Anda di halaman 1dari 96

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)


PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK
SUBARACHNOID PADA TINDAKAN MINI LAPARATOMI
DI RSUP SANGLAH BALI
2014

TESIS

PONTISOMAYA PARAMI
NPM 1206301980

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
FEBRUARI 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA)


PENGGUNAAN TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK
SUBARACHNOID PADA TINDAKAN MINI LAPARATOMI
DI RSUP SANGLAH BALI TAHUN 2014

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar magister

PONTISOMAYA PARAMI
NPM : 1206301980

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
FEBRUARI 2014

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

NAMA : PONTISOMAYA PARAMI


NPM : 1206301980
TANDA TANGAN :

TANGGAL : 24 Maret 2014

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini, saya :

Nama : Pontisomaya Parami


NPM : 1206301980
Program studi :Kajian Administrasi RumahSakit
Departemen :Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK)
Fakultas :Kesehatan Masyarakat
TahunAkademik : 2012/2013 - 2013/2014

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


tesis saya yang berjudul

STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN


TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUBARACHNOID PADA
TINDAKAN MINI LAPARATOMI DI RSUP SANGLAH BALI TAHUN
2014

Apabila suatu saat terbukti saya melakukan kegiatan plagiat maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya

Depok, 24 Maret 2014

( Pontisomaya Parami)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh

Nama : Pontisomaya Parami

Program Studi : Pasca Sarjana Program Magister


Kajian Administrasi RumahSakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Judul : StudiCost Effectiveness Analysis (CEA)


PenggunaanTeknikAnestesi
Regional Blok Subarachnoid
PadaTindakan Mini Laparatomi
Di RSUP Sanglah Bali 2014

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister
Administrasi Rumah Sakit pada program studi KajianAdministrasi RumahSakit,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. dr. Sandi Iljanto, MPH (………………….)

Penguji : Dr. drg. MardiatiNadjib, MSc (………………….)

Penguji : Dr. Budi Hartono, SE MARS (………………….)

Penguji : Kurnia Sari, SKM. MSE (………………….)

Penguji : dr. Ni WayanMilawati, MARS (………………….)

Ditetapkan di Depok

Tanggal 24 Maret 2014

iv
KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Ungkapan syukur kehadapan Ida Shang HyangWidhi Wasa / Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas karunia-Nya, maka tesis ini dapat terselesaikan
sebagaimana mestinya, sebagai syarat dalam memperoleh Gelar Magister
Administrasi RumahSakit, Program Kajian Administrasi RumahSakit, dari
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini, ucapan terimakasih disampaikan dengan penuh rasa
hormat kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan, masukan dan
nasehat dalam proses pendidikan dan penyusunan tesis ini.
Kepada Dr. dr. Sandi Iljanto, MPH, sebagai pembimbing akademik yang
telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam membimbing dan
mengarahkan dalam penyusunan tesis ini.
Kepada Dr. drg. Mardiati Nadjib, MSc sebagai pengajar dan penguji, yang
telah sejak awal memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
Kepada Profesor Doktor Made Wiryana, dokter SpAn. KIC.KAO dan
dokter I Ketut Sinardja, SpAn.KIC atas kesempatan yang diberikan untuk
mengikuti pendidikan Magister Administrasi Rumah Sakit ini. Serta seluruh
rekan-rekan spesialis Anestesi di lingkungan RSUP Sanglah Denpasar atas
dukungannya selama mengikuti proses pendidikan ini.
Kepada Direktur RSUP Sanglah yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian, menggunakan data catatan medis dalam pelaksanaan
penelitian ini.dr Happy yang telah membantu dalam mengumpulkan data, serta
semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini yang tidak
dapat disebutkan satu demi satu.
Sembahbakti, rasa hormat dan cinta yang sedalam dalamnya kepada kedua
orang tua. Mama & papa tercinta, almarhumah dokter Ni Luh Gede Srinadi
M.Repro dan Drs I Ketut Winaya yang dengan penuh cinta kasih telah
melahirkan, membesarkan dengan nilai-nilai dasar kehidupan yang baik.Kedua
adik tercinta, Nyoman Angling Topan dan Maharainayati, yang selalu
memberikan dukungan dan dorongan dalam menyelesaikan studi ini.
Suami tercinta, IB Yoga Puspanta, SE serta putrid tercinta IA Landia
Parami Puspanta yang merelakan hilangnya sedikit kebersamaan kita, agar dapat
menyelesaikan studi ini. Serta kepada ayah &ibu mertua, IB Sukanta dan IA
Puspawati yang selalu memberikan dukungan selama proses pendidikan ini
berlangsung.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa tesis ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Akhir kata, penulis
berharap agar tesis ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Om SantiSantiSanti Om

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
_________________________________________________________________

Sebagai civitas Akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :

Nama : Pontisomaya Parami


NPM : 1206301980
Program studi :Kajian Administrasi RumahSakit
Departemen :Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK)
Fakultas :Kesehatan Masyarakat
JenisKarya :Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Indonesia HakBebas Royalty Non Eksklusif (Non-
Exclusive-Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

STUDI COST EFFECTIVENESS ANALYSIS (CEA) PENGGUNAAN


TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK SUBARACHNOID PADA
TINDAKAN MINI LAPARATOMI DI RSUP SANGLAH BALI TAHUN
2014

Beserta perangkat yang ada (biladiperlukan).Dengan hak bebas royalty non


eksklusif, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih mediakan/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Depok
PadaTanggal24 Maret 2014
Yang Menyatakan

Pontisomaya Parami

vi
ABSTRAK

Nama : Pontisomaya Parami

Program Studi : Pasca Sarjana Program Magister


Kajian Administrasi RumahSakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia

Judul : Studi Cost Effectiveness Analysis (CEA)


PenggunaanTeknikAnestesi
Regional Blok Subarachnoid
Pada Tindakan Mini Laparatomi
Di RSUP Sanglah Bali 2014

Teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) adalah yang paling
banyak dilakukan setelah teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA
PET) di RSUP Sanglah. Teknik anesthesia regional blok subarachnoid dapat
menggantikan teknik anesthesia umum pipa endotrakea pada pasien mini
laparatomi (appendisectomy dan laparatomi kehamil anektopik). Belum pernah
dilakukan studi tentang cost effectiveness analysis (CEA )pada teknik anesthesia
regional blok subarachnoid di RSUP Sanglah. Cost diambil dari catatan medis
penggunaan obat di ruang operasi dan ruang pemulihan. Outcome (efektifitas)
dilihat dari kejadian efek samping pascaoperasi (nyeriakutpascaoperasi, mual
muntah pasca operasi / PONV dan menggigil(shivering).Hasil penelitian
menunjukkan bahwa teknik anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost
effective dari pada teknik anesthesia umum pipa endotrakea pada pasien mini
laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamil anektopik) di RSUP Sanglah
Bali.

Kata Kunci :Cost Effectiveness Analysis, Regional Anesthesia Blok Subarachnoid,


Teknik Anesthesia

vii
ABSTRACT

Name : Pontisomaya Parami

Study Programme : Post Graduate Programme


Hospitality And Administration Programme.
Faculty of Public Health, University Of Indonesia

Title : Cost Effectiveness Analysis Study


Regional Block Subarachnoid on
Mini laparatomy at RSUP Sanglah Bali 2014

Regional anesthesia blok subarachnoid is the most common anesthesia technique


after general anesthesia endotracheal tube at RSUP Sanglah. Regional anesthesia
blok subarachnoid can replaced the general anesthesia endotracheal tube for
minilaparatomy (appendisectomy& laparotomy ectopic pregnancy) patient. None
of report on cost effectiveness analysis for regional anesthesia blok subarachnoid
at RSUP Sanglah. Cost were calculated from anesthesia record paper at the
operating room and recovery room. Outcome were taken from side effect after
operation (acute pain, post operative nausea vomiting and shivering). The result,
anesthesia regional blok subarachnoid were more cost effective than general
anesthesia endotracheal tube for mini laparotomy (appendisectomy and
laparotomy ectopic pregnancy) at RSUP Sanglah Bali.

KeyWords :Cost Effectiveness Analysis, Regional Anesthesia Block


Subarachnoid, Anesthesia Technique

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………. ii
SURAT PERNYATAAN ………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………… iv
KATA PENGANTAR ………………………………………… v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……... vi
ABSTRAK ………………………………………………………… vii
ABSTRACT ………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI………………………………………………………….. ix
DAFTARTABEL ……………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………… xiii

1 PENDAHULUAN………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 5
1.3 Pertanyaan Penelitian …………………………………….. 5
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………. 6
1.3.1 Tujuan umum…………………………………….. 6
1.3.2 Tujuan khusus …………………………………… 6
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………… 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian………………………………… 7

2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 8
2.1 Teknik Anesthesia…………………………… …… 8
2.1.1 Teknik Anesthesia Regional Blok Subarachnoid
Dan Teknik Anesthesia Umum ……………………. 8
2.2 Klasifikasi Pasien Preoperasi…………………………….. 10
2.3 Pengertian Biaya .………………………………………… 11
2.4 Klasifikasi Biaya…………………………………………. 12
2.5 Farmako ekonomi..………………………………………… 15
2.6 Cost Effectiveness Analysis (CEA) ………………………. 16
2.7 Cost Effectiveness Plane …………………………………. 17
2.8 Farmako ekonomi dalam Anesthesia ……………………… 18
2.9 Cost Containment dalam Managed Care …………………. 19

3 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT …………………….. 21


3.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar …….. 21
3.2 VisidanMisi RSUPSanglah …………………………….. 21
3.3 Manajemen dan Struktur Organisasi RSUP Sanglah ……. 22
3.4 Sarana danPrasarana ……………………………………. 28
3.5 Gambaran umum tindakan anesthesia di RSUP Sanglah …… 33

ix
4 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN
DEFINISI OPERASIONAL……………………………………… 37
4.1 Kerangka konsep ………………………………………….. 37
4.2 HipotesisNol ……………………………………………….. 39
4.3 Definisi Operasional Varibel Penelitian ……………………. 39
4.4 Alur Penelitian. ……………………………………………… 41

5 METODEPENELITIAN ………..……………………………… 42
5.1 Desain Penelitian …………………………………………… 42
5.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………… 42
5.3 Populasi dan Sampel Penelitian……….. …………………… 42
5.3.1 Populasi Penelitian ……………………………… 42
5.3.2 Kriteria Eksklusi ………………………………. 42
5.3.3 Sampel Penelitian ………………………………. 42
5.4 Pengumpulan Data ………………………………………….. 43
5.5 Teknik Pengolahan Data…………..……………………… 43
5.5.1 Biaya ………………………………………….. 43
5.5.2 Efektifitas ……………………………………… 44
5.6 Analisis Data ……………………………………………… 44
5.7 Penyajian Data …………………………………………….. 44

6 HASIL PENELITIAN …………………………………………… 46


6.1 Analisis Data SekunderdanDemografi ……………………. 46
6.1.1 Pemilihan Sampel …………………………….. 46
6.1.2 Data Demografi ……………………………….. 46
6.2. Data tentangBiaya…………………….………………….. 47
6.3. Data tentang Efektifitas ……………………………………. 49
6.4 Penyajian Data tentangcost-effectiveness ………………… 50

7 PEMBAHASAN …………………………………………………… 51
7.1 Biayadan Efektifitas ………………………………………… 51
7.2 Konsekuensi Biaya …………………………………………. 55
7.3 Perspektif Hasil Studi Cost Effectiveness analysis …………. 56
7.4 Kelemahan Penelitian ……………………………………….. 57

8 KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….. 58


8.1. Kesimpulan ………………………………………………….. 58
8.2. Saran ………………………………………………………… 59

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 60


LAMPIRAN1 …………………………………………………………. 66
LAMPIRAN2 …………………………………………………………. 68
LAMPIRAN3 …………………………………………………………. 69
LAMPIRAN4 …………………………………………………………. 70
LAMPIRAN 5 …………………………………………………………. 71
LAMPIRAN6 …………………………………………………………. 81

x
DAFTAR TABEL

Tabel1
Kontra indikasi pada tindakan neuraxial block (Kleinman, 2002) ……… 9
Tabel 2
Tindakan Mini laparatomi di RSUP SanglahJuli - Desember2012… 33
Tabel 3
Teknik Anesthesia di RSUP SanglahJuli – Desember 2012 ………… 33
Tabel 4
Rekapitulasi pasien di kamaroperasi IRD dan IBS selama bulan
Juli – Desember 2013 berdasarkan klasifikasi status fisik ASA … 35
Tabel 5
Rekapitulasi pasien di kamaroperasi IRD dan IBS selama bulan
Juli – Desember 2013 berdasarkan cara pembayaran ..… 36
Tabel 6
Menyajikan hasil biaya dan efektifitas ………………………… 45
Tabel 7
Karakteristik kelompok penelitian …………………………………. 46
Tabel 8
Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit) ………………………… 47
Tabel 9
Biaya untuk mengatasi efek samping pascaoperasi …………………. 48
Tabel 10
Total biaya anesthesia ………………………………………… 48
Tabel 11
Kejadian efek samping di ruang pemulihan ………………………… 49
Tabel 12
Data tentang cost effectiveness……………………………………….. 50

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar1
Klasifikasi Biaya (Elliot, 2005) ………… 14
Gambar 2
Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) Quadrants…… 17
Gambar 3
CEA Plane ………… 18
Gambar 4
Cost-Matrix dalamr umahsakit ………… 19
Gambar 5
Struktur organisasi RSUP Sanglah ………… 28
Gambar 6
Kerangka konsep penelitian ………… 38
Gambar 7
Cost effectiveness grid(Rascati, 2009) ………… 52
Gambar 8
Quadarants in CEA Plane ………… 53
Gambar 9
Decision treedarihasilpenelitian ………... 55

xii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
LEMBAR PENGUMPULAN DATA ………………… 66
LAMPIRAN 2
DAFTAR HARGA OBAT DAN ALAT UNTUK TINDAKAN
ANESTHESIA ………………… 68
LAMPIRAN 3
FORMULASI DION UNTUK PENGHITUNGAN BIAYA
AGEN ANESTHESI INHALASI ………… 69
LAMPIRAN 4
PENGUKURAN NYERI DENGAN KARTU SKOR NYERI
VISUAL ANALOG SCORE ………… 70
LAMPIRAN 5
HASIL ANALISIS STATISTIK ………………… 71
LAMPIRAN 6
HASIL TABULASI DATA DASAR ………………… 81

xiii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Secara umum di bidang kesehatan, biaya merupakan hal yang penting untuk
dipertimbangkan. Pelaku di bidang kesehatan dituntut untuk menyediakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dengan biaya serendah mungkin (cost containment)
(Watcha, 1997).
Konsep yang menyatakan bahwa biaya yang diperlukan untuk pelayanan
kesehatan sangat besar, bukanlah merupakan hal yang baru. Diseluruh dunia,
pemerintahnya selalu berusaha untuk mengendalikan biaya yang dihabiskan oleh
pelayanan kesehatan. Hal ini menyebabkan biaya rumah sakit, biaya penggunaan
obat-obatan serta pembayaran staf medis dan paramedis perlu dievaluasi dengan
seksama (Bevan, 2002).
Karena pembiayaan kesehatan secara langsung oleh pasien (out of
pocket)dianggap lebih mahal,maka berkembanglah sistem pembayaran kesehatan
yang lebih baru, antara lain dengan diagnosis-related group (DRG), managed care
program dan sistem pembayaran kapitasi dalam pelayanan kesehatan. Pada managed
care system terdapat integrasi dalam keuangan dan pelayanan kesehatan, sedangkan
pada sistem kapitasi pembayaran diberikan dalam jumlah yang tetap untuk semua
pelayanan kesehatan (Watcha, 1997).
Managed cared system secara tradisional didefinisikan sebagai sebuah
rancangan sistem kesehatan yang terinterasi antara keuangan dan pelayanan
kesehatan. Pembayar biasanya memiliki kontrak dengan provider tertentu untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan perjanjian dengan pembiayaan
perkapita atau per service. Pada praktek pelaksanaannya, managed care system
memiliki berbagai bentuk rancangan, beberapa dengan menggunakan sistem kontrak
fee for service, beberapa dengan menggunakan sistem kapitasi dan “gatekeepers”
(dokter primer, yang mengawali kontak dan mereferal pasien). Perkembangan
managed cared system saat ini merupakan respon dari kepentingan pembayar untuk
mengontrol biaya. Tetapi prinsip dibelakangnya adalah agar dapat memberikan
kualitas pelayanan kesehatan yang tinggi dan cost effective terhadap sebuah populasi
(Sekri, 2000).

Universitas Indonesia
2

Indonesia telah memasuki era pelayanan kesehatan dengan managed care


system melalui BPJS kesehatan (Ekahospital, Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan
dalam Managed Care).Menurut PT Askes dalam persiapan BPJS,managed care
system adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan
diselenggarakan secara tersinkronisasi dalam kerangka kendali mutu dan biaya,
sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dengan biaya yang
efisien. Pelaksanaan BPJS menggunakan konsep “gatekeeper”, quality assurance,
dengan sistem rujukan yang komprehensif (PT. Askes Persiapan BPJS).
Di dalam sebuah rumah sakit, evaluasi pembiayaan ini juga meliputi biaya di
ruang operasi, karena merupakan komponen yang menggunakan obat-obatan dan
komponen dari sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang dahulu melihat kamar operasi
sebagai “profit centers” sekarang melihat mereka sebagai “cost centers” dan
berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya perioperative (Sitzman, 2000).
Hal ini menyebabkan pemberi layanan anesthesia harus familiar dengan
prinsip dasar ekonomi medis dan ikut berperan serta secara aktif dalam
mengendalikan biaya dari segi obat, alat, personel untuk tindakan anesthesia. Pemberi
layanan anesthesia memiliki banyak kesempatan untuk mengurangi biaya ini, tentu
saja dengan tujuan tetap menjaga keseimbangan antara keuntungan, keamanan dan
biaya, bukan sekedar untuk menghemat uang (Sitzman, 2000). Fred Orkin pada
sebuah jurnal di tahun 1993, mendeskripsikan hal ini sebagai suatu usaha untuk
memberikan outcome terbaik bagi pasien, dengan biaya yang reasonable (Johnstone,
1999).
Meskipun data di Indonesia belum dapat diperoleh, tetapi pengeluaran yang
dikontrol oleh pemberi layanan anesthesia mencakup 3-5 % dari seluruh pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat (Johnstone, 1993). Sedangkan apabila dilihat dari
seluruh biaya rumah sakit, anesthesia memberikan kontribusi sebanyak 6% dengan
hampir separuhnya merupakan biaya langsung atau variabel. Sehingga hampir
sebanyak 3% dari seluruh biaya rumah sakit merupakan subyek dari keputusan ahli
anestesi dan merupakan hal yang potensial untuk dihemat.Selama 4 tahun proyek
peningkatan kualitas di ruang operasi University of Michigan Medical Center mampu
mencapai penghematan hingga 2,2% dari total biaya rumah sakit (Orkin, 1995).
Farmakoekonomi adalah deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan
analisa biaya yang ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan pada suatu sistem
pelayanan kesehatan. Terdiri dari tiga area analisis yaitu membandingkan berbagai

Universitas Indonesia
3

modalitas terapi, membandingkan efektifitas biaya dari berbagai modalitas terapi,


memberikan metoda dan prosedur untuk meningkatkan efektifitas biaya (Bevan
2002). Secara spesifik, tools yang dapat digunakan untuk analisa
farmakoekonomiadalah : cost benefits analysis, cost effectiveness analysis, cost of
illness analysis, cost minimization analysis, cost utility analysis (Muenning, 2008).
Cost effectiveness analysis dapat digunakan untuk melakukan penilaian
obyektif tentang biaya dari pelayanan anesthesia, meliputi obat-obatan, peralatan, staf.
Menurut WHO cost effectiveness analysis mampu memberikan informasi pada
pembuat keputusan, untuk menentukan pilihan tindakan pada pelayanan kesehatan
tertentu. Selain itu juga mampu memberikan informasi umum tentang biaya dan
keuntungan dari teknik kesehatan tertentu (Rascati, 2009). Cost effectiveness analysis
adalah evaluasi ekonomi yang menilai efektifitas dari sejumlah cost (input) dan
outcome kesehatan spesifik (output) yang dihasilkan. Cost dinilai dalam ukuran
moneter sedangkan outcome dinilai dalam ukuran outcome kesehatan yang umum
digunakan (Elliot, 2005).
Bagi sebagian besar pasien, pembedahan merupakan hal yang tidak
menyenangkan. Pembedahan menyebabkan keterbatasan dalam produktifitas,
memerlukan bantuan dari keluarga, menyebabkan keterbatasan dalam lingkungan
serta menghambat aktifitas kehidupan normal mereka. Tindakan anesthesia memiliki
hubungan yang sangat erat dengan tindakan pembedahan. Selama 50 tahun terakhir,
perkembangan dalam obat-obatan dan teknik anesthesia mampu memperbaiki
keselamatan dalam pembedahan, menurunkan kejadian efek samping pasca operasi
dan menyebabkan pasien pulang lebih cepat dari rumah sakit. Meskipun demikian,
obat dan teknik anesthesia yang ada saat ini masih jauh dari sempurna. Masih
diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk memperbaiki proses anesthesia dan
kenyamanan pasien (Bevan, 2002).
Selain mempertimbangkan masalah selama pembedahan, tambahan outcome
pasca pembedahan dan anesthesia juga merupakan hal yang sangat penting bagi
pasien. Hal ini meliputi ketidaknyamanan akibat nyeri, mual muntah pasca operasi
(post operative nausea and vomiting / PONV)(Meyer, 2010)
Biaya medis untuk sebuah tindakan anesthesia tidak hanya terdiri dari biaya
untuk obat-obatannya saja. Harus dipikirkan juga biaya sekunder akibat efek samping
obat dan biaya untuk staf kamar operasi. Komponen biaya ini dapat dijabarkan
sebagai berikut (Golembiewski, 2010) :

Universitas Indonesia
4

• Biaya medis langsung terdiri atas : obat-obatan, alat-alat, waktu yang


dihabiskan oleh staf, peralatan, biaya bahan habis pakai.
• Biaya medis tidak langsung meliputi : biaya akibat efek samping pasca
pembedahan dan anesthesia antara lain meliputi nyeri pasca operasi, mual
muntah pasca operasi, menggigil.
• Biaya intangible : meliputi biaya yang ditimbulkan akibat sakit dan
penderitaan pasien.
Sedangkan menurut Elliot, 2005, biaya langsung dibedakan dahulu menjadi
biaya langsung medis dan biaya langsung non medis. Kemudian biaya langsung
medis dibedakan menjadi biaya tetap (untuk bahan dan alat habis pakai), biaya
semitetap (untuk tindakan anesthesia) dan biaya variabel (untuk mengatasi efek
samping).
Tindakan anesthesia secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
teknik anesthesia umum dan teknik anesthesia regional. Masing-masing dari 2
kelompok besar ini memiliki penjabaran lebih lanjut didalamnya. Secara umum,
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea dan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid merupakan dua teknik yang paling umum dikerjakan. Pilihan teknik
anesthesia tergantung kepada jenis pembedahan dan kondisi pasien. Salah satu
tindakan pembedahan yang dapat dikerjakan dengan anesthesia umum inhalasi pipa
endotrakea atau dengan anesthesia regional blok subarachnoid adalah mini laparotomi
(Sitzman, 2000).
Dengan adanya pilihan teknik anesthesia ini, berkembanglah berbagai
penelitian yang melakukan evaluasi dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang diteliti
adalah biaya. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa anesthesia spinal menyebabkan
pemulihan yang lebih lambat, sehingga meningkatkan biaya (Mulroy, 2000 dan
Pavlin, 1998). Tetapi sebuah studi yang lebih baru menunjukkan bahwa anesthesia
spinal dan anesthesia umum tidak menyebabkan pemulihan yang berbeda pada pasien
yang menjalani pembedahan laparaskopi (Stewart, 2001 dan Lennox, 2001).
Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, selama bulan Juli – Desember 2012,
teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET) dan teknik
anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) adalah dua teknik anesthesia yang
paling sering digunakan. Dari seluruh pasien yang menjalani tindakan anesthesia,
sebanyak 44,2% dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA

Universitas Indonesia
5

PET) dan 29,7% dengan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
Tindakan mini laparatomi merupakan salah satu tindakan pembedahan yang dapat
dikerjakan dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET)
atau teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
Hingga saat ini di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah belum pernah diteliti
apakah ada perbedaan efektifitas pembiayaan pada teknik anestesi umum inhalasi
pipa endotrakea dan teknik anestesi regional blok subarachnoid dengan menggunakan
pendekatan farmakoekonomi cost effectiveness analysis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dengan memperhatikan latar belakang permasalahan diatas, maka masalah
yang ditemukan pada tindakan anesthesia pasien dengan pembedahan mini laparatomi
di RSUP Sanglah adalah teknik anesthesia mana yang lebih cost effective, apakah
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GAPET) atau teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA), apabila dilihat dari perspektif penderita dan
rumah sakit.

1.3 PERTANYAAN PENELITIAN


1. Bagaimanakah perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum
inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparotomi di RS Sanglah?
2. Bagaimananakah perbedaan biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi
pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
3. Bagaimanakah perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping antara
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik
anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini
laparatomi di RSUP Sanglah.
4. Bagaimanakah perbedaan waktu untuk mengatasi efek samping antara
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik
anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini
laparatomi di RSUP Sanglah.

Universitas Indonesia
6

1.4 TUJUAN PENELITIAN


1.4.1 Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran umum efektifitas biaya antara teknik anesthesiaumum
inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid
(RABSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
1.4.2 Tujuan Khusus :
1. Mengetahui perbedaan efektifitas antara teknik anesthesia umum inhalasi
pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid ( RABSA) pada pasien mini laparotomi di RS Sanglah.
2. Mengetahui perbedaan biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa
endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid
(RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
3. Mengetahui perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping tindakan
anesthesia antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA
PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada
pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
4. Mengetahui perbedaan waktu untuk mengatasi efek samping tindakan
anesthesia antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA
PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada
pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.

1.5 MANFAAT PENELITIAN


1. Bagi rumah sakit, dapat memberikan informasi umum tentang biaya
tindakan anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan biaya
tindakan anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien
mini laparotomi di RSUP Sanglah.
2. Bagi pembayar biaya kesehatan (pasien, pihak asuransi atau pembiayaan
ksehatan lainnya) dapat diberikan informasi tentang pilihan teknik
anesthesia mana yang biayanya lebih efektif pada tindakan mini
laparotomi di RSUP Sanglah.
3. Dalam pelaksanaan sistem jaminan kesehatan nasional, melalui badan
pelaksana jaminan sosial, dapat dipilih teknik anesthesia yang lebih cost-

Universitas Indonesia
7

effective sesuai dengan sistem pembiayaan managed care untuk tindakan


mini laparotomi di RSUP Sanglah.
4. Bagi peneliti, sebagai penerapan langsung ilmu ekonomi kesehatan yang
diperoleh pada program studi KARS FKM UI.

1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian dilakukan pada pasien ASA 1 dan 2 yang telah menjalani
pembedahan mini laparatomi di kamar operasi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Pengumpulan data dilakukan
dengan mengambil data dari catatan medis dan catatan biaya pemakaian obat yang
digunakan pada sampel penelitian.

Universitas Indonesia
8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknik Anesthesia


Teknik anesthesia secara umum dibedakan menjadi teknik anesthesia umum
dan teknik anesthesia regional. Pemilihan teknik anesthesia ini tergantung pada tipe
pembedahan, faktor resiko dari pasien dan pilihan dari pasien itu sendiri. Secara
umum bagi pasien, pilihannya dapat berupa anesthesia umum, anesthesia regional
atau kombinasi dari kedua teknik tersebut. Teknik anesthesia regional dapat dibagi
menjadi teknik anesthesia regional blok saraf perifer, teknik anesthesia regional blok
pleksus, teknik anesthesia regional blok intravena dan teknik anesthesia regional blok
neuraxial (Avidan, 2003).
Neuraxial anestesia merupakan salah satu teknik anesthesia regional. Teknik
neuraxial anesthesia dapat berupa teknik epidural anesthesia atau teknik spinal
anesthesia. Teknik epidural anesthesia dilakukan dengan memasukkan obat anestesi
lokal ke dalam jaringan lemak yang mengelilingi serabut saraf yang berada didalam
tulang belakang. Sedangkan teknik spinal anesthesia dilakukan dengan memasukkan
obat anestesi local ke dalam cairan serebrospinal yang berada di dalam ruangan
subarachnoid (intrathecal space) (Drasner, 2007 ; Duke, 2013).
Karena lebih mudah dalam teknik pelaksanaannya dan kebutuhan obat
anestesi lokal yang lebih sedikit (sehingga mengurangi kejadian toksisitas obat
anestesi lokal) maka teknik anesthesia regional blok subrachnoid menjadi bentuk
neuraxial anesthesia yang lebih dominan, apabila dibandingkan dengan teknik
anesthesia regional blok epidural sejak abad ke 20 (Duke, 2013).

2.1.1 Teknik Anestesia Regional Blok Subarachnoid dan Teknik Anestesia Umum
Teknik anesthesia umum dilakukan dengan menghilangkan kesadaran pasien,
saat menyediakan kondisi lapangan operasi yang adekuat dengan tetap
mempertahankan fungsi fisiologis yang esensial. Untuk mencapai hal ini, ahli anestesi
akan melakukan strategi yang sesuai dengan kondisi kesehatan fisik pasien
preoperasi. Induksi pada anestesi umum biasanya dilakukan dengan obat anestesi
intravena (meskipun kadangkala dapat digunakan dengan agen anestesi inhalasi).
Pemeliharaan anestesi selama tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan

Universitas Indonesia
9

memberikan obat anestesi intravena atau agen anestesi inhalasi. Selama tindakan
anesthesia umum, patensi jalan nafas penderita harus dijaga, dapat menggunakan
sungkup muka, sungkup laring, atau dengan pemasangan pipa endotrakea (Avidan,
2003).
Teknik anestesi regional blok subarachnoid dapat menjadi alternative pilihan
yang aman dan efektif bagi tindakan anesthesia umum pada tindakan pembedahan
yang sesuai dengan indikasinya. Indikasi untuk tindakan regional anesthesia blok
subarachnoid antara lain : untuk pembedahan dengan lokasi pada ekstremitas bawah,
perineum atau abdomen bagian bawah (Drasner, 2007; Duke, 2013).
Kontraindikasi absolut untuk tindakan spinal anesthesia antara lain : pasien
menolak untuk pilihan teknik anesthesia ini, pasien tidak kooperatif, infeksi pada
lokasi injeksi, gangguan pembekuan darah, memiliki gangguan berupa obstruksi
outflow ventrikel kiri, hipovolemia dan peningkatan tekanan intracranial (Allen,
2002) .
Tindakan anesthesia regional blok subarahnoid juga sebaiknya dikerjakan
dengan penuh pertimbangan pada pasien multiple sclerosis, bakterimia dan nyeri
tulang belakang menahun (Duke, 2013)

Tabel1
Kontraindikasi pada tindakan neuraxial block (Kleinman, 2002)
Absolute :
Pasien menolak
Infeksi pada lokasi injeksi
Gangguan pembekuan darah
Hipovolemia berat
Peningkatan tekanan intracranial
Severe aortic stenosis
Severe mitral stenosis
Relative :
Sepsis
Pasien tidak kooperatif
Dengan deficit neurologis
Stenosis valvilar heart lesions

Universitas Indonesia
10

Deformitas tulang belakang yang berat


Kontroversi :
Riwayat pembedahan di lokasi injeksi
Tidak mampu berkomunikasi dengan pasien
Pembedahan yang kompleks (durasi lama, perdarahan banyak, manuver pada
respirasi)

Persiapan sebelum melakukan tindakan anesthesia regional blok subarachnoid


sama seperti persiapan untuk tindakan anesthesia umum. Dimulai dengan pemasangan
cairan infus pada akses intravena, kemudian persiapan obat dan alat anesthesia,
suplemen oksigen dengan nasal kanula serta persiapan monitor di dalam kamar
operasi.
Pasien dapat diposisikan lateral decubitus, duduk atau prone (kurang umum).
Selanjutnya dilakukan identifikasi dan pemilihan interspace tulang belang yang akan
diinjeksi. Umumnya dilakukan tidak dicephalad dari interspace lumbal 3-4. Tindakan
anesthesia regional blok subarachnoid dilakukan dengan teknik steril, menggunakan
topi, masker dan sarung tangan steril serta alat yang diperlukan telah dipersiapkan
steril sebelumnya. Pada lokasi injeksi, kulit dipersiapkan dengan teknik antiseptik.
Setelah lokasi injeksi dipersiapkan, obat analgetik lokal disuntikkan untuk
mengurangi rasa nyeri di kulit dan jaringan subkutan pada lokasi pilihan. Selanjutnya
dengan menggunakan jarum spinal (umumnya digunakan 27 gauge) dilakukan injeksi
sampai di ruang subarachnoid (ditandai dengan keluarnya cairan serebrospinal).
Selanjutnya sejumlah abat analgetik lokal (sediaan khusus untuk spinal) diinjeksikan
kedalam ruang subarachnoid ini (Drasner, 2007).

2.2 Klasifikasi Pasien Preoperasi


Status fisik pasien preoperasi sesuai dengan kriteria American Society of
Anaesthesiologists (ASA), dibedakan menjadi seperti dibawah ini (Vacanti, 1970)
(Aronson, 2003) :
I pasien yang sehat
II pasien dengan penyakit sistemik ringan
III pasien dengan penyakit sistemik berat, tanpa keterbatasan.

Universitas Indonesia
11

IV pasien dengan penyakit berat & keterbatasan, yang secara konstan


mengancam kehidupannya
V pasien yang tidak dapat bertahan hidup dalam 24 jam dengan atau
tanpa pembedahan

Kriteria skor dari ASA banyak dipergunakan sebagai alat untuk membuat
keputusan, evaluasi performa saat melakukan audit, alokasi sumberdaya,
reimbursement dalam pelayanan anesthesia, dan sangat sering disitasi dalam
penelitian klinis. Selain itu, kriteria skoring dari ASA ini secara statistik dapat
menunjukkan angka mortalitas perioperatif sebanyak 0 – 0.3% (ASA I), 0.3 – 1.4%
(ASA II), 1.8 – 4.5% (ASA III), 1.8 – 4.5% (ASA IV), 9.4 – 57.8% (ASA V)
(Daabiss, 2011).
Kriteria skor dari ASA mampu memprediksi penggunaan sumber daya pasca
operasi dan angka kematian pada beberapa pembedahan (Daabiss, 2011). Selain itu,
menurut Wolters (1996), terdapat hubungan yang erat antara klasifikasi skor ASA dan
variabel perioperatif (kehilangan darah perioperatif, durasi ventilasi dan perawatan di
ruang intensif), komplikasi pasca operasi dan angka kematian.
Karena terdapat perbedaan dalam alokasi sumber daya, perbedaan dalam
angka mortalitas dan variabel perioperatif bagi pasien ASA III keatas, pemilihan
sampel penelitian biasanya dibatasi pada pasien ASA I dan II. Selain itu studi
menunjukkan bahwa sebagian besar pasien preoperasi adalah termasuk dalam ASA II
atau III (>75%) (Wolters, 1996).

2.3 Pengertian Biaya


Biaya adalah sejumlah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan
suatu produk atau layanan, sehingga sumber daya ini tidak dapat digunakan lagi untuk
menghasilkan produk atau layanan yang lainnya. Berdasarkan teori ekonomi, biaya
yang “sebenarnya” adalah “opportunity cost”. Selanjutnya, “Opportunity cost”
adalah sejumlah nilai yang hilang yang mampu dihasilkan apabila sumber daya itu
digunakan untuk produksi atau menghasilkan sebuah layanan yang terbaik. Ini terjadi
karena sumber daya itu tidak mampu digunakan untuk menghasilkan produk atau
layanan terbaik (Rascati,2009).
Sedangkan menurut McCrone (1998) biaya adalah sesuatu yang terjadi saat
adanya produksi yang memerlukan sumber daya, dimana sumber daya ini sebenarnya

Universitas Indonesia
12

dapat digunakan untuk produksi lainnya. “Opportunity cost” dinyatakan sebagai


besarnya nilai yang hilang akibat sumber daya digunakan untuk sebuah produksi
sehingga tidak bisa digunakan untuk produksi barang atau layanan lainnya. Menurut
Elliot (2005)“opportunity cost” adalah kegunaan yang dapat dihasilkan dari
penggunaan terbaik sebuah sumber daya.
Menurut Hansen & Mowen (2000), biaya adalah kas atau nilai ekuivalen yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini
dan masa datang untuk organisasi.
Definisi diatas memberikan pemahaman bahwa biaya merupakan sejumlah
nilai yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa, dimana pengorbanan
tersebut diukur dengan berkurangnya harta atau bertambahnya kewajiban pada saat
perolehan.

2.4 Klasifikasi Biaya


Biaya adalah sejumlah pengorbanan sebagai harga yang harus dibayar untuk
mengganti penggunaan sumberdaya yang tidak dapat digunakan kembali (Watcha,
1997). Menurut Elliot (2005) dalam buku Essensial of Economic Evaluation in
Healthcare, dalam ruang lingkup ekonomi terdapat berbagai macam klasifikasi biaya.
seperti dibawah ini:
• Biaya langsung
Adalah biaya yang langsung berhubungan dengan intervensi kesehatan.
Dibedakan menjadi biaya medis langsung dan biaya non medis langsung. Biaya
medis langsung dibedakan menjadi biaya tetap, biaya tidak tetap dan biaya
semitetap.
 Biaya tetap
Adalah biaya yang tetap dihabiskan pada saat adanya
pelayanan kesehatan ataupun tidak ada pelayanan kesehatan.
Biaya ini termasuk biaya pembangunan gedung, biaya untuk
pencahayaan (lampu), biaya kebersihan dan biaya AC.
 Biaya variabel
Biaya ini terjadi akibat suatu pelayanan kesehatan. Biaya ini
termasuk pemeriksaan pemunjang, obat-obatan, produk darah
dan bahan sekali pakai.

Universitas Indonesia
13

 Biaya semitetap
Biaya ini cenderung meningkat dengan adanya peningkatan
aktifitas. Misalnya adalah biaya staf yang meningkat apabila
terjadi peningkatan jumlah pasien yang sangat banyak.

• Biaya tidak langsung


Dalam buku ini menurut Hodgeson (1994) menyatakan bahwa biaya tidak
langsung adalah biaya yang diperlukan oleh lingkungan sosial akibat kehilangan
produktifitas akibat suatu kejadian sakit. Antara lain biaya mengganti waktu yang
diperlukan untuk pergi ke rumah sakit, biaya untuk menyuruh orang menjaga
rumah, biaya yang diperlukan oleh keluarga akibat sisakit tidak bisa bekerja, dan
lainnya. Biaya ini sulit untuk dinilai sehingga seringkali tidak diperhitungkan
dalam studi ekonomi.
• Biaya intangible
Biaya ini sulit bahkan hampir tidak mungkin untuk diukur, tetapi tetap terjadi
sehingga harus kita identifikasi. Misalnya rasa cemas, nyeri dan penderitaan
akibat kesakitan.

Universitas Indonesia
14

Gambar 1
Klasifikasi Biaya (Elliot, 2005)

TOTAL COST

DIRECT COST INDIRECT COST INTANGIBLE COST

DIRECT MEDICALCOST DIRECT NON-MEDICAL COST

FIXED COST SEMIFIXED COST VARIABEL COST

Ada dua cara dalam mengumpulkan data tentang biaya, yaitu “top down” atau
“bottom up”, hal ini juga disebut dengan microcosting. “Top down” mempelajari
total budget untuk memperoleh biaya rata-rata per pasien. Metode ini paling cepat
tetapi mengasumsikan bahwa setip pasien memiliki diagnosis yang sama, tingkat
keparahan dan terapi yang sama. Biaya yang didapatkan dari metode ini tidak sensitif
apabila ada perubahan dalam terapi. “Bottom up” studi mengukur sumber daya yang
digunakan oleh masing-masing pasien sehingga mampu menunjukkan adanya
perbedaan terapi pada masing-masing pasien. Metode ini lebih baik untuk
menunjukkan biaya, tetapi mungkin lebih sulit dan membutuhkan lebih banyak waktu
untuk mengerjakannya. “Bottom up” cost dapat menunjukkan sumber daya yang
digunakan melalui studi observasional, selanjutnya dapat menentukan cost dan dapat

Universitas Indonesia
15

digunakan untuk evaluasi ekonomi. Sumber daya ini diukur dalam unit fungsional
misalnya waktu yang dihabiskan oleh staf atau jumlah obat yang diberikan. (Elliot,
2005)
Selanjutnya adalah hal penting untuk membedakan antara biaya riil dan harga
yang digunakan pada sebuah intervensi. Harga riil menunjukkan konsumsi
sumberdaya yang dihabiskan oleh sebuah intervensi, sehingga ini sesuai dengan
perkiraan “opportunity cost”. (Elliot, 2005). Sedangkan menurut Feldstein (1981)
dalam buku oleh Elliot (2005), harga yang digunakan oleh penyedia layanan
kesehatan seringkali merupakan subsidi akibat kehilangan profit dari servis yang
lainnya, pada saat bersamaan merupakan surplus dari sebuah servis untuk
pertumbuhan finansial yang baru.

2.5 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi kesehatan. Awalnya
digunakan pada literatur ilmu ekonomi di tahun 1960 (Gattani, 2009).
Farmakoekonomi adalah deskripsi yang digunakan untuk menggambarkan analisa
biaya yang ditimbulkan oleh penggunaan obat-obatan pada suatu sistem pelayanan
kesehatan (Gattani, 2009) (Bevan, 2002). Farmakoekonomi terdiri dari tiga area
analysis yaitu membandingkan berbagai modalitas terapi, membandingkan efektifitas
biaya dari berbagai modalitas terapi, memberikan metoda dan prosedur untuk
meningkatkan efektifitas biaya. Secara spesifik, tools yang dapat digunakan untuk
analisa farmakoekonomi adalah : cost benefits analysis (CBA), cost effectiveness
analysis (CEA), cost of illness analysis, cost minimization analysis (CMA), cost utility
analysis (CUA) (Bevan, 2002)
Cost minimization adalah membandingkan biaya dari berbagai alternatif terapi
tanpa mempertimbangkan outcome yang berhubungan dengan efek samping yang
terjadi (dalam anesthesia misalnya efek samping muntah, sadar yang terlambat dan
sebagainya) (Watcha, 1997). Hasil sintesisnya adalah berupa kesimpulan, berapakah
tambahan biaya untuk terapi A dibandingkan dengan B? (Gattani, 2009).
Cost benefit analysis adalah mengukur keuntungan (benefit) dari sebuah
intervensi (dalam ukuran moneter) (Watcha, 1997).
Cost effectiveness analysis menunjukkan biaya dari sebuah intervensi dalam
unit keberhasilan atau efektifitas. Analisis ini lebih sering digunakan dalam bidang
kesehatan karena kesulitan untuk menerjemahkan outcome ke dalam nilai moneter

Universitas Indonesia
16

(Watcha, 1997). CEA tidak memungkinkan untuk digunakan pada dua alternative
berbeda dengan outcome yang tidak sama (Gattani, 2009).
Cost utility analysis hampir sama dengan cost effectiveness analysis, tetapi
ukuran outcome ditunjukkan dalam quality of adjusted life years (QALY) (Watcha,
1997).
Komponen dari evaluasi ekonomi kesehatan adalah input (biaya) dan output
(keuntungan atau outcome) dari sebuah intervensi kesehatan. Oleh karena itu evaluasi
ekonomi memerlukan identifikasi sistematis dari biaya dan output (dapat berupa
efektifitas, utility atau nilai moneter). (Elliot, 2005)

2.6 Cost Effectiveness Analysis (CEA)


Cost effectiveness analysis adalah penilaian obyektif tentang biaya dari
pelayanan anesthesia, meliputi obat-obatan, peralatan, staf. Menurut WHO cost
effectiveness analysis mampu memberikan informasi pada pembuat keputusan, untuk
menentukan pilihan tindakan pada pelayanan kesehatan tertentu. Selain itu juga
mampu memberikan informasi umum tentang biaya dan keuntungan dari teknik
kesehatan tertentu (Sitzman, 2000) (Sorkin,1984)
Cost effectiveness analysis (CEA) mengukur biaya dalam moneter dan
outcome dalam unit kesehatan natural yang dapat menunjukkan perbaikan status
kesehatan. Outcome ini biasanya ditunjukkan dalam ukuran angka harapan hidup atau
angka kesakitan yang dapat dihindari untuk terjadi. (Rascati, 2009)(Arnorld,2010)
Secara umum tujuan dari cost effectiveness analysis (CEA) adalah untuk
memberikan sebuah hasil pengukuran, yaitu Incremental Cost Efffectiveness Ratio
(ICER) yang dapat menunjukkan jumlah keuntungan yang mampu dihasilkan oleh
suatu tindakan medis tertentu, dibandingkan dengan tindakan lainnya. Dalam konsep
farmakoekonomi, perbedaan biaya (pembilang) dinilai dalam ukuran moneter,
sedangkan outcome (penyebut) bukan dalam ukuran moneter (Arnold, 2010).

COST option2 – Cost option 1


ICER = ---------------------------------------------------------------
EFFECTIVENESSoption2 – EFFECTIVENESSoption1

Universitas Indonesia
17

Gambar 2
Incremental Cost Effectiveness Ratio (ICER) Quadrants

2.7 Cost Effectiveness Plane


Analisis farmakoekonomi bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar
outcome kesehatan yang dapat diperoleh untuk sejumlah finansial yang dihabiskan.
Keterbatasan sumber daya seringkali menyebabkab kita harus menentukan diantara
berbagai pilihan medis yang ada. Cost-effectiveness plane menggambarkan posisi
pilihan tindakan medis dari aspek biaya dan efektifitas. Gambaran ini akan membantu
kita untuk menentukan pilihan tindakan medis yang dipilih dipertimbangkan dari
kedua aspek ini. Cost-effectiveness plane biasanya digambarkan dalam axis y dan x.
Pada axis y adalah perbedaan biaya (atau incremental cost) diantara dua pilihan pada
axis x.

Universitas Indonesia
18

Gambar 3
CEA Plane

2.8 Farmakoekonomi Dalam Anesthesia


Di dalam sebuah rumah sakit, evaluasi pembiayaan ini juga meliputi tindakan
anesthesi, karena merupakan komponen yang menggunakan obat-obatan dan
komponen dari sebuah rumah sakit. Hal yang umum terjadi adalah diminta untuk
melakukan tindakan dengan biaya minimal tetapi tetap disertai dengan kualitas dan
pertimbangan patient safety. Analisis ekonomi untuk tindakan anesthesia terdiri atas
input (biaya) dan outcome (efektifitas). Biaya tidak hanya terdiri dari biaya untuk
obat-obatannya saja. Harus dipikirkan juga biaya sekunder akibat efek samping obat
dan biaya untuk staf kamar operasi (Phillips, 2009; Alagia, 2010).
Biaya langsung terdiri atas biaya tetap, biaya semitetap dan biaya variable.
Biaya tetap dianggap sama pada kedua kelompok. Biaya langsung yang diukur untuk

Universitas Indonesia
19

tindakan anesthesia adalah obat dan alat yang digunakan selama tindakan anesthesia
dan yang digunakan untuk mengatasi efek samping anesthesia (Golembiewski, 2010).
Efektifitas (outcome) dinilai berupa proporsi kejadian efek samping yang
dapat dihindari serta lama berada di ruang pemulihan. Efek samping yang dinilai
adalah nyeri akut pasca operasi, PONV (Post Operatif Nausea Vomitting) dan
shivering (menggigil) (Meyer, 2010).
Gambar dibawah ini dapat menunjukkan latar belakang pekerjaan beserta
“cost-center” dan pembiayaan pada level pasien. Gambaran ini juga menunjukkan
posisi anesthesia dalam pembiayaan rumah sakit (Vogl, 2012).

Gambar 4
Cost-Matrix dalam rumah sakit

2.9 Cost Containment dalam Managed Care


Secara teknis, pelayanan kesehatan merupakan produk jasa yang harus
diberikan sesuai dengan standar teknologi kedokteran. Semakin berkembangnya

Universitas Indonesia
20

teknologi kedokteran di dunia saat ini, berdampak terhadap melonjaknya pembiayaan.


Keadaan ini merupakan konsekuensi logis yang sekaligus merupakan tekanan berat
bagi manajemen rumah sakit dan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan individu
di rumah sakit (IMRS PERSI, 2011).
Pembiayaan kesehatan yang terus meningkat, menyebabkan asuransi
kesehatan menjadi hal yang dibutuhkan. Dalam asuransi kesehatan, sistem managed
care menjadi salah satu alternatif.Managed care merupakan suatu sistem yang
terintegrasi dalam pembiayaan dan layanan kesehatan dengan menggunakan salah
satu atau lebih elemen berikut : seleksi unit layanan harus memenuhi standar,
pelaksanaan program dalam rangka perbaikan mutu, menekankan agar peserta tetap
sehat sehingga utilisasi berkurang, insentif bagi para peserta untuk menggunakan unit
layanan yang telah ditentukan (Hosizah, 2011).
Faktor utama dalam managed care yang harus dilakukan adalah : mengelola
pembiayaan dan pemberian jasa kesehatan, penggunaan teknik kendali biaya (cost
containment), membagi resiko keuangan antara provider dan asuransi, mengatur dan
mengelola utilisasi dari layanan kesehatan (Hosizah, 2011).
Indonesia telah memasuki era pelayanan kesehatan dengan managed care
system melalui BPJS kesehatan (Ekahospital, Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan
dalam Managed Care). Menurut PT Askes dalam persiapan BPJS, managed care
system adalah suatu sistem dimana pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan
diselenggarakan secara tersinkronisasi dalam kerangka kendali mutu dan biaya,
sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan dengan biaya yang
efisien (PT. Askes Persiapan BPJS).
Cost containmentyang memiliki arti sebagai usaha penekanan atau
pengendalian pembiayaan terhadap berbagai aspek dalam rumah sakit, mulai dari
kepegawaian, infrastruktur, peralatan, obat-obatan, bahan habis pakai dan lain
sebagainya, merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diterapkan dalam
sistem managed care (Sinuraya, 2012).

Universitas Indonesia
21

BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1 Profil Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar


Dibangun pada tahun 1956 dan diresmikan pada tanggal 30 Desember 1959,
saat itu RSUP Sanglah memiliki kapasitas 150 tempat tidur. Bekerjasama dengan FK
Unud sebagai RS Pendidikan pada tahun 1962. Pada tahun 1978 menjadi rumah sakit
pendidikan tipe B dan sebagai Rumah Sakit Rujukan untuk Bali, NTB, NTT, Timor
Timur (SK Menkes RI No.134/1978).
Selanjutnya RSUP Sanglah mengalami beberapa kali perubahan status, pada
tahun 1993 menjadi rumah sakit swadana (SK Menkes No.
1133/Menkes/SK/VI/1994). Pada tahun 1997 menjadi Rumah Sakit PNBP
(Pendapatan Negara Bukan Pajak). Pada tahun 2000 berubah status menjadi Perjan
(Perusahaan Jawatan) sesuai peraturan pemerintah tahun 2000. Terakhir pada tahun
2005 berubah menjadi PPK BLU (Kepmenkes RI NO.1243 tahun 2005 tgl 11 Agustus
2005) dan ditetapkan sebagai RS Pendidikan Tipe A sesuai Permenkes 1636 tahun
2005 tertanggal 12 Desember 2005.

3.2. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

3.2.1 Visi

”Menjadi RS Indonesia Kelas Dunia untuk Mewujudkan Masyarakat Sehat


yang Mendiri dan Berkeadilan”

3.2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan
berkeadilan untuk seluruh lapisan masyarakat
2. Menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang profesional dan
nasionalis.
3. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang kesehatan
3.2.3 Sasaran
1. Terciptanya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna
Terciptanya pelayanan rumah sakit kelas dunia.

Universitas Indonesia
22

2. Terselenggaranya pendidikan dokter umum, dokter spesialis disemua


SMF/Bagian dan tenaga kesehatan lainnya.
3. Terselenggaranya penelitian kesehatan yang berkualitas, terdokumentasi
dan dipublikasikan ke seluruh dunia.
3.2.4 Falsafah
Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Bidang Pelayanan,
Pendidikan dan Penelitian.
3.2.5 Tujuan
Tercapainya tata kelola rumah sakit yang berhasil guna dan berdaya guna,
dalam rangka mewujudkan pelayanan rumah sakit yang berkelas dunia agar
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
3.2.6 Kebijakan Mutu
Pelayanan yang holistik dan paripurna dengan mengutamakan kepuasan
pelanggan, aman dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
3.2.7 Motto
Kepuasan Anda Kebahagiaan Kami

3.3 Manajemen dan Struktur Organisasi RSUP Sanglah


Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 167 /Menkes/
Per /XII 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Pusat, maka
RSUP Sanglah Denpasar adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Departemen
Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan dan dipimpin oleh seorang kepala
yang disebut Direktur Utama.

3.3.1 Manajemen RSUP Sanglah


Direktur Utama : Dr. Anak Ayu Sri Saraswati, M.kes
Direktur Medik & Keperawatan : Dr.AA Ngurah Jaya Kusuma, SpOG(K),
MARS
Direktur SDM dan Pendidikan: Drg.Triputro Nugroho, M.Kes
Direktur Keuangan : Ni Nyoman Rupini, SH, MARS
Direktur Umum dan Operasional : Dr. I Gusti Lanang Suartana, MM

Universitas Indonesia
23

3.3.2 Struktur Organisasi RSUP Sanglah Denpasar :


• Sebagai rumah sakit pendidikan kelas A, RSUP Sanglah Denpasar
dipimpin oleh direktur utama yang dibantu oleh direktur keuangan,
direktur pelayanan, direktur sumber daya manusia dan direktur umum
operasional. Pejabat dibawah direktur terdiri dari kepala bidang, kepala
bagian, kepala seksi dan kepala sub bagian.
• Dewan pengawas adalah dewan yang mewakili pemilik, yang terdiri dari
ketua dan anggota, yang bertugas melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan rumah sakit yang dilakukan oleh direksi dan memberikan
nasihat kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengelolaan rumah
sakit.
• Satuan pemeriksa intern (SPI) adalah unit kerja yang berkedudukan
dibawah pimpinan rumah sakit yang bertugas melaksanakan pemeriksaan
intern di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
• Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya berasal
dari ketua-ketua staf medik fungsional (SMF) atau yang mewakili secara
tetap, yang berada dan bertanggung jawab kepada direktur utama.
• Komite keperawatan adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga
ahli atau profesi keperawatan dibentuk untuk memberikan pertimbangan
strategis kepada direktur utama dalam rangka peningkatan dan
pengembangan rumah sakit.
• Komite etik dan hukum adalah wadah non-struktural yang bertugas
memberikan pertimbangan kepada direktur utama dalam hal menyusun
dan merumuskan medikoetikolegal dan etika pelayanan rumah sakit,
penyelesaian masalah etika rumah sakit, pemeliharaan etika
penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan
“hospital bylaws” dan “medical staf bylaws”, gugus tugas bantuan hukum
dalam penanganan masalah hukum di Rumah Sakit Umum pusat Sanglah
Denpasar.
• Staf Medik Fungsional (SMF) adalah kelompok dokter dan / dokter
spesialis serta dokter gigi dan / dokter gigi spesialis yang melakukan
pelayanan dan telah disetujui serta diterima sesuai dengan aturan yang
berlaku untuk menjalankan profesi masing-masing di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar.

Universitas Indonesia
24

3.3.2.1 Direktorat Medik dan Keperawatan


Dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Utama yang terdiri dari :
a. Bidang Pelayanan Medik :
• Seksi Pelayanan Medik Rawat Jalan
• Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap
• Seksi Pelayanan Medik Rawat Khusus
b. Bidang Pelayanan Keperawatan :
• Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan
• Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap
• Seksi Keperawatan Rawat Khusus
c. Bidang Pelayanan Penunjang :
• Seksi Pelayanan Penunjang Medik
• Seksi Pelayanan Peninjang Non Medik
d. Unit-unit Non Struktural :
• Instalasi Rawat Jalan
• Instalasi Rawat Darurat
• Instalasi Rawat Inap A
• Instalasi Rawat Inap B
• Instalasi Rawat Inap C
• Instalasi Rawat Inap D
• Instalasi Rawat Inap Intensif
• Instalasi Bedah Sentral
• Instalasi Rehabilitasi Medik
• Instalasi Laboratorium Klinik
• Instalasi Radiologi
• Instalasi Farmasi
• Instalasi Paviliun Amerta (Wing Internasional)
• Instalasi Geriatri
• Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
• Instalasi Gizi
• Instalasi Patologi Anatomi

Universitas Indonesia
25

` 3.3.2.2 Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan


Dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada direktur utama terdiri dari :
a. Bagian Sumber Daya Manusia
• Sub Bagian Administrasi Kepegawaian
• Sub Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia
b. Bagian Pendidikan dan Peneitian
• Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Medik
• Sub Bagian Pendidikan dan Penelitian Keperawatan dan Non
Medik
c. Unit-unit Non Struktural
• Instalasi Sterilisasi Sentral
• Instalasi Binatu
3.3.2.3 Direktorat keuangan
Dipimpin oleh seorang Direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada direktur utama terdiri dari :
a. Bagian Penyusunan dan Evaluasi Anggaran :
• Sub Bagian Penyusunan Anggaran
• Sub Bagian Evaluasi Anggaran
b. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana :
• Sub Bagian Perbendaharaan
• Sub Bagian Mobilisasi Dana
c. Bagian Akuntasi dan Verifikasi
• Sub Bagian Akuntansi Keuangan
• Sub Bagian Akuntansi Manajemen dan Verifikasi
3.3.2.4 Direktorat Umum dan Operasional
Dipimpin oleh seorang direktur yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada direktur utama terdiri dari :
a. Bagian Umum :
• Sub Bagian Tata Usaha
• Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga
b. Bagian perencanaan dan Evaluasi :

Universitas Indonesia
26

• Sub Bagian Perencanaan


• Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan
c. Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat :
• Sub Bagian Hukum
• Sub Bagian Hubungan Masyarakat
• Sub Bagian Pemasaran dan Pelayanan Langganan
d. Unit – unit Non Struktural :
• Instalasi Kedokteran Forensik
• Instalasi Rekam Medik
• Instalasi Pengamanan dan Penertiban Lingkungan
• Instalasi Pemeliharaan Prasarana, Gedung & Sanitasi
• Instalasi Sarana Medik, Non Medik, & Perbengkelan
• Instalasi EDP
3.3.2.5 Unit-unit Non Struktural terdiri dari :
• Dewan Pengawas
• Komite Medik
• Komite Etik dan Hukum
• Komite Keperawatan
• Satuan Pemeriksa Intern
3.3.2.6 Staf Medik Fungsional SMF ( Staf Medis Fungsional )
• Bedah Umum
• Orthopedi dan Traumatologi
• Bedah Saraf
• Urologi
• Rehabilitasi Medis
• Patologi Klinik
• Gigi dan Mulut
• Obstetri dan Gynecologi
• Kulit dan Kelamin
• Patologi Anatomi
• Penyakit Dalam
• Anak
• Mata

Universitas Indonesia
27

• Forensik
• Psikiatri
• Radiologi
• Kardiovaskuler
• Neurologi
• Anestesi
• THT-KL
• Mikrobiologi
• Dokter Umum
3.3.2.7 Instalasi di RSUP Sanglah
• Instalasi Rawat Jalan
• Instalasi Rawat Darurat
• Instalasi Rawat Inap A
• Instalasi Rawat Inap B
• Instalasi Rawat Inap C
• Instalasi Rawat Inap D
• Instalasi Rawat Inap Intensif
• Instalasi Bedah Sentral
• Instalasi Sterilisasi Sentral
• Instalasi Kedokteran Forensik
• IPS Prasarana Gedung & Sanitasi
• IPS Medik, Non Medik & Perbengkelan
• Instalasi Farmasi
• Instalasi Geriatri
• Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu
• Instalasi Rehabilitasi Medis
• Instalasi Radiologi
• InstalasiPatologi Klinik
• Instalasi Patologi Anatomi
• Instalasi Mikrobiologi
• Instalasi Paviliun Amertha
• Instalasi Gizi
• Instalasi Binatu
• Instalasi Rekam Medik

Universitas Indonesia
28

• Instalasi Pengamanan & Ketertiban Lingkungan


• Instalasi EDP
• Instalasi Hemodialisa.

Gambar 5
Struktur organisasi RSUP Sanglah

3.4 Sarana dan Prasarana


3.4.1 Sarana dan Prasarana Dasar
• Luas area (13,5 Ha), terdiri dari : gedung pelayanan medis (44,83%),
gedung penunjang dan pendidikan (29,67%), gedung administrasi (4,45%),
taman/halaman/jalan/tempat parkir (21,04%), tempat ibadah (0,01%)
• Kapasitas listrik sebanyak 2.550 KVA berasal dari jaringan PLN serta
2000 KVA dari 3 unit genzet.

Universitas Indonesia
29

• Sarana komunikasi terdiri atas : telepon (PABX system) dan nurse call,
radio panggil dengan repeater khusus, paging system seta SIM-RS (billing
system).
• Sumber air bersih berasal dari PAM (4 titik dengan kapasitas 28,8
liter/detik), Sumur bor (3 buah dengan kapasitas 13,3 liter/detik) serta
reservoar (2 buah dengan daya tampung 120m3)
• Sarana pengelolaan limbah RS berupa incenerator (1 unit dengan 2
burner), IPAL (3 buah), Produsen kompos (1 buah).
• Sarana pencegaha kebakaran berupa alarm, alat pemadam api ringan (240
buah), serta hydrant kebakaran (40 unit).
3.4.2 Sarana / Fasilitas Medis
• CT Scan single dan multislice
• USG Color Doppler 3-4 dimensi dan endoskopi
• ESWL – Echocardiografi
• ECG – treadmill
• EEG – Laparaskopi
• Angiografi – TUR
• Bone Marrow Densitometer – EMG
• Cath lab
• Alat rehab medis
• Alat hemodialisa
• Endoskopi
• Dental kit
• Kolposkopi
• Laparaskopi
• Alat lab
• Alat bayi tabung
• Alat ICU (ventilator, ECG monitor, syringe pump, dll)
• Radioterapi (Cobalt 60, brachiterapi) – holter
• Intervensi radiologi C Arm 10
• Argon Laser biometri B scan
• General X ray
• Hyperbaric Chamber

Universitas Indonesia
30

3.4.3 Sarana Fasilitas Non Medis


• Peralatan gizi
• Peralatan sterilisasi
• Peralatan laundry
• Incenerator
• Morgue post mortem table
• ambulance
• Mobil Jenazah
• Mobil operasional
• Motor operasional

3.4.4 Jumlah Tempat Tidur

No Nama ruangan Jumlah Jumlah Jumlah Ratio perawat


TT paramedis tenaga jaga dengan
perawat jaga TT
1 Paviliun Amerta 28 41 7 1 : 3,6
2 IRNA A
Mahottama 25 33 7 1: 3,6
Sanjiwani 16 19 5 1: 3
Wijaya Kusuma 16 18 4 1 : 4,5
Flamboyan 28 19 4 1:7
3 IRNA B
Bakung Barat 28 23 5 1 : 5,6
Bakung Timur 29 16 3-4 1 : 6,7
Cempaka Timur 20 14 3 1:6
Cempaka Barat 40 23 5 1 : 7,5
Anggrek 16 18 4 1 : 3,2
Jempiring 40 21 5 1:8
Pudak 20 17 3 1 : 5,5
4 IRNA C
Angsoka I 45 24 5 1 : 9,6
Angsoka II 39 24 5 1 : 8,4
Angsoka III 45 23 5 1 : 9,6
Gadung 18 12 3 1 : 6,7
Kamboja 24 12 3 1:9
5 IRNA D
Lely 28 17 4 1:7
Mawar 32 18 4 1:8

Universitas Indonesia
31

Nusa Indah 23 20 4 1 : 5,8


Naga Sari 10 11 4 1 : 3,8
6 IRIT (intensif
terpadu)
Luka Bakar 15 21 4 1:4
ICU 10 24 5 1:2
ICCU 7 17 3 1 : 1,8
7 Instalasi Geriatri
Gandasturi 11 12 3 1 : 4,1
Total 704

3.4.5 Sumber Daya Manusia

Data Status Ketenagaan pada Bulan Desember 2012 :

Status Tenaga BLU Res.


PNS Pengabdi
No Jenis Tenaga PTT Tgs Total
BLU BLU Diknas Akademik
Belajar
PNS Non PNS
I Medis 204 1 16 8 11 0 50
1 Dokter Spesialis 141 1 10 18 0 0 270
2 Dokter Umum 53 0 0 0 0 0 53
3 Dokter Gigi 10 0 6 0 0 0 16
4 Dokter Bsb 0 0 0 0 11 0 11
5 Dokter Residen 0 0 0 0 0 0 0
Ii Tenaga Keperawatan 741 294 0 0 0 0 1035
Iii Tenaga Non Keperawatan 217 104 0 0 0 0 321
1 Farmasi/ Apoteker 39 37 0 0 0 0 6
2 Pisikologi 3 1 0 0 0 0 4
3 Kesehatan Masyarakat 9 5 0 0 0 0 4
4 Analis 37 7 0 0 0 0 44
5 Gizi 40 22 0 0 0 0 62
6 Radiologi 24 6 0 0 0 0 0
7 Sanitarian 8 4 0 0 0 0 22
8 Fisioterapi 6 1 0 0 0 0 7
9 Tenaga Lain 31 21 0 0 0 0 52
Iv Tenaga Non Medis 604 376 0 0 0 0 80
1 Manajemen 41 0 0 0 0 0 1
2 Staf Administrasi 321 231 0 0 0 0 52
3 Keamanan 28 26 0 0 0 0 54
4 Pekarya 214 119 0 0 0 0 33
Jumlah 1766 775 16 18 11 0 686

Universitas Indonesia
32

3.4.6 HASIL KEGIATAN TAHUN 2012

Distribusi pasien berdasarkan jenis pelayanan dan tahun anggaran

Tahun anggaran
Jan s/d Des Jan s/d Des Selisih
No
2011 2012 (%)
Jenis pelayanan
1 Rawat Jalan
 Jumlah Kunjungan
1. Poliklinik 194.886 191.029 1,97
2. WA 49.420 50.009 1,19
3. IRD 65.820 59.734 9,24
2 Rawat Inap ( BOR ) 81,34 82,38 1,27
3 Kegiatan Operasi
Jumlah Operasi 11.427 10.871 4,86
1. IBS 5.883 5.739 2,44
2. IRD 3.513 3.303 5,97
3. WA 2.031 1.829 9,94
4 Pelayanan Radiologi
Jumlah Kunjungan Radiologi 63.961 61.863 3,28
1. Inst Radiologi 16.264 17.988 10,60
2. IRD 38.483 33.695 12,44
3. WA 9.214 10.180 10,48
5 Pelayanan Laboratorium
1. Jumlah Tindakan 942.633 973.684 3,29
2. Jumlah Pasien 215.969 212.888 1,42
6 Pelayanan Hemodialisa
1. Jumlah Tindakan 21.053 26.056 23,76
2. Jumlah Pasien 3.556 4.083 14,82
7 Pelayanan Jamkesmas
1. Pasien
a. Rawat Inap 7.434 10.610 42,72
b. Rawat Jalan 9.454 9.841 4,09
2. Kunjungan
a. Rawat Inap 8.057 11.248 39,60
b. Rawat Jalan 29.088 29.599 1,75
8 Kunjungan JKBM
1) Rawat Jalan 21.605 20.969 2,94
2) Rawat Inap 6.129 10.199 66,40

Universitas Indonesia
33

3.5 GAMBARAN UMUM TINDAKAN ANESTHESIA DI RSUP SANGLAH

Selama bulan Juli - Desember tahun 2012, dari tiga area kamar operasi di
lingkungan RSUP Sanglah Denpasar dilakukan sebanyak 532 tindakan bedah mini
laparatomi. Tindakan bedah mini laparatomi ini meliputi tindakan apendisectomy,
herniotomy, laparatomi kehamilan ektopik terganggu (KET), tubektomy (MOW).

Tabel 2
Tindakan Mini laparatomi di RSUP SanglahJuli - Desember 2012

Kamar operasi Kamar operasi Kamar operasi TOTAL


IRD IBS WING
Appendisectomie 138 12 37 187
Herniotomy 21 21 54 96
Laparatomi KET 54 51 - 105
Tubektomy - 144 - 144
JUMLAH 213 228 91 532

Tabel 3
Teknik Anesthesia di RSUP Sanglah Juli – Desember 2012
Kamar operasi
IRD
Kategori Jumlah
L 513
P 558

DEWASA 981
ANAK 90

GA-OTT 591
GA-FM 6
GA-LMA 18
RA-BSA 447
RA-Epid 3
RA-CSE 0
OTT-Epid 0
GA-IV 6
TOTAL 1071

Universitas Indonesia
34

Kamar Operasi WING


Kategori OBGYN BEDAH ORTO TOTAL
L 0 97 174 271
P 564 100 78 742

DEWASA 564 176 225 965


ANAK 0 21 27 48

GA-OTT 66 62 63 191
GA-FM 0 9 0 9
GA-LMA 0 16 66 82
RA-BSA 489 105 87 681
RA-Epid 0 0 6 6
RA-CSE 6 2 18 26
OTT-Epid 3 1 3 7
GA-IV 0 0 9 9

TOTAL 1013

Kamar Operasi IBS


Kategori Jumlah
L 2366
P 2148

DEWASA 3696
ANAK 848

GA-OTT 2135
GA-FM 278
GA-LMA 554
RA-BSA 835
RA-Epid 175
RA-CSE 122
OTT-Epid 161
GA-IV 71

TOTAL 4514

Tabel diatas menunjukkan penggunaan teknik anesthesia pada pasien di kamar


operasi IBS, IRD dan Wing RSUP Sanglah selama bulan Juli – Desember 2012.

Universitas Indonesia
35

Penggunaan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA-PET)


dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA-BSA) merupakan 2 jenis
tindakan anesthesia yang paling sering digunakan. Teknik anesthesia umum
pemasangan pipa endotrakea (GA PET) sebanyak 44,2% dan teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA) sebanyak 29,7%, dari seluruh pasien yang
menjalani tindakan anesthesia di RSUP sanglah pada bulan Juli – Desember 2012.
Dibawah ini adalah data pasien yang menjalani operasi selama bulan Juli
sampai Desember 2013 di ruang operasi Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan ruang
operasi Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Data
menunjukkan pasien berdasarkan klasifikasi ASA dan cara pembayaran.

Tabel 4
Rekapitulasi pasien di kamar operasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember
2013 berdasarkan klasifikasi status fisik ASA

REKAPITULASI KAMAR OPERASI IRD JULI – DESEMBER 2013


SEPTEMBE NOVEMBE
ASA JULI AGUSTUS R OKTOBER R DESEMBER TOTAL
I 49 13 70 40 21 20 213
II 35 57 92 143 150 131 608
III 59 26 46 47 27 49 254
IV 0 0 0 0 0 0 0
V 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 143 96 208 230 198 200 1075

REKAPITULASI KAMAR OPERASI IBS JULI – DESEMBER 2013


SEPTEMBE NOVEMBE
ASA JULI AGUSTUS R OKTOBER R DESEMBER TOTAL
I 108 65 49 67 55 75 419
II 348 318 230 245 235 260 1636
III 68 88 157 142 150 132 737
IV 0 0 0 0 0 0 0
V 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 524 471 436 454 440 467 2792

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar pasien adalah ASA I dan II yaitu sebanyak
74,3% sedangkan sisanya sebanyak 25,7 % adalah pasien dengan status fisik asa III

Universitas Indonesia
36

Tabel 5
Rekapitulasi pasien di kamar operasi IRD dan IBS selama bulan Juli – Desember
2013 berdasarkan cara pembayaran

REKAPITULASI CARA PEMBAYARAN KAMAR OPERASI IBS JULI – DESEMBER 2013


AGUSTU SEPTEMB OKTOBE NOVEMB DESEMBE TOTA
JULI S ER R ER R L
ASKES 117 74 90 75 77 82 515
UMUM 90 81 83 92 130 102 578
JKBM 194 201 130 195 186 175 1081
JAMKESM
AS 86 74 57 77 65 64 423
JAMSOST
EK 14 15 11 9 21 11 81
JAMPERS
AL 12 19 4 10 12 21 78
IKS 6 2 1 2 8 9 28
APBD 0 0 1 2 2 0 5
TIMOR 0 0 0 3 0 0 3
TOTAL 519 466 377 465 501 464 2792

REKAPITULASI CARA PEMBAYARAN KAMAR OPERASI IRD JULI – DESEMBER 2013


AGUSTU SEPTEMB OKTOBE NOVEMB DESEMBE TOTA
JULI S ER R ER R L
ASKES 16 2 16 8 19 12 73
UMUM 7 16 43 54 36 53 209
JKBM 43 57 63 65 59 62 349
JAMKESM
AS 0 0 14 22 24 15 75
JAMSOST
EK 0 0 3 4 8 4 19
JAMPERS
AL 52 26 58 84 65 55 340
IKS 0 0 2 2 4 2 10
TOTAL 118 101 199 239 215 203 1075

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar cara pembayaran pasien di kamar operasi
IBS dan IRD adalah dengan menggunakan cara bayar JKBM sebanyak 37%, umum
sebanyak 20.4% , askes 15.2%, Jamkesmas 12.9%, Jampersal 10.8%, Jamsostek 2.6%
dan lain-lain (IKS,APBD,Timor) 1.2%.

Universitas Indonesia
37

BAB 4

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

4.1 Kerangka Konsep


Tujuan dari penelitian ini adalah menggunakan cost effectiveness analysis
pada pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi dengan menggunakan
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA).
Total biaya dalam klasifikasi biaya menurut Elliot, 2005 dibagi menjadi biaya
langsung, biaya tidak langsung dan biaya intangible. Dengan pertimbangan kesulitan
teknis, biaya tidak langsung dan biaya intangible tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan. Biaya langsung dibagi menjadi biaya langsung medis dan biaya langsung
non medis. Selanjutnya biaya langsung medis dibagi menjadi : biaya tetap, biaya
semitetap dan biaya variabel. Dalam penelitian ini, biaya langsung non medis dan
biaya tetap dianggap sama. Sehingga perhitungan total biaya diperoleh dari
perhitungan biaya semitetap dan biaya variabel.
Biaya semitetap dan biaya variabel dihitung dengan menggunakan data pada
catatan medis anesthesia dan lampiran daftar harga obat. Biaya semitetap meliputi
biaya untuk obat dan alat anesthesia. Biaya variabel meliputi biaya obat dan alat
untuk mengatasi efek samping anesthesia di kamar operasi.
Efektifitas tindakan anesthesia dilihat dari kejadian efek samping pasca
operasi di ruang pemulihan yaitu nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi
(post operative nausea & vomiting / PONV), shivering (menggigil), durasi di ruang
pemulihan serta biaya yang diperlukan untuk tindakan anesthesia tersebut.

Universitas Indonesia
38

Gambar 6
Kerangka konsep penelitian :

TEKNIK ANESTESIA REGIONAL BLOK


TEKNIK ANESTESIA UMUM INHALASI SUB ARACHNOID
PIPA ENDOTRAKEA (RA BSA)
(GA PET)

EFEKTIFITAS
1. EFEK SAMPING TOTAL COST EFEKTIFITAS
TOTAL COST
NYERI (BIAYA LANGSUNG 1. EFEK SAMPING NYERI
(BIAYA LANGSUNG
2. EFEK SAMPING MEDIS ) 2. EFEK SAMPING PONV
MEDIS )
PONV 1. BIAYA 3. EFEK SAMPING
1. BIAYA
3. EFEK SAMPING VARIABEL SHIVERING
VARIABEL
SHIVERING 2. BIAYA 4. DURASI DI RUANG
2. BIAYA
4. DURASI DI RUANG SEMITETAP PULIH
SEMITETAP
PULIH 5. BIAYA PER MENIT DI
5. BIAYA PER MENIT RUANG PULIH
DI RUANG PULIH

CER = CER =
TOTAL COST CEA TOTAL COST
EFEKTIFITAS EFEKTIFITAS

Universitas Indonesia
39

4.2 Hipotesis Nol


• Tidak ada perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum
inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
• Tidak ada perbedaan biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa
endotrakea (GA PET) dan teknik anestesi regional blok subarachnoid (RA
BSA) pada pasien mini laparatomi di RSUP Sanglah.
• Tidak ada perbedaan biaya untuk mengatasi efek sampingantara teknik
anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di
RSUP Sanglah.
• Tidak ada perbedaan waktu untuk mengatasi efek sampingantara teknik
anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA) pada pasien mini laparatomi di
RSUP Sanglah

4.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

VARIABEL DEFINISI ALAT CARA SKALA HASIL


OPERASIONAL UKUR UKUR UKUR UKUR

Biaya Tindakan Biaya dari alat dan obat yang Kuisioner Isi Numerik ---------
Anesthesia [A] digunakan untuk tindakan anesthesia Kuisioner Rupiah
di kamar operasi. Diperoleh dari
dokumentasi catatan medis
(penggunaan alat dan obat) pasien
selama tindakan anesthesia di dalam
kamar operasi. Harga obat dan alat
yang digunakan kemudian dihitung
berdasarkan daftar harga di apotik,
seperti tertera pada lampiran 2

Durasi Tindakan Durasi anesthesia dilihat pada catatan Kuisioner Isi Kuisioner Numerik ---------
Anesthesia [B] medis tindakan anesthesia. Menit
Dimulaidari saat pasien diinduksi

Universitas Indonesia
40

sampai anesthesia selesai dan pasien


dipindahkan ke ruang pulih.
Biaya tindakan Diperoleh dari perhitungan biaya
anesthesia (X) anesthesia (A) dibagi durasi tindakan Kuisioner Isi kuisioner Numerik ---------
[X = A/B] anesthesia (B). rupiah per
menit

Efek Samping Efek samping pasca tindakan Kuisioner Isi Kuisioner Dijelaskan Dijelaskan
Pasca Tindakan anesthesia dinilai di ruang pemulihan. dibawah dibawah
Anesthesia Meliputi :
Nyeri akut (sedang-berat) pasca
operasi, PONV dan
Shivering (menggigil).

Nyeri Akut Keluhan nyeri dari pasien diukur Kuisioner Isi Kuisioner nominal Tidak
(sedang-berat) dengan Visual Analogue Score (VAS) kategorik (Ringan ) /
Pasca Operasi dikerjakan di ruang pemulihan. Kartu Ya (Sedang
VAS disediakan pada lampiran 3. Berat )
Nyeri sedang-berat dikategorikan efek
samping pasca operasi karena
memerlukan tambahan obat analgetik.
Keluhan nyeri diambil dari catatan
medis di ruang pemulihan.

PONV (Pasca Keluhan mual muntah (PONV) dari Kuisioner Isi Kuisioner Nominal Ya /
Operasi Naussea pasien saat berada di ruang kategorik Tidak
& Vomitting) pemulihan. Keluhan mual muntah
(PONV) diambil dari catatan medis di
ruang pemulihan.
Menggigil Pasien menggigil saat berada di ruang Kuisioner Isi kuisioner Nominal Ya / tidak
(shivering) pemulihan. Keluhan menggigil kategorik
(shivering) diambil dari catatan medis
di ruang pemulihan
Biaya untuk Biaya yang diperlukan untuk obat dan Kuisioner Isi kuisioner Numerik
mengatasi efek alat dalam mengatasi efek samping Rupiah
samping pasca pasca anesthesia di ruang pemulihan
anesthesia [C] (nyeri sedang berat, PONV,
menggigil). Obat dan alat yang
digunakan diambil datanya dari
catatan medis di ruang pemulihan.
Biaya dihitung berdasarkan lampiran
2, daftar harga obat dan alat di apotik.
Durasi di ruang Lama pasien berada di ruang Kuisioner Isi kuisioner Numerik ----------
pemulihan [D] pemulihan. Dimulai sejak pasien tiba Menit

Universitas Indonesia
41

di ruang pemulihan sampai diijinkan


pindah ke ruangan rawat biasa.
Biaya untuk Diperoleh dari perhitungan biaya
mengatasi efek untuk mengatasi efek samping pasca Kuisioner Isi kuisioner Numerik ------------
samping (Y) anesthesia (C) dibagi durasi di ruang Rupiah per
[Y = C/D] pemulihan (D). menit
Total Biaya Adalah jumlah dari biaya tindakan
Anesthesia anesthesia (X) dan biaya untuk Kuisioner Isi Kuisioner Numerik --------
(X + Y) mengatasi efek samping pasca Rupiah per
anesthesia(Y). menit

4.4 ALUR PENELITIAN


35sampel pasien ASA 1 dan 2 yang telah menjalani pembedahan mini
laparatomi selama bulan Oktober – Desember 2013 (35 dengan anesthesia umum
inhalasi pipa endotrakea [GA PET] dan 30 dengan anestesia regional blok
subarachnoid [RA BSA])yang memenuhi kriteria diambil data sekundernya dari
catatan anestesi selama tindakan anesthesia di ruang operasi dan selama berada di
ruang pemulihan.
Dari catatan medis di ruang operasi, didapatkan data penggunaan obat dan alat
serta durasi selama tindakan anesthesia. Dari catatan medis di ruang pemulihan
didapatkan data tentang efek samping pasca operasi dan tatalaksananya serta durasi
berada di ruang pemulihan.
Berdasarkan penggunaan alat dan obat diatas, dihitung biayanya dengan
menggunakan daftar harga obat dan alat di apotik RSUP Sanglah Denpasar, yang
dicantumkan dalam lampiran 2.

Universitas Indonesia
42

BAB 5

METODE PENELITIAN

5.1 Desain Penelitian


Merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif analitik, dengan
meneliti data sekunder (catatan biaya & catatan medis) pada satu saat tertentu
(crossectional).

5.2 Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Instalasi Rekam Medis RSUP Sanglah Denpasar Bali
selama bulan Januari tahun 2014.

5.3 Populasi Dan Sampel Penelitian


5.3.1 Populasi penelitian
Populasi adalah seluruh pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi
di kamar operasi RSUP Sanglah Denpasar. Populasi yang sesuai adalah yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
5.3.2 Kriteria Eksklusi
• Pasien dengan riwayat penyalahgunaan obat
• Pasien dengan riwayat alergi obat analgetik lokal
• Pasien gangguan mental
• Pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2)
• Pasien dengan gangguan pembekuan darah
• Usia < 12 tahun
• Pasien dengan riwayat menggunakan obat anti koagulan
• Pasien dengan pencatatan medis anesthesia di kamar operasi dan ruang
pemulihan yang tidak lengkap.
5.3.3 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah pasien ASA 1 dan 2 yang menjalani pembedahan
mini laparatomi dengan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET)
& teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar selama bulan Oktober – Desember 2013.

Universitas Indonesia
43

Song, 2000 menyarankan agar mengumpulkan minimal 25 penderita pada tiap


kelompok untuk mendapatkan 30% penurunan biaya dengan power penelitian sebesar
90% pada level significant 0.05.

5.4 Pengumpulan Data


Pengumpulan data diambil dari data sekunder. Data tentang biaya, diambil
dari catatan biaya penggunaan obat dan alat anesthesia selama di kamar operasi dan
ruang pemulihan. Daftar harga obat dan alat anesthesia ditampilkan pada lampiran.
Data tentang efek samping anesthesia dan durasi di ruang pemulihan diambil dari
catatan medis selama di ruang pemulihan.
Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh ijin dari Ketua Litbang dan
Direktur Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Data
sekunder yang diperoleh dari rekam medis anestesi dan catatan penggunaan obat di
dalam ruang operasi dan ruang pemulihan kemudian didokumentasikan kedalam
kuisioner.
Catatan medis dari pasien yang menjalani pembedahan mini laparatomi
(aooendicitis acute dan kehamilan ektopik) selama bulan Oktober – Desember 2013,
dengan teknik anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea dan teknik anesthesia
regional blok subarachnoid, dikumpulkan dari rekam medis, sehingga memperoleh
masing-masing 35 sampel yang datanya lengkap untuk tiap kelompok penelitian.

5.5 Teknik Pengolahan Data


5.5.1 Biaya
Data tentang biaya tindakan anesthesia dan durasi anesthesia yang telah
dicatat dalam kuisioner kemudian dilakukan tabulasi. Data tentang biaya untuk
mengatasi komplikasi anesthesia dan durasi di ruang pemulihan diambil dari catatan
medis di ruang pemulihan.
Diperoleh data tentang biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit) dan biaya
untuk mengatasi efek samping (rupiah per menit). Total biaya anesthesia adalah
penjumlahan dari biaya tindakan anesthesia dan biaya untuk mengatasi efek samping.

Universitas Indonesia
44

5.5.2 Efektifitas
Data tentang efektifitas anesthesia yang diperoleh dari catatan anesthesia di
ruang pemulihan kemudian ditabulasi. Diperoleh data tentang kejadian efek samping
nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi (PONV) dan menggigil pasca
operasi (shivering).

5.6 Analisis Data


Data yang telah didokumentasikan dalam kuisioner kemudian dianalisis. Data
ini dimasukkan kedalam program Microsoft excel. Data variable numerik (biaya,
biaya per menit, durasi di ruang pemulihan) dianalisis statistik dengan menggunakan
uji t bila sebarannya normal, apabila sebarannya tidak normal digunakan uji Mann
Whitney. Sedangkan data tentang efek samping di ruang pemulihan (kejadian nyeri,
PONV, menggigil) yang merupakan variable katagorikal dianalisis dengan
menggunakan uji chi square atau uji fisher (bila syarat uji chi square tidak terpenuhi).
Data tentang cost effectiveness ditampilkan dengan menggunakan table cost-
consequence analysis (CCA) kemudian dihitung average cost-effectiveness ratio,
incremental cost-effectiveness ratio. Incremental cost effectiveness ratio (ICER)
dihitung berdasarkan perbedaan biaya, dibagi dengan perbedaan komplikasi yang
dapat dicegah. Kemudian dibuat CEA plane, untuk kemudian disimpulkan posisinya.

5.7 Penyajian Data


Data disajikan dalam bentuk table, cost effectiveness analysis grid dan cost
effectiveness analysis plane.

GA PET RA BSA
Biaya Tindakan Anesthesia [X]
(rupiah per menit)
Biaya untuk mengatasi efek
samping pasca anesthesia [Y]
(rupiah per menit)
Total Biaya Anesthesia
[X + Y]
(rupiah per menit)

Universitas Indonesia
45

GAPET RABSA
Nyeri +
Nyeri -

GAPET RABSA
PONV +
PONV-

GAPET RABSA
Shivering +
Shivering -

Tabel 6
Menyajikan hasil biaya dan efektifitas

GAPET RABSA
1. Cost consequences analysis (CCA)
Biaya anesthesia [X]
(rupiah/menit)
Biaya untuk mengatasi efek
samping [Y]
(rupiah per menit)
Total biaya anesthesia [X + Y]
9rupiah per menit)
% No PONV
% No Shivering
% No Pain
2. Average cost-effectiveness ratios
Total biaya anesthesia / % No Total biaya anesthesia / % No
PONV PONV
Total biaya anesthesia / % No Total biaya anesthesia / % No
Shivering Shivering
Total biaya anesthesia / % No Pain Total biaya anesthesia / % No Pain
3. Incremental cost-effectiveness ratios
Bandingkan dominasi (dari hasil diatas)
Hitung perbedaan biaya dibagi dengan perbedaan outcome

(No PONV, No Shivering, No Pain)

Universitas Indonesia
46

BAB 6

HASIL PENELITIAN

6.1 Analisis Data Sekunder Dan Demografi


6.1.1 Pemilihan Sampel
Penelitian ini dilakukan selama bulan Januari 2014. Diperoleh 70 sampel yang
diambil dari catatan medis pasien yang sesuai dengan kriteria penelitian selama bulan
Oktober – Desember 2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Sebanyak
70 sampel ini adalah catatan medis yang memuat data yang diperlukan, dari pasien
yang menjalani pembedahan mini laparatomi (appendicitis acute dan kehamilan
ektopik). Terdiri atas 2 kelompok. Kelompok I sebanyak 35 pasien dengan tindakan
anesthesia umum pemasangan pipa endotrakea (GA PET) dan kelompok II terdiri atas
35 pasien dengan tindakan anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).
6.1.2 Data Demografi
Data tentang karakteristik umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin,
status fisik ASA dan diagnosis ditunjukkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 7
Karakteristik kelompok penelitian

GA PET RA BSA P
Mean (SD) Mean (SD)
Umur (tahun) 26,49 (10,626) 30,00 (11,371) 0.219
Berat badan (kilogram) 57,00 (12,485) 54,89 (9,625) 0.478
Tinggi badan (centimeter) 157,09 (10,576) 159,83(8,176) 0.193

GA PET RA BSA P
Jenis kelamin L 13 9 0.303
P 22 26
ASA 1 13 18 0.229
2 22 17
Diagnosis App 17 19 0.632
KE 18 16

Tampak dari tabel diatas, bahwa distribusi karakteristik adalah normal (semua
p>0.05)

Universitas Indonesia
47

6.2 Data Tentang Biaya


Dari catatan medis penggunaan obat dan alat selama tindakan anesthesia di
kamar operasi, kemudian dihitung biayanya berdasarkan daftar harga di apotik yang
dicantumkan pada lampiran 2.
Data tentang biaya ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Biaya tindakan
anesthesia (rupiah per menit) didapatkan dari data penggunaan obat dan alat di dalam
kamar operasi dibagi dengan durasi anesthesia.
Tabel 8 menunjukkan perbedaan biaya untuk tindakan anesthesia antara
kelompok GA PET dengan kelompok RA BSA adalah sangat bermakna (p=0.001).

Tabel 8
Biaya tindakan anesthesia (rupiah per menit)

GA PET RA BSA p
Mean Mean
(SD) (SD)

Biaya anesthesia (rupiah) 691.000 176.000 0.001


(197.603) (22.065)

Durasi anesthesia (menit) 145 82 0.001


(75) (28)

Biaya tindakan anesthesia 5.587 2.389 0.001


(rupiah per menit) (2136) (844)

Data tentang biaya untuk menangani efek samping ditunjukkan pada tabel
dibawah ini. Biaya untuk mengatasi efek samping (rupiah per menit) didapatkan dari
data penggunaan obat dan alat untuk mengatasi efek samping dibagi dengan durasi di
ruang pemulihan.
Tabel 9 menunjukkan perbedaan biaya untuk mengatasi efek samping pasca
anesthesia pada kelompok GA OTT dan RA BSA adalah tidak bermakna (p=0.729)

Universitas Indonesia
48

Tabel 9
Biaya untuk mengatasi efek samping pasca operasi

GA PET RA BSA p
Mean Mean
(SD) (SD)

Biaya untuk mengatasi efek 56.900 67.800 0.113


samping (rupiah) (29.830) (26.719)

Durasi di ruang pemulihan 86.66 98.71 0.189


(menit) (47.54) (42.96)

Biaya untuk mengatasi efek 828 877 0.729


samping (rupiah per menit) (567) (663)

Data tentang total biaya anesthesia ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Total
biaya anesthesia adalah jumlah dari biaya tindakan anesthesia dan biaya untuk
mengatasi efek samping pasca operasi.

Tabel 10
Total biaya anesthesia

GAPET RABSA
Biaya anesthesia [X] 5.587 2.389
(rupiah/menit)
Baya atasi efek samping [Y] 828 877
(rupiah/menit)
Total biaya anesthesia [X + Y] Rp 6.415 per menit Rp 3.266 per menit
(rupiah per menit)

Universitas Indonesia
49

6.3 Data Tentang Efektifitas


Data dibawah ini menunjukkan kejadian efek samping pasca operasi, meliputi
kejadian nyeri akut pasca operasi, mual muntah pasca operasi (PONV), dan menggigil
(shivering) pasca operasi.

Tabel 11
Kejadian efek samping di ruang pemulihan

GA PET RA BSA p

+ 15 8
Nyeri (21,42) (11,4) 0.075
_ 20 27
(28,6) (38,6)
Mual Muntah + 7 11
Pasca operasi (10) (15,71) 0.274
(PONV) _ 28 24
(40%) (34,3%)
+ 5 17
Menggigil (7,1%) (24,2%) 0.002
_ 30 18
(42,8) (25,7%)

Dari data diatas, dapat ditunjukkan bahwa hanya efek samping menggigil
pasca operasi yang menunjukkan perbedaan bermakna (p=0.002) yaitu sebesar 24,2%
pada kelompok RABSA dan 7,1% pada kelompok GA PET.

Universitas Indonesia
50

6.4 Penyajian data tentang cost-efffectiveness

Tabel 12
Data tentang cost effectiveness
GAPET RABSA
1. Cost consequences analysis (CCA)
Biaya anesthesia [X] 5.587 2.389
(rupiah/menit)
Baya atasi efek samping [Y] 828 877
(rupiah/menit)
Total biaya anesthesia [X + Y] Rp 6.415 per menit Rp 3.266 per menit
(rupiah per menit)
% tidak PONV 80% 68.6%
% tidak menggigil 85.7% 51.4%
% tidak nyeri 57.1% 77.1%
2. Average cost-effectiveness ratios
Total biaya di kamar operasi dan 6.415 3.266
ruang pemulihan (rupiah per menit)
Total biaya di kamar operasi & Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak PONV ruang pemulihan / % tidak PONV
(6.415 / 0.8) = (3.266 / 0.686) =
Rp 8.018 per kejadian tidak PONV Rp 4.761 per kejadian tidak PONV
Total biaya di kamar operasi & Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak ruang pemulihan / % tidak
menggigil menggigil
(6.415 / 0.857) = (3.266 / 0.514) =
Rp 7.485 per kejadian tidak Rp 6.354 per kejadian tidak
menggigil menggigil
Total biaya di kamar operasi & Total biaya di kamar operasi &
ruang pemulihan / % tidak nyeri ruang pemulihan / % tidak nyeri
(6.415 / 0.571) = (3.266 / 0.771) =
Rp 11.235 per kejadian tidak nyeri Rp 4.236 per kejadian tidak nyeri
3. Incremental cost-effectiveness ratios (ICER)
Teknik anestesi RA BSA dominan daripada GA PET pada efektifitas nyeri pasca operasi (lebih kecil biayanya,
lebih banyak kejadian tanpa nyeri pasca operasi).
Teknik anestesi RA BSA lebih kecil biayanya, tetapi kejadian tanpa efek samping PONV dan menggigil lebih
rendah, sehingga harus dihitung ICER.

GA PET dibandingkan dengan RA BSA


(6.415 – 3.266) / (0,8-0,686) = Rp 27.623 per ekstra tanpa efek samping PONV
GA PET dibandingkan RABSA
(6.415 – 3.266) / (0.857 – 0.514) = Rp 9.181 per ekstra tanpa efek samping menggigil.

Universitas Indonesia
51

BAB 7

PEMBAHASAN

7.1 Biaya Dan Efektifitas

Cost consequence analysis (CCA) adalah istilah yang ditujukan untuk


menyajikan data dari masing-masing alternatif teknik (teknik anesthesia), dengan
menunjukkan cost dan outcome (efektifitas) tanpa menampilkan rasio. (Rascati, 2009)
Selain menggunakan cost consequence analysis, metode lain yang dapat
digunakan untuk menunjukkan hasil cost effectiveness analysis adalah dengan
melakukan perhitungan average cost effectiveness ratio (ACER) untuk masing-masing
teknik anesthesia. Cost effectiveness ratio adalah rasio dari sumber daya yang
digunakan untuk tiap unit keuntungan yang diperoleh. Implikasi dari perhitungan ini
adalah untuk memutuskan apakah kita akan melakukan sesuatu atau tidak (dari
sebuah alternatif tindakan), setelah melihat besarnya sumber daya yang digunakan.
(Rascati, 2009)
Berdasarkan hasil perhitungan pada CCA, diperoleh bahwa total biaya
anesthesia untuk teknik GA PET adalah 6.415 rupiah per menit, sedangkan pada
teknik anesthesia RA BSA adalah 3.266 rupiah per menit. Hasil perhitungan statisik
menunjukkan bahwa biaya untuk tindakan anesthesia lebih murah untuk teknik
anesthesia RABSA dan hasil ini sangat bermakna (p=0.001), meskipun perhitungan
statistik untuk biaya mengatasi efek samping tidak berbeda bermakna antara kedua
kelompok (828 dan 877 rupiah per menit untuk kelompok GA PET dan RA BSA).
Selanjutnya dengan perhitungan average cost effectiveness analysis diperoleh
hasil untuk teknik GA PET sebagai berikut : tambahan Rp 8.018 per kejadian bebas
PONV, tambahan Rp 7.485 per kejadian bebas menggigil dan tambahan Rp 11.235
per kejadian bebas nyeri. Hasil perhitungan average cost effectiveness analysis
menunjukkan pada teknik RABSA diperlukan tambahan Rp 4.761 per kejadian tidak
PONV, tambahan Rp 6.354 per kejadian tidak menggigil serta tambahan Rp 4.236 per
kejadian tidak nyeri.
Di RSUP Sanglah, selama bulan Juli – Desember 2012 terdapat 292 kasus
mini laparatomi (appendisectomie dan kehamilan ektopik). Berdasarkan data selama 6
bulan tersebut, diperoleh asumsi terdapat 584 kasus mini laparatomi (appendisectomie
dan kehamilan ektopik) dalam waktu 1 tahun.

Universitas Indonesia
52

Dengan besar proporsi kejadian efek samping menggigil sebanyak 24,2% pada
kelompok RA BSA dari seluruh sampel penelitian, apabila dalam satu tahun
diasumsikan terdapat sebanyak 584 pasien mini laparatomi (appendisectomi dan
laparatomi kehamilan ektopik) maka biaya yang diperlukan untuk mengatasi efek
samping mengigil pada teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA)
adalah sebesar Rp 896.726 (diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Rp 6.345 x
24,2% x 584 kasus ).
Selanjutnya, sebuah cost effectiveness grid atau CEA plane dapat digunakan
untuk menggambarkan definisi “cost-effectiveness”. (Rascati, 2009)

Gambar 7
Cost effectiveness grid (Rascati, 2009)

Cost effectiveness Lower cost Same cost Higher cost


Lower effectiveness A B C
Same effectiveness D E F
Higher effectiveness G H I

Apabila menggunakan cost effectiveness grid , dari data CCA dapat kita lihat
bahwa teknik anestesi regional blok subarachnoid (RABSA) berada pada kolom G,
sehingga dianggap lebih cost-effective untuk outcome nyeri (dominan dibandingkan
dengan GAPET). Sedangkan untuk outcome PONV dan menggigil, teknik RABSA
berada di kolom A, sehingga harus dilakukan perhitungan ICER untuk mengetahui
tambahan biaya yang diperlukan untuk setiap kejadian bebas efek samping PONV dan
menggigil.
Apabila menggunakan CEA plane, teknik anesthesia RABSA berada pada
quadrant II (dominan) untuk efek samping nyeri pasca operasi dan berada pada
quadrant III (trade off) untuk efek samping PONV dan menggigil.

Universitas Indonesia
53

Gambar 8
Quadrants in CEA Plane

Karena teknik anesthesia RA BSA berada pada quadrant III maka diperlukan
perhitungan incremental cost effectiveness ratio (ICER) untuk membandingkan biaya
dan efek samping antar kedua kelompok. Pada kelompok RA BSA perhitungan ICER
membantu menentukan apakah biaya yang lebih murah ini sesuai dengan kejadian
efek samping yang terjadi?

Universitas Indonesia
54

Berdasarkan perhitungan ICER, apabila kita menggunakan teknik anesthesia


umum pemasangan pipa endotrakea (GAPET) untuk memperoleh kejadian tanpa efek
samping PONV diperlukan tambahan biaya sebesar Rp 27.623 dan tambahan biaya
Rp 9.181 untuk kejadian tanpa efek samping menggigil.

Data efektifitas biaya dapat dirangkum sebagai berikut :


• Dari data statistik, hanya satu dari tiga efek samping pasca operasi yang
menunjukkan perbedaan bermakna, yaitu kejadian efek samping menggigil
yang lebih besar secara signifikan (p=0.002) pada kelompok RABSA
dibandingkan dengan kelompok GAPET. Dua kejadian efek samping lainnya,
mual muntah pasca operasi (PONV) dan nyeri tidak menunjukkan perbedaan
statistik yang bermakna. Apabila dilakukan perhitungan ICER didapatkan
tambahan biaya sebesar Rp 9.181 per ekstra tanpa kejadian menggigil apabila
menggunakan teknik anestesi GA PET.
• Dengan besar proporsi kejadian efek samping menggigil sebanyak 24,2% pada
kelompok RA BSA dari seluruh sampel penelitian, perhitungan ACER
memerlukan tambahan biaya Rp 6.345 per kejadian tidak menggigil, maka
biaya yang diperlukan untuk mengatasi efek samping mengigil pada teknik
anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA) dalam satu tahun adalah
sebesar Rp 896.726 (Rp 6.354 x 24,2% x 584 kasus).
• Dua kejadian efek samping lainnya, yaitu mual muntah pasca operasi (PONV)
dan nyeri pasca operasi tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara
statistik, dengan p=0.274 dan p=0.075. Apabila dilakukan perhitungan ICER
memerlukan tambahan Rp 27.623 per kejadian bebas PONV dengan teknik
GA PET. Sedangkan untuk kejadian efek samping nyeri pada CEA plane dan
grid menunjukkan bahwa teknik RA BSA lebih dominan daripada GA PET,
sehingga tidak dilakukan perhitungan ICER.
• Data biaya menunjukkan bahwa biaya tindakan anesthesia dengan teknik
RABSA lebih murah secara signifikan daripada GA PET (p=0.001).
• Data tentang durasi pasien berada di ruang pemulihan antara kedua kelompok
tidak berbeda bermakna (p=0.189)
• Dengan asumsi terdapat 584 pasien mini laparatomi dalam satu tahun. Apabila
menggunakan teknik GA PET diperlukan total biaya Rp 473.107.160 dalam

Universitas Indonesia
55

satu tahun (diperoleh dari perhitungan Rp 5.587 x 145 menit x 584 kasus).
Apabila menggunakan teknik RA BSA, dengan tambahan biaya untuk
mengatasi efek samping menggigil yang signifikan secara statistik, diperlukan
total biaya Rp 114.404.432 (diperoleh dari perhitungan biaya Rp 2.389 x 82
menit x 584 kasus ditambah Rp 841.448 untuk mengatasi efek samping
menggigil).

Maka berdasarkan hal diatas teknik anestesi RA BSA lebih cost effective daripada
teknik GA PET pada tindakan mini laparatomi appendicitis akut dan kehamilan
ektopik.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuat decision tree, yang ditampilkan


pada gambar dibawah ini.
Gambar 9 Decision tree dari hasil penelitian

7.2 Konsekuensi Biaya


Apabila tindakan pembedahan mini laparatomi (appendisectomi dan
laparatomi kehamilan ektopik) akan dikerjakan dengan teknik anesthesia regional
blok subarachnoid (RA BSA) dengan tambahan biaya untuk mengatasi efek samping
menggigil yang secara statistik jumlahnya signifikan lebih banyak pada kelompok ini,

Universitas Indonesia
56

diperlukan biaya Rp 114.404.432. Biaya ini masih lebih kecil daripada menggunakan
teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) yaitu sebesar Rp
473.107.160 dengan penghematan sebesar Rp 358.702.728 dalam waktu satu tahun.
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa teknik RA BSA lebih cost effective,
maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan
untuk sebuah kebijakan.
RSUP Sanglah memiliki proporsi pasien Askes, Jamkesmas, Jamsostek,
Jampersal sebanyak 41,5 %. Sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional,
yang pembiayaannya dikelola dengan sistem managed care maka isu cost
containment menjadi sangat penting agar dapat mengelola anggaran dengan sebaik-
baiknya. Strategi harus dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik
(kendali mutu) dengan pembiayaan yang lebih efisien (kendali biaya). (PT Askes
Persiapan BPJS Kesehatan)
Kendali mutu dan kendali biaya ini harus dilakukan oleh setiap level dalam
sebuah rumah sakit. Di tingkat manajemen kendali mutu dan kendali biaya serta bagi
ahli anesthesiologi, berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat dianjurkan agar
pada pasien mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik)
tanpa kontraindikasi dan telah setuju (melalui inform consent) dipilih teknik
anesthesia regional blok subarachnoid (RA BSA).

7.3 Perspektif Hasil Studi Cost Effectiveness Analysis


Bagi pasien, hasil studi CEA penggunaan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid pada tindakan mini laparatomi di RSUP Sanglah Bali ini menunjukkan
bahwa hanya satu dari tiga efek samping pasca operasi yang menunjukkan perbedaan
bermakna, yaitu kejadian efek samping menggigil yang lebih besar secara signifikan
(p=0.002). Biaya untuk mengatasi kejadian efek samping ini (saat pasien berada di
ruang pemulihan), dari perhitungan ACER adalah sebesar Rp 6.345 per kejadian tidak
menggigil. Dengan biaya tindakan anesthesia yang lebih murah secara signifikan
daripada GA PET (p=0.001) dan durasi pasien berada di ruang pemulihan antara
kedua kelompok tidak berbeda bermakna (p=0.189), maka bagi pasien teknik RABSA
lebih cost effective, hal ini dapat disampaikan saat melakukan inform consent untuk
pemilihan teknik anesthesia.
Bagi rumah sakit, dengan perhitungan jumlah kasus selama satu tahun,
penggunaan teknik RABSA pada kasus mini laparatomi (appendicitis akut dan

Universitas Indonesia
57

kehamilan ektopik) dapat dilakukan penghematan sebesar Rp 358.702.728 dalam


waktu satu tahun

7.4 Kelemahan Penelitian


Komponen biaya langsung medis terdiri atas biaya tetap (bahan dan alat habis
pakai), biaya semitetap (biaya untuk tindakan anesthesia) dan biaya variabel (biaya
untuk mengatasi efek samping pasca pembedahan). Dalam penelitian ini, biaya tetap
(bahan dan alat habis pakai) pada kedua kelompok dianggap sama, sesuai dengan
besarnya tarif tindakan di kamar operasi yang dikeluarkan oleh rumah sakit. Hal ini
menyebabkan total biaya (biaya langsung medis) dalam penelitian ini, tidak
menunjukkan hingga ke tingkat mikro (micro costing). Padahal hasil penelitian
menunjukkan bahwa durasi penggunaan kamar operasi dengan teknik RA BSA secara
signifikan lebih kecil daripada teknik GA PET. Penghitungan hingga ke level micro
costing mungkin dapat menunjukkan bahwa penggunaan biaya tetap (bahan dan alat
habis pakai, misal penggunaan balon lampu ruangan, lampu meja operasi, listrik,
suction unit, dan lainnya yang dipengaruhi oleh durasi) lebih kecil pada teknik RA
BSA.
Catatan medis anesthesia pada sebagian besar sistem kesehatan dicatat secara
manual pada selembar kertas, meskipun pada beberapa institusi menggunakan sistem
pencatatan secara otomatis. Sebenarnya secara tepat, sangat sulit untuk memperoleh
data yang akurat tentang konsentrasi penggunaan agen inhalasi, karena seringkali ahli
anestesi harus melakukan titrasi untuk memperoleh level anesthesia yang sesuai (hal
ini menyebabkan perubahan pada setting vaporizer harus dilakukan berulang kali),
sedangkan pencatatan yang detail pada paper-based anesthesia record sangat
terbatas. Dilain pihak, agen anestesi inhalasi memberikan porsi besar dalam biaya
obat untuk tindakan anesthesia. Hal ini merupakan kelemahan dalam penelitian ini.
Tetapi meskipun terdapat keterbatasan tersebut, catatan anesthesia tetap dapat
digunakan untuk menghitung estimasi kasar penggunaan agen anestesi inhalasi dan
kecepatan aliran gas segar (fresh gas flow rates). Hal inilah yang menyebabkan
penggunaan agen anestesi inhalasi memberikan kontribusi dalam biaya tetap
anesthesia (Golembiewski, 2010)

Universitas Indonesia
58

BAB 8

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa fakta yang dapat dilihat
antara lain :
• Biaya tindakan anesthesia lebih rendah pada kelompok RA BSA secara signifikan.
Biaya untuk mengatasi efek samping pada kedua kelompok tidak berbeda
bermakna.Perhitungan total biaya anesthesia menunjukkanbahwa total biaya
untuk tindakan anesthesia dengan teknik RABSA lebih murah daripada GA PET.
• Terdapat perbedaan efektifitas biaya antara teknik anesthesia umum inhalasi pipa
endotrakea (GA PET) dan teknik anesthesia regional blok subarachnoid (RA
BSA) pada pasien mini laparatomi. Teknik RA BSA berbiaya anesthesia lebih
murah dengan hanya satu dari tiga kejadian efek samping pasca operasi yang
berbeda bermakn.
• Waktu yang diperlukan untuk mengatasi efek samping (durasi pasien berada di
ruang pemulihan) antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
• Tindakan pembedahan mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi
kehamilan ektopik) yang dikerjakan dengan teknik anesthesia regional blok
subarachnoid (RA BSA) dengan tambahan biaya untuk mengatasi efek samping
menggigil yang secara statistik jumlahnya signifikan lebih banyak pada kelompok
ini, diperlukan biaya Rp 108.192.552. Biaya ini masih lebih kecil daripada
menggunakan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea (GA PET) yaitu
sebesar Rp 443.943.020, dengan penghematan sebesar Rp 335.749.468 dalam
waktu satu tahun.
Maka Berdasarkan hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik
anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost effective dibandingkan dengan teknik
anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea pada pasien mini laparatomi
(appendisectomie dan laparatomi kehamilan ektopik) di RSUP Sanglah Denpasar.

Universitas Indonesia
59

8.2 Saran
Teknik anesthesia regional blok subarachnoid lebih cost effective
dibandingkan dengan teknik anesthesia umum inhalasi pipa endotrakea, hal ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang
sesuai dengan kendali mutu dan kendali biaya. Sehingga dapat disarankan pada pasien
mini laparatomi (appendisectomi dan laparatomi kehamilan ektopik) tanpa
kontraindikasi dan telah setuju (melalui inform consent) agar dipilih teknik anesthesia
regional blok subarachnoid (RA BSA).
RSUP Sanglah memiliki proporsi pasien Askes, Jamkesmas, Jamsostek,
Jampersal sebanyak 41,5 %. Sesuai dengan program Jaminan Kesehatan Nasional,
melalui BPJS kesehatan yang pembiayaannya dikelola dengan sistem managed care
maka cost containment menjadi sangat penting agar dapat mengelola anggaran
dengan sebaik-baiknya. Salah satu cost containment yang dapat dilakukan adalah
dengan memilih menggunakan teknik RA BSA pada pasien mini laparatomi.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian, menyebabkan semakin
banyak dikembangkan teknik anesthesia yang bertujuan untuk keamanan pasien dan
mengurangi efek samping pasca operasi. Dengan adanya kebutuhan untuk melakukan
cost containment dan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian seperti tersebut
diatas, strategi harus dibuat untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik
(kendali mutu) dengan pembiayaan yang lebih efisien (kendali biaya). Lebih lanjut,
untuk perkembangan kedepan, berbagai macam teknik anesthesia yang lebih baru
harus dinilai dari segi biaya dan efektifitasnya, dengan tujuan memperoleh teknik
anesthesia yang terbaik dengan biaya yang seefisien mungkin.

Universitas Indonesia
60

DAFTAR PUSTAKA

Alagia FA, et al. cost-effectiveness analysis on spinal anesthesia versus


local anesthesia plus sedation for loop colostomy closure. Arq
Gastroenterol. 2010 apr-Jun ; 47(2):159-64.
From http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20721460
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_pdf&pid=S0004-
28032010000200008&lng=en&nrm=iso&tlng=en

Allen DJ, Chae-Kim SH, Trousdale DM . Risk and complication of neuraxial


anesthesia and the use of anticoagulant in the surgical patient. BUMC
Proceedings 2002;15:369-373

Arnold JG. Pharmacoeconomics : From Theory to Practice. CRC Press


Taylor & Francis Group. 2010
from http://id.scribd.com/doc/75951834/Pharmacoeconomics

Aronson WL, McAuliffe MS, Miller K. AANA Journal. August 2003,


Vol.71,No.4, 265-274

Avidan M, Harvey AMR, Ponte J, Wendon J, Ginsburg R; Techniques of


anaesthesia in Perioperative Care, Anaesthesia, Pain Management and
Intensive Care an Illustrated Colour Text . Churchill Livingstone, 2003:
42-43

Bevan D. Pharmacoeconomics: Cost Effective Choices in IARS 2002


review course lectures page 7-11

Chen CJ, Lin WH. Agency Cost and Firm Performance – The Moderating Effect of
Budget Function. Taiwan. 2006 from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cHM6Ly9hYWFocS5vcm
cvbWFzL01BU1BBUEVSUzIwMDcvY29udHJvbF9zeXN0ZW1zL0NoZ
W4lMjBhbmQlMjBMaW4ucGRmCjEwMjggQWdlbmN5IGNvc3QgYW5
kIHBlcmZyb21hbmNlLXRoZSBtb2RlcmF0aW5nIGVmZmVjdCBvZiAuL
i4

Universitas Indonesia
61

Daabiss M. Indian J Anaesth. 2011 Mar-Apr; 55(2): 111-115

Dahlan MS. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan


kesehatan. Sagung Seto, Jakarta 2008

Dion P. The cost of anaesthetic vapors (letter). Can J Anaesth 1992;39:633-4


from http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF03008331

Drasner K, Larson MD. Spinal and epidural anesthesia in Basic of Anesthesia. Fifth
ed. Churchill Livingstone Elseiver 2007: 241-257

Duke JC. Subarachnoid Spinal Block Overview. Updated Aug 5, 2013. From
http://emedicine.medscape.com/article/2000841-overview diunduh 21
februari 2014

EkaHospital. Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan dalam Managed Care diunduh


dari http://www.ekahospital.com/uploads/Evaluasi-Mutu-Pelayanan-
Kesehatan-dalam-Managed-Care-IHQN-2013.pdf tanggal 1 Maret 2014

Elliot R, Payne K. essential of Economic Evaluation in Healthcare. Pharmaceutical


Press. London UK. 2005

Gattani SG, Patil AB, Kushare SS. Pharmacoeconomics: A Review in review article.
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. July-September
2009, Vol 2, isuued 3, 15- 26

Golembiewski J. Economic Consideration in the use of inhaled anesthetic agents. Am


J Health-Syst Pharm. Apr 15 2010; 67(4)S9-S12.

Universitas Indonesia
62

Hansen DR, Mowen M. Cost Management Accounting & Control. Fifth edition.
2006. Thomson South Western from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy5jZW5nYWdl
YnJhaW4uY29tLm14L2NvbnRlbnQvaGFuc2VuMzMxMDhfMDMyNDIz
MzEwOF8wMi4wMV9jaGFwdGVyMDEucGRmCjJDSEFQVEVSIDEgSW
50cm9kdWN0aW9uIHRvIENvc3QgTWFuYWdlbWVudA==

Hosizah. Case-Mix : Upaya Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah Sakit Di


Indonesia. 02 November 2011, diunduh pada 16 Maret 2014 dari mik-
esaunggul.blogspot.com

Huskisson EC. Measurement of pain. Lancet 1974, Nov 9; 2 (7889) : 1127-31 from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy53b3JrY292Z
XIuY29tL2RvY3VtZW50cy5hc2h4P2lkPTEyOTYKVmlzdWFsIEFuYWxv
Z3VlIFNjYWxl

IMRS PERSI. Term of Reference (TOR) Bimbingan Teknis Cost Containment


(Pengendalian Biaya) Rumah Sakit. Diunduh pada tanggal 16 maret 2014
dari http://www.pdpersi.co.id/kegiatan/tor_cost.pdf

Johnstone RE, From Economics to Ethics : Values-based Anesthesia. Editorial. J.


Clin. Anesth. Vol.11, February 1999: 1-3.

Johnstone RE, Martinec CL. Cost of Anesthesia. Anesth Analg 1993;76:840-8

Kleinman W. Section III Regional Anesthesia & Pain Management, Spinal, Epidural
& Caudal Blocks in Clinical Anesthesiology. Third Edition. McGraw-Hill
2002; 261-263

Lennox PH, Chilvers C, Vaghadia H. Selective Spinal Anesthesia Versus Desflurane


Anesthesia in Short Duration Outpatient Gynecological Laparascopy : A
Pharmacoeconomic Comparison. Anesth Analg 2002;94:565-8

Universitas Indonesia
63

McCrone PR. Understanding health Economics A Guide for Health care Decision
Makers. Kogan Page Limited. London 1998.

Meyer T. Introduction in Clinical and economic considerations in the use of inhaled


anesthesia from the perspective of health-system pharmacists and
anesthesiologists. Am J Health-Syst Pharm. 2010;67(Suppl 4): S2-3

Muenning P. Chapter 2, Principles of Cost Effectiveness Analysis in Cost


Effectiveness Analyses in Health A Practical Approach, second edition. John
Wiley & Sons, Inc. 2008. Published by Jossey-Bass, San Francisco. Page 29-
35

Mulroy MF, Larkin KL, Hodgson PS, Helman JD, Pollock JE, Liu SS. A Comparison
of spinal epidural and general anesthesia for outpatients anesthesia. Anesth
Analg 200;91:860-4

Musgrove P, Fox-Rushby. “Cost-Effectiveness Analysis for Priority Setting”. In


Disease Control Priorities in Developing Countries, 2nd ed, ed DT Jamison et
all. New York: Oxford University Press 2008 page 271-285

Orkin FK. Meaningful Cost Reduction Penny Wise, Pound Foolish. Anesthesiology,
Dec 1995, V 83, No 6, 1135-1137

Pavlin DJ, Rapp SE, Polissar NL, Malmgren JA, Koerschgen M, Keyes H. Factors
affecting discharge time in adults outpatients. Anesth Analg 1998;87:1245-8

Philips C. What is cost-effectiveness? In what is…? Series. Second edition. Hayward


Group Ltd from . www.whatisseries.co.uk februari 2009. Page 1 – 8

Universitas Indonesia
64

PT. Askes Persiapan BPJS Kesehatan diunduh dari


http://www.djsn.go.id/PT.%20Askes_Persiapan%20BPJS%20Kesehata
n.pdf tanggal 1 Maret 2014.

Rascati KL. “Essential of Pharmacoeconomics” Wolters Kluwer Lippincott William


& Wilkins, Baltimore Philadelphia 2009, page 47-66

Sekri NK. Managed Care : the US experience. Bulletin of World Health Organization.
2000 78 (6).

Sinuraya RK, Destiani DP, Abdulah R. Cost Of Illness Dan Cost Containment
Analysis Penggunaan Antibiotic Empiric Kombinasi Pada Pasien Sepsis Di
Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonsia Volume 1, No 4, Desember 2012.
Diuduh tanggal 16 Maret 2014 dari http://www.ijcp.or.id/en/release/Vol-
1_No-4-1.pdf

Sorkin AL. Chapter 5, The Cost and Benefits Of Health Program in Health
Economics : An Introduction . Lexington Books D.C Heath and Company
Lexington, Massachusetts Toronto. 1984. Page 107-127

Scale and assessments for measuring and recording pain from


http://www.fibroaction.org/Images/content/Pain_Assessment_VAS_lrg.png
diunduh 21 september 2013

Song D, Greilich NB, White PF, Watcha MF, Tongier WK. Recovery Profiles and
Cost of anesthesia for Outpatient Unilateral Inguinal Herniorraphy. Anesth
Analg 2000;91;876-81

Stewart AVG, Vaghadia H, Collins L, Mitchell WE. Small-dose selective spinal


anesthesia for short duration outpatient laparascopy : recovery characteristics
compared to propofol anesthesia. Br J Anaesth 2001;86:570-2

Universitas Indonesia
65

Sitzman BT, Dorsch JA. Cost Effectiveness Analysis of Anesthesia Equipment and
Techniques. Diunduh dari
http://gasnet.med.yale.edu/esia/1998/may/ceaword.html

Vacanti CJ, Vanhouten RJ, Hill RC. Anesthesia and Analgesia Current Researches.
July-August, 1970. Vol.49, No. 4

Varkey JK. Cost Analysis of Desflurane and Sevoflurane An Integrative Review and
Implementation Project Introducing the Volatile Anesthetic Cost Calculator
(iVAC). Texas Christian University October, 2012.

Vogl M. Assessing DRG cost accounting with respect to resource allocation and tariff
calculation: the case of Germany. Health Economics Review. 2012,2:15
diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22935314

Watcha MF, White PF. Economics of Anesthetic Practice. Anesthesiology. May


1997; 86(5):1170-1196.

Wewers ME, Lowe NK. A Critical Review of Visual Analogue Scores in the
measurement of Clinical Phenomena Research in Nursing and Health 13,
227-236 from
http://www.gobookee.net/get_book.php?u=aHR0cDovL3d3dy5ibGFja3dlbG
xwdWJsaXNoaW5nLmNvbS9zcGVjaWFsYXJ0aWNsZXMvamNuXzEwXz
cwNi5wZGYKSU5GT1JNQVRJT04gUE9JTlQ6IFZpc3VhbCBBbmFsb2d1
ZSBTY2FsZSAoVkFTKQ==

Wolters U, Wolf T, Stutzer H, Schroder T. British Journal of Anaesthesia


1996;77:217-222

Universitas Indonesia
66

LAMPIRAN 1
LEMBAR PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS
• Nama
• No CM
• Umur
• Jenis kelamin
• Alamat
• Diagnosis
• Status fisik ASA
• Berat badan
• Tinggi badan
• Tindakan bedah
• Tindakan anesthesia

B. BIAYA (OBAT & ALAT) UNTUK TINDAKAN ANESTHESIA

Biaya tindakan anesthesia (obat & alat


durante operasi) ___________________ rupiah

Durasi anesthesia ___________________ menit

C. EFEKTIFITAS (EFEK SAMPING)


Dinilai di ruang pemulihan, setelah penderita keluar dari kamar operasi

NYERI

Visual Analogue Score


1. Ya (Sedang berat )
2. Tidak (Ringan)

Terapi __________________
Harga __________________ rupiah

Universitas Indonesia
67

SHIVERING
1. Ya
2. Tidak

Terapi __________________
Harga __________________ rupiah

MUAL MUNTAH PASCA OPERASI (PONV)


1. Ya
2. Tidak

Terapi _________________
Harga _________________ rupiah

LAMA BERADA DI RUANG PEMULIHAN

(Tiba di ruang pemulihan sampai pindah ke ruangan)


__________________________ (menit)

BIAYA UNTUK MENGATASI EFEK SAMPING TINDAKAN


ANESTHESIA

___________________________(Rupiah)

Universitas Indonesia
68

LAMPIRAN 2
DAFTAR HARGA OBAT DAN ALAT UNTUK TINDAKAN ANESTHESIA

General anesthesia pemasangan pipa Regional anesthesia blok sub arachnoid


endotrakea (rupiah) (rupiah)

1. Propofol 200 mg 104.762 1. Betadine 30 ml 16.159


2. Lidokain 2% 1.313 2. Alcohol 70% 4.290
3. Atrakurium 50 mg 64.350 3. Spinal needle g 27 28.600
4. Pipa endotrakea 57.200 4. Bupivakain heavy 0,5% 28.600
5. Sevoflurane 3.375.000 per botol 5. Lidokain 2% 1.313
(250 ml) 6. Ephedrine 50 mg 22.880
(13.500 per ml) 7. Ketorolac 30 mg 17.375
6. Ketorolac 30 mg 17.375 8. Aquabidest 25 cc 3.432
7. Neostigmine 17.675 9. Spuit 1 cc 5.220
8. Sulfas atropine 1.777 10. Spuit 3 cc 3.790
9. Aquabidest 25 cc 3.432 11. Spuit 5 cc 4.576
10. Spuit 3 cc 3.790 12. Spuit 10 cc 5.935
11. Spuit 5 cc 4.576 13. Nasal kanul oksigen 14.300
12. Spuit 20 cc 10.368
13. Needle g 19 1.430

Untuk efek samping anesthesia di ruang pemulihan (rupiah)

1. Fentanyl 50.871
2. Pethidine 100 mg 17.149
3. Ondansentrone 4 mg 10.010
4. Deksamethasone 5 mg 2.080
5. Diphenhydramine 10 mg 1.248
6. Spuit 3 cc 3.790
7. Spuit 5 cc 4.576
8. Aquabidest 25 cc 3.432

Universitas Indonesia
69

LAMPIRAN 3
FORMULASI DION UNTUK PENGHITUNGAN BIAYA AGEN ANESTHESI
INHALASI (Dion P, Varkey JK)

PFTMC
Cost (rupiah/ml) = ------------------
2412 d

M : Molecular Weight (gram)


Molecular weight sevoflurane 200 gram
d : density (gram/ml)
density sevoflurane 1,52 gram/ml
P : konsentrasi vaporizer (%)
F : fresh gas flow (Liter/menit)
T : durasi anesthesia (menit)
C : harga agen inhalasi (rupiah) per ml

…… x ……. x ………. X MC
Cost = --------------------------------------------------- = ----------------- rupiah
------------------------

Disederhanakan dengan menggunakan aplikasi CRNA iVac pada appstore,


dengan memasukkan data :
• Volatile agen yang digunakan
• Konsentrasi % inspirasi
• Flow rate L/min
• Duration (min)
• Harga per botol 3.375.000 (per 250 ml)
• Volume per botol 250 ml

Universitas Indonesia
70

LAMPIRAN 4
PENGUKURAN NYERI DENGAN KARTU SKOR NYERI VISUAL ANALOG SCORE

from http://www.fibroaction.org/Images/content/Pain_Assessment_VAS_lrg.png

Pasien diminta menunjukkan titik diantara kedua garis (tidak nyeri sampai sangat
nyeri) untuk menunjukkan besarnya rasa nyeri yang dirasakan.
Panjang skala adalah 10.
Interpretasi adalah sebagai berikut.
• Skala 0 tidak nyeri
• Skala 1- 3 nyeri ringan
• Skala 4 - 6 nyeri sedang
• Skala 7 - 10 nyeri berat
Nyeri sedang berat dikategorikan sebagai efek samping pasca pembedahan yang
memerlukan tambahan obat analgetik di ruang pemulihan.

Universitas Indonesia
71

LAMPIRAN 5
HASIL ANALISIS STATISTIK

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kelompo
k Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Umur GAOTT .127 35 .166 .928 35 .025

RA BSA .164 35 .019 .910 35 .007


Biaya GAOTT .172 35 .011 .851 35 .000
RA BSA .348 35 .000 .752 35 .000
Durasi GAOTT .181 35 .005 .894 35 .003
RA BSA .126 35 .175 .953 35 .137
Total_biaya GAOTT .135 35 .109 .945 35 .082
RA BSA .150 35 .044 .914 35 .010
Biaya_ES GAOTT .126 35 .175 .963 35 .277
*
RA BSA .080 35 .200 .984 35 .872
Durasi_di_RR GAOTT .312 35 .000 .827 35 .000
RA BSA .216 35 .000 .885 35 .002
BB GAOTT .176 35 .007 .931 35 .031
RA BSA .171 35 .011 .871 35 .001
TB GAOTT .194 35 .002 .909 35 .007
RA BSA .151 35 .042 .918 35 .012
IMT GAOTT .101 35 .200* .964 35 .293
*
RA BSA .106 35 .200 .963 35 .277
Biaya_ES_per_durasi_R GAOTT .139 35 .083 .920 35 .014
R
RA BSA .216 35 .000 .786 35 .000
a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Universitas Indonesia
72

Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Biaya_ES GAOTT 35 5.69E4 29830.165 5042.218
RA BSA 35 6.78E4 26719.076 4516.348
IMT GAOTT 35 22.951 3.4448 .5823
RA BSA 35 21.360 2.3994 .4056

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std. Interval of the
Mean Error Difference
Sig. (2- Differen Differen
F Sig. t df tailed) ce ce Lower Upper
Biaya Equal - -
- 6769.14 2627.82
_ES variances .284 .596 68 .113 10879.8 24387.4
1.607 8 4
assumed 00 24
Equal - -
- 67.19 6769.14 2630.76
variances not .113 10879.8 24390.3
1.607 1 8 8
assumed 00 68
IMT Equal
variances 5.878 .018 2.243 68 .028 1.5914 .7096 .1754 3.0074
assumed
Equal
60.70
variances not 2.243 .029 1.5914 .7096 .1723 3.0105
5
assumed

Universitas Indonesia
73

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


Umur GAOTT 35 26.49 10.626 1.796
RA BSA 35 30.00 11.371 1.922
BB GAOTT 35 57.00 12.485 2.110
RA BSA 35 54.89 9.625 1.627
TB GAOTT 35 157.09 10.576 1.788
RA BSA 35 159.83 8.176 1.382
Biaya GAOTT 35 6.91E5 197603.077 33401.016
RA BSA 35 1.76E5 22065.218 3729.703
Durasi GAOTT 35 144.86 74.956 12.670
RA BSA 35 81.74 27.768 4.694
Total_biaya GAOTT 35 5587.15 2136.266 361.095
RA BSA 35 2389.16 843.996 142.661
Durasi_di_RR GAOTT 35 86.66 47.545 8.037
RA BSA 35 98.71 42.966 7.263
Biaya_ES_per_durasi_RR GAOTT 35 8.2899E2 567.56151 95.93541
RA BSA 35 8.7747E2 663.98279 112.23358

Universitas Indonesia
74

Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Umur GAOTT 35 32.51 1138.00
RA BSA 35 38.49 1347.00
Total 70
BB GAOTT 35 37.21 1302.50
RA BSA 35 33.79 1182.50
Total 70
TB GAOTT 35 32.37 1133.00
RA BSA 35 38.63 1352.00
Total 70
Biaya GAOTT 35 53.00 1855.00
RA BSA 35 18.00 630.00
Total 70
Durasi GAOTT 35 46.37 1623.00
RA BSA 35 24.63 862.00
Total 70
Total_biaya GAOTT 35 51.00 1785.00
RA BSA 35 20.00 700.00
Total 70
Durasi_di_RR GAOTT 35 32.41 1134.50
RA BSA 35 38.59 1350.50
Total 70
Biaya_ES_per_durasi_RR GAOTT 35 34.66 1213.00
RA BSA 35 36.34 1272.00
Total 70

Test Statisticsa

Biaya_ES
Total_bia Durasi_di_ _per_dura
Umur BB TB Biaya Durasi ya RR si_RR
Mann-Whitney U 508.000 552.500 503.000 .000 232.000 70.000 504.500 583.000
Wilcoxon W 1.138E3 1.182E3 1.133E3 630.000 862.000 700.000 1134.500 1213.000
Z -1.229 -.709 -1.303 -7.294 -4.476 -6.374 -1.313 -.347
Asymp. Sig. (2-
.219 .478 .193 .000 .000 .000 .189 .729
tailed)
a. Grouping Variable: Kelompok

Universitas Indonesia
75

Jenis_kelamin * Kelompok

Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Jenis_kelamin Laki-laki Count 13 9 22
% within Kelompok 37.1% 25.7% 31.4%
% of Total 18.6% 12.9% 31.4%
Perempuan Count 22 26 48
% within Kelompok 62.9% 74.3% 68.6%
% of Total 31.4% 37.1% 68.6%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.061a 1 .303
b
Continuity Correction .597 1 .440
Likelihood Ratio 1.065 1 .302
Fisher's Exact Test .440 .220
Linear-by-Linear
1.045 1 .307
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis_kelamin (Laki-laki /
1.707 .614 4.744
Perempuan)
For cohort Kelompok = GAOTT
1.289 .810 2.051

For cohort Kelompok = RA BSA


.755 .429 1.330

N of Valid Cases 70

Universitas Indonesia
76

ASA * Kelompok

Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
ASA ASA I Count 13 18 31
% within Kelompok 37.1% 51.4% 44.3%
% of Total 18.6% 25.7% 44.3%
ASA II Count 22 17 39
% within Kelompok 62.9% 48.6% 55.7%
% of Total 31.4% 24.3% 55.7%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.447a 1 .229
b
Continuity Correction .926 1 .336
Likelihood Ratio 1.453 1 .228
Fisher's Exact Test .336 .168
Linear-by-Linear
1.427 1 .232
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ASA (ASA I / ASA II)
.558 .215 1.448

For cohort Kelompok = GAOTT


.743 .452 1.223

For cohort Kelompok = RA BSA


1.332 .836 2.122

N of Valid Cases 70

Universitas Indonesia
77

Diagnosis * Kelompok

Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Diagnosis App Count 17 19 36
% within Kelompok 48.6% 54.3% 51.4%
% of Total 24.3% 27.1% 51.4%
KET Count 18 16 34
% within Kelompok 51.4% 45.7% 48.6%
% of Total 25.7% 22.9% 48.6%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .229a 1 .632
Continuity Correctionb .057 1 .811
Likelihood Ratio .229 1 .632
Fisher's Exact Test .811 .406
Linear-by-Linear
.225 1 .635
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Diagnosis (App / KET)
.795 .311 2.034

For cohort Kelompok = GAOTT


.892 .558 1.425

For cohort Kelompok = RA BSA


1.122 .700 1.798

N of Valid Cases 70

Universitas Indonesia
78

Ponv * Kelompok

Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Ponv Positif Count 7 11 18
% within Kelompok 20.0% 31.4% 25.7%
% of Total 10.0% 15.7% 25.7%
Negatif Count 28 24 52
% within Kelompok 80.0% 68.6% 74.3%
% of Total 40.0% 34.3% 74.3%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 1.197a 1 .274
Continuity Correctionb .673 1 .412
Likelihood Ratio 1.204 1 .272
Fisher's Exact Test .413 .206
Linear-by-Linear
1.179 1 .277
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Ponv (Positif / Negatif)
.545 .183 1.628

For cohort Kelompok = GAOTT


.722 .384 1.358

For cohort Kelompok = RA BSA


1.324 .827 2.121

N of Valid Cases 70

Universitas Indonesia
79

Shivering * Kelompok

Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Shivering Positif Count 5 17 22
% within Kelompok 14.3% 48.6% 31.4%
% of Total 7.1% 24.3% 31.4%
Negatif Count 30 18 48
% within Kelompok 85.7% 51.4% 68.6%
% of Total 42.9% 25.7% 68.6%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.545a 1 .002
b
Continuity Correction 8.021 1 .005
Likelihood Ratio 9.948 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
9.409 1 .002
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Shivering (Positif /
.176 .056 .561
Negatif)
For cohort Kelompok = GAOTT
.364 .163 .810

For cohort Kelompok = RA BSA


2.061 1.341 3.167

N of Valid Cases 70

Universitas Indonesia
80

Pain * Kelompok

Crosstab
Kelompok
GAOTT RA BSA Total
Pain Positif Count 15 8 23
% within Kelompok 42.9% 22.9% 32.9%
% of Total 21.4% 11.4% 32.9%
Negatif Count 20 27 47
% within Kelompok 57.1% 77.1% 67.1%
% of Total 28.6% 38.6% 67.1%
Total Count 35 35 70
% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 3.173a 1 .075
Continuity Correctionb 2.331 1 .127
Likelihood Ratio 3.211 1 .073
Fisher's Exact Test .126 .063
Linear-by-Linear
3.128 1 .077
Association
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pain (Positif / Negatif)
2.531 .899 7.124

For cohort Kelompok = GAOTT


1.533 .981 2.395

For cohort Kelompok = RA BSA


.605 .329 1.116

N of Valid Cases 70

Universitas Indonesia
81
LAMPIRAN 6
HASIL TABULASI DATA DASAR

Durasi Biaya ES per


Umur Jenis Kelamin ASA Diagnosis Biaya Durasi Total Biaya Biaya ES Pain Shivering Ponv BB TB IMT Kelompok
RR Durasi RR
1 13 1 1 1 575579 110 5232.5 13800 60 230 2 2 2 43 160 16.8 1
2 24 1 1 1 730234 180 4056.9 61635 85 725.1176471 2 2 2 80 180 24.7 1
3 12 1 2 1 379598 60 6326.6 34965 150 233.1 2 2 1 38 135 20.9 1
4 15 1 2 1 852557 255 3343.4 53458 60 890.9666667 2 2 1 80 170 27.7 1
5 48 1 2 1 850255 105 8097.7 82301 180 457.2277778 2 1 2 50 155 20.8 1
6 44 1 1 1 731950 155 4722.3 54953 60 915.8833333 2 2 1 50 160 19.5 1
7 44 2 2 1 1277550 300 4258.5 53705 30 1790.166667 2 2 1 65 150 28.9 1
8 16 1 1 1 697091 165 4224.8 40470 40 1011.75 1 2 2 45 155 18.7 1
9 13 1 1 1 646578 130 4973.7 74225 145 511.8965517 1 2 2 56 150 24.9 1
10 18 2 1 1 686047 120 5717.1 40470 60 674.5 2 2 2 50 160 19.5 1
11 27 1 2 1 758370 165 4596.2 40316 120 335.9666667 1 2 2 70 180 21.6 1
12 31 2 1 2 691766 130 5321.3 134356 133 1010.195489 1 2 2 83 170 28.7 1
13 23 2 1 2 512074 50 10241.5 24708 60 411.8 2 2 2 58 153 24.8 1
14 33 2 2 2 618250 100 6182.5 30825 60 513.75 2 2 2 55 155 22.9 1
15 23 2 2 2 812444 95 8552 47835 60 797.25 2 2 2 65 150 28.9 1
16 19 1 1 1 1345883 285 4722.4 45873 60 764.55 1 2 2 55 160 21.5 1
17 33 2 2 2 672631 80 8407.9 21750 60 362.5 2 2 2 50 150 22.2 1
18 19 2 2 2 665208 155 4291.7 68188 60 1136.466667 1 2 2 60 155 25 1
19 12 2 2 1 702000 130 5400 0 60 0 2 2 2 37 130 21.9 1
20 26 2 1 2 741098 130 5700.8 125746 130 967.2769231 1 2 1 46 162 17.5 1
21 33 2 2 2 607830 70 8683.3 48420 120 403.5 2 2 2 60 150 26.7 1
22 30 2 2 2 469241 40 11731 53458 60 890.9666667 2 2 2 50 150 22.2 1
23 26 2 2 2 625080 95 6579.8 63468 35 1813.371429 2 2 1 60 155 25 1
24 28 2 2 2 683890 100 6838.9 94391 60 1573.183333 1 2 2 50 150 22.2 1
25 33 2 2 2 893765 165 5416.8 105213 70 1503.042857 1 2 2 54 152 23.4 1
26 28 2 2 2 493765 105 4702.5 53186 30 1772.866667 1 1 2 54 158 21.6 1
27 19 2 2 2 649157 115 5644.8 26516 120 220.9666667 1 1 2 45 155 18.7 1
28 29 2 2 2 443970 135 3288.7 42900 180 238.3333333 2 2 2 60 155 25 1
29 28 2 2 2 637026 120 5308.6 40470 180 224.8333333 2 2 2 46 160 18 1
30 26 2 2 2 570096 90 6334.4 63468 180 352.6 2 2 1 90 180 27.8 1
31 14 1 1 1 636199 240 2650.8 69431 60 1157.183333 1 2 2 45 158 18 1
32 34 2 1 1 513375 265 1937.3 91092 40 2277.3 1 2 2 55 155 22.9 1
33 20 1 1 1 646243 190 3401.3 74936 45 1665.244444 1 1 2 60 165 22 1
34 28 2 2 2 498933 80 6236.7 26788 60 446.4666667 2 2 2 60 150 26.7 1
35 58 1 2 1 873185 360 2425.5 88151 120 734.5916667 1 1 2 70 165 25.7 1
36 19 1 2 1 204969 128 1601.3 29284 130 225.2615385 1 2 1 45 155 18.7 2
37 13 2 1 1 162833 90 1809.3 61481 60 1024.683333 2 1 1 48 154 20.2 2
38 26 1 2 1 167409 110 1521.9 58631 130 451.0076923 2 2 1 55 170 19 2
39 25 1 2 1 162833 110 1480.3 72389 180 402.1611111 2 1 2 60 168 21.3 2
40 47 1 1 1 162833 115 1415.9 84719 110 770.1727273 2 1 2 60 165 22 2
82

41 43 1 2 1 162833 90 1809.3 61481 60 1024.683333 2 1 1 75 167 26.9 2


42 26 1 2 1 162833 105 1550.8 68957 135 510.7925926 2 1 1 72 181 22 2
43 25 1 2 1 199034 165 1206.3 78763 120 656.3583333 2 2 2 80 175 26.1 2
44 53 2 2 1 162833 95 1714 39504 60 658.4 2 1 2 50 150 22.2 2
45 54 2 1 1 223071 50 4461.4 60669 70 866.7 2 1 2 50 150 22.2 2
46 28 2 1 1 162833 40 4070.8 60823 60 1013.716667 2 2 2 50 160 19.5 2
47 20 2 1 1 223071 85 2624.4 74469 120 620.575 2 1 2 50 160 19.5 2
48 17 1 1 1 134519 43 3128.3 98161 30 3272.033333 2 1 2 56 176 18.1 2
49 22 2 1 1 162833 60 2713.9 100241 60 1670.683333 1 2 2 51 160 19.9 2
50 22 2 1 1 162833 60 2713.9 47953 60 799.2166667 2 2 2 55 161 21.2 2
51 20 2 1 1 162833 65 2505.1 59309 60 988.4833333 2 1 2 45 155 18.7 2
52 15 2 1 1 208401 80 2605 108191 90 1202.122222 1 2 2 59 160 23 2
53 27 2 1 2 174989 65 2692.1 54555 180 303.0833333 1 2 2 47 150 20.9 2
54 29 2 1 2 182917 50 3658.3 75379 30 2512.633333 2 1 2 45 150 20 2
55 27 2 2 2 208401 90 2315.6 138462 60 2307.7 1 1 1 51 158 20.4 2
56 19 2 2 2 208401 105 1984.8 70776 60 1179.6 2 1 2 45 155 18.7 2
57 19 2 1 2 211833 60 3530.6 47953 60 799.2166667 2 2 1 54 162 20.6 2
58 33 2 1 2 162833 40 4070.8 84479 120 703.9916667 2 1 1 50 150 22.2 2
59 52 2 2 1 162833 90 1809.3 26975 60 449.5833333 2 2 1 60 160 23.4 2
60 56 1 2 1 162833 60 2713.9 66633 120 555.275 2 2 1 80 172 27 2
61 34 2 1 2 162833 70 2326.2 34153 120 284.6083333 2 2 2 55 155 22.9 2
62 36 2 2 2 162833 90 1809.3 95025 120 791.875 1 2 2 48 150 21.3 2
63 29 2 2 2 162833 70 2326.2 61635 120 513.625 2 2 2 50 150 22.2 2
64 34 2 2 2 204969 90 2277.4 13800 180 76.66666667 2 2 2 50 155 20.8 2
65 37 2 2 2 162833 45 3618.5 107466 120 895.55 1 1 2 54 160 21.1 2
66 23 2 1 2 162833 80 2035.4 74469 120 620.575 2 1 1 40 155 16.6 2
67 32 2 2 2 162833 85 1915.7 47953 60 799.2166667 2 2 2 50 165 18.4 2
68 27 2 1 2 176275 120 1469 84633 180 470.1833333 1 2 2 58 155 24.1 2
69 29 2 1 2 162833 70 2326.2 96101 90 1067.788889 2 1 2 60 160 23.4 2
70 32 2 2 2 162833 90 1809.3 26788 120 223.2333333 2 2 2 63 165 23.1 2

Anda mungkin juga menyukai