Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika Agriekonomika
Volume 6, Nomor 2, 2017

STRATEGI PENGEMBANGAN TAMAN WISATA LEMBAH HARAU-


SUMATERA BARAT BERBASIS KEARIFAN LOKAL: TUNGKU
TIGO SAJARANGAN
1
Iis Ismawati, 1Siska Fitrianti, 1Nova Sillia, 2Nurul Fauzi
1
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh
2
Politeknik Negeri Padang
Received: 05 Oktober 2016; Accepted: 27 Oktober 2017; Published: 31 Oktober 2017
DOI: http://dx.doi.org/10.21107/agriekonomika.v6i2.1830

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pembangunan agrowisata sebagai
diversifikasi obyek wisata di Taman Wisata Lembah Harau berbasis kearifan lokal dan
menyusun strategi pengembangan Taman Wisata Lembah Harau melalui pendekatan
kearifan lokal dengan analisis SWOT. Metode penelitian menggunakan survey,
wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pembangunan
agrowisata berpotensi untuk dikembangkan di luar areal obyek wisata Lembah Harau
yaitu di Nagari Tarantang, Harau dan Solok Bio-Bio Kawasan Lembah Harau berpotensi
untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata dan dinilai sesuai dengan kebutuhan
pengunjung, 2). Filosofi Tungku Tigo Sajarangan merupakan potensi kearifan lokal
yang dapat dijadikan model kepemimpinan untuk mengatasi konflik kepentingan
pengelolaan Taman Wisata Lembah Harau dan 3). Strategi pengembangan yang dapat
dilakukan adalah mengembangkan atraksi dan obyek wisata baru berbasis budaya dan
kearifan lokal yang lebih banyak melibatkan pihak masyarakat disertai dengan kegiatan
pemasaran dan promosi berbasis IT.

Kata Kunci: Taman Wisata Lembah Harau, Kearifan Lokal, Tungku Tigo Sajarangan.
DEVELOPMENT STRATEGY OF LEMBAH HARAU GARDEN TOURISM BASED ON
LOCAL WISDOM: TUNGKU TIGO SAJARANGAN

ABSTRACT
The purposes of this study are 1) identification of potential cultural and local knowledge
that supports the development of Lembah Harau Garden Tourism (LHGT), 2) to arrange
management strategy of LHGT through local wisdom approach with a SWOT analysis.
The research method uses surveys, interviews and study of literature. The results
suggest that 1) Harau Valley region has a diverse cultural and historical potential that can
be developed to enrich the tourist attraction in LHGT, 2) philosophy of Tungku Tigo
Sajarangan is a potential local wisdom that can be used as a model of leadership to
resolve conflicts of interest LHGT management and 3). The development strategy of
LHGT is to develop new tourist attractions and object-based culture and local wisdom
that more involving local communities with marketing and promotional activities based.

Keywords : Lembah Harau Garden Tourism, Local Wisdom, Tungku Tigo Sajarangan

Corresponding author : © 2017 Universitas Trunojoyo Madura
Address : Jl. Raya Negara KM. 7, Tanjung Pati, Harau,
p-ISSN 2301-9948 | e-ISSN 2407-6260
Koto Tuo, Harau, Kabupaten Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat
Email : iesmawati3108@yahoo.co.id
Phone : +6282283425500
152 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 152
151-163

PENDAHULUAN lisis kepuasan pengunjung di TWLH meng-


Taman Wisata Alam Lembah Harau gunakan metode Importance Performance
(TWLH) merupakan salah satu wilayah Analysis (IPA) untuk mengetahui tingkat
elok dan menarik di Kabupaten Limapuluh kinerja dan Customer Satisfaction Index
Kota, Sumatera Barat. Berdasarkan kes- (CSA) untuk mengetahui tingkat kepuasan
epakatan bersama kepala daerah tingkat pengunjung. Hasil penelitian mengungkap
provinsi dengan kabupaten dan kota di Su- bahwa penilaian pengunjung atas kinerja
matera Barat, kawasan ini ditetapkan se- beberapa atribut bauran pemasaran obyek
bagai Wilayah Pengembangan Pariwisata TWLH masih jauh dari yang diharapkan.
(WPP). Konsekuensi dari kesepakatan ini Atribut yang menjadi prioritas untuk ditan-
adalah pemerintah daerah diminta lebih gani adalah sarana kolan berenang , MCK,
berkomitmen dalam membangun dan parkir, Mushola, fasilitas outbond dan pa-
mengembangkan kawasan wisata terse- pan informasi. Selain itu atribut bauran
but. Sebagai salah satu upaya meningkat- orang (People mix) dinilai masih sangat
kan perekonomian daerah sekaligus kes- minim terutama terkait keberadaan, ker-
ejahteraan masyarakat sekitar. amahan dan kesigapan petugas. Secara
Melalui Rencana Tata Ruang keseluruhan tingkat kepuasan pengun-
Wilayah tahun 2012, TWLH dinyatakan jung diperoleh sebesar 67,38% . Nilai ini
sebagai salah satu objek wisata unggu- menggambarkan pengunjung sedikit mer-
lan. Hal ini sesuai dengan kajian yang asa puas dengan keberadaan TWLH.
dilakukan (Kanesti, 2008), yang menyata- Temuan penting lainnya adalah
kan sesuai penilaian obyek dan daya tarik hasil kajian penulis di lapangan tentang
wisata alam (ODTWA) obyek wisata alam beberapa keluhan yang disampaikan para
Lembah Harau mempunyai nilai tertinggi pedagang wisata terkait turunnya jumlah
dibanding 11 obyek wisata alam prioritas di kunjungan wisata di TWLH. Saat kemarau
kabupaten ini. Pemerintah daerah melaku- datang debit air terjun terutama di obyek
kan beragam upaya untuk lebih menarik wisata Akar Berayun sangat kecil bahkan
banyak wisata berkunjung seperti mem- tidak mengalir, menyebabkan minat pen-
bangun dan menata kios pedagang wisa- gunjung berkurang. Sementara jika musim
ta serta perbaikan sarana dan prasarana hujan air melimpah dan berwarna keruh
seperti jalan. Mengingat TWLH berada juga mengurungkan niat pengunjung un-
disekitar pemukiman dan lahan penduduk tuk mandi dan berenang di situ. Kondisi ini
, beberapa investor pun telah mulai mem- otomatis akan berdampak pada turunnya
bangun obyek wisata lain seperti menda- pendapatan pedagang wisata yang meng-
yung sampan dan mendirikan homestay gantungkan hidupnya dari kuantitas pen-
serta restoran. Penduduk setempat tidak gunjung yang datang. Penyebab utama
ketinggalan mulai ramai menyewakan la- keadaan ini diduga berhubungan dengan
hannya untuk kegiatan berkemah dan out- maraknya kegiatan penebangan pohon
bond. liar yang dilakukan oknum masyarakat
Bertambahnya fasilitas tersebut dan adanya usaha ladang gambir rakyat di
telah mampu meningkatkan jumlah kun- sekitar kawasan cagar alam.
jungan. Mulai tahun 2008-2012 data Menurut Andri (2014), agar dapat
pengunjung cenderung naik dengan laju mengambil manfaat ekonomi dari pem-
pertumbuhan sekitar 10,5%. Namun pada bangunan, kegiatan ekonomi yang dikem-
tahun 2013 turun drastis sebesar 33,8%, bangkan haruslah mendayagunakan sum-
walaupun kemudian meningkat pada ber daya yang dimiliki daerah tersebut.
sedikit pada tahun berikutnya. Kondisi ini Hal inilah yang ingin dicapai dari pemban-
menjadi sinyal bagi pengelola untuk mel- gunan wisata di wilayah Harau. Sebagai
akukan evaluasi mengapa hal tersebut sebuah kawasan wisata yang berada di
terjadi. Menangkap fenomena tersebut, antara lahan dan pemukiman penduduk,
(Fitrianti dkk., 2015) melakukan studi ana- tarik menarik kepentingan menjadi dilema
153 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 153
151-163

umum yang sering terjadi. Sehingga ke- Konsep ini berpotensi untuk dikem-
berhasilan pembangunan wisata seperti bangkan, mengingat Sumatera Barat dike-
ini akan terwujud apabila pengelolaannya nal sebagai daerah yang kaya dengan
melibatkan masyarakat sekitar (Commu- budaya dan adat istiadat. Terkait dengan
nity-based tourism). Menurut (Lekaota, pengelolaan TWLH berbasis masyarakat ,
2015), pemerintah tidak hanya berperan budaya dan kearifan lokal yang dapat di-
dalam melindungi dan membangun desti- angkat adalah model sinergisitas antara
nasi wisata, namun perlu melibatkan par- ulama, budayawan dan pemerintah atau
tisipasi masyarakat dalam semua tahap cendekiawan yang dikenal dengan isti-
pembangunan mulai dari perencanaan, lah “Tigo Tungku Sajarangan. Atas dasar
pengembangan, pengelolaan,monitoring tersebut penelitian ini bertujuan untuk: 1)
dan evaluasi, agar tercipta pengembangan melakukan identifikasi potensi budaya dan
yang sustainable. Prinsip pengelolaan kearifan lokal yang menunjang pengem-
seperti ini diharapkan akan meningkat- bangan TWLH, 2) menyusun strategi pen-
kan kepedulian masyarakat terhadap gelolaan TWLH melalui pendekatan keari-
kelestarian lingkungan. Sehingga akan fan lokal melalui analisis SWOT.
mengurangi dampak dari eksploitasi alam
yang berlebihan dan memudahkan penga- METODE PENELITIAN
wasan. Penelitian dilakukan di wilayah Taman
Namun demikian, untuk mewu- WisataLembah Harau Kecamatan Harau
judkan pengelolaan Community-based mulai bulan April-Juni 2014. Metode pe-
tourism tidaklah mudah. Menurut Ismet nelitian yang digunakan adalah survey,
(2011), tingkat pendidikan masyarakat di observasi dan dilengkapi dengan studi
pedesaan yang umumnya masih rendah pustaka. Informan penelitian terdiri dari
turut mempengaruhi kurangnya partisi- dua kelompok yaitu pertama; pengunjung
pasi masyarakat. Kurangnya pemahaman (konsumen) berjumlah 70 orang yang dip-
akan pentingnya konservasi dan pele- ilih dengan menggunakan teknik acciden-
starian kawasan obyek wisata menjadi tal sampling dan kedua; tokoh adat, tokoh
penyebab masalah illegal logging masih agama, masyarakat sekitar serta aparat
marak terjadi. Syafi’i and Suwandono pemerintahan yang dipilih secara purposif
(2015), juga mengungkapkan kendala sebanyak 7 orang.
dalam pengelolaan desa wisata berbasis Metode analisis yang digunakan
masyarakat di Bedono Demak adalah ke- adalah deskriptif kualitatif untuk mengiden-
siapan masyarakat masih kurang. Sehing- tifikasi budaya dan kearifan lokal di dae-
ga pendekatan ekologi yang melibatkan rah Kecamatan Harau. Sedangkan strategi
masyarakat menjadi solusi pengemban- pengelolaan TWLH berbasis kearifan lokal
gan desa wisata yang bertanggungjawab menggunakan analisis SWOT .
dan berkelanjutan (David, 2009).
Mengangkat budaya dan keari- HASIL DAN PEMBAHASAN
fan lokal (local wisdom) sebagai magnet Keadaan Umum dan Jumlah Pengunjung
baru dapat menjadi solusi kelesuan obyek Kawasan Wisata Lembah Harau
Wisata Lembah Harau. Giddens (2001), TWLH merupakan bagian dari Cagar Alam
menyatakan bahwa kelemahan politik Lembah Harau. Kemudian ditetapkan se-
dan ekonomi yang membuat masyarakat bagai taman wisata berdasarkan SK Men-
tidak berdaya menghadapi globalisasi da- teri Pertanian No. 478/kpts/Um/8/1979
pat diatasi melalui pembangkitan kembali dengan luas 27, ha. Taman Wisata Lem-
identitas budaya lokal. Hegemoni gaya bah Harau merupakan daerah konservasi
hidup masyarakat dampak dari globalisa- dengan potensi kepariwisataan berupa
si membuat ketergantungan masyarakat tempat panjat tebing, air terjun, sepeda air,
pada nilai-nilai agama, budaya, seni dan celah gema (Echo) dan arena bermain.
sastra menjadi lebih tinggi. Letaknya yang berada bersebelahan den-
154 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 154
151-163

gan kawasan pemukiman penduduk me- Kawasan Wisata Lembah Harau pernah
nyebabkan penduduk sekitar seringkali dil- dikelola oleh pihak swasta yaitu PT. Gon-
ibatkan seperti membantu menjaga loket jong Limo Sakato pada tahun 1998. Ke-
kercis dan sebagai juru parkir. Disamping mudian pada tahun 2000 pengelolaan
itu terdapat fasilitas yang disediakan untuk dilakukan oleh PT. Trio Dhora Nusantara
lokasi para pedagang wisata yang seba- Tour and Travel. Kondisi ini menimbulkan
gian besar merupakan penduduk sekitar sedikit masalah tentang bagaimana keten-
kawasan. Berikut informasi umum tentang tuan prosedur dan persyaratan pengelo-
kondisi Taman Wisata Lembah Harau sep- laan kerjasama antara pihak pemerintah
erti tersaji pada Tabel 1. dengan swasta. Karena saling keterkaitan
Secara kepemilikan, kawasan ini kewenangan antara Balai KSDA dengan
berada di bawah pengawasan Balai Kon- Dinas Pariwisata Kabupaten Limapuluh
servasi Sumber Daya Alam Sumatera Kota. Kemudian Sekda kabupaten Lima
Barat namun dalam pengelolaan diser- Puluh Kota melakukan rapat dengan kepa-
ahkan kepada Dinas Pariwisatadan Olah la KSDA Sumatera Barat dengan meng-
Raga Kabupaten Limapuluh Kota. Pada hasilkan beberapa kesepakatan. Dianta-
awal ditetapkan sebagai Kawasan WIsata, ranya adalah izin pengelolaan oleh pihak
pembangunan sarana dan prasarana di- ketiga dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan
lakukan oleh BAPPARDA Tingkat I Sumat- dan selama masa transisi pengelolaan di-
era Barat yang kini dikenal dengan Kanwil lakukan oleh DInas Kebudayaan dan Pari-
Pariwisata. Sarana yang dibangun adalah wisata Kabupaten Limapuluh Kota
gerbang pintu masuk, area parker, jalan Ragam dan jumlah fasilitas yang
setapak, toilet dan taman bermain anak. dibangun di lokasi wisata sangat memban-
Kemudian Pemerintah Propinsi menyerah- tu dalam menciptakan kenyamanan dan
kan pengelolaan kepada Pemerintah Dae- kepuasan pada pengunjung. Beberapa
rah Kabupaten Limapuluh Kota, yang ditin- fasilitas yang ada adalah WC umum se-
dak lanjuti dengan pembentukan Badan banyak 4 unit (1 unit dalam keadaan ru-
Pengelola Obyek WIsata Lembah Harau sak), Mushola 2 unit (1 unit di Akar Berayun
melalui Surat Keputusan Bupati Lima Pu- dalam keadaan rusak), Kopel sebanyak 15
luh Kota no.788/BLK/1990 pada tanggal unit, pondok promosi kerajinan 1 unit, area
12 Desember 1990. parker 2 lokasi, kolam pemandian, kantor
Dalam sejarah pengelolaannya, Pusat pelayanan Informasi, Rumah Lind-

Tabel 1
Informasi Umum Taman Wisata Lembah Harau
Nama Kawasan Lembah harau
Letak Kawasan Terbentang di dua wilayah : Nagari Tarantang (Jorong Lubuak
Limpato dan Jorong Tarantang) dan Nagari harau (Jorong Harau)
Luas kawasan Cagar Alam = 270,5 ha dan Taman Wisata Alam 27,5 ha
Iklim Type A / basah dengan curah hujan rata-rata 2.393 mm / thn serta
jumlah hari hujan sebanyak 131 hari. Maksimal bulan basa 11
bulan. Temperatur rata-rata berkisar antara 29-32ºC.
Geografi Berbukit batu terjal dengan ketinggian 100-150 m, sebahagian
lainnya bergelombang dan berupa dataran bagian dasarnya.
Dinding batu terjal terdiri dari berbagai jenis batuan pembentuk
dengan beraneka warna, yang diduga pembentukannya zaman
miosen.
Topografi Memiliki banyak aliran air permukaan berupa sungai sungai kecil
yang airnya berasal dari air terjun yang ada disekitar kawasan ini.
Terdapat tidak kurang dari sembilan buah air terjun
Sumber: Disporabudpar Kab.Limapuluh Kota, 2015
155 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 155
151-163

Tabel 2
Daya Tarik Wisata TWLH
Daya Tarik Wisata Nama Lokasi Obyek Wisata
1. Panorama Alam - Tebing Goa Tebing, Ngalau
- Echo Tebing
- Liang Limbek Tebing, Ngalau
- Panorama Tebing
- Ngalau Amu Tebing
2. Air Terjun - Sarasah Aka Berayun Air Terjun
- Sarasah Bunta Air Terjun
- Sarasah Air Luluh Air Terjun
- Sarasah Murai Air Terjun
- Sarasah Tanggo Air Terjun
- Sarasah Gadang Air Terjun
- Sarasah Air Putih Air Terjun
-Sarasah Asap Air Terjun
- Sarasah Rupih Air Terjun
- Aie Angek Air Terjun
3. Rekreasi Anak dan - Areal Bermain anak Sepeda bermain anak
Keluarga - Lokasi olah raga alam terbuka
- lokasi olah raga panjat tebing
4. Flora dan fauna Beragam flora fauna endemic Wisata edukasi dan
penelitian
Sumber: Disporabudpar Kab.Limapuluh Kota,2015
ung Tanaman Anggrek yang dibangun Di- 3. Namun hasil wawancara dengan Wali
nas Pertanian tanaman Pangan, warung Nagari Tarantang berbagai fasilitas penun-
souvenir dan warung makanan minuman jang tersebut sebagian besar bukan milik
warung atau kios yang ada disewakan penduduk sekitar, namun pengusaha dari
oleh Dinas pariwisata sebesar Rp.10.000- daerah lain yang membeli tanah penduduk
20.000/bulan. Namun berdasarkan pe- setempat.
nuturan aparat pemerintah ada beberapa Kondisi ini sangat disayangkan,
pedagang yang tidak membayar sewa ser- karena dalam jangka panjang masyara-
ta masyarakat lain yang membangun kios kat kurang dapat menikmati hasil kekay-
(illegal). Berikut obyek wisata yang terda- aan daerahnya. Narasumber juga men-
pat di TWLH seperti tertera pada Tabel 2. gungkapkan harapannya agar pemerintah
Puncak jumlah kunjungan membuat regulasi dalam mengatur izin
terbanyak umumnya terjadi pada musim pendirian bangunan untuk restoran dan
liburan seperti bulan Januari, Juni dan penginapan
Desember atau momen incidental seperti Aksesibilitas menuju lokasi sudah
awal puasa dimana banyak warga yang cukup bagus dan lancar. Jalan hotmix
melakukan ritual budaya Balimau dan sepanjang 6 Km sampai ke Area Sarasah
Hari Raya Idul Fitri, Menurut Wali Jorong Bunta turut menunjang kelancaran pen-
Tarantang, terdapat kesepakatan tidak gunjung dalam menjangkau lokasi wisata.
tertulis dimana setiap hari raya pendapatan Namun jalan menuju ke Sarasah Murai
dari tiket masuk diberikan kepada para masih berupa jalan pedestrian. Bebera-
pemuda nagari yang ikut membantu pa masyarakat sekitar juga membangun
menjaga di gerbang pintu masuk camping area yang banyak terdapat di
Meningkatnya jumlah pengunjung Sarasah Bunta dan Sarasah Murai.
yang datang telah mendorong tumbuhnya
investasi swasta. Hasil pengamatan di- Pengenalan Pengunjung Terhadap
lapangan disepanjang jalan menuju loka- Obyek Wisata Lembah Harau
si sudah banyak berdiri penginapan dan Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui
Restoran, seperti tercantum pada Tabel wawasan pengunjung tentang pengenalan
156 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 156
151-163

Tabel 3
Data Hotel dan Penginapan di Kacamatan Harau
No. Nama Hotel/Penginapan Alamat Kamar
1. Sago Bungsu I Tanjung Pati-Harau 10
2 Echo Home Stay Lembah harau 21
3 Bio Home Stay Solok Bio-Bio 5
4 Abdi Home Stay Lembah harau 4
5 Harau View Cottage Lembah Harau 2
6 Syafiq Home Stay Lembah Harau 3
7 Puti Sari banilai Home Stay Lembah Harau 2
8 Yax Home stay Lembah Harau 3
9 Zico Home Stay Lembah Harau 3
Sumber :Disporabudpar Kab.Limapuluh Kota, 2015
nama obyek wisata harau .Hasil penelitian yang dapat dipilih.
mengungkapkan bahwa tidak semua pen-
gunjung mengetahui nama obyek wisata Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat
yang dikunjungi. Nama obyek wisata yang Sekitar Kawasan
cukup dikenal dan sering dikunjungi pen- Sebagian besar pemukiman penduduk be-
gunjung adalah Sarasah Bunta, sementa- rada di sekitar kawasan wisata. Mata pen-
ra empat obyek yang lain namanya kurang caharian penduduk di kedua nagari pada
dikenal pengunjung. Pengenalan pengun- umumnya bertani dan berkebun. Tana-
jung terhadap nam-nama obyek wisata man perkebunan yang banyak diusaha-
Lembah Harau yaitu Sarasah Bunta 69%, kan penduduk adalah komoditas gambir.
Sarasah Air Bulus 21%, Akar Berayun 7%, Selain itu terdapat beberapa penduduk
Sarasah Rupih dan Sarasah Murai 1%. yang menjadi pedagang wisata dengan
Ketersediaan fasilitas umum dan kemuda- produk aneka ragam cindera mata, usaha
han aksesibilitas di obyek Sarasah Bunta Kerupuk Laweh serta makanan dan minu-
manjadi faktor pendorong tingginya jumlah man. Mata pencaharian sampingan pen-
pengunjung di wilayah ini. duduk adalah beternak ayam, kambing,
Kurangnya pengenalan pengun- sapi atau kerbau. Pendapatan rata-rata
jung terhadap semua nama obyek wisata penduduk sekitar Rp.3000.000/tahun atau
yang ada diduga karena kurangnya papan Rp.250.000/bulan.
informasi dan penunjung arah di lokasi Tingkat pendidikan penduduk
wisata. Dari pengamatan fisik langsung masih tergolong rendah, dengan rata-rata
di lapangan papan informasi nama obyek berpendidikan Sekolah dasar dan Sekolah
wisata telah tersedia, namun ukurannya Menengah Pertama. Penduduk telah me-
kurang proposional sehingga kurang terli- miliki kemampuan membaca dan menu-
hat oleh pengunjung. Hal ini sejalan den- lis. Fasilitas pendidikan yang tersedia
gan penelitian (Fitrianti et al., 2015) yang di wilayah ini yaitu terdapat tiga Sekolah
mengatakan bahwa salah satu atribut yang Dasar, satu Sekolah Menengah Pertama
dianggap penting oleh pengunjung namun dan satu Sekolah Luar Biasa di Nagari
kinerjanya belum memuaskan adalah pa- Tarantang dan satu Sekolah Dasar di Na-
pan informasi tentang obyek wisata. gari Harau.
Selain itu keberadaan tempat pem-
buangan sampah yang minim membuat Identifikasi Potensi Wisata Budaya dan
sampah banyak mengotori saluran sungai. Kearifan Lokal
Menurut (Kaewmanee and Wijaya, 2014), Berdasarkan peruntukannya, kawasan
kondisi ini umum terjadi di daerah wisata Lembah Harau termasuk obyek wisata
yang memiliki sumberdaya manusia yang alam. Padahal dari hasil wawancara den-
terbatas. Penyerahan pengelolaan kepada gan tokoh adat, masyarakat setempat dan
pihak swasta menjadi salah satu solusi beberapa catatan yang ada, terdapat be-
157 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 157
151-163

berapa peninggalan sejarah dan berbagai - Monumen Peninggalan Belanda


jenis upacara daerah yang dimiliki oleh berisi peringatan terhadap penduduk
daerah Harau. Potensi-potensi tersebut untuk tidak merusak hutan lindung
dapat dikembangkan untuk menambah yang ditetapkan Belanda di daerah
obyek wisata kawasan Lembah Harau, ini
mengingat daerah Minangkabau memang - Legenda Harau merupakan cerita
terkenal sebagai daerah yang kaya akan legenda terbentuknya nama Harau
budaya dan tradisi . Melalui diversifikasi - Tari Gelombang dan Randai Kesenian
obyek wisata tersebut, diharapakan mam- khas Minangkabau
- Segenang kesenian tradisional
pu menarik dan meningkatkan jumlah
yang bertutur tentang seorang
pengunjung. Selain itu Beberapa potensi
laki laki bernama si Genang.
tersebut diantaranya adalah
Penyampaiannya diiringi oleh sejenis
a. Upacara Tradisi dendang.
Legenda terbentuknya nama Ha-
- Turun Mandi Anak, dilakukan
terhadap bayi yang baru lahir rau berpotensi untuk menarik minat pen-
gunjung, dengan menggugah rasa ingin
(anakpertama dan kedua). Sebelum
tahu terkait asal usul daerah .Implemen-
upacara tradusi ini dilaksanakan bayi
tasinya dapat berupa pendirian monumen
belum boleh turun dari rumah
Legenda Harau sebagai salah satu wisata
- Manjapuik Anak yaitu
budaya sekaligus tempat berfoto atau self-
Memperkenalkan anak terhadap
ie sebagai gaya hidup yang sedang trend
keluarga sang Bapak untuk menjalin
saat ini. Selain menambah pengetahuan
hubungan yang harmonis antar
pengunjung juga dapat lebih mempromosi-
keluarga
kan wisata Harau dengan mengangkat leg-
- Khatam Qur’an merupakan upacara
enda Harau sebagai budaya lokal. Lokasi
Syukuran biasanya diadakan
dapat dipilih pada area yang masih kurang
bersama-sama dalam satu jorong
pengunjung seperti daerah Akar Berayun,
- Baralek Gadang adalah upacara
untuk menambah daya tarik pengunjung.
perkawinan dengan 5 tahapan
Diversifikasi obyek wisata da-
prosesi yaitu Manyalo Rabun,
pat dipadu dengan pagelaran festival
Maanta Siriah, Batuka Tando, Akad
kuliner khas daerah Harau. Kegiatan ini
Nikah dan Baralek
- Batagak Kudo-Kudo merupakan dapat menjadi sumber pendapatan bagi
upacara adat mendirikan bangunan masyarakat sekitar. Menurut Adeyinka dan
- Batagak Penghulu adalah upacara Lattimore (2013), festival jajanan tradision-
pengangkatan penghulu adat al yang dikelola desa wisata dapat menja-
di sebuah strategi yang dapat meningkat-
b. Sejarah, Legenda, Seni dan Budaya
kan pendapatan sekaligus sebagai ajang
- Makan Rajo Putiah, terletak di Bukit
promosi dalam meningkatkan minat turis
Jambu Nagari Harau dahulu tempati
asing. Salah satu makanan yang dapat di-
ni dijadikan tempat untuk bernazar
angkat kembali dalam ajang festifal kuliner
dan membayar kaul
- Al-Qur’an Besar, dibuat dengan lokal adalah “Godah”, sejenis panganan
tulisan tangan dan merupakan yang disajikan saat pesta adat dilakukan.
warisan dari Datuak Sinaro Nan Pangan lokal lain adalah “karupuak laweh”
Garang di daerah Lubuk limpato yang dapat dikembangkan sebagai oleh-
- Pedang Samurai, warisan Datuak oleh. Menurut (Ani et al., 2013) panganan
Sinaro Nan Garang lokal yang dikemas menarik dapat men-
jadi sebuah strategi pengembangan desa
wisata.
158 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 158
151-163

Konsep Tungku Tigo Sajarangan Seba- ABS SBK (Adat basanding Syarak, Syarak
gai Kearifan Lokal basanding Kitabullah). Warisan sistem
Hasil wawancara dan observasi di lapa- kepemimpinan yang luhur ini telah mem-
ngan terungkap bahwa terdapat tarik- bawa kebesaran nilai dan keberadaan
manarik kepentingan dalam pengelolaan orang Minangkabau.
TWLH antara BKSDA, Dinas Pariwisata Masoed (2014), menyatakan bah-
dan masyarakat sekitar. Kondisi ini ber- wa tiga tungku disini menggambarkan per-
pengaruh terhadap manajemen pengelo- an kepemimpinan ideal di Minangkabau
laan dan strategi pengembangan TWLH. berupa tiga jalinan elemen penting dalam
Padahal begitu banyak potensi lain seperti kehidupan yaitu adat, agama dan intele-
ritual adat, sejarah, legenda dan budaya ktualitas, yang diperankan oleh masing-
yang sebenarnya bisa dikembangkan un- masing pelaku yaitu: .
tuk mengatasi kelesuan obyek wisata yang 1. Ninik mamak
ada saat ini. Ninik Mamak atau Penghulu me-
Terkait masalah tarik-menarik miliki kedudukan yang lebih tinggi dalam
kepentingan ini, salah satu solusi un- tuk masyarakat, merupakan pemimpin adat di
mengatasinya adalah dengan meng- Minangkabau, pemegang sako datuk turun
gerakan kembali fungsi dan peranan dari temurun berdasarkan garis keturunan mat-
kepemimpinan lokal di Minangkabau yang rilineal. Bertugas memimpin adat, menjaga,
dikenal dengan filosofi Tungku Tigo Saja- mengawasi dan menjalankan adat. Pem-
rangan. Hal ini sesuai dengan hasil peneli- impin adat maka la memelihara, menjaga,
tian Nawaf (2015), tentang pengembangan mengawasi, mengurusi dan menjalankan
desa wisata Kepakisan dan Sembungan di seluk beluk adat. Tempat berlindung kaum
Dataran Tinggi Dieng. Faktor-faktor yang dan kemenakannya. Sifat-sifat yang harus
dinilai mampu mendorong keberhasilan melekat pada diri Ninik Mamak diantaran-
kegiatan ini adalah adanya keunikan loka- ya adalah sifat Siddik, Amanah dan Fatho-
si yang menjadi daya tarik wisata, peli- nah, yang sangat kental dengan simbol
batan masyarakat sebagai pelaku wisata agama Islam yang menjadi landasan be-
utama, fasilitas dana bantuan, adanya to- ragama masyarakat Minangkabau.
koh penggerak dan stakeholder penting. 2. Alim Ulama
Secara harfiah Tigo Tungku Saja- Ulama menjadi penerang (suluah)
rangan merupakan tungku berbentuk se- dalam kehidupan masyarakat Minangka-
gitiga yang dipakai dalam kegiatan masak- bau. Hukum halal haram, hak dan bahtil
memasak di Minangkabau. Bentuk tungku serta syariat dan hakikat menjadi landasan
segitiga merupakan dasar yang kokoh ulama dalam memberikan fatwa dan ke-
untuk menopang aneka makanan yang tenangan di masyarakat. Posisi alim ula-
dijerang (dimasak) sesuai dengan tambo ma dalam pemerintah nagari mendapat
adat berikut ini: Basilang kayu dalam api, Di kedudukan yang tinggi terutama dalam
situ api mangko hiduik/ Bersilang kayu membina, menjaga dan mengontrol iman
dalam api. D sana api akan hidup. Den- serta akhlak pemerintah dan anak nagari.
gan kata lain melalui tiga pintu ini kayu Kondisi ini menggambarkan kuatnya tradi-
bakar yang disilangkan akan memben- si keagamaan dalam mengikat kehidupan
tuk nyala api.Kayu bakar yang disilang- masyarakat di Minangkabau yang ber-
kan dalam tungku merupakan gambaran landaskan filosofi adat basanding syarak,
dalam perbedaan pendapat diantara keti- syarak basanding kitabullah.
ganya dalam proses musyawarah untuk 3. Cadiek Pandai
menghasilkan sebuah keputusan. Makna Pemerintah dalam masyarakat
falsafah adat ini menggambarkan bahwa Minangkabau berperan sebagai cadiak
masyarakat Minangkabau bersifat demok- pandai. Dipandang sebagai kelompok
ratis dengan tetap menjaga nilai-nilai aga- masyarakat yang berilmu pengetahuan,
ma yang dianut yaitu Islam sesuai falsafah mengerti tentang undang-undang dan per-
159 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 159
151-163

aturan serta cerdik dalam mengelola dan melakukan komunikasi untuk menyelesai-
menyelesaikan masalah yang terjadi di kan permasalahan yang dihadapi anak na-
Masyarakat. Melalui kepakaran tersebut, gari. Dengan sistem kemasyarakatan Mi-
kedudukan cadiak pandai adalah sebagai nangkabau yang egaliter dan demokratis,
pemimpin yang mendampingi ninik mamak maka pengambilan keputusan dilakukan
dan alim ulama. Sehingga bagi masyarakat dengan cara musyawarah dan mufakat.
Minangkabau, pendidikan merupakan hal Setiap elemen pada dasarnya berdiri
penting dan mendasar yang sangat diper- sendiri dan mempunyai wilayah kekua-
lukan dalam mengelola masyarakat. saan masing-masing,namun tetap saling
Kepemimpinan Tigo Tungku Sa- berkaitan seperti bersilangnya kayu dalam
jarangan memungkinkan untuk di fung- tungku.
sikan lagi perannya sesuai dengan se- Dengan demikian konsep kepem-
mangat babaliak ka nagari (kembali ke impinan Tungku Tigo Sajarangan menjadi
nagari) dengan dikeluarkannya UU no 22 norma dan nilai-nilai tradisional yang dapat
tahun 1999 tentang otonomi daerah. Sis- diangkat sebagai sumber kearifan lokal.
tem pemerintahan nagari sebagai satuan Sehingga dapat membantu memecahkan
masyarakat hukum adat di Minangkabau permasalahan dalam pengelolaan Taman
sempat kehilangan arah dan pecah men- Wisata Lembah Harau. Namun demikian
jadi desa menyusul dikeluarkannya UU nilai kearifan lokal ini harus mampu ber-
Nomor 5 tahun 1979. Terpecahnya sistem adaptasi dengan nilai-nilai modern sebagai
pemerintahan menjadi desa menyebaba- dampak dari globalisasi. Sebagimana di
kan Minangkabau kehilangan “trade mark” jelaskan oleh (Bertens, 1993) bahwa nilai
, karena nagari merupakan ciri khas dae- tradisional menghadapi sebuah masalah
rah ini. etis karena adanya tiga hal berikut:
Melalui kepemimpinan Tigo Tungku 1. Pluralisme moral, karena semakin
Sajarangan diharapkan mampu mempen- banyaknya nilai dan norma yang
garuhi aktivitas kelompok, menggunakan berbeda sebagai dampak dari era
wewenang dan kepemimpinannya dalam komunikasi yang pesat
mengarahkan masyarakat pada satu tu- 2. Etis baru yang tidak terduga dengan
juan bersama. Bila dilihat dari proses berkembangnya ilmu pengetahuan
dalam kelompok, pemimpin dipandang se- dan teknologi
bagai seseorang yang memiliki kelebihan, 3. Kepedulian etid universal,
potensi, kewibawaan, kekuasaan dan ke- menyebabkan globalisasi moral
mampuan mengarahkan orang lain. Melalui konsep tersebut kearifan
Ketiga elemen kepemimpinan ini lokal berupa nilai-nilai etika sosial yang

Tabel 4
Analisis Matriks IFE Taman Wisata Lembah Harau
Faktor Strategis Internal Bobot Rating Nilai Tertimbang
(a) (b) (C )=( a) x( b)
Kekuatan:
Obyek wisata alami dan menarik 0,16 4 0,64
Lokasi strategis 0,13 4 0,51
Mudah diakses 0,12 3 0,36
Terdapat potensi wisata budaya dan kearifan 0,09 3 0,28
lokal 0,11 3 0,34
Harga tiket relatif terjangkau
Kelemahan :
Petugas pemandu wisata tidak tersedia 0,09 2 0,18
Promosi kurang 0,11 2 0,21
Kurangnya pemeliharaan fasiltas umum 0,10 1 0,10
Konflik kepentingan dalam pengelolaan 0,08 1 0,08
Jumlah 2,72
Sumber: Data Primer Diolah, 2015
160 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 160
151-163

tradisional dituntut untuk berasimilasi den- obyek wisata Lembah Harau. Sedangkan
gan modernisasi . Hal ini dimungkinkan di- kurangnya pemeliharaan fasilitas umum
lakukan mengingat masyarakat Minangka- dan adanya konflik kepentingan dalam
bau menganut nilai-nilai keterbukaan dan pengelolaan merupakan faktor kelemahan
kebersamaan, ambiak nan elok, buang yang perlu diperhatikan pihak pengelola.
dan buruak adalah jargon yang mampu Hasil total nilai tertimbang yang diperoleh
menangkal dampak buruk globalisasi agar adalah 2,72 yang melebihi total nilai rata-
nilai-nilai kearifan lokal tidak tergerus arus rata sebesar 2,5, hal ini menggambarkan
moderenisasi . Kawasan Wisata Lembah Harau secara
internal cukup kuat.
Strategi Pengembangan Taman Wisata Kondisi eksternal yang dihadapi
Lembah Harau oleh Wisata Lembah Harau digambarkan
Untuk menganalisis situasi terkini dan dengan nilai total pada matriks EFE. To- tal
menentukan faktor internal dan eksternal nilai yang diperoleh adalah 2,53 sedikit
yang menentukan bagi eksistensi pen- lebih besar dari total nilai 2,5, hal ini
gelola obyek wisata serta merumuskan mengindikasikan bahwa Wisata Lembah
strategi pengembangannya dilakukan ana- Harau masih sedikit memiliki kemampuan
lisis SWOT. Diawali dengan tahapan input untuk merespon peluang dan ancaman
dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang ada. Selanjutnya dari nilai tersebut
dan identifikasi terhadap faktor-faktor in- diplotkan dalam diagram skematis atau
ternal dan eksternal yang menjadi kelema- matriks portofolio untuk mengetahui po- sisi
han, kekuatan, ancaman dan peluang bagi Wisata Lembah Harau sebagai dasar
pengelolaan wisata Lembah Harau. Faktor dalam menyusun alternatif strategi yang
tersebut disusun dalam sebuah Matrik IFE layak.
(Internal Factor Evaluation) dan EFE (Ek- Taman Wisata Lembah Harau ter-
sternal Factor Evaluation) yang merupa- masuk sel V yaitu Hold and Maintain, se-
kan alat formulasi strategi untuk meringkas hingga strategi yang sesuai adalah pen-
dan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, etrasi pasar dan pengembangan produk
peluang dan ancaman serta hubungan (David, 2009). Strategi penetrasi pasar
antara faktor-faktor disajikan Tabel 4. dapat dilakukan adalah (1) meningkatkan
Hasil pengolahan matrik IFE diatas kinerja pemasaran dan efektivitas promosi
menunjukkan bahwa faktor obyek wisata serta (2) meningkatkan loyalitas pengun-
yang alami dan menarik serta lokasi yang jung dengan cara memahami keinginan
strategis merupakan kekuatan utama dan selera yang dapat meningkatkan kep-

Tabel 5
Analisis Matriks EFE Taman Wisata Lembah Harau
Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Nilai Tertimbang
(a) (b) (C )=( a) x( b)
Peluang:
Trend wisata budaya dan sejarah 0,15 4 0,59
Perkembangan teknologi informasi 0,11 2 0,23
Rencana pengembangan dan pengelolaan dari 0,14 4 0,56
pemerintah 0,11 4 0,43
Sarana dan prasarana penunjang tersedia
Ancaman :
penurunan dan kerusakan lingkungan 0,13 1 0,13
Partisipasi masyarakat masih rendah 0,13 2 0,26
Obyek wisata yang dikekola perorangan 0,10 2 0,20
Beberapa pedagang wisata membuang sampah 0,12 1 0,12
ke aliran sungai
Jumlah 2,53
Sumber: Data Primer diolah, 2015
161 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 161
151-163

Tabel 6
Peringkat Alternatif Strategi Pengembangan Wisata Lembah Harau
Strategi Total Skor Prioritas
S-O
1. Mengembangkan atraksi dan obyek wisata baru yang 2,92 1
mengangkat budaya dan kearifan lokal
2. Memelihara sarana dan prasarana yang ada untuk lebih 1,02 5
meningkatkan kepuasan pengunjung
W-O
1. Meningkatkan kinerja pemasaran dan promosi yang 1,38 2
berbasis IT 1,17 4
2. Sosialisasi rencana pengembangan kawasan wisata dengan
melibatkan peranan kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan,
untuk mengurangi konflik dengan masyarakat
S-T
1. Melibatkan masyaraka melalui optimalisasi peranan 1,51 3
kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangan dalam menciptakan
obyek wisata berbasis budaya dan kearifan lokal 0,51 8
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memelihara 0,82 7
lingkungan
3. Meningkatkan sinergisitas dengan pengelola wisata
perorangan, biro perjalanan, hotel dan restoran
W-T
1. Memakai pendekatan partisipatory dengan masyarakat dan 0,93 6
kepemimpinan Tungku Tigo Sajarangandalam merumuskan
regulasi pengelolaan kawasan wisata 0,33 9
2. Melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar dan
pedagang tentang pelestarian lingkungan

Sumber : Data Primer diolah, 2015


uasan pengunjung. Sedangkan strategi hasil penelitian (Gani, 2006) yang menya-
pengembangan produk dapat dilakukan takan bahwa memperkuat dan mengem-
melalui (1) pengembangan atraksi dan bangkan identitas, kekuatan nilai-nilai
produk wisata baru, (2) memperbaiki fasili- budaya Minangkabau yang bersifat sub-
tas dan potensi wisata yang sudah ada, (3) stansial dengan cara kritis dan kreatif men-
melakukan kerjasama dan menyediakan jadi metode yang ampuh untuk mengha-
fasilitas dengan perguruan tinggi untuk dapi perkembangan dunia dan globalisasi.
melakukan penelitian dan pengembangan Implementasinya dengan menguatkan
untuk mengetahui trend dan selera kon- kembali kehidupan ber nagari yang sesuai
sumen serta tingkat persaingan. dengan adat dan syarak. Beberapa hal
Penentuan prioritas strategi diten- yang dapat dilakukan adalah: 1) mengem-
tukan melalui total skor dan pembobotan. bangkan kelembagaan budaya tradisional
Prioritas paling utama yang harus dilaku- seperti alek nagari, 2) menyelenggarakan
kan dilihat dari perolehan total skor den- pendidikan budaya atau kesenian teru-
gan nilai tertinggi. Dari tabel 6. maka tama melalui jalur sekolah, 3) strategi dan
prioritas utama strategi pengembangan agenda budaya untuk mengembangkan
wisata Lembah harau adalah mengem- kreativitas budaya yang tumbuh dalam
bangkan atrasksi dan obyek wisata baru masyarakat nagari, 4) melakukan tindakan
yang berbasis budaya dan kearifan lokal budaya yang lebih konkret dalam men-
melalui peningkatan pemasaran dan pro- dorong dan mengembangkan kehidupan
mosi yang berbasis IT dengan melibat- dan pemikiran intelektual.
kan masyarakat, ninik mamak, ulama dan
cerdik pandai serta tetap memelihara sa- SIMPULAN
rana dan prasarana yang telah ada. Berdasarkan hasil dan pembahasan terse-
Strategi tersebut sesuai dengan but diatas dapat ditarik kesimpulan se-
162 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 162
151-163

bagai berikut: 1) semangat otonomi dae- Januari 2015


rah yang dilandasi UU No.22 tahun 1999
menjadi momentum pemerintah di Sumbar Andri, K.B., 2014. Profil dan Karakteris-
dalam mengusung program “babaliak ka tik Sosial Ekonomi Petani Tanaman
nagari” melalui optimalisasi Tungku Tigo Pangan di Bojonegoro. Agriekono-
Sajarangan dalam mengembangkan Ka- mika 3(2), 167–179.
wasan Wisata Lembah Harau. 2) Strategi
Ani, S.W., Sundari, M.T., Antriyandarti, E.,
pengembangan Kawasan Wisata Lembah
2013. Pengembangan Desa Wisata
Harau yang sangat prioritas untuk dilaku-
Rumah Dome Berbasis Agroindustri
kan adalah melalui diversifikasi obyek
Pangan Lokal. (Kajian Diversifikasi
wisata baru yang mengangkat budaya dan
Ketela Pohon di Desa Wisata Ru-
kearifan lokal yang lebih banyak melibat-
mah Dome Prambanan). Agriekono-
kan pihak masyarakat disertai dengan keg-
mika 2(2), 117–122.
iatan pemasaran dan promosi berbasis IT.
Hasil penelitian ini selaras dengan komit- Balai Konservasi Sumber Daya Alam Pro-
men dan semangat pemerintah daerah pinsi Sumatera Barat. 2007. Buku
untuk “babaliak ka nagari” yaitu memban- Informasi Kawasan Konservasi Su-
gun nagari berdasarkan potensi daerah. matera Barat. BKSDA Sumbar. Pa-
Untuk mewujudkan hal tersebut pendeka- dang
tan filosofi Tungku Tigo Sajarangan meru-
pakan pendekatan yang dianggap tepat Bertens, K., 1993. Etika K. Bertens. Gra-
karena melibatkan semua komponen media Pustaka Utama.
kepemimpinan lokal di Minangkabau yai-
tu ninik mamak, ulama dan kaum cadiak David, F.R., 2009. Manajemen Strategi
pandai. Optimalisasi model kepempinan Konsep, Buku I. Jkt. Salemba Em-
lokal tersebut diharapkan mampu menga- pat.
tasi konflik kepentingan pengelolaan Ta- Fitrianti, S., Ismawati, I., Sillia, N., 2015.
man Wisata Lembah Harau. 3). Beberapa Analisis Tingkat Kepuasan Pengun-
atribut yang dianggap penting dan mampu jung Kawasan Wisata Lembah Ha-
meningkatkan kepuasan konsumen, na- rau. POLI BISNIS 7, 37–46.
mun belum terdapat di lokasi adalah pa-
pan informasi dan keberadaan petugas Gani, R., 2006. “Tungku Tigo Sajarangan”:
pemandu wisata. Analisis Pola Komunikasi Kelompok
dalam Interaksi Pemimpin Pemerin-
UCAPAN TERIMA KASIH tahan di Sumatera Barat. Mediat. J.
Pada kesempatan ini penulis mengucap- Komun. 7, 243–358.
kan terimaksih kepada Direktorat Peneli-
tian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Giddens, A., 2001. Runaway world:
Kemenristek Dikti yang telah menyetujui Bagaimana globalisasi merombak
dan mendanai pelaksanaan penelitian ini kehidupan kita. Jkt. Gramedia Pus-
melalui skim Hibah Bersaing tahun 2014. taka Utama.

DAFTAR PUSTAKA Ismet, Y., 2011. Konsep pengembangan


lanskap berbasis ekowisata di Ta-
Abidin, Masoed. 2014. Fungsi dan Per-
man Wisata Alam Lembah Harau,
anan Tungku Tigo Sajaangan dalam
Sumatera Barat.
Perspektif Syarak Sekaitan
Pemahaman dan Penerapan Adat Kaewmanee, P., Wijaya, A.F., 2014. Waste
Bersandi Syarak, Syarak Ber- Management Policy In Tourism Area
sandi Kitabullah di Dalam Kehidu- of Saensuk Municipality, Thailand. J.
pan Masyarakat Nagari. http://en- Indonesia. Tour. Dev. Stud. 2, 19–25.
gb.facebook.com/note. Diakses 12
163 | Iis Ismawati, Siska Fitrianti, Nova Sillia, Nurul Fauzi, Strategi Pengembangan
Agriekonomika, Taman
6(2) 2017: Wisata| 163
151-163

Kanesti, N., 2008. Pengembangan Pari-


wisata Alam Prioritas di Kabupaten
Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera
Barat.

Lekaota, L., 2015. The Importance of Ru-


ral Communities’ Participation in the
Management of Tourism Manage-
ment: a case study from Lesotho.
Worldw. Hosp. Tour. Themes 7,
453–462.

Nawaf, M., 2015. Kajian Keberhasilan


Community Based Turism pada
Pengembangan Desa Wisata (Studi
Kasus: Desa Kepakisan dan Desa
Sembungan di Dataran Tinggi Di-
eng). Fakultas Teknik UNISSULA.

Peraturan Bupati Lima Puluh Kota Nomor.


64 tahun 2011. Penyelenggaraan
Kepariwisataan Daerah.

Syafi’i, M., Suwandono, D., 2015. Peren-


canaan Desa Wisata Dengan Pen-
dekatan Konsep Community Based
Tourism (CBT) di Desa Bedono,
Kecamatan Sayung, Kabupaten De-
mak. Ruang 1, 51–60.

Anda mungkin juga menyukai