (QALY) (Watcha,
1997).
Komponen dari evaluasi ekonomi kesehatan adalah input (biaya) dan output
(keuntungan atau outcome) dari sebuah intervensi kesehatan. Oleh karena itu evaluasi
ekonomi memerlukan identifikasi sistematis dari biaya dan output (dapat berupa
efektifitas, utility atau nilai moneter). (Elliot, 2005)
Universitas Indonesia
17
Gambar 2
Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) Quadrants
Universitas Indonesia
18
Gambar 3
CEA Plane
Universitas Indonesia
19
tindakan anesthesia adalah obat dan alat yang digunakan selama tindakan anesthesia
dan yang digunakan untuk mengatasi efek samping anesthesia (Golembiewski, 2010).
Efektifitas (outcome) dinilai berupa proporsi kejadian efek samping yang
dapat dihindari serta lama berada di ruang pemulihan. Efek samping yang dinilai
adalah nyeri akut pasca operasi, PONV (Post Operatif Nausea Vomitting) dan
shivering (menggigil) (Meyer, 2010).
Gambar dibawah ini dapat menunjukkan latar belakang pekerjaan beserta
“cost-center” dan pembiayaan pada level pasien. Gambaran ini juga menunjukkan
posisi anesthesia dalam pembiayaan rumah sakit (Vogl, 2012).
Gambar 4
Cost-Matrix dalam rumah sakit
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
3.2.1 Visi
3.2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan
berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang profesional dan
nasionalis.
3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan
3.2.3 Sasaran
1. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna
Terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
• Forensik
• Psikiatri
• Radiologi
• Kardiovaskuler
• Neurologi
• Anestesi
• THT-KL
• Mikrobiologi
• Dokter Umum
3.3.2.7 Instalasi di RSUP Sanglah
• Instalasi Rawat Jalan
• Instalasi Rawat Darurat
• Instalasi Rawat Inap A
• Instalasi Rawat Inap B
• Instalasi Rawat Inap C
• Instalasi Rawat Inap D
• Instalasi Rawat Inap Intensif
• Instalasi Bedah Sentral
• Instalasi Sterilisasi Sentral
• Instalasi Kedokteran Forensik
• IPS Prasarana Gedung & Sanitasi
• IPS Medik, Non Medik & Perbengkelan
• Instalasi Farmasi
• Instalasi Geriatri
• Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
• Instalasi Rehabilitasi Medis
• Instalasi Radiologi
• InstalasiPatologi Klinik
• Instalasi Patologi Anatomi
• Instalasi Mikrobiologi
• Instalasi Paviliun Amertha
• Instalasi Gizi
• Instalasi Binatu
• Instalasi Rekam Medik
Universitas Indonesia
28
Gambar 5
Struktur organisasi RSUP Sanglah
Universitas Indonesia
29
• Sarana komunikasi terdiri atas : telepon (PABX system) dan nurse call,
radio panggil dengan repeater khusus, paging system seta SIM-RS (billing
system).
• Sumber air bersih berasal dari PAM (4 titik dengan kapasitas 28,8
liter/detik), Sumur bor (3 buah dengan kapasitas 13,3 liter/detik) serta
reservoar (2 buah dengan daya tampung 120m3)
• Sarana pengelolaan limbah RS berupa incenerator (1 unit dengan 2
burner), IPAL (3 buah), Produsen kompos (1 buah).
• Sarana pencegaha kebakaran berupa alarm, alat pemadam api ringan (240
buah), serta hydrant kebakaran (40 unit).
3.4.2 Sarana / Fasilitas Medis
• CT Scan single dan multislice
• USG Color Doppler 3-4 dimensi dan endoskopi
• ESWL – Echocardiografi
• ECG – treadmill
• EEG – Laparaskopi
• Angiografi – TUR
• Bone Marrow Densitometer – EMG
• Cath lab
• Alat rehab medis
• Alat hemodialisa
• Endoskopi
• Dental kit
• Kolposkopi
• Laparaskopi
• Alat lab
• Alat bayi tabung
• Alat ICU (ventilator, ECG monitor, syringe pump, dll)
• Radioterapi (Cobalt 60, brachiterapi) – holter
• Intervensi radiologi C Arm 10
• Argon Laser biometri B scan
• General X ray
• Hyperbaric Chamber
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Tahun anggaran
Jan s/d Des Jan s/d Des Selisih
No
2011 2012 (%)
Jenis pelayanan
1 Rawat Jalan
Jumlah Kunjungan
1. Poliklinik 194.886 191.029 1,97
2. WA 49.420 50.009 1,19
3. IRD 65.820 59.734 9,24
2 Rawat Inap ( BOR ) 81,34 82,38 1,27
3 Kegiatan Operasi
Jumlah Operasi 11.427 10.871 4,86
1. IBS 5.883 5.739 2,44
2. IRD 3.513 3.303 5,97
3. WA 2.031 1.829 9,94
4 Pelayanan Radiologi
Jumlah Kunjungan Radiologi 63.961 61.863 3,28
1. Inst Radiologi 16.264 17.988 10,60
2. IRD 38.483 33.695 12,44
3. WA 9.214 10.180 10,48
5 Pelayanan Laboratorium
1. Jumlah Tindakan 942.633 973.684 3,29
2. Jumlah Pasien 215.969 212.888 1,42
6 Pelayanan Hemodialisa
1. Jumlah Tindakan 21.053 26.056 23,76
2. Jumlah Pasien 3.556 4.083 14,82
7 Pelayanan Jamkesmas
1. Pasien
a. Rawat Inap 7.434 10.610 42,72
b. Rawat Jalan 9.454 9.841 4,09
2. Kunjungan
a. Rawat Inap 8.057 11.248 39,60
b. Rawat Jalan 29.088 29.599 1,75
8 Kunjungan JKBM
1) Rawat Jalan 21.605 20.969 2,94
2) Rawat Inap 6.129 10.199 66,40
Universitas Indonesia
33
Selama bulan Juli - Desember tahun 2012, dari tiga area kamar operasi di
lingkungan RSUP Sanglah Denpasar dilakukan sebanyak 532 tindakan bedah mini
laparatomi. Tindakan bedah mini laparatomi ini meliputi tindakan apendisectomy,
herniotomy, laparatomi kehamilan ektopik terganggu (KET), tubektomy (MOW).
Tabel 2
Tindakan Mini laparatomi di RSUP SanglahJuli - Desember 2012
Tabel 3
Teknik Anesthesia di RSUP Sanglah Juli – Desember 2012
Kamar operasi
IRD
Kategori Jumlah
L 513
P 558
DEWASA 981
ANAK 90
GA-OTT 591
GA-FM 6
GA-LMA 18
RA-BSA 447
RA-Epid 3
RA-CSE 0
OTT-Epid 0
GA-IV 6
TOTAL 1071
Universitas Indonesia
34
GA-OTT 66 62 63 191
GA-FM 0 9 0 9
GA-LMA 0 16 66 82
RA-BSA 489 105 87 681
RA-Epid 0 0 6 6
RA-CSE 6 2 18 26
OTT-Epid 3 1 3 7
GA-IV 0 0 9 9
TOTAL 1013
DEWASA 3696
ANAK 848
GA-OTT 2135
GA-FM 278
GA-LMA 554
RA-BSA 835
RA-Epid 175
RA-CSE 122
OTT-Epid 161
GA-IV 71
TOTAL 4514
Universitas Indonesia
35
Tabel 4
Rekapitulasi pasien di kamar operasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember
2013 berdasarkan klasifikasi status fisik ASA
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar pasien adalah ASA I dan II yaitu sebanyak
74,3% sedangkan sisanya sebanyak 25,7 % adalah pasien dengan status fisik asa III
Universitas Indonesia
36
Tabel 5
Rekapitulasi pasien di kamar operasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember
2013 berdasarkan cara pembayaran
Tabel diatas menunjukkan sebagian besar cara pembayaran pasien di kamar operasi
IBS dan IRD adalah dengan menggunakan cara bayar JKBM sebanyak 37%, umum
sebanyak 20.4% , askes 15.2%, Jamkesmas 12.9%, Jampersal 10.8%, Jamsostek 2.6%
dan lain-lain (IKS,APBD,Timor) 1.2%.
Universitas Indonesia
37
BAB 4
Universitas Indonesia
38
Gambar 6
Kerangka konsep penelitian :
EFEKTIFITAS
1. EFEK SAMPING TOTAL COST EFEKTIFITAS
TOTAL COST
NYERI (BIAYA LANGSUNG 1. EFEK SAMPING NYERI
(BIAYA LANGSUNG
2. EFEK SAMPING MEDIS ) 2. EFEK SAMPING PONV
MEDIS )
PONV 1. BIAYA 3. EFEK SAMPING
1. BIAYA
3. EFEK SAMPING VARIABEL SHIVERING
VARIABEL
SHIVERING 2. BIAYA 4. DURASI DI RUANG
2. BIAYA
4. DURASI DI RUANG SEMITETAP PULIH
SEMITETAP
PULIH 5. BIAYA PER MENIT DI
5. BIAYA PER MENIT RUANG PULIH
DI RUANG PULIH
CER = CER =
TOTAL COST CEA TOTAL COST
EFEKTIFITAS EFEKTIFITAS
Universitas Indonesia
39
Biaya Tindakan Biaya dari alat dan obat yang Kuisioner Isi Numerik ---------
Anesthesia [A] digunakan untuk tindakan anesthesia Kuisioner Rupiah
di kamar operasi. Diperoleh dari
dokumentasi catatan medis
(penggunaan alat dan obat) pasien
selama tindakan anesthesia di dalam
kamar operasi. Harga obat dan alat
yang digunakan kemudian dihitung
berdasarkan daftar harga di apotik,
seperti tertera pada lampiran 2
Durasi Tindakan Durasi anesthesia dilihat pada catatan Kuisioner Isi Kuisioner Numerik ---------
Anesthesia [B] medis tindakan anesthesia. Menit
Dimulaidari saat pasien diinduksi
Universitas Indonesia
40
Efek Samping Efek samping pasca tindakan Kuisioner Isi Kuisioner Dijelaskan Dijelaskan
Pasca Tindakan anesthesia dinilai di ruang pemulihan. dibawah dibawah
Anesthesia Meliputi :
Nyeri akut (sedang-berat) pasca
operasi, PONV dan
Shivering (menggigil).
Nyeri Akut Keluhan nyeri dari pasien diukur Kuisioner Isi Kuisioner nominal Tidak
(sedang-berat) dengan Visual Analogue Score (VAS) kategorik (Ringan ) /
Pasca Operasi dikerjakan di ruang pemulihan. Kartu Ya (Sedang
VAS disediakan pada lampiran 3. Berat )
Nyeri sedang-berat dikategorikan efek
samping pasca operasi karena
memerlukan tambahan obat analgetik.
Keluhan nyeri diambil dari catatan
medis di ruang pemulihan.
PONV (Pasca Keluhan mual muntah (PONV) dari Kuisioner Isi Kuisioner Nominal Ya /
Operasi Naussea pasien saat berada di ruang kategorik Tidak
& Vomitting) pemulihan. Keluhan mual muntah
(PONV) diambil dari catatan medis di
ruang pemulihan.
Menggigil Pasien menggigil saat berada di ruang Kuisioner Isi kuisioner Nominal Ya / tidak
(shivering) pemulihan. Keluhan menggigil kategorik
(shivering) diambil dari catatan medis
di ruang pemulihan
Biaya untuk Biaya yang diperlukan untuk obat dan Kuisioner Isi kuisioner Numerik
mengatasi efek alat dalam mengatasi efek samping Rupiah
samping pasca pasca anesthesia di ruang pemulihan
anesthesia [C] (nyeri sedang berat, PONV,
menggigil). Obat dan alat yang
digunakan diambil datanya dari
catatan medis di ruang pemulihan.
Biaya dihitung berdasarkan lampiran
2, daftar harga obat dan alat di apotik.
Durasi di ruang Lama pasien berada di ruang Kuisioner Isi kuisioner Numerik ----------
pemulihan [D] pemulihan. Dimulai sejak pasien tiba Menit
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
BAB 5
METODE PENELITIAN
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
5.5.2 Efektifitas
Data tentang efektifitas anesthesia yang diperoleh dari catatan anesthesia di
ruang pemulihan kemudian ditabulasi. Diperoleh data tentang kejadian efek samping
nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi (PONV) dan menggigil pasca
operasi (shivering).
GA PET RA BSA
Biaya Tindakan Anesthesia [X]
(rupiah per menit)
Biaya untuk mengatasi efek
samping pasca anesthesia [Y]
(rupiah per menit)
Total Biaya Anesthesia
[X + Y]
(rupiah per menit)
Universitas Indonesia
45
GAPET RABSA
Nyeri +
Nyeri -
GAPET RABSA
PONV +
PONV-
GAPET RABSA
Shivering +
Shivering -
Tabel 6
Menyajikan hasil biaya dan efektifitas
GAPET RABSA
1. Cost consequences analysis (CCA)
Biaya anesthesia [X]
(rupiah/menit)
Biaya untuk mengatasi efek
samping [Y]
(rupiah per menit)
Total biaya anesthesia [X + Y]
9rupiah per menit)
% No PONV
% No Shivering
% No Pain
2. Average cost-effectiveness ratios
Total biaya anesthesia / % No Total biaya anesthesia / % No
PONV PONV
Total biaya anesthesia / % No Total biaya anesthesia / % No
Shivering Shivering
Total biaya anesthesia / % No Pain Total biaya anesthesia / % No Pain
3. Incremental cost-effectiveness ratios
Bandingkan dominasi (dari hasil diatas)
Hitung perbedaan biaya dibagi dengan perbedaan outcome
Universitas Indonesia
46
BAB 6
HASIL PENELITIAN
Tabel 7
Karakteristik kelompok penelitian
GA PET RA BSA P
Mean (SD) Mean (SD)
Umur (tahun) 26,49 (10,626) 30,00 (11,371) 0.219
Berat badan (kilogram) 57,00 (12,485) 54,89 (9,625) 0.478
Tinggi badan (centimeter) 157,09 (10,576) 159,83(8,176) 0.193
GA PET RA BSA P
Jenis kelamin L 13 9 0.303
P 22 26
ASA 1 13 18 0.229
2 22 17
Diagnosis App 17 19 0.632
KE 18 16
Tampak dari tabel diatas, bahwa distribusi karakteristik adalah normal (semua
p>0.05)
Universitas Indonesia
47
Tabel 8
Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit)
GA PET RA BSA p
Mean Mean
(SD) (SD)
Data tentang biaya untuk menangani efek samping ditunjukkan pada tabel
dibawah ini. Biaya untuk mengatasi efek samping (rupiah per menit) didapatkan dari
data penggunaan obat dan alat untuk mengatasi efek samping dibagi dengan durasi di
ruang pemulihan.
Tabel 9 menunjukkan perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping pasca
anesthesia pada kelompok GA OTT dan RA BSA adalah tidak bermakna (p=0.729)
Universitas Indonesia
48
Tabel 9
Biaya untuk mengatasi efek samping pasca operasi
GA PET RA BSA p
Mean Mean
(SD) (SD)
Data tentang total biaya anesthesia ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Total
biaya anesthesia adalah jumlah dari biaya tindakan anesthesia dan biaya untuk
mengatasi efek samping pasca operasi.
Tabel 10
Total biaya anesthesia
GAPET RABSA
Biaya anesthesia [X] 5.587 2.389
(rupiah/menit)
Baya atasi efek samping [Y] 828 877
(rupiah/menit)
Total biaya anesthesia [X + Y] Rp 6.415 per menit Rp 3.266 per menit
(rupiah per menit)
Universitas Indonesia
49
Tabel 11
Kejadian efek samping di ruang pemulihan
GA PET RA BSA p
+ 15 8
Nyeri (21,42) (11,4) 0.075
_ 20 27
(28,6) (38,6)
Mual Muntah + 7 11
Pasca operasi (10) (15,71) 0.274
(PONV) _ 28 24
(40%) (34,3%)
+ 5 17
Menggigil (7,1%) (24,2%) 0.002
_ 30 18
(42,8) (25,7%)
Dari data diatas, dapat ditunjukkan bahwa hanya efek samping menggigil
pasca operasi yang menunjukkan perbedaan bermakna (p=0.002) yaitu sebesar 24,2%
pada kelompok RABSA dan 7,1% pada kelompok GA PET.
Universitas Indonesia
50
Tabel 12
Data tentang cost effectiveness
GAPET RABSA
1. Cost consequences analysis (CCA)
Biaya anesthesia [X] 5.587 2.389
(rupiah/menit)
Baya atasi efek samping [Y] 828 877
(rupiah/menit)
Total biaya anesthesia [X + Y] Rp 6.415 per menit Rp 3.266 per menit
(rupiah per menit)
% tidak PONV 80% 68.6%
% tidak menggigil 85.7% 51.4%
% tidak nyeri 57.1% 77.1%
2. Average cost-effectiveness ratios
Total biaya di kamar operasi dan 6.415 3.266
ruang pemulihan (rupiah per menit)
Total biaya di kamar operasi & Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak PONV ruang pemulihan / % tidak PONV
(6.415 / 0.8) = (3.266 / 0.686) =
Rp 8.018 per kejadian tidak PONV Rp 4.761 per kejadian tidak PONV
Total biaya di kamar operasi & Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak ruang pemulihan / % tidak
menggigil menggigil
(6.415 / 0.857) = (3.266 / 0.514) =
Rp 7.485 per kejadian tidak Rp 6.354 per kejadian tidak
menggigil menggigil
Total biaya di kamar operasi & Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak nyeri ruang pemulihan / % tidak nyeri
(6.415 / 0.571) = (3.266 / 0.771) =
Rp 11.235 per kejadian tidak nyeri Rp 4.236 per kejadian tidak nyeri
3. Incremental cost-effectiveness ratios (ICER)
Teknik anestesi RA BSA dominan daripada GA PET pada efektifitas nyeri pasca operasi (lebih kecil biayanya,
lebih banyak kejadian tanpa nyeri pasca operasi).
Teknik anestesi RA BSA lebih kecil biayanya, tetapi kejadian tanpa efek samping PONV dan menggigil lebih
rendah, sehingga harus dihitung ICER.
Universitas Indonesia
51
BAB 7
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
52
Dengan besar proporsi kejadian efek samping menggigil sebanyak 24,2% pada
kelompok RA BSA dari seluruh sampel penelitian, apabila dalam satu tahun
diasumsikan terdapat sebanyak 584 pasien mini laparatomi (appendisectomi dan
laparatomi kehamilan ektopik) maka biaya yang diperlukan untuk mengatasi efek
samping mengigil pada teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA)
adalah sebesar Rp 896.726 (diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Rp 6.345 x
24,2% x 584 kasus ).
Selanjutnya, sebuah cost effectiveness grid atau CEA plane dapat digunakan
untuk menggambarkan definisi “cost-effectiveness”. (Rascati, 2009)
Gambar 7
Cost effectiveness grid (Rascati, 2009)
Apabila menggunakan cost effectiveness grid , dari data CCA dapat kita lihat
bahwa teknik anestesi regional blok subarachnoid (RABSA) berada pada kolom G,
sehingga dianggap lebih cost-effective untuk outcome nyeri (dominan dibandingkan
dengan GAPET). Sedangkan untuk outcome PONV dan menggigil, teknik RABSA
berada di kolom A, sehingga harus dilakukan perhitungan ICER untuk mengetahui
tambahan biaya yang diperlukan untuk setiap kejadian bebas efek samping PONV dan
menggigil.
Apabila menggunakan CEA plane, teknik anesthesia RABSA berada pada
quadrant II (dominan) untuk efek samping nyeri pasca operasi dan berada pada
quadrant III (trade off) untuk efek samping PONV dan menggigil.
Universitas Indonesia
53
Gambar 8
Quadrants in CEA Plane
Karena teknik anesthesia RA BSA berada pada quadrant III maka diperlukan
perhitungan incremental cost effectiveness ratio (ICER) untuk membandingkan biaya
dan efek samping antar kedua kelompok. Pada kelompok RA BSA perhitungan ICER
membantu menentukan apakah biaya yang lebih murah ini sesuai dengan kejadian
efek samping yang terjadi?
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
satu tahun (diperoleh dari perhitungan Rp 5.587 x 145 menit x 584 kasus).
Apabila menggunakan teknik RA BSA, dengan tambahan biaya untuk
mengatasi efek samping menggigil yang signifikan secara statistik, diperlukan
total biaya Rp 114.404.432 (diperoleh dari perhitungan biaya Rp 2.389 x 82
menit x 584 kasus ditambah Rp 841.448 untuk mengatasi efek samping
menggigil).
Maka berdasarkan hal diatas teknik anestesi RA BSA lebih cost effective daripada
teknik GA PET pada tindakan mini laparatomi appendicitis akut dan kehamilan
ektopik.
Universitas Indonesia
56
diperlukan biaya Rp 114.404.432. Biaya ini masih lebih kecil daripada menggunakan
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) yaitu sebesar Rp
473.107.160 dengan penghematan sebesar Rp 358.702.728 dalam waktu satu tahun.
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa teknik RA BSA lebih cost effective,
maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan
untuk sebuah kebijakan.
RSUP Sanglah memiliki proporsi pasien Askes, Jamkesmas, Jamsostek,
Jampersal sebanyak 41,5 %. Sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional,
yang pembiayaannya dikelola dengan sistem managed care maka isu cost
containment menjadi sangat penting agar dapat mengelola anggaran dengan sebaik-
baiknya. Strategi harus dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik
(kendali mutu) dengan pembiayaan yang lebih efisien (kendali biaya). (PT Askes
Persiapan BPJS Kesehatan)
Kendali mutu dan kendali biaya ini harus dilakukan oleh setiap level dalam
sebuah rumah sakit. Di tingkat manajemen kendali mutu dan kendali biaya serta bagi
ahli anesthesiologi, berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat dianjurkan agar
pada pasien mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik)
tanpa kontraindikasi dan telah setuju (melalui inform consent) dipilih teknik
anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
Universitas Indonesia
57
Universitas Indonesia
58
BAB 8
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa fakta yang dapat dilihat
antara lain :
• Biaya tindakan anesthesia lebih rendah pada kelompok RA BSA secara signifikan.
Biaya untuk mengatasi efek samping pada kedua kelompok tidak berbeda
bermakna.Perhitungan total biaya anesthesia menunjukkanbahwa total biaya
untuk tindakan anesthesia dengan teknik RABSA lebih murah daripada GA PET.
• Terdapat perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa
endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA
BSA) pada pasien mini laparatomi. Teknik RA BSA berbiaya anesthesia lebih
murah dengan hanya satu dari tiga kejadian efek samping pasca operasi yang
berbeda bermakn.
• Waktu yang diperlukan untuk mengatasi efek samping (durasi pasien berada di
ruang pemulihan) antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
• Tindakan pembedahan mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi
kehamilan ektopik) yang dikerjakan dengan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid (RA BSA) dengan tambahan biaya untuk mengatasi efek samping
menggigil yang secara statistik jumlahnya signifikan lebih banyak pada kelompok
ini, diperlukan biaya Rp 108.192.552. Biaya ini masih lebih kecil daripada
menggunakan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) yaitu
sebesar Rp 443.943.020, dengan penghematan sebesar Rp 335.749.468 dalam
waktu satu tahun.
Maka Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik
anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost effective dibandingkan dengan teknik
anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea pada pasien mini laparatomi
(appendisectomie dan laparatomi kehamilan ektopik) di RSUP Sanglah Denpasar.
Universitas Indonesia
59
8.2 Saran
Teknik anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost effective
dibandingkan dengan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea, hal ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang
sesuai dengan kendali mutu dan kendali biaya. Sehingga dapat disarankan pada pasien
mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik) tanpa
kontraindikasi dan telah setuju (melalui inform consent) agar dipilih teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA).
RSUP Sanglah memiliki proporsi pasien Askes, Jamkesmas, Jamsostek,
Jampersal sebanyak 41,5 %. Sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional,
melalui BPJS kesehatan yang pembiayaannya dikelola dengan sistem managed care
maka cost containment menjadi sangat penting agar dapat mengelola anggaran
dengan sebaik-baiknya. Salah satu cost containment yang dapat dilakukan adalah
dengan memilih menggunakan teknik RA BSA pada pasien mini laparatomi.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian, menyebabkan semakin
banyak dikembangkan teknik anesthesia yang bertujuan untuk keamanan pasien dan
mengurangi efek samping pasca operasi. Dengan adanya kebutuhan untuk melakukan
cost containment dan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian seperti tersebut
diatas, strategi harus dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik
(kendali mutu) dengan pembiayaan yang lebih efisien (kendali biaya). Lebih lanjut,
untuk perkembangan kedepan, berbagai macam teknik anesthesia yang lebih baru
harus dinilai dari segi biaya dan efektifitasnya, dengan tujuan memperoleh teknik
anesthesia yang terbaik dengan biaya yang seefisien mungkin.
Universitas Indonesia
60
DAFTAR PUSTAKA
Chen CJ, Lin WH. Agency Cost and Firm Performance – The Moderating Effect of
Budget Function. Taiwan. 2006 from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cHM6Ly9hYWFocS5vcm
cvbWFzL01BU1BBUEVSUzIwMDcvY29udHJvbF9zeXN0ZW1zL0NoZ
W4lMjBhbmQlMjBMaW4ucGRmCjEwMjggQWdlbmN5IGNvc3QgYW5
kIHBlcmZyb21hbmNlLXRoZSBtb2RlcmF0aW5nIGVmZmVjdCBvZiAuL
i4
Universitas Indonesia
61
Drasner K, Larson MD. Spinal and epidural anesthesia in Basic of Anesthesia. Fifth
ed. Churchill Livingstone Elseiver 2007: 241-257
Duke JC. Subarachnoid Spinal Block Overview. Updated Aug 5, 2013. From
http://emedicine.medscape.com/article/2000841-overview diunduh 21
februari 2014
Gattani SG, Patil AB, Kushare SS. Pharmacoeconomics: A Review in review article.
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. July-September
2009, Vol 2, isuued 3, 15- 26
Universitas Indonesia
62
Hansen DR, Mowen M. Cost Management Accounting & Control. Fifth edition.
2006. Thomson South Western from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy5jZW5nYWdl
YnJhaW4uY29tLm14L2NvbnRlbnQvaGFuc2VuMzMxMDhfMDMyNDIz
MzEwOF8wMi4wMV9jaGFwdGVyMDEucGRmCjJDSEFQVEVSIDEgSW
50cm9kdWN0aW9uIHRvIENvc3QgTWFuYWdlbWVudA==
Huskisson EC. Measurement of pain. Lancet 1974, Nov 9; 2 (7889) : 1127-31 from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy53b3JrY292Z
XIuY29tL2RvY3VtZW50cy5hc2h4P2lkPTEyOTYKVmlzdWFsIEFuYWxv
Z3VlIFNjYWxl
Kleinman W. Section III Regional Anesthesia & Pain Management, Spinal, Epidural
& Caudal Blocks in Clinical Anesthesiology. Third Edition. McGraw-Hill
2002; 261-263
Universitas Indonesia
63
McCrone PR. Understanding health Economics A Guide for Health care Decision
Makers. Kogan Page Limited. London 1998.
Mulroy MF, Larkin KL, Hodgson PS, Helman JD, Pollock JE, Liu SS. A Comparison
of spinal epidural and general anesthesia for outpatients anesthesia. Anesth
Analg 200;91:860-4
Orkin FK. Meaningful Cost Reduction Penny Wise, Pound Foolish. Anesthesiology,
Dec 1995, V 83, No 6, 1135-1137
Pavlin DJ, Rapp SE, Polissar NL, Malmgren JA, Koerschgen M, Keyes H. Factors
affecting discharge time in adults outpatients. Anesth Analg 1998;87:1245-8
Universitas Indonesia
64
Sekri NK. Managed Care : the US experience. Bulletin of World Health Organization.
2000 78 (6).
Sinuraya RK, Destiani DP, Abdulah R. Cost Of Illness Dan Cost Containment
Analysis Penggunaan Antibiotic Empiric Kombinasi Pada Pasien Sepsis Di
Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonsia Volume 1, No 4, Desember 2012.
Diuduh tanggal 16 Maret 2014 dari http://www.ijcp.or.id/en/release/Vol-
1_No-4-1.pdf
Sorkin AL. Chapter 5, The Cost and Benefits Of Health Program in Health
Economics : An Introduction . Lexington Books D.C Heath and Company
Lexington, Massachusetts Toronto. 1984. Page 107-127
Song D, Greilich NB, White PF, Watcha MF, Tongier WK. Recovery Profiles and
Cost of anesthesia for Outpatient Unilateral Inguinal Herniorraphy. Anesth
Analg 2000;91;876-81
Universitas Indonesia
65
Sitzman BT, Dorsch JA. Cost Effectiveness Analysis of Anesthesia Equipment and
Techniques. Diunduh dari
http://gasnet.med.yale.edu/esia/1998/may/ceaword.html
Vacanti CJ, Vanhouten RJ, Hill RC. Anesthesia and Analgesia Current Researches.
July-August, 1970. Vol.49, No. 4
Varkey JK. Cost Analysis of Desflurane and Sevoflurane An Integrative Review and
Implementation Project Introducing the Volatile Anesthetic Cost Calculator
(iVAC). Texas Christian University October, 2012.
Vogl M. Assessing DRG cost accounting with respect to resource allocation and tariff
calculation: the case of Germany. Health Economics Review. 2012,2:15
diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22935314
Wewers ME, Lowe NK. A Critical Review of Visual Analogue Scores in the
measurement of Clinical Phenomena Research in Nursing and Health 13,
227-236 from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy5ibGFja3dlbG
xwdWJsaXNoaW5nLmNvbS9zcGVjaWFsYXJ0aWNsZXMvamNuXzEwXz
cwNi5wZGYKSU5GT1JNQVRJT04gUE9JTlQ6IFZpc3VhbCBBbmFsb2d1
ZSBTY2FsZSAoVkFTKQ==
Universitas Indonesia
66
LAMPIRAN 1
LEMBAR PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS
• Nama
• No CM
• Umur
• Jenis kelamin
• Alamat
• Diagnosis
• Status fisik ASA
• Berat badan
• Tinggi badan
• Tindakan bedah
• Tindakan anesthesia
NYERI
Terapi __________________
Harga __________________ rupiah
Universitas Indonesia
67
SHIVERING
1. Ya
2. Tidak
Terapi __________________
Harga __________________ rupiah
Terapi _________________
Harga _________________ rupiah
___________________________(Rupiah)
Universitas Indonesia
68
LAMPIRAN 2
DAFTAR HARGA OBAT DAN ALAT UNTUK TINDAKAN ANESTHESIA
1. Fentanyl 50.871
2. Pethidine 100 mg 17.149
3. Ondansentrone 4 mg 10.010
4. Deksamethasone 5 mg 2.080
5. Diphenhydramine 10 mg 1.248
6. Spuit 3 cc 3.790
7. Spuit 5 cc 4.576
8. Aquabidest 25 cc 3.432
Universitas Indonesia
69
LAMPIRAN 3
FORMULASI DION UNTUK PENGHITUNGAN BIAYA AGEN ANESTHESI
INHALASI (Dion P, Varkey JK)
PFTMC
Cost (rupiah/ml) = ------------------
2412 d
…… x ……. x ………. X MC
Cost = --------------------------------------------------- = ----------------- rupiah
------------------------
Universitas Indonesia
70
LAMPIRAN 4
PENGUKURAN NYERI DENGAN KARTU SKOR NYERI VISUAL ANALOG SCORE
from http://www.fibroaction.org/Images/content/Pain_Assessment_VAS_lrg.png
Pasien diminta menunjukkan titik diantara kedua garis (tidak nyeri sampai sangat
nyeri) untuk menunjukkan besarnya rasa nyeri yang dirasakan.
Panjang skala adalah 10.
Interpretasi adalah sebagai berikut.
• Skala 0 tidak nyeri
• Skala 1- 3 nyeri ringan
• Skala 4 - 6 nyeri sedang
• Skala 7 - 10 nyeri berat
Nyeri sedang berat dikategorikan sebagai efek samping pasca pembedahan yang
memerlukan tambahan obat analgetik di ruang pemulihan.
Universitas Indonesia
71
LAMPIRAN 5
HASIL ANALISIS STATISTIK
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompo
k Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur GAOTT .127 35 .166 .928 35 .025
Universitas Indonesia
72
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Biaya_ES GAOTT 35 5.69E4 29830.165 5042.218
RA BSA 35 6.78E4 26719.076 4516.348
IMT GAOTT 35 22.951 3.4448 .5823
RA BSA 35 21.360 2.3994 .4056
Universitas Indonesia
73
Group Statistics
Universitas Indonesia
74
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Umur GAOTT 35 32.51 1138.00
RA BSA 35 38.49 1347.00
Total 70
BB GAOTT 35 37.21 1302.50
RA BSA 35 33.79 1182.50
Total 70
TB GAOTT 35 32.37 1133.00
RA BSA 35 38.63 1352.00
Total 70
Biaya GAOTT 35 53.00 1855.00
RA BSA 35 18.00 630.00
Total 70
Durasi GAOTT 35 46.37 1623.00
RA BSA 35 24.63 862.00
Total 70
Total_biaya GAOTT 35 51.00 1785.00
RA BSA 35 20.00 700.00
Total 70
Durasi_di_RR GAOTT 35 32.41 1134.50
RA BSA 35 38.59 1350.50
Total 70
Biaya_ES_per_durasi_RR GAOTT 35 34.66 1213.00
RA BSA 35 36.34 1272.00
Total 70
Test Statisticsa
Biaya_ES
Total_bia Durasi_di_ _per_dura
Umur BB TB Biaya Durasi ya RR si_RR
Mann-Whitney U 508.000 552.500 503.000 .000 232.000 70.000 504.500 583.000
Wilcoxon W 1.138E3 1.182E3 1.133E3 630.000 862.000 700.000 1134.500 1213.000
Z -1.229 -.709 -1.303 -7.294 -4.476 -6.374 -1.313 -.347
Asymp. Sig. (2-
.219 .478 .193 .000 .000 .000 .189 .729
tailed)
a. Grouping Variable: Kelompok
Universitas Indonesia
75
Jenis_kelamin * Kelompok
Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Jenis_kelamin Laki-laki Count 13 9 22
% within Kelompok 37.1% 25.7% 31.4%
% of Total 18.6% 12.9% 31.4%
Perempuan Count 22 26 48
% within Kelompok 62.9% 74.3% 68.6%
% of Total 31.4% 37.1% 68.6%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.061a 1 .303
b
Continuity Correction .597 1 .440
Likelihood Ratio 1.065 1 .302
Fisher's Exact Test .440 .220
Linear-by-Linear
1.045 1 .307
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis_kelamin (Laki-laki /
1.707 .614 4.744
Perempuan)
For cohort Kelompok = GAOTT
1.289 .810 2.051
N of Valid Cases 70
Universitas Indonesia
76
ASA * Kelompok
Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
ASA ASA I Count 13 18 31
% within Kelompok 37.1% 51.4% 44.3%
% of Total 18.6% 25.7% 44.3%
ASA II Count 22 17 39
% within Kelompok 62.9% 48.6% 55.7%
% of Total 31.4% 24.3% 55.7%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.447a 1 .229
b
Continuity Correction .926 1 .336
Likelihood Ratio 1.453 1 .228
Fisher's Exact Test .336 .168
Linear-by-Linear
1.427 1 .232
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ASA (ASA I / ASA II)
.558 .215 1.448
N of Valid Cases 70
Universitas Indonesia
77
Diagnosis * Kelompok
Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Diagnosis App Count 17 19 36
% within Kelompok 48.6% 54.3% 51.4%
% of Total 24.3% 27.1% 51.4%
KET Count 18 16 34
% within Kelompok 51.4% 45.7% 48.6%
% of Total 25.7% 22.9% 48.6%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .229a 1 .632
Continuity Correctionb .057 1 .811
Likelihood Ratio .229 1 .632
Fisher's Exact Test .811 .406
Linear-by-Linear
.225 1 .635
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Diagnosis (App / KET)
.795 .311 2.034
N of Valid Cases 70
Universitas Indonesia
78
Ponv * Kelompok
Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Ponv Positif Count 7 11 18
% within Kelompok 20.0% 31.4% 25.7%
% of Total 10.0% 15.7% 25.7%
Negatif Count 28 24 52
% within Kelompok 80.0% 68.6% 74.3%
% of Total 40.0% 34.3% 74.3%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.197a 1 .274
Continuity Correctionb .673 1 .412
Likelihood Ratio 1.204 1 .272
Fisher's Exact Test .413 .206
Linear-by-Linear
1.179 1 .277
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ponv (Positif / Negatif)
.545 .183 1.628
N of Valid Cases 70
Universitas Indonesia
79
Shivering * Kelompok
Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Shivering Positif Count 5 17 22
% within Kelompok 14.3% 48.6% 31.4%
% of Total 7.1% 24.3% 31.4%
Negatif Count 30 18 48
% within Kelompok 85.7% 51.4% 68.6%
% of Total 42.9% 25.7% 68.6%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.545a 1 .002
b
Continuity Correction 8.021 1 .005
Likelihood Ratio 9.948 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
9.409 1 .002
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Shivering (Positif /
.176 .056 .561
Negatif)
For cohort Kelompok = GAOTT
.364 .163 .810
N of Valid Cases 70
Universitas Indonesia
80
Pain * Kelompok
Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Pain Positif Count 15 8 23
% within Kelompok 42.9% 22.9% 32.9%
% of Total 21.4% 11.4% 32.9%
Negatif Count 20 27 47
% within Kelompok 57.1% 77.1% 67.1%
% of Total 28.6% 38.6% 67.1%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.173a 1 .075
Continuity Correctionb 2.331 1 .127
Likelihood Ratio 3.211 1 .073
Fisher's Exact Test .126 .063
Linear-by-Linear
3.128 1 .077
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pain (Positif / Negatif)
2.531 .899 7.124
N of Valid Cases 70
Universitas Indonesia
81
LAMPIRAN 6
HASIL TABULASI DATA DASAR