Anda di halaman 1dari 14

Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan ISSN 1978-2365

Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

ANALISIS POTENSI PENGHEMATAN ENERGI PENERANGAN JALAN


UMUM KOTA SURAKARTA DAN KOTA BANDUNG

ENERGY SAVING POTENTIAL ANALYSIS FOR STREET LIGHTING


SYSTEMS IN BANDUNG AND SURAKARTA CITIES

Akbar Berlian, M. Indra Al Irsyad, Sarimin Emo, Pungut Widyanto,


Tweeda Augusta, Muhammad Aman
Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
bfulujami@yahoo.co.id

Abstrak
Penghematan energi di penerangan jalan umum (PJU) tidak hanya membantu pemerintah pusat dalam
pengelolaan energi nasional namun juga menghemat anggaran pemerintah daerah untuk tagihan listrik
PJU. Tulisan ini bertujuan menganalisis permasalahan dalam pengelolaan penerangan jalan umum (PJU)
dalam menghemat pemakaian energi dengan studi kasus di Kota Surakarta dan Bandung. Analisis
dilakukan dengan data sekunder berupa tagihan listrik serta data primer berupa pengukuran dan
pengamatan langsung di lapangan.Permasalahan utama yang ditemukan adalah system tagihan PJU
abonemen dan penggunaan tarif yang tidak sesuai.Solusi yang perlu dilakukan adalah meterisasi PJU
abonemen yang berpotensi menurunkan tagihan listrik PJU abonemen hingga 73,15%. Permasalahan
kedua adalah penggunaan lampu PJU teknologi lama yang berpotensi digantikan oleh teknologi lampu
efisiensi tinggi untuk menurunkan konsumsi listrik hingga 50%. Permasalan terakhir adalah kesalahan
tagihan listrik oleh PLN yang dapat diatasi dengan teknologi PJU pintar. Teknologi ini juga mampu
meredupkan lampu yang berakibat pada pengurangan daya 30% saat kepadatan lalu lintas berkurang.

Kata kunci: audit energi, PJU abonemen, PJU pintar

Abstract
Saving energy consumption on street lighting is not only helping central government on national energy
management but also reducing local government budget for street lighting electricity bill. This paper aims
to analyze challenges faced on street lighting management in order to reduce energy consumption with
case study on Surakarta and Bandung cities. Analysis has been done on secondary data especially
electricity bills and also primary data based on field observation and measurement. The main problem
found is unmetered street lighting bill scheme and inappropriate tariff. The solution needed is to install
power meter on unmetered street lighting that could reduce unmetered street lighting energy bill into
73.15%. The second problem is old-inefficient lamp technology that could be replaced by new-efficient
lamp technology that potentially reduces energy consumption into 50%. The last problem is inaccurate
electricity bill by PLN that the problem could be solved by using smart street lighting technology. The
technology also able to dim the lamp that reduce power consumption into 30% when the traffic density has
been reduced.

Keywords: energy audit, unmetered street lighting, smart street lighting system

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 1
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

PENDAHULUAN Pemerintah Kota Bandung lebih beruntung


Latar Belakang dibandingkan Pemerintah Kota Surakarta.
Tagihan listrik penerangan jalan umum Tagihan listrik PJU Kota Bandung hanya Rp
(PJU) telah menjadi polemik berkepanjangan 20,9 miliar/ tahun dengan penerimaan PPJ
antara pemerintah daerah dengan PT. Perusahaan sebesar Rp 45 miliar/ tahun. Surplus
Listrik Negara (PLN).Pemerintah daerah merasa tersebutmerupakan tambahan anggaran untuk
bahwa pemakaian listrik yang ditagihkan PLN pembangunan termasuk untuk memperluas
tidak transparan dan tidak akuntabel sementara infrastruktur pencahayaan jalan. Akan tetapi,
PLN merasa perlu menghitung pemakaian listrik Pemerintah Kota Bandung tetap keberatan atas
PJU liar untuk mengurangi rugi daya di jaringan tagihan listrik PJU oleh PLN. Total beban PJU
distribusi. Beberapa pemerintah daerah yang Kota Bandung mencapai 7.585 kVA dengan
telah meminta Kementerian Energi dan Sumber pemakaian daya mencapai 1.852 MWh/
Daya Mineral untuk mengatasi permasalahan ini bulan.82,25% sistem PJU tersebut telah dipasang
adalah Pemerintah Kota Surakarta dan kWh meter sehingga hanya 17,75% yang belum
Pemerintah Kota Bandung sekaligus dipasang kWh meter atau biasa disebut tarif
mengidentifikasi potensi penghematan energi di abonemen. Akan tetapi, jumlah sistem PJU
PJU. dengan tarif abonemen tersebut justru
mempunyai tagihan paling besar yaitu Rp
Bagi Pemerintah Kota Surakarta,
1.326.705.361,-/ bulan atau mencapai 76,18%
penghematan energi listrik di PJU tidak hanya
total tagihan PJU.
menghemat alokasi Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD) untuk PJU namun juga Baik Pemerintah Kota Bandung maupun
akan mengembalikan fungsi pajak penerangan Pemerintah Kota Surakarta merasa keberatan
jalan (PPJ) sebagai sumber pendapatan asli dengan tagihan PJU abonemen. Tagihan
daerah (PAD). Faktanya saat ini adalah PPJ Rp abonemen merupakan tagihan untuk sistem PJU
23 miliar/ tahun yang diterima Pemerintah Kota yang belum memiliki kWh meter dan bersifat
Surakarta tidak cukup untuk membayar tagihan tetap setiap bulannya dengan mengabaikan
listrik PJU sebesar Rp 26,4 miliar/ tahun. Hal ini pemakaian daya sebenarnya. Hal ini merupakan
membuat hubungan PLN dan Pemerintah Kota disinsentif bagi pemerintah daerah untuk
Surakarta menjadi kurang baik dengan melakukan penghematan energi di PJU [2,3].
puncaknya Jokowi, Walikota Surakarta saat itu,
dengan sengaja membayar langsung secara tunai
Tujuan
kekurangan pembayaran tagihan listrik Agustus -
Kegiatan analisis penghematan energi PJU
Desember 2011 sebesar Rp 8.930.984.865,-
ini dilakukan atas dasar permintaan Pemerintah
menggunakan uang recehan yang dibawa dalam
Kota Bandung dan Kota Surakarta.Analisis
3 karung [1].
dilakukan untuk mendapatkan potensi
penghematan berdasarkan audit pemakaian

Diterima
2 : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014
Ketenagalistrikan dan Analisis Potensi Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum
Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Kota Surakarta dan Kota Bandung

energi listrik sebenarnya pada PJU di kedua yaitu Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta
kota. Selatan, Jakarta Utara dan Jakarta Pusat. Dari
tiap wilayah DKI tersebut kemudian ditentukan
4 kecamatan yang memiliki posisi strategis dan
Audit Energi
perlu diprioritaskan mendapatkan PJU yang
Audit energi merupakan metoda umum
baik. Tagihan listrik PJU di tiap kecamatan
yang digunakan untuk menghitung potensi
terpilih kemudian dianalisis untuk menentukan
penghematan energi di suatu sistem
panel-panel yang akan disurvei. Potensi
ketenagalistrikan. Tetapi umumnya audit energi
penurunan energi bervariasi untuk tiap solusi
dilakukan untuk industri pengolah dan bangunan
yang ditawarkan.
komersial [4,5] walau beberapa studi melakukan
audit energi di PJU [2,6].
METODOLOGI
Sistem PJU mempunyai karakteristik
Analisis penghematan energi PJU Kota
permasalahan yang sama jika dibandingkan
Surakarta dan Kota Bandung dilakukan sesuai Al
dengan pola konsumsi energi yang beragam di
Irsyad dkk (2009). Hanya saja sampel sistem
industri sehingga penghematan energi di PJU
PJU dipilih berdasarkan kapasitas daya terbesar
tidak memerlukan audit energi khusus [2].
dengan prioritas sistem PJU yang telah terpasang
Walaupun begitu, audit energi PJU secara
kWh meter. Prioritas ini mempertimbangkan
spesifik di tiap kota akan memberikan
bahwa program konservasi energi di sistem PJU
kenyakinan mengenai seberapa besar manfaat
abonemen tidak membawa manfaat ekonomi
investasi penghematan energi di PJU. Informasi
bagi pemerintah daerah. Walaupun begitu,
manfaat ini sangat mempengaruhi keputusan
beberapa sistem PJU abonemen tetap diukur
melaksanakan hasil audit atau tidak [4] karena
sebagai bagian analisis. Karena keterbatasan
hanya sebagian kecil konsumen yang mau
waktu dan teknisi, jumlah sampel PJU Kota
melaksanakan hasil audit energi [7]. Audit
Bandung hanya 35 dari 849 sistem namun hal ini
energi dimulai dengan proses analisis kondisi
telah ditingkatkan untuk PJU Kota Surakarta
saat ini dan tagihan listrik sistem PJU yang
dengan jumlah sampel sebanyak 95 dari 604
kemudian diteruskan dengan analisis
sistem.
keekonomian solusi penghematan energi [6,2].
CHA (2010) melakukan audit energi pada 375
titik lampu PJU di New Jersey dan menyarankan
penggantian lampu merkuri dan pijar dengan
lampu high pressure sodium (HPS) untuk
menurunkan penggunaan energi hingga 45%. Al
Irsyad dkk (2009) melakukan survei pemakaian
energi pada 82 panel PJU DKI Jakarta. Panel
tersebut terdistribusi di 5 wilayah DKI Jakarta

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 3
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

Mulai

Pengkajian Tagihan
Listrik

Target lokasi Permasalahan


survei Tagihan Listrik

Survei Pemakaian Energi Analisis Potensi


Penghematan Energi

Analisis Potensi
Penghematan Energi & Biaya
pada Titik Sampling Selesai

Gambar 1. Metodologi analisis penghematan energi di PJU

Gambar 1. menjelaskan metodologi dikumpulkan adalah data primer yang didapat


lengkap dari analisis yang dilakukan. Nilai melalui pengukuran langsung, seperti besaran
tagihan yang dibayarkan oleh setiap rekening listrik (tegangan, arus, faktor daya, daya, dan
bervariasi oleh karena itu dilakukan klasifikasi energi). Pengukuran daya dilakukan pada panel
rentang minimum sampai maksimum tagihan. PJU menggunakan peralatan Fluke 43B. Daya
Selanjutnya dipilih rekening yang besar untuk yang terukur adalah daya sesaat yaitu watt (W)
dilakukan evaluasi. Setiap wilayah Kota akan yang kemudian harus dikali dengan 12 jam nyala
terwakili secara statistik dimana jumlah sampel selama 30 hari untuk menghitung pemakaian
rekening dipilih berdasarkan besar populasi total daya selama 1 bulan yaitu kilo watt hour (kWh).
rekening yang ada di wilayah bersangkutan.
Data pengukuran daya kemudian
Setelah pengkajian tagihan listrik, dibandingkan dengan data tagihan listrik PLN
dilakukan pengukuran daya secara langsung untuk mengetahui seberapa besar kesalahan
pada sistem utama listrik PJU yang telah dipilih. tagihan PLN. Perbedaan tagihan daya kemudian
Pengukuran listrik dimaksudkan untuk dirata-ratakan untuk setiap sistem PJU yang
megetahui gambaran pemakaian energi listrik diukur untuk kemudian digunakan sebagai
harian dari sistem PJU tersebut. Selain itu referensi kesalahan pembacaan daya di sistem
dilakukan pengamatan atas kondisi sistem dan lain yang tidak diukur.
instrumen ukur yang terpasang. Data yang

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014
4
Analisis Potensi Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Kota Surakarta dan Kota Bandung
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

Dengan mengetahui pemakaian daya PJU abonemen lebih besar daripada PJU meter
sebenarnya, maka kemudian dapat dilakukan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.
analisis berapa penghematan energi yang bisa
Penyebab kedua adalah pengunaan tarif
didapat pada beberapa alternatif strategi
yang melebihi tarif tenaga listrik untuk PJU yang
konservasi energi. Penghematan biaya/energi
disediakan oleh PLN sebagaimana dalam
didapat dari persamaan :
Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun
𝑃0 − 𝑃1 2012. Tarif yang ditetapkan untuk PJU adalah
𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡 (%) = ( ) 𝑥100%
𝑃0 sebesar Rp 904,-/kWh, namun beberapa PJU
Dimana : kota Bandung dikenakan tarif di atas nilai
tersebut hingga ada yang mencapai Rp 50.071,-
P0 = Konsumsi daya hasil ukur/ tagihan PLN
/kWh sebagaimana pada Gambar 2.
P1 = Estimasi konsumsi daya bila dilakukan
Permasalahan ketiga adalah
konservasi energi
pengelompokan daya pada PJU abonemen
Estimasi konsumsi daya menggunakan sebagaimana pada Tabel 2. PJU dengan lampu
persamaan:
merkuri 125W akan dikenakan tagihan tetap
𝑃 = 𝑉. 𝐼. 𝑐𝑜𝑠∅ = 𝑉𝐴. 𝑐𝑜𝑠∅ setiap bulannya dengan perhitungan 500 VA
dikali dengan 375 jam (yaitu 12,5 jam dikali 30
Dimana:
hari). Perhitungan ini merugikan pemerintah
P = Konsumsi daya (watt), yang bila
daerah karena daya lampu telah dinaikan
dinyatakan dalam kWh maka harus
menjadi 4 kali sehingga selisih konsumsi daya
dikali dengan periode nyala yaitu 12
antara tagihan daya dan pemakaian daya
jam selama 30 hari dan kemudian
sebenarnya mencapai 75%. Perhitungan juga
dibagi 1,000
tidak mempertimbangkan adanya penggantian
V = Tegangan (volt) lampu dengan daya lebih rendah ataupun adanya
periode lampu mati akibat lampu rusak ataupun
I = Arus (ampere)
terjadi pemadaman listrik.
VA = Daya aktif (volt ampere)

Cos ∅ = Faktor Daya

HASIL DAN PEMBAHASAN

Permasalahan PJU Abonemen

Baik di Kota Surakarta maupun Kota


Bandung, PJU yang dilengkapi dengan kWh
meter sudah di atas 50% dengan kapasitas yang
hampir sama. Walaupun begitu, tagihan listrik

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 5
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

Tabel 1. Overview PJU Kota Surakarta dan Bandung

Surakarta Bandung
Parameter
Abonemen Meter Abonemen Meter
Jumlah (unit) 298 306 153 709
Kapasitas Daya (kVA) 5.523 2.472 3.937 3.648
Konsumsi Daya (MWh/bulan) 2.078 352 1.464 387
Tagihan (Rp juta/bulan) 1.880 319 1.326 414

60000
Selatan Barat Timur Utara Cijawura Uber K
50000
o
p
o
40000

30000

20000

10000

0
DKU

DKP

SKS

KDJ

MRE
FKG

MRF
BMCA

RSG
BCP

IP
TDR

KBKA

RGL

THIA
STI

TSC
ATPC
PPL
PS

AEBE
AM
TJM

BPED
MK
PSWI

PMC
ALN

BHT
MWB

Tarif berdasarkan tagihan (Rp/kWh) TTL Permen 30/2012 (RP/kWh)

Gambar 2. Perbandingan tarif pada tagihan listrik PJU Kota Bandung dan pada Permen ESDM
30/2012
Tabel 2. Pengelompokan daya PJU abonemen Permasalahan terakhir PJU abonemen
lampu pelepas gas adalah tagihan yang melebihi kapasitas daya
terpasangnya. Bila kontrak daya terpasang PJU
No Daya Lampu Tagihan Selisih (%)
(W) Daya lampu adalah 200VA maka seharusnya PLN
(VA)1 tidak dapat menagih pemakaian daya diatas
1 10 – 50 100 50 – 90 200W. Akan tetapi, Gambar 3 menunjukkan
2 51 – 100 200 50 – 75 bahwa beberapa lampu PJU abonemen Kota

3 101 – 250 500 50 – 80 Surakarta mempunyai tagihan pemakaian daya

4 251 – 500 1.000 50 - 75 (W) diatas daya terpasang (VA) sehingga grafik
Sumber: [8] VA-W bernilai negatif.

1
Tagihan daya merupakan kelompok kapasitas daya
terpasang yang dinyatakan dalam satuan Volt-
Ampere (VA).

Diterima
6 : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014
Ketenagalistrikan dan Analisis Potensi Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum
Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Kota Surakarta Dan Kota Bandung

20000 keterbatasan waktu, audit energi ini tidak


Kota Kota Surakarta
15000 Bandung menghitung kebutuhan investasi program
meterisasi yang memerlukan survei detail
10000
mengenai panjang jaringan dan jumlah panel
5000 yang diperlukan.
0 Tantangan program meterisasi bukan
-5000 hanya pendanaan. PLN sebenarnya mengakui
VA-W
dan mendukung kWh meter (APP) sebagai satu-
satunya dasar transaksi tenaga listrik yang adil
Gambar 3. VA-W PJU abonemen dan perlu dimasyarakatkan [9], namun dilain sisi
PLN mempunyai target untuk menurunkan rugi
jaringan listrik yang salah satu penyebabnya
Program meterisasi sangat penting
adalah sambungan PJU liar yang dipasang oleh
dilakukan oleh pemerintah daerah karena akan
PLN tanpa melapor ke pemerintah daerah untuk
menurunkan tagihan listrik PJU abonemen
dibuatkan kontrak langganan dengan PLN.
minimal 50% hingga 90% sebagaimana pada
Masyarakat selama ini membayar PPJ sehingga
Tabel 2. Estimasi ini didukung dengan hasil hasil
merasa berhak memasang PJU ke tiang PLN
pengukuran di beberapa PJU abonemen Kota
tanpa perlu meminta persetujuan pemerintah
Surakarta sebagaimana Tabel 3 yang nilainya
daerah. Akibatnya, PLN mempertahankan
lebih rendah daripada daya yang ditagih oleh
keberadaan PJU abonemen dan skema
PLN. Selisih daya antara tagihan PLN dan
pengkelompokan daya lampu menjadi lebih
pengukuran mencapai 73,15%.
besar sebagaimana pada Tabel 2 untuk
Tabel 3. Perbandingan hasil ukur dan tagihan menginternalisasikan konsumsi listrik PJU liar
PJU abonemen di Surakarta yang tidak dapat dicatat pemakaian dayanya.

PLN Ukur Selisih Kementerian ESDM dan Kementerian


Rayon
(kWh) (kWh) (%)
BUMN perlu melarang strategi PLN tersebut
Surakarta 72.863 19.566 73,15
Kota karena menyebabkan kesalahan pelaporan
Manahan - - - informasi konsumsi listrik PJU yang lebih besar
dan rugi daya yang lebih rendah dari nilai
Akan tetapi, program meterisasi sebenarnya. PLN bersama pemerintah daerah
membutuhkan normalisasi jaringan PJU. seharusnya aktif menertibkan PJU liar sekaligus
Jaringan PJU perlu dirapihkan ke dalam jalur mensosialisasikan tata cara permintaan
PJU tersendiri. Jaringan PJU tersebut sambungan PJU yang perlu diatur dibuat dalam
membutuhkan panel dan kabel jaringan peraturan Walikota/Bupati. Peraturan tersebut
tersendiri yang tentunya akan menjadi beban harus melarang masyarakat dengan tegas agar
investasi pemerintah daerah. Karena tidak menyambung sendiri PJU ke tiang PLN

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 7
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

tetapi memintanya secara resmi ke pemerintah lampu HPS 70 W dibandingkan bila masyarakat
daerah. Ketika menunggu proses perizinan membeli sendiri lampu MV 125 W untuk PJU
selesai, masyarakat dapat sementara abonemen. Penghematan energi yang didapat
menyambung PJU baru tersebut ke aliran listrik mencapai 59,9%.
rumahnya sendiri. Sebagai kompensasinya,
Permasalahan PJU Meter
pemerintah daerah harus memberikan respon
Tidak hanya PJU abonemen yang
cepat dan tanggap terhadap permintaan
mempunyai permasalahan, nilai negatif antara
masyarakat termasuk jika perlu memberikan
kapasitas daya (VA) – konsumsi daya (W) di
lampu yang akan digunakan.
Gambar 4 menunjukkan bahwa belum semua
Tabel 4. Keekonomian penggantian lampu PJU
tagihan pemakaian daya PJU meter berdasarkan
abonemen
pembacaan kWh meter. Setiap PJU meter
Parameter MV CFL HPS dibatasi oleh pembatas daya sehingga sistem
Daya (W) 125 50 70 PJU meter 1.300 VA tidak mungkin bisa
Kuat cahaya (lm) 6,200 3,290 6,400
mengkonsumsi daya diatas 1.300 W. Hipotesis
Kelompok tagihan daya 500 200 200
(VA) bahwa tagihan konsumsi listrik PJU tidak
Tagihan daya bulanan 187 75 75 berdasarkan kWh meterdibuktikan oleh hasil
(kWh)
Tagihan daya tahunan 2.244 900 900 audit energi PJU Kota Surakarta yang
(kWh) menemukan adanya 1 panel PJU yang sudah
Biaya listrik tahunan 2.028 813 813
(ribu Rp) tidak digunakan (tidak ada bebannya)tetapi tetap
Harga (ribu Rp) 60 110 225 ditagih pemakaian dayanya.
Total biaya (ribu Rp) 2.628 923 1.038
Penghematan 0% 65% 61% Akan tetapi, audit energi juga menemukan
penggantian pembatas daya yang lebih besar

Pemberian lampu untuk PJU abonemen sehingga pemakaian dayanya (W) dapat

dapat menghemat anggaran pemerintah daerah. melebihi kapasitas daya (VA).Penggantian

Jalan perumahan di Surakarta umumnya pembatas daya yang rusak merupakan tanggung

menggunakan lampu merkuri (MV) 125 W yang jawab PLN namun karena penggantian perlu

tingkat cahayanya setara dengan lampu high dilakukan dengan cepat maka pemerintah daerah

pressure sodium (HPS) 70 W atau tidak berbeda umumnya mengganti sendiri pembatas daya

jauh dengan lampu swa-ballast (CFL) 50 W. tersebut tanpa peduli nilai pembatas daya

Akan tetapi lampu MV 125 W akan dihitung seharusnya.

sebagai lampu 500 VA sebagaimana pada Tabel Walaupun begitu, Gambar 5.


2 sedangkan lampu CFL 50 W dan HPS 70 W menunjukkan kesalahan pembacaan daya lebih
akan dihitung sebagai lampu 200 VA. dominan bila dibandingkan penggantian
Perhitungan pada Tabel 4. menunjukkan bahwa pembatas daya yang tidak sesuai. Tagihan daya
lebih baik pemerintah daerah menyediakan pada sampel PJU Kota Bandung 17 MWh lebih

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014
8
AnalisisTerbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Potensi Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Kota Surakarta dan Kota Bandung

besar dibandingkan daya terukur per bulannya. hanya 9%. Walaupun demikian, penggantian
Demikian juga untuk PJU Kota Surakarta, selisih lampu yang boros energi dengan lampu
antara tagihan daya PLN dengan daya terukur teknologi baru yang efisien merupakan pilihan
pada audit energi mencapai 38 MWh/bulan atau terbaik dibandingkan teknologi lain.
setara Rp 34 juta/ bulan hanya untuk 95 sistem
Tabel 5. Keekonomian penggantian lampu PJU
PJU yang disurvei dari total 601 sistem PJU. meter

40000 Parameter MV CFL HPS


Kota Bandung Kota
30000 Surakar Daya (W) 125 50 70
20000 ta Kuat cahaya (lm) 6,200 3,290 6,400
Tagihan daya bulanan 45 18 25
10000 (kWh)
0 Tagihan daya tahunan 540 216 302
(kWh)
-10000
Biaya listrik tahunan 487 195 273
VA-W (ribu Rp)
Harga (ribu Rp) 60 110 225
Gambar 4. VA-W PJU Meter Total biaya (ribu Rp) 547 305 498
Penghematan 0% 44% 9%
300 270
250 232
PLN Perbandingan keekonomian untuk
200
MWh/bulan

Audit 2013 penggantian lampu lain dapat dilihat pada Tabel


150
6. Lampu HPS konvensional dan merkuri dapat
100
52 diganti dengan lampu HPS extra output/LED/
50 35
induksi yang mempunyai daya tertera yang lebih
0
Bandung Surakarta rendah. Manfaat yang di dapat dari penggantian
lampu berkisar antara 38 – 64% sebagaimana
Gambar 5. Perbandingan pemakaian daya
pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis manfaat penggantian lampu


Sama seperti pada PJU abonemen,
Penggantian Konsumsi Daya
langkah penghematan energi berikutnya untuk (kWh/bulan)
PJU meter adalah penggantian lampu hemat Awal Baru Hemat
energi. Tabel 5. memodifikasi perhitungan HPS/ Merkuri 400 W 144 90 38%
 LED/ HPS extra
tagihan daya pada Tabel 4. yaitu konsumsi daya
ouput/ induksi 250 W
berdasarkan daya lampu sebenarnya dikali HPS/ Merkuri 250 W 90 54 40%
dengan periode nyala 12 jam selama 30 hari atau  LED/ HPS extra
ouput/ induksi 150 W
360 jam per bulan. Bila dibandingkan Merkuri 125 W  45 25 44%
penghematan di PJU abonemen yang mencapai LED/ HPS extra
ouput/ induksi 70 W
61%, penggantian lampu MV 125 W dengan Merkuri 125 W  45 16 64%
lampu HPS extra output 70 W pada PJU meter CFL 45 W

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 9
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14 Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

Strategi optimal penghematan energi digantikan lampu efisiensi tinggi dengan daya
selanjutnya adalah PJU pintar [2]. PJU pintar 150 W – 1.000 W yang kemudian penghematan
mengurangi suplai arus yang masuk ke lampu dioptimalkan lagi dengan cara peredupan.
sehingga konsumsi daya turun sementara nilai Sebaliknya, Gambar 7. menunjukkan bahwa

Penghematan energi per hari

100%

85%
85%

65%

50%

Gambar 6. Proses peredupan pada PJU pintar

tegangan cenderung naik namun masih dibawah lampu PJU Kota Bandung umumnya mempunyai
batas yaitu 230 V. Gambar 6. menunjukkan daya dibawah 250 W sehingga potensi
tingkat penghematan bervariasi terhadap tingkat penghematan energi dari penggantian dan
peredupan. Total penghematan untuk skema peredupan lampu tidak terlalu besar.
pada Gambar 6. adalah luas area biru yaitu 0,39
1,600 1,162
Jumlah Lampu (unit)

kWh/hari dari konsumsi daya normal sebesar 1,400 1,138 Surakarta


1,200 Bandung
1,44 kWh/hari atau setara dengan penghematan 1,000 499
800
27%.
600
Faktor lain yang mempengaruhi adalah 400 189
250W 274

200
70W 146
150W 225
8

2 43 19 29
-
-

-
-

daya lampu. Semakin besar daya lampu yang -


2300W
1000W

40W
15W
400W

diredupkan maka semakin cepat pengembalian


investasinya. Audit energi menunjukkan bahwa
Daya Lampu
umumnya Kota Surakarta menggunakan lampu
250 W – 2.300 W yang berpotensi untuk Gambar 7. Jumlah lampu yang disurvei

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014
10
Analisis Potensi Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Kota Surakarta dan Kota Bandung
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

Peredupan lampu perlu memperhatikan Jalan layang, simpang susun, 20 – 25


tingkat cahaya minimum yang diatur dalam terowongan
Sumber : [10]
Standar Nasional Indonesia (SNI) 7391:2008
Manfaat lain dari teknologi PJU pintar
tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di
adalah kemampuan monitoring jarak jauh secara
Kawasan Perkotaan sebagaimana pada Tabel 7.
real time. Pemantauan kondisi dan pemakaian
PJU Kota Surakarta umumnya telah memenuhi
daya PJU yang jumlahnya mencapai ratusan
persyaratan di Tabel 7. dengan tingkat cahaya
sistem dimana setiap sistemnya terdapat puluhan
terukur antara 4,5 – 32,9 lux demikian juga
lampu PJU tidaklah mudah. Ketika melakukan
dengan PJU Kota Bandung yang mempunyai
audit energi, petugas kesulitan dalam
tingkat cahaya antara 5 – 87 lux tergantung pada
menemukan lokasi sistem PJU yang akan
jenis jalannya.
disurvei. Hal ini menunjukkan adanya
Perubahan tingkat cahaya akibat
keterbatasan manusia dalam mengelola PJU.
peredupan lampu 30% tidak dapat dirasakan
Teknologi PJU pintar sedang diujicobakan di
perbedaan secara kasat mata. Peredupan lampu
DKI Jakarta dan daerah lain sejak 2012 untuk
PJU pada periode tertentu mempunyai payung
mengevaluasi efektivitasnya dalam menurunkan
hukum berupa Peraturan Menteri ESDM Nomor
pemakaian daya melalui website
13 Tahun 2012 tentang Penghematan Pemakaian
http://www.greendigitalcity.com/smartgrid/.
Tenaga Listrik [12] khususnya pada pasal 6 yang
[11].
mengatur bahwa lampu PJU menyala 50% dari
Parameter lain yang diukur dalam audit
daya total pada jam 24.00 – 05.30 kecuali di
energi adalah faktor daya. Faktor daya yang
terowongan dan kondisi cuaca buruk. Ketentuan
rendah akan menyebabkan arus yang mengalir
ini membutuhkan teknologi PJU yang adaptif
naik sehingga rugi daya pada kabel jaringan
terhadap waktu dan cuaca sebagaimana
listrik akan ikut naik [2]. Pada Gambar 7. hanya
spesifikasi dari teknologi PJU pintar.
15% sistem PJU Kota Bandung yang memiliki
Tabel 7. Persyaratan kuat cahaya (E)
faktor daya diatas 0,85 sedangkan sistem PJU
E rata-rata Kota Surakarta mencapai 54%. Perbaikanrugi
Jenis/ klasifikasi jalan
(lux)
daya akibat faktor daya yang rendah tersebut
Trotoar 1–4
Jalan lokal dapat dilakukan dengan kapasitor bank di panel
- Primer 2–5 PJU ataupun kapasitor individual di setiap lampu
- Sekunder 2–5
PJU [2] dan/atau teknologi smartgrid [13].
Jalan kolektor
- Primer 3–7
- Sekunder 3–7
Jalan arteri
- Primer 11 – 20
- Sekunder 11 – 20
Jalan arteri dengan akses 15 – 20
kontrol, jalan bebas
hambatan

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 11
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

1.20 kWh meter. Keterbatasan sumber daya manusia


1.00 dan dana untuk membaca ratusan kWh meter
0.80
dalam 1 kota menjadi penyebab utamanya.
Faktor Daya

0.60
Bandung Solusi yang ditawarkan adalah teknologi PJU
0.40
Surakarta pintar yang dapat memantau dan mengendalikan
0.20 Faktor Daya Minimum
0.00 ribuan lampu PJU secara mudah sehingga
1
9

49
17
25
33
41

57
65
73
81
89
diharapkan PLN mau menggunakannya sebagai
Sistem PJU
dasar data konsumsi listrik PJU.Teknologi ini
Gambar 7. Faktor daya dapat meredupkan lampu pada saat pengguna
jalan umum berkurang.Potensi penghematan
energi dari teknologi peredupan ini sebesar 27 –
KESIMPULAN DAN SARAN
47%.
Analisis penghematan energi PJU Kota
Rendahnya faktor daya menjadi
Surakarta dan Kota Bandung bertujuan untuk
permasalahan terakhir yang ditemukan dalam
mendata permasalahan yang ada sekaligus
audit energi PJU Kota Surakarta dan Kota
menghitung potensi penghematan tagihan listrik
Bandung. Faktor daya yang rendah
PJU.
mengakibatkan kenaikan arus listrik yang
Permasalahan pertama adalah adanya mengalir dan kemudian berimbas pada rugi/
skema PJU abonemen yang tagihan dayanya disipasi daya jaringan listrik. Permasalahan
tidak berdasarkan pembacaan kWh meter rendahnya faktor daya dapat diperbaiki dengan
melainkan berdasarkan perhitungan tetap setiap menggunakan kapasitor pengkompensasi
bulannya berdasarkan daya terpasang PJU yang ataupun teknologi smart grid seperti PJU pintar.
telah di- “mark up” dari nilai daya lampu
DAFTAR PUSTAKA
sebenarnya. Akibatnya adalah tagihan listrik PJU
[1]. http://www.tribunnews.com/regional/2012/0
abonemen yang jauh lebih besar daripada PJU
1/04/bayar-rekening-listrikjokowi-bawa-
meter walaupun mayoritas PJU Kota Bandung
uang-tiga-karung, diakses pada 9 Agustus
dan Kota Surakarta adalah PJU meter. Meterisasi
2013.
merupakan solusi utama untuk mengatasi hal ini
[2]. Al Irsyad, M.I., Wintolo, M. & Hartono.
dengan potensi penurunan tagihan listrik PJU
2009. Penghematan Energi Penerangan
abonemen hingga 50% - 73,15%. Penggantian
Jalan Umum DKI Jakarta: Survei, Potensi
lampu efisiensi tinggi dengan daya yang lebih
dan Keekonomian. Majalah Energi dan
rendah menjadi solusi berikutnya untuk menekan Ketenagalistrikan – Jakarta.
tagihan listrik PJU. Potensi penghematan dari [3]. Pearce, J.M., & Harris, P.J. 2007. Reducing
penggantian lampu adalah 38 – 64%. greenhouse gas emissions by inducing

Permasalahan kedua adalah tagihan listrik energy conservation and distributed

PJU meter juga tidak berdasarkan pembacaan generation from elimination of electric

Diterima
12 : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014
Analisis Potensi Penghematan Energi Penerangan Jalan Umum
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Kota Surtarkarta Dan Kota Bandung
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

utility customer charges. Energy Policy 35, 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan
6514–6525. Jalan di Kawasan Perkotaan. Jakarta.

[4]. Anderson, S.T. & Newell, R.G. 2004. [11]. Badan Litbang ESDM. 2012. Penghematan
Information programs for technology Energi di Penerangan Jalan Umum. Policy
adoption: the case of energy-efficiency Paper 2012 – Kementerian ESDM, Jakarta.
audits. Resource and Energy Economics 26,
[12]. Menteri ESDM. 2012. Peraturan Menteri
27–50.
ESDM Nomor 13 Tahun 2012 tentang
[5]. Ibrik, I.H. & Mahmoud, M.M. 2005. Energy Penghematan Pemakaian Tenaga Listrik.
efficiency improvement procedures and Pemerintah Republik Indonesia – Jakarta.
audit results of electrical,thermal and solar
[13]. Bazilian, M., Welsch, M., Divan, D.,
applications in Palestine. Energy Policy 33,
Elzinga, D., Strbac, G., Howells,M., Jones,
651–658.
L., Keane, A., Gielen, D., Balijepalli, V. S.
[6]. CHA. 2010. Fair Haven Street Lighting K. M., Brew‐Hammond, A. & Yumkella, K.
Energy Assessment For New Jersey Board 2011. Smart and Just Grids:Opportunities
Of Public Utilities. CHA Project No. 21968 for sub‐Saharan Africa. Energy Future Lab –
– New Jersey. Imperial College London.

[7]. Gans, W., Alberini, A. & Longo, A. 2013.


Smart meter devices and the effect of
feedback on residential electricity
consumption: Evidence from a natural
experiment in Northern Ireland. Energy
Economics 36, 729–743.

[8]. PLN. 2003. Surat Keputusan Direksi PT


PLN (Persero) Nomor 335.K/010/DIR/2003
tentang Penetapan Harga Jual dan Biaya
Pelayanan Tenaga Listrik Yang Terkait
dengan Tarif Dasar Listrik 2004. PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero),
Jakarta.

[9]. PLN. 2003. Surat Edaran Direksi PT PLN


(Persero) Nomor 24.E/012/DIR/2003
tentang Instalasi Penerangan Jalan dan
Fasilitas Umum Lainnya. PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero), Jakarta.

[10]. Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2008.


Standar Nasional Indonesia (SNI)

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014 13
Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan
Vol. 13 No. 1 Juni 2014 : 1 – 14

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Diterima : 13 Januari 2014, direvisi : 30 April 2014, disetujui terbit : 8 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai