Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBIMBING :
Disusun Oleh :
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Cephalopelvik Disproporsi”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing kami dr. Arvitamuriany T. Lubis,
M.Ked(OG) Sp.OG, yang telah meluangkan waktunya kepada kami dan
memberikan bimbingan serta masukan dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
janin yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm.
mellitus maternal, obesitas, multiparitas, atau ukuran besar pada salah satu
atau kedua orang tua. Distosia bahu, kondisi dimana kepala janin dapat
dilahirkan, tetapi bau anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus pubis,
atau berbahaya.2
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi
Cephalopelvic Disproporsi (CPD) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala
janin dengan bentuk dan ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan
yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.3
Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara
anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah
angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul
yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme
persalinan normal.3
2. 2 Anatomi Panggul
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu :3
1) Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau
dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada
diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah
panggul yang cukup luas.
2) Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3) Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai
segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika
menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.
4) Panggul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih
pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan
arkus pubis yang luas.
6
Gambar 2.1 jenis jenis panggul
7
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan
cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.3
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis mayor terdapat organ-organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan
tempat perlekatan otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang
yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung
kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita
temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus
koksigeus.1
Adapun ukuran panggul adalah sebagai berikut:4
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak
dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis
dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba
sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium,
tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari
telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.4
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih
kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting
yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, selisih
antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.2
8
Gambar 2.2 Diameter pada Pintu Atas Panggul
2) Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruang panggul ini memiliki ukuran yang
paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara
langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna
penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini
yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu
sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5
cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter
interspinarum berukuran 4,5 cm.5
3) Pintu Bawah Panggul Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar
namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang
dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas
iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengahtengah
distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara
pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).2
9
2.3. Penyebab Cephalopelvic Disproportion
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit
10
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari
pemeriksaan luar ditemukan:
Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
Ditemukan sudut fabre
BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada
pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi,
mulut, dan dagu.
11
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai
keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan
pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan
sebagai presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin
tidak mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio
sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).2
12
Plasenta previa
Prematuritas
Kelainan bentuk rahim
Mioma uteri
Kehamilan ganda
Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan
cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas
pusat. Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan
bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.5
Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan.
Sebaliknya, jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil
sehingga punggung terdapat di sebelah belakang.5
Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai
susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba
scapula, dan pada pihak yang bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula.2
Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang,
berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea,
yang hanya mungkin jika ketuban masih utuh.5
13
d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun
kecil di belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi
kepala kurang serta inersia uteri.5
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di
bawah simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari
rupture perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini
perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil
(4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.5
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang.
Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum
atau forceps.
3. Panggul Sempit
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang
mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada
persalinan.4
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravida
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata
14
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks
karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi
rintangan yang ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul
sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan
yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis
dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam
rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus
peroneus.
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter
biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm.
15
pembentukan caput suksadaneum. Seksio sesarea dilakukan bila memang
dijumpai kesempitan nyata pintu atas panggul.5
a. Pembagian tingkat panggul sempit :
Tingkat I : CV = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : CV = 8-9 cm = relatif
Tingkat III : CV = 6-8 cm = ekstrim
Tingkat IV : CV = 6 cm = absolut (mutlak)
CV = Conjugata Vera
b. Pembagian menurut tindakan :
1. CV = 11 cm………………partus biasa
2. CV = 8-10 cm……………partus percobaan
3. CV = 6-8 cm……………..SC primer
Inlet dianggap sempit bila CV kurang dari 10 cm atau diameter transversalis
kurang dari 12 cm. Karena biasanya yang diukur adalah conjugata
diagonalis (CD), maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
2. Kesempitan Midpelvis
Hal ini dicurigai bila dijumpai adanya kala II memanjang, persisten occiput
posterior, distosis uterin, moulage yang hebat dari kepala bayi. Kesempitan
Midpelvis yang terlantar dapat menyebabkan ruptur uteri, fistula karena nekrosis
akibat tekanan yang lama. Seksio sesarea adalah pilihan utama, karena persalinan
dengan bantuan alat dapat menyebabkan perlukaan pada bayi atau ibu.
Terjadi bila :
a. Diameter intraspinarum 9,5 cm, atau
b. Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter
sagittalis posterior kurang dari 13,5 cm.
Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvimetri
dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kemungkinan kesempitan
midpelvis, kalau :
Spina menonjol, partus akan tertahan, disebut midpelvic arrest
Dinding samping panggul konvergen
Arcus pubis sempit
16
Kesempitan midpelvis dapat memberikan kesulitan sewaktu partus sesudah
kepala melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan
kontraindikasi untuk melakukan forseps karena daun forseps akan menambah
sempitnya ruangan panggul5
3. Kesempitan Outlet
Hal ini sangat jarang dijumpai, ditemukan apabila diameter intertuberous
tidak > 8cm atau bila jumlah diameter transversa dan diameter sagittalis posterior
kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet, meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya
janin, namun dapat menyebabkan perineum ruptur yang hebat, karena arkus pubis
sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui daerah posterior panggul5
2.4 Diagnosis
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang
primigravida pada akhir kehamilan apabila kepala anak belum memasuki pintu
atas panggul dan dijumpainya malpresentasi janin. Ibu dengan tinggi badan yang
kurang dari 145 cm, patut kita curigai adanya kesempitan panggul. Pada palpasi,
apabila kepala janin didorong dan tidak masuk ke pintu atas panggul, atau masih
goyang di atas simfisis pubis (tanda Osborn).4
A. Pelvimetri Klinis
1. Pemeriksaan panggul luar
Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-
ukuran
panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai
antara lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan
sebagainya. Yang diukur adalah:
a. Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior
superior sinistra dan dekstra.
b. Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua
tempat
yang simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.
c. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka
17
posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina
iliaka posterior dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra.
d. Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.
e. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm, jarak antara bagian atas
simfisis
ke profesus spinosus lumbal 5.
f. Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.
B. Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran CV, CO (Conjugata
Obstetrique) = apakah kurang dari normal, CT (Conjugata Tranversalis), serta
imbang kepala panggul. Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada
kecurigaan fetopelvik disproporsic atau kecurigaan panggul sempit, riwayat
operasi seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam
persalinan. X-ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis didapati
ukuran konjugata diagonal <11,5 cm atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila
18
kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi letak janin seperti pada
presentasi bokong, wajah atau letak lintang.4
2.5. Penatalaksanaan
Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan partus
percobaan.1
a. Sectio Sesaria
Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Sectio sesaria elektif
direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi
sefalopelvik yang nyata.1
Selain itu sectio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada
faktor- faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan
letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami
infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain.4
Sectio sesaria sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul komplikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum
dipenuhi.4
b. Persalinan Percobaan.
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil
tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua
bidang dan hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan.4
Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his
dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin, kedua faktor ini tidak dapat
diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu. Pemelihan kasus kasus
19
untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Diatas sudah dibahas
indikasi- indikasi untuk section sesaria elektif, keadaan- keadaan ini dengan
sendirinya menjadi kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu
beberapa hal perlu pula mendapat perhatian. Janin harus berada dalam presentasi
kepala dan lamanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu.4
2.6. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janin.3
Pada Ibu, komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1. Persalinan akan berlangsung lama.
2. Sering dijumpai ketuban pecah dini.
3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah, sering terjadi tali
pusat menumbung.
4. Moulage kepala berlangsung lama.
5. Sering terjadi inersia uteri.
6. Ruptur uteri.
7. Simfisiolisis.
8. Infeksi intrapartal.
9. Karena partus lama, terjadi penekanan pada jalan lahir sehingga terjadilah
jaringan nekrotik dan menjadi fistula.
20
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 35 tahun
Suku : Karo
Pendidikan : S1
ANAMNESA PENYAKIT
Ny. DPT, 35 tahun, G1P0A0, Karo, Kristen Katolik, S1, Pegawai Swasta. Datang
dengan:
Keluhan Utama : Rencana Operasi C-Sectio
Telaah : Pasien datang ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara karena
rencana operasi yang akan dilakukan tanggal 12 Maret 2019.
Sebelumnya pasien melakukan ANC dengan dr. Yudha Sadewo, Sp.OG
dan didiagnosa dengan panggul sempit yang kemudian disarankan
untuk operasi C-Sectio.
RPT : Tidak Ada
RPO : Tidak Ada
21
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Pegawai Swasta,
ekonomi cukup dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.
RIWAYAT MENSTRUASI
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Volume : ± 3 doek/hari
Nyeri : ada
HPHT : 10/06/2018
TTP : 17/03/2019
ANC : 3x ke SpOG
RIWAYAT MENIKAH
RIWAYAT PERSALINAN
1. Hamil ini
22
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Status Presens:
Status Generalisata :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
isokor, kanan = kiri
Ekstremitas: Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), oedem pretibial(-/-)
23
Status Lokalisata:
His :-
Gerak : (+)
Status Ginekologi:
Inspekulo : Portio licin, lividae (+), tidak dijumpai darah keluar dari
serviks.
Fetal movement (+), fetal heart rate (+) 144 kali/menit reguler
MVP : 5,09 cm
24
LABORATORIUM (11/03/2019)
DIAGNOSA KERJA
RENCANA TATALAKSANA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
RENCANA TINDAKAN
25
BAB 4
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal Follow up
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Cefazolin 2 gr (ST)
Inj. Dexamethasone 15 gr (single dose)
R/ SC elektif (Selasa, 12 Maret 2019)
Puasa
Konsul anestesi dan perinatologi
26
12 Maret 2019 S : Rencana operasi
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9oC
Status Lokalisata
Abdomen : membesar asimetris, peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah processus xyphoideus
Teregang : kanan
Terbawah : kepala
His : (-)
Gerak : (+)
DJJ : 140x/menit, reguler
A : Panggul sempit + PG + KDR
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Cefazolin 2 gr (ST)
R/ SC elektif hari ini
13 Maret 2019 S : Nyeri luka operasi
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
L/O : tertutup verban, kesan kering
27
P/V : (-), lochia rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal
A : Post SC a/I panggul sempit + NH1
P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
Profenid supp/8 jam
R/ Aff kateter sore
Mobilisasi
Terapi lanjut
14 Maret 2019 S : Nyeri luka operasi
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
L/O : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-), lochia rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal
A : Post SC a/I panggul sempit + NH2
28
Terapi oral
15 Maret 2019 S : (-)
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
L/O : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-), lochia rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal, flatus (+)
A : Post SC a/I panggul sempit + NH3
29
BAB 5
DISKUSI KASUS
TEORI KASUS
30
- Diameter transversa + diameter
sagitalis posterior < 15 cm Leopold 1: Tinggi Fundus Uterus 3
jari di bawah procesus xyphoideus
teraba seluruhnya atau tidak, spina Fetal movement (+), fetal heart
31
Saat ini ada 2 cara yang merupakan RENCANA TATALAKSANA
tindakan utama untuk menangani TERAPI MEDIKAMENTOSA
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, - O2 2 – 4 l/I via Nasal canul
yakni sectio sesaria dan partus percobaan. - IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
1. Sectio sesaria - Inj. Cefazolin 2 gr
Sectio sesaria dapat dilakukan secara - Inj. Dexametasone 15 gr (single
elektif atau primer, yakni sebelum dose)
persalinan mulai atau pada awal R/ Elective C-Section
persalinan, dan secara sekunder
yakni setelah persalinan berlangsung
selama beberapa waktu.
a. SC Primer : Sectio sesaria elektif
direncanakan lebih dahulu dan
dilakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul
yang cukup berat, atau karena
terdapat disproporsi sefalopelvik
yang nyata.
b. SC Sekunder : dilakukan karena
persalinan percobaan dianggap gagal,
atau karena timbul komplikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas
mungkin.
2. Persalinan percobaan
Dilakukan setelah pemeriksaan,
setelah dicapai kesimpulan bahwa
ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan
selamat, dapat diambil keputusan
untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan.
32
BAB 6
KESIMPULAN
Pada kasus seorang perempuan berusia 35 tahun datang dengan keluhan rencana
operasi c-sectio. Pasien datang ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
karena rencana operasi yang akan dilakukan tanggal 12 Maret 2019. Sebelumnya
pasien melakukan ANC dengan dr. Yudha Sadewo, Sp.OG dan didiagnosa dengan
panggul sempit yang kemudian disarankan untuk operasi C-Sectio. Riwayat
pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Pegawai Swasta, ekonomi cukup
dan tidak ada riwayat gangguan psikososial. Pasien ini didiagnosis dengan
Panggul Sempit + PG + KDR (38-39) minggu + Presentasi kepala + Anak hidup.
Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
obstetrik. Kemudian pasien ini direncanakan tatalaksana dengan Sectio Caesarea
elektif.
33
DAFTAR PUSTAKA
34