Anda di halaman 1dari 34

CEPHALOPELVIK DISPROPORSI

PEMBIMBING :

dr. Arvitamuriany T. Lubis, M.Ked(OG) Sp.OG

Disusun Oleh :

Arifin M. Siregar 140100196


Maruli Liasna 140100215
Febriana Rahmadani 140100162
Nanda Reza Javanda 140100145
Mitra Khairani 140100005
Harintharan 130100325
Shaheen Reddi 120100441
Kiko Sihombing 120100046

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Cephalopelvik Disproporsi”. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih kepada dokter pembimbing kami dr. Arvitamuriany T. Lubis,
M.Ked(OG) Sp.OG, yang telah meluangkan waktunya kepada kami dan
memberikan bimbingan serta masukan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi yang membaca dan dapat menjadi
referensi dalam pengembangan wawasan di bidang medis.

Medan, 17 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2
2.1 Definisi .............................................................................................. 2
2.2 Anatomi panggul ............................................................................... 2
2.3 Etiologi .............................................................................................. 2
2.4 Diagnosis ........................................................................................... 5
2.5 Penatalaksanaan ................................................................................ 9
2.6 Komplikasi ........................................................................................ 12
BAB 3 LAPORAN KASUS .............................................................................. 14
BAB 4 FOLLOW UP PASIEN ........................................................................ 20
BAB 5 DISKUSI KASUS .................................................................................. 24
BAB 6 KESIMPULAN ..................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Jenis Panggul . ........................................................................


Gambar 2.2 Diameter pada Pintu Atas Panggul ................................................
Gambar 2.3 Persentase Muka .............................................................................
Gambar 2.4 Persentase Dahi ..............................................................................
Gambar 2.5 Letak Lintang .................................................................................
Gambar 2.6 Cara Mengukur Konjugata Diagonalis ...........................................

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cephalo pelvic disproportion (CPD) yang berhubungan dengan ukuran

janin yang berlebihan (4000 gram atau lebih) terjadi pada 5% kelahiran aterm.

Ukuran janin yang besar atau makrosomia berhubungan dengan diabetes

mellitus maternal, obesitas, multiparitas, atau ukuran besar pada salah satu

atau kedua orang tua. Distosia bahu, kondisi dimana kepala janin dapat

dilahirkan, tetapi bau anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus pubis,

dapat terjadi pada makrosomia.1

Pertolongan persalinan CPD melalui jalan vaginal memerlukan

perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen

sampai dengan kemantian bayi. Memperhatikan komplikasi pertolongan

persalinan CPD melalui jalan vaginal, maka sebagian besar pertolongan

persalinan cephalo pelvic disproportion dilakukan dengan sectio caesaria.

Bedah caesar merupakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding abdomen dan dinding uterus dan merupakan prosedur

untuk menyelamatkan kehidupan. Operasi ini memberikan jalan keluar bagi

kebanyakan kesulitan yang timbul bila persalinan pervaginam tidak mungkin

atau berbahaya.2

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi
Cephalopelvic Disproporsi (CPD) adalah tidak ada kesesuaian antara kepala
janin dengan bentuk dan ukuran panggul. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan
yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu
sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik
disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.3
Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara
anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah
angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul
yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme
persalinan normal.3

2. 2 Anatomi Panggul
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu :3
1) Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau
dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada
diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah
panggul yang cukup luas.
2) Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang
daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3) Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai
segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika
menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.
4) Panggul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih
pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan
arkus pubis yang luas.

6
Gambar 2.1 jenis jenis panggul

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os


koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang-tulang ini
satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os
pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat
artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tulang panggul) dan
os koksigis (tulang tungging).3
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser
lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang

7
sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan
cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.3
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea
terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea
terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis mayor terdapat organ-organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan
tempat perlekatan otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang
yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung
kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita
temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus
koksigeus.1
Adapun ukuran panggul adalah sebagai berikut:4
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak
dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis
dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan
menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba
sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium,
tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari
telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis.4
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih
kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting
yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, selisih
antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.2

8
Gambar 2.2 Diameter pada Pintu Atas Panggul

2) Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruang panggul ini memiliki ukuran yang
paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara
langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna
penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini
yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu
sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5
cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter
interspinarum berukuran 4,5 cm.5
3) Pintu Bawah Panggul Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar
namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang
dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas
iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengahtengah
distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara
pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).2

9
2.3. Penyebab Cephalopelvic Disproportion
1. Janin yang besar
2. Kelainan posisi dan presentasi
3. Panggul sempit

1. Janin yang besar


Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut
kepustakaan lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan
jika beratnya lebih dari 4500 gram. Penyebab anak besar yaitu:5
 Diabetes mellitus
 Herediter
 Multiparitas
Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau
besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat
timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri
juga lebih besar. Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam
karena penentuan besarnya anak dengan palpasi Leopold sangat sulit.
Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila anak letak kepala dan kepala
belum masuk pintu atas panggul.5
2. Kelainan Posisi dan Presentasi
Yang termasuk kelainan posisi dan presentasi yaitu :
a. Presentasi muka
Presentasi muka adalah presentasi kepala dengan defleksi maksimal hingga
oksiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap
ibu). Presentasi muka dapat disebabkan:
 Panggul sempit
 Bayi besar
 Multiparitas
 Lilitan tali pusat di leher
 Anencephal

10
Presentasi muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika dari
pemeriksaan luar ditemukan:
 Tonjolan kepala sepihak dengan punggung
 Ditemukan sudut fabre
 BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Sedangkan dalam persalinan yaitu dengan pemeriksaan dalam, pada
pembukaan yang cukup besar, akan teraba pinggir orbita, hidung, tulang pipi,
mulut, dan dagu.

Gambar 2.3 Presentasi Muka

Pengelolaan pada presentasi muka:


Kala I: observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II: Bila dagu di depan, persalinan pervaginam atau ekstraksi forceps.
Tetapi, bila dagu tetap di belakang, dilakukan seksio sesarea.5
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang sedang.
Etiologinya hampir sama dengan presentasi muka. Biasanya merupakan keadaan
sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.

11
Presentasi dahi jarang dapat diketahui dalam kehamilan. Namun dapat dicurigai
keadaan tersebut bila dengan pemeriksaan luar ditemukan:
 Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung anak.
 BJJ sepihak dengan bagian kecil.
Biasanya presentasi dahi baru didiagnosis saat persalinan yaitu dengan
pemeriksaan dalam. Pada pembukaan yang cukup besar, akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan pangkal hidung.
Pada presentasi dahi yang bersifat sementara, anak dapat lahir spontan
sebagai presentasi belakang kepala atau muka. Jika presentasi dahi menetap, janin
tidak mungkin lahir pervaginam sehingga persalinan diakhiri dengan seksio
sesarea, kecuali bila janin sangat kecil (TBBJ < 1800 gram).2

Gambar 2.4 Presentasi Dahi


c. Letak Lintang
Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus
pada sumbu panjang ibu. Pada letak lintang, bahu menjadi bagian terendah, yang
disebut presentasi bahu, atau presentasi akromion. Jika pungung terdapat di depan
disebut dorsoanterior, jika di belakang disebut dorsoposterior.
Penyebab letak lintang ialah:
 Dinding perut yang kendur, seperti pada multiparitas
 Kesempitan panggul

12
 Plasenta previa
 Prematuritas
 Kelainan bentuk rahim
 Mioma uteri
 Kehamilan ganda

Gambar 2.5 Letak Lintang

Pada inspeksi, tampak bahwa perut melebar ke samping dan pada kehamilan
cukup bulan, fundus uteri lebih rendah dari biasanya, hanya beberapa jari di atas
pusat. Pada palpasi, fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong, sedangkan
bagian-bagian besar teraba di samping kiri atau kanan fossa illiaca.5
Jika tahanan terbesar ada di sebelah depan, punggung ada di sebelah depan.
Sebaliknya, jika teraba tonjolan-tonjolan, ini disebabkan oleh bagian-bagian kecil
sehingga punggung terdapat di sebelah belakang.5
Dalam persalinan, pada pemeriksaan dalam dapat diraba sisi toraks sebagai
susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah besar akan teraba
scapula, dan pada pihak yang bertentangan dengan scapula akan teraba klavikula.2
Ada kalanya, anak yang pada permulaan persalianan dalam letak lintang,
berputar sendiri menjadi letak memanjang. Kejadian ini disebut versio spontanea,
yang hanya mungkin jika ketuban masih utuh.5

13
d. Kelainan Posisi (Positio Occipito Posterior Persistent)
Keadaan Positio Occipito Posterior Persistent atau presentasi ubun-ubun
kecil di belakang adalah suatu keadaan yang disebabkan kegagalan rotasi interna.
Etiologinya yaitu kelainan panggul, kesempitan panggul tengah, KPD, fleksi
kepala kurang serta inersia uteri.5
Adakalanya oksiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di
bawah simfisis. Ini terutama terjadi bila fleksi kepala kurang. Untuk menghindari
rupture perinei totalis, episiotomi harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini
perineum diregang oleh sirkumferensia oksipito frontalis. Hanya sebagian kecil
(4%) dari posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.5
Penyulit yang timbul dalam persalinan yaitu kala II yang lebih panjang.
Umumnya dapat lahir spontan, namun bila ada indikasi dapat dipilih antara vakum
atau forceps.
3. Panggul Sempit
Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang
mengurangi kapasitas panggul, sehingga dapat menimbulkan distosia pada
persalinan.4
Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravida
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata

Pengaruh pada persalinan :


1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan
ataupun banyaknya waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak.
Kelainan pembukaan dapat terjadi karena ketuban belum pecah sebelum
waktunya karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul,

14
selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada serviks
karena tertahan pada pintu atas panggul.
2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi
rintangan yang ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul
sempit, dapat terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan
yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merakan nyeri di daerah simfisis
dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam
rongga panggul. Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus
peroneus.
Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter
biparietal berkurang lebih dari 0,5 cm.

Pembagian Panggul Sempit


1. Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)
Kesempitan pintu atas panggul (inlet contracture) jika dijumpai diameter
anteroposterior <10 cm atau diameter transversal <12 cm (atau keduanya). Hal ini
diketahui secara klinis dengan kepala janin yang floating dengan presentasi
verteks pada janin yang cukup bulan, dan tidak dapat dilakukannya perasat
Muller-Hillis (secara manual mendorong kepala ke dalam pelvis dengan tekanan
lembut pada fundus), bagian terbawah tidak dapat membuka seviks pada waktu
persalinan, dijumpainya presentasi abnormal (contohnya bokong, letak lintang),
prolapsus funikuli, partus lama, distosia uterin, moulage kepala bayi,

15
pembentukan caput suksadaneum. Seksio sesarea dilakukan bila memang
dijumpai kesempitan nyata pintu atas panggul.5
a. Pembagian tingkat panggul sempit :
Tingkat I : CV = 9-10 cm = borderline
Tingkat II : CV = 8-9 cm = relatif
Tingkat III : CV = 6-8 cm = ekstrim
Tingkat IV : CV = 6 cm = absolut (mutlak)
CV = Conjugata Vera
b. Pembagian menurut tindakan :
1. CV = 11 cm………………partus biasa
2. CV = 8-10 cm……………partus percobaan
3. CV = 6-8 cm……………..SC primer
Inlet dianggap sempit bila CV kurang dari 10 cm atau diameter transversalis
kurang dari 12 cm. Karena biasanya yang diukur adalah conjugata
diagonalis (CD), maka inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11,5 cm.
2. Kesempitan Midpelvis
Hal ini dicurigai bila dijumpai adanya kala II memanjang, persisten occiput
posterior, distosis uterin, moulage yang hebat dari kepala bayi. Kesempitan
Midpelvis yang terlantar dapat menyebabkan ruptur uteri, fistula karena nekrosis
akibat tekanan yang lama. Seksio sesarea adalah pilihan utama, karena persalinan
dengan bantuan alat dapat menyebabkan perlukaan pada bayi atau ibu.
Terjadi bila :
a. Diameter intraspinarum 9,5 cm, atau
b. Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter
sagittalis posterior kurang dari 13,5 cm.
Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvimetri
dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kemungkinan kesempitan
midpelvis, kalau :
 Spina menonjol, partus akan tertahan, disebut midpelvic arrest
 Dinding samping panggul konvergen
 Arcus pubis sempit

16
Kesempitan midpelvis dapat memberikan kesulitan sewaktu partus sesudah
kepala melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan
kontraindikasi untuk melakukan forseps karena daun forseps akan menambah
sempitnya ruangan panggul5
3. Kesempitan Outlet
Hal ini sangat jarang dijumpai, ditemukan apabila diameter intertuberous
tidak > 8cm atau bila jumlah diameter transversa dan diameter sagittalis posterior
kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet, meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya
janin, namun dapat menyebabkan perineum ruptur yang hebat, karena arkus pubis
sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui daerah posterior panggul5

2.4 Diagnosis
Kita selalu memikirkan kemungkinan panggul sempit, bila ada seorang
primigravida pada akhir kehamilan apabila kepala anak belum memasuki pintu
atas panggul dan dijumpainya malpresentasi janin. Ibu dengan tinggi badan yang
kurang dari 145 cm, patut kita curigai adanya kesempitan panggul. Pada palpasi,
apabila kepala janin didorong dan tidak masuk ke pintu atas panggul, atau masih
goyang di atas simfisis pubis (tanda Osborn).4
A. Pelvimetri Klinis
1. Pemeriksaan panggul luar
Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-
ukuran
panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai
antara lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan
sebagainya. Yang diukur adalah:
a. Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior
superior sinistra dan dekstra.
b. Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua
tempat
yang simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.
c. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka

17
posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina
iliaka posterior dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra.
d. Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.
e. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm, jarak antara bagian atas
simfisis
ke profesus spinosus lumbal 5.
f. Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

2. Pemeriksaan dalam (VT) : apakah promontorium teraba, lalu diukur CD


dan CV, linea innominata teraba seluruhnya atau tidak, spina ischiadica dan lain-
lain.

Gambar 2.6 Cara Mengukur Konjugata Diagonalis

B. Rontgen Pelvimetri
Dari foto dapat kita tentukan ukuran-ukuran CV, CO (Conjugata
Obstetrique) = apakah kurang dari normal, CT (Conjugata Tranversalis), serta
imbang kepala panggul. Indikasi pemeriksaan Rontgen pada kehamilan bila ada
kecurigaan fetopelvik disproporsic atau kecurigaan panggul sempit, riwayat
operasi seksio sesaria atau riwayat forcep serta riwayat kematian janin dalam
persalinan. X-ray pelvimetri juga dilakukan bila pada pemeriksaan klinis didapati
ukuran konjugata diagonal <11,5 cm atau diameter intertuberous < 8 cm serta bila

18
kepala janin tidak masuk pintu atas panggul dan malposisi letak janin seperti pada
presentasi bokong, wajah atau letak lintang.4
2.5. Penatalaksanaan
Saat ini ada 2 cara yang merupakan tindakan utama untuk menangani
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, yakni sectio sesaria dan partus
percobaan.1
a. Sectio Sesaria
Sectio sesaria dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum
persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder yakni setelah
persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Sectio sesaria elektif
direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi
sefalopelvik yang nyata.1
Selain itu sectio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada
faktor- faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan
letak janin yang tak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami
infertilitas yang lama, penyakit jantung, dan lain-lain.4
Sectio sesaria sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul komplikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau belum
dipenuhi.4
b. Persalinan Percobaan.
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil
tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua
bidang dan hubunga antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai
kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam
dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan.4
Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his
dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin, kedua faktor ini tidak dapat
diketahui sebelum persalinan berlangsung beberapa waktu. Pemelihan kasus kasus

19
untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Diatas sudah dibahas
indikasi- indikasi untuk section sesaria elektif, keadaan- keadaan ini dengan
sendirinya menjadi kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu
beberapa hal perlu pula mendapat perhatian. Janin harus berada dalam presentasi
kepala dan lamanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu.4

2.6. Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janin.3
Pada Ibu, komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1. Persalinan akan berlangsung lama.
2. Sering dijumpai ketuban pecah dini.
3. Karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah, sering terjadi tali
pusat menumbung.
4. Moulage kepala berlangsung lama.
5. Sering terjadi inersia uteri.
6. Ruptur uteri.
7. Simfisiolisis.
8. Infeksi intrapartal.
9. Karena partus lama, terjadi penekanan pada jalan lahir sehingga terjadilah
jaringan nekrotik dan menjadi fistula.

Komplikasi yang terjadi pada Janin:6


1. Kematian Janin Intrapartal.
2. Prolapsus funikuli.
3. Perdarahan intrakranial.
4. Kaput suksadaneum dan sefalohematoma yang besar.
5. Robekan pada tentorium serebri karena moulage yang hebat dan lama.
6. Fraktur pada tulang kepala oleh karena tekanan yang hebat dari his.

20
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Status Ibu Hamil

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Ny. DPT (079181)

Umur : 35 tahun

Suku : Karo

Alamat : Desa Batu Karang, Kec. Payung, Kab. Karo

Agama : Kristen Katolik

Pekerjaan : Pegawai Swasta

Pendidikan : S1

Status Pernikahan : Menikah

Tanggal Masuk : 11 Maret 2019

Jam Masuk : 18.24 WIB

ANAMNESA PENYAKIT

Ny. DPT, 35 tahun, G1P0A0, Karo, Kristen Katolik, S1, Pegawai Swasta. Datang
dengan:
Keluhan Utama : Rencana Operasi C-Sectio
Telaah : Pasien datang ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara karena
rencana operasi yang akan dilakukan tanggal 12 Maret 2019.
Sebelumnya pasien melakukan ANC dengan dr. Yudha Sadewo, Sp.OG
dan didiagnosa dengan panggul sempit yang kemudian disarankan
untuk operasi C-Sectio.
RPT : Tidak Ada
RPO : Tidak Ada

21
Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Pegawai Swasta,
ekonomi cukup dan tidak ada riwayat gangguan psikososial.

RIWAYAT MENSTRUASI

Menarche : 12 tahun

Lama : 4-5 hari

Siklus : 28 hari

Volume : ± 3 doek/hari

Nyeri : ada

HPHT : 10/06/2018

TTP : 17/03/2019

ANC : 3x ke SpOG

RIWAYAT MENIKAH

Pasien menikah 1 kali pada usia 20 tahun

RIWAYAT PERSALINAN

1. Hamil ini

22
PEMERIKSAAN FISIK

VITAL SIGN

Status Presens:

Sensorium : Compos mentis Anemis : -

Tekanan darah : 120/70 mmHg Ikterik : -

Nadi : 80 x/menit Sianosis: -

Pernapasan : 20 x/menit Dyspnoe : -

Temperatur : 36,5oC Oedema: -

Status Generalisata :

Kepala : Dalam batas normal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+),
isokor, kanan = kiri

Leher : Pembesaran KGB tidak dijumpai

Thorax : Inspeksi : Simetris fusiformis

Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri

Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru


Auskultasi : Jantung: S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) reguler, murmur (-)
Paru : Suara pernafasan : vesikuler
Suara tambahan : (-)

Ekstremitas: Akral hangat, CRT< 2 detik, clubbing finger (-), oedem pretibial(-/-)

23
Status Lokalisata:

Abdomen : Membesar asimetris, soepel, peristaltik (+) dalam batas normal

Leopold 1 : Tinggi Fundus Uterus 3 jari bawah prosesus xiphoideus

Leopold 2 : Teraba bagian melenting di kanan, dan bagian lunak di kiri

Leopold 3 : Teraba tahanan memanjang

Leopold 4 : Teraba tahanan memanjang, belum masuk PAP

His :-

DJJ : (+) 144 kali/menit, regular

Gerak : (+)

Status Ginekologi:

Inspekulo : Portio licin, lividae (+), tidak dijumpai darah keluar dari
serviks.

PEMERIKSAAN USG TAS

Janin tunggal, persentase kepala, anak hidup

Fetal movement (+), fetal heart rate (+) 144 kali/menit reguler

Diameter biparietal : 95,6 mm

Lingkar kepala : 333,6 mm

Lingkar perut : 340,7 mm

Panjang femur : 74,4 mm

Taksiran berat janin : 3408 gr

MVP : 5,09 cm

24
LABORATORIUM (11/03/2019)

Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Rujukan


Hemoglobin g/dL 12,2 12-16
Eritrosit Juta/µL 3,94 3,8-5,2
Leukosit /µL 8.940 3.600-11.000
Hematokrit % 36,9 38-44
Trombosit /µL 174.000 150.000-440.000

DIAGNOSA KERJA

Panggul Sempit + PG + KDR (38-39)minggu + PK + AH

RENCANA TATALAKSANA

TERAPI MEDIKAMENTOSA

- Nasal kanul O2 2-4 l/i


- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Cefazolin 2 gr (Skin Test)
- Inj. Dexametasone 15 gr (single dose)

RENCANA TINDAKAN

- Elective C-Section (12/03/2019)

25
BAB 4

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal Follow up

11 Maret 2019 S : Rencana operasi


O : Status Presens
Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
Status Lokalisata
Abdomen : membesar asimetris, peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah processus xyphoideus
Teregang : kanan
Terbawah : kepala
His : (-)
Gerak : (+)
DJJ : 138x/menit, reguler
A : Panggul sempit + PG + KDR

(38-39) minggu + Presentasi kepala + Anak hidup

P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Cefazolin 2 gr (ST)
Inj. Dexamethasone 15 gr (single dose)
R/ SC elektif (Selasa, 12 Maret 2019)
Puasa
Konsul anestesi dan perinatologi

26
12 Maret 2019 S : Rencana operasi
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,9oC
Status Lokalisata
Abdomen : membesar asimetris, peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah processus xyphoideus
Teregang : kanan
Terbawah : kepala
His : (-)
Gerak : (+)
DJJ : 140x/menit, reguler
A : Panggul sempit + PG + KDR

(38-39) minggu + Presentasi kepala + Anak hidup

P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Cefazolin 2 gr (ST)
R/ SC elektif hari ini
13 Maret 2019 S : Nyeri luka operasi
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC
Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
L/O : tertutup verban, kesan kering

27
P/V : (-), lochia rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal
A : Post SC a/I panggul sempit + NH1

P : IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ceftriaxone 1 gr/IV/12 jam
Inj. Ketorolac 30 mg/IV/8 jam
Inj. Ranitidine 50 mg/IV/12 jam
Profenid supp/8 jam
R/ Aff kateter sore
Mobilisasi
Terapi lanjut
14 Maret 2019 S : Nyeri luka operasi
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
L/O : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-), lochia rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal
A : Post SC a/I panggul sempit + NH2

P : Cefadroxil tab 2 x 500 mg


Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
Vit. B comp tab 2 x 1
R/ Aff infus

28
Terapi oral
15 Maret 2019 S : (-)
O : Status Presens
Sens : CM
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 76 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Status Lokalisata
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
L/O : tertutup verban, kesan kering
P/V : (-), lochia rubra (+)
BAK : (+) normal
BAB : (+) normal, flatus (+)
A : Post SC a/I panggul sempit + NH3

P : Cefadroxil tab 2 x 500 mg


Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
Vit. B comp tab 2 x 1
R/ Ganti verban
PBJ

29
BAB 5

DISKUSI KASUS

TEORI KASUS

Cephalopelvik Disproporsi (CPD) Ny. DPT, 35 tahun, G1P0A0, Karo,


adalah tidak ada kesesuaian antara kepala Kristen, Perguruan Tinggi, Pegawai
janin dengan bentuk dan ukuran panggul. Swasta, datang dengan keluhan:
Penyebab Cephalopelvic Disproportion
Keluhan Utama : Rencana Operasi C-
1. Janin yang besar
Sectio
Janin yang beratnya > 4000 gram atau
>4500 gram Telaah Telaah : Pasien datang ke
2. Kelainan posisi dan presentasi Rumah Sakit Universitas
- Presentasi muka Sumatera Utara karena
- Presentasi dahi rencana operasi yang akan
- Letak lintang dilakukan tanggal 12 Maret
3. Panggul sempit 2019. Sebelumnya pasien
Pembagian panggul sempit melakukan ANC dengan
1. Kesempitan pintu atas panggul (Inlet) dr. Yudha Sadewo, Sp.OG
- Tingkat I : CV 9 – 10 cm dan didiagnosa dengan
- Tingkat II : CV 8 – 9 cm panggul sempit yang
- Tingkat III : CV 6 – 8 cm kemudian disarankan
- Tingkat IV : CV 6 cm untuk operasi C-Sectio.
2. Kesempitan mid pelvis RPT : Tidak dijumpai
- Diameter intraspinarum 9,5 cm
RPO : Tidak dijumpai
- Diameter transversa + diameter
sagitalis posterior < 13,5 cm Riwayat pekerjaan, sosio ekonomi
3. Kesempitan Outlet dan psikososial yaitu Pegawai
- Diameter intertuberous tidak lebih Swasta, ekonomi cukup dan tidak ada
dari 8 cm riwayat gangguan psikososial.

30
- Diameter transversa + diameter
sagitalis posterior < 15 cm Leopold 1: Tinggi Fundus Uterus 3
jari di bawah procesus xyphoideus

Kita selalu memikirkan kemungkinan Leopold 2: Teraba bagian melenting


panggul sempit, bila ada seorang di kanan, dan bagian lunak di kiri
primigravida pada akhir
kehamilan Leopold 3: Teraba tahanan
apabila kepala anak belum memasuki memanjang
pintu atas panggul dan dijumpainya Leopold 4: Teraba tahanan
malpresentasi janin. memanjang, belum masuk PAP

1. Pemeriksaan panggul luar 1. Pemeriksaan panggul luar

Pemeriksaan panggul dengan alat Tidak dilakukan

berupa jangkar-jangkar panggul


martin, oseander dll. Yang diukur 2. Pemeriksaan VT

berupa distansia spinarum, distansia Tidak dilakukan

kristarum, distansia oblikua, distansia


intertrokanterika, konjugata eksterna 3. Pemeriksaan rontgen pelvimetri

dan disntansia tubernum. Tidak dilakukan

2. Pemeriksaan VT 4. Pemeriksaan USG

Apakah promontorium teraba, lalu Janin tunggal, presentase kepala,

diukur CD dan CV, linea innominata anak hidup

teraba seluruhnya atau tidak, spina Fetal movement (+), fetal heart

ischiadica dan lain-lain. rate (+) 144 kali/menit reguler


Diameter biparietal: 95,6 mm

3. Pemeriksaan rontgen pelvimetri Lingkar kepala: 333,6 mm

Dari foto dapat kita tentukan ukuran- Lingkar perut: 340,7 mm

ukuran CV, CO (Conjugata Panjang femur: 74,4 mm

Obstetrique) = apakah kurang dari Taksiran berat janin: 3408 gr

normal, CT (Conjugata Tranversalis), MVP: 5,09 cm

serta imbang kepala panggul.

31
Saat ini ada 2 cara yang merupakan RENCANA TATALAKSANA
tindakan utama untuk menangani TERAPI MEDIKAMENTOSA
persalinan pada disproporsi sefalopelvik, - O2 2 – 4 l/I via Nasal canul
yakni sectio sesaria dan partus percobaan. - IVFD Ringer Laktat 20 gtt/i
1. Sectio sesaria - Inj. Cefazolin 2 gr
Sectio sesaria dapat dilakukan secara - Inj. Dexametasone 15 gr (single
elektif atau primer, yakni sebelum dose)
persalinan mulai atau pada awal R/ Elective C-Section
persalinan, dan secara sekunder
yakni setelah persalinan berlangsung
selama beberapa waktu.
a. SC Primer : Sectio sesaria elektif
direncanakan lebih dahulu dan
dilakukan pada kehamilan cukup
bulan karena kesempitan panggul
yang cukup berat, atau karena
terdapat disproporsi sefalopelvik
yang nyata.
b. SC Sekunder : dilakukan karena
persalinan percobaan dianggap gagal,
atau karena timbul komplikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas
mungkin.
2. Persalinan percobaan
Dilakukan setelah pemeriksaan,
setelah dicapai kesimpulan bahwa
ada harapan bahwa persalinan dapat
berlangsung pervaginam dengan
selamat, dapat diambil keputusan
untuk menyelenggarakan persalinan
percobaan.

32
BAB 6

KESIMPULAN

Pada kasus seorang perempuan berusia 35 tahun datang dengan keluhan rencana
operasi c-sectio. Pasien datang ke Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara
karena rencana operasi yang akan dilakukan tanggal 12 Maret 2019. Sebelumnya
pasien melakukan ANC dengan dr. Yudha Sadewo, Sp.OG dan didiagnosa dengan
panggul sempit yang kemudian disarankan untuk operasi C-Sectio. Riwayat
pekerjaan, sosio ekonomi dan psikososial yaitu Pegawai Swasta, ekonomi cukup
dan tidak ada riwayat gangguan psikososial. Pasien ini didiagnosis dengan
Panggul Sempit + PG + KDR (38-39) minggu + Presentasi kepala + Anak hidup.
Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
obstetrik. Kemudian pasien ini direncanakan tatalaksana dengan Sectio Caesarea
elektif.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Mawardi A dan Apriza R, Panggul Sempit, laporan kasus, Medan, 2013.


2. Ariani S, Refarat Obgyn Disporporsi Kepala Panggul, Jakarta, 2013.
3. Sujana, laporan Pendahuluan Sectio Caesarea atas Indikasi CPD, 2015
4. Saifuddin, A.B. Kematian Ibu dan Perinatal. Dalam: Ilmu Kebidanan.
Edisi Keempat.
5. Nicholson, James M. dan Lisa C. Kellar. The Active Management of
Impending Cephalopelvic Disproportion in Nulliparous Women at Term: A
Case Series. Journal of Pregnancy 2010;
6.Cunningham, F.G. et al. Williams Obstetrics 23rd Ed. The McGraw-Hill
Companies. 2010

34

Anda mungkin juga menyukai