Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA


Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja sektor publik
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer sektor publik menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.
Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi.
Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:
1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada tujuan
dan sasaran program unit kerja
2. untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk menentukan
kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan kepada masyarakat
pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu ditarik pungutan tanpa adanya
peningkatan kualitas dan kuantitas dari pelayanan yang diterima tersebut.
Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda
dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak
bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur
kinerja sektor publik. Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-
finansial.

2.1.1. Tujuan Sistem Pengukuran kinerja

1
Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and bottom
up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.
3. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.

2.1.2. Manfaat Pengukuran Kinerja


Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:
1. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.
2. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja
3. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment).
4. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
5. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
6. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.
7. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

2.1.3. Prinsip-Prinsip Pemilihan Ukuran Kinerja


Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih ukuran-
ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

2
Evaluasi kembali ukuran yang Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh
ada manajemen. Apabila skema indikator kinerja
sudah tidak berfungsi, maka manajemen akan
mengembangkan skema baru.
Mengukur kegiatan yang Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran hasil
penting, tidak hanya hasil sering diformulasikan dalam rasio keuangan.
Pencapaian hasil akan menunjukkan adanya
permasalahan. Hasil tersebut tidak akan
menunjukkan diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong Pembagian proses pengukuran menciptakan
tim kerja yang akan mencapai lingkungan tim kerja yang aktivitasnya
tujuan diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi yang
seimbang dalam penerapannya diperoleh dari strategi perusahaan. Sebagian
besar perusahaan berusaha meminimalkan
biaya, meningkatkan kualitas, mengurangi
waktu pelaksanaan produksi dan menciptakan
pengembalian investasi yang wajar.
Pengukuran harus memiliki Ukuran internal yang umum dipakai dalam
fokus eksternal jika sebuah organisasi perbandingan kinerja dari
memungkinkan tahun ke tahun. Suatu perbandingan tertentu
dapat dilakukan ke tingkatan mikro: divisi,
departemen, kelompok, bahkan individu.

2.1.4. Skala Pengukuran


Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Skala Nominal

3
Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya
karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat dikelompokkan berdasarkan
ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan kelompok lain. Kelompok-kelompok atau
golongan tidak dibedakan berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak
dapat dikatakan lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang
lain, tetapi hanya sekedar berbeda.
b. Skala Ordinal
Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala nominal karena
selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala nominal, yaitu dapat mengolongkan
obyek dalam golongan yang berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari
skala nominal, yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal
ini dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat dikatakan
lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.
c. Skala Interval
Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran yang sama,
sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau antara satu golongan
dengan golongan yang lain dapat diketahui.
d. Skala rasio
Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena skala ini
mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di bawahnya. Skala rasio
memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti bahwa apabila suatu obyek diukur
dengan skala rasio dan berada pada titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur
benar-benar tidak ada.
2.1.5. Siklus Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut ini:
1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses
penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan dan
sasaran, kebijakan, program operasional san kegiatan/aktivitas.

4
2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan setelah
perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas yang dapat
dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.
3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga
langkah, yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan dalam
siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data yang
tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data pengukuran
yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang dapat dimengerti
dan bermanfaat.
4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas
indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih
penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan
(inputs) dan keluaran (outputs).
5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan ukuran
kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya. Penggunaan
data organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi tindakan dalam
organisasi.

2.2. INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN KINERJA


a. Informasi Finansial
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah
dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau
perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada :
1. Varians pendapatan (revenue varians)
Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva
atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan.
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
 Varians belanja rutin

5
Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk membiayai
kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus menerus yang
dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda pemerintahan dan
memelihara hasil-hasil pembangunan.
 Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)
Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan
pemerintah, dan selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya
operasional dan pemeliharaan.
Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya dilakukan
identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians
tersebut hingga level manajemen paling bawah.

b. Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses
pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif dan banyak
dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalahBalanced Scorecard.
Metode Balanced Scorecardmerupakan pengukuran kinerja organisasi berdasarkan
aspek finansial dan juga aspek nonfinasial.
Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik
karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial,
tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor
publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun
pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan nonkeuangan (Mahmudi, 2007).
Pengukuran dengan metode ini melibatkan empat aspek, antara lain :
 Perspektif finansial (financial perspective)
. Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan
pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Pengukuran
kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis,
yaitu:

6
 Growth (bertumbuh) : Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk
mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah
kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan
distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
 Sustain (bertahan) :. Pada tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan
pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
 Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai
hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar,
baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk
pemeliharaan dan perbaikan.
 Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)
Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada kemampuan
internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan teknologi dengan
memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar.
Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran, yaitu:
 Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen
pengukuran, yaitu:
 Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan
proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan uang yang
dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.
 Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat
dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan
pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya
presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang asa saat ini.
 Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini
menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat diukur
dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan baru di segmen
yang ada.

7
 Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan
kriteria spesifik dalam value proportion.
 Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang
terdapat pada Core value proportiondidasarkan pada atribut sebagai
berikut:
 Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa, harga
dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang
diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang ditawarkan.
 Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan mengadakan
pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas atau produk atau jasa
yang ditawarkan perusahaan.
 Image and reputation membangun image dan reputasi dapat dilakukan
melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.
 Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
Dalam hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:
 Proses inovasi
. Proses inovasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:
 Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian dasar dan
terapan
 Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.
 Proses Operasi
.
 Pelayanan Purna Jual
 Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective).
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor
pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif Balanced
Scorecard.

Perspektif/Faktor yang Dinilai Misi atau Visi


Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci.
Variabel kunci adalah variabel yang mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi
penyebab kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

8
 Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
 Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan cepat
 Perubahannya tidak dapat diprediksi
 Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
 Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran
antara(surrogate). Contoh Variabel Kunci
Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci
Rumah Sakit dan Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total
hotel kamar yang tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari
Perusahaan KWH yang terjual
Listrik Negara
Perusahaan Air Jumlah debit air yang terjual
Minum
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul

Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini merupakan hal-hal
yang perlu diperhatikan:
a. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya dengan
segera..
b. Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan (on-
going process)
c. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif.
Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi
.
2.3. PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN KINERJA
Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah
ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan
utama organisasi(critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key
performance indicator).
Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat dianggap
sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun non-finansial untuk

9
melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini digunakan oleh manajer
untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.
Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :
a. Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost),misalnya biaya
per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton sampah yang
terangkut, biaya per siswa). Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja
produksi misalnya belanja per kapita.
a. Penggunaan (utilization)
Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang
ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public
demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik sedangkan
pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu, misalnya
presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah penumpang
per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui
frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
b. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena menyangkut
pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu perubahan jumlah
komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
c. Cakupan pelayanan (coverage)
Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau peraturan
perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat
pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
d. Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung.
Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need
assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan indikator kepuasan.

10
Contoh Pengembangan Indikator Kinerja
Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja
Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Klinik Kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah total
penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total panjang
jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

2.3.1. Indikator Kinerja


Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor
Publik menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :
a. Sederhana dan mudah dipahami,
b. Dapat diukur,
c. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan angka,
d. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja,
e. Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,
Dikaji secara teratur.
Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang
mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Value
for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah.
Permasalahan yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam melakukan pengukuran
kinerja adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan tidak selalu
berupa output berwujud tetapi lebih banyak berupaintangible output.
. Mekanisme yang diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :
1) Sistem perencanaan dan pengendalian
Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan
organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi

11
dengan menggunakan rantai komando yang jelas yang didasarkan pada
spesifikasi tugas pokok dan fungsi, kewenangan serta tanggungjawab.
2) Spesifikasi dan standarisasi
Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan menggunakan
spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan jaminan bahwa spesifikasi
teknis tersebut dijadikan sebagai standar penilaian.
3) Kompetensi teknis dan profesionalisme
.
4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar
Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan
hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial, sedangkan
mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya yang menjamin
terpenuhinya value for money. Ukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk
memberikan penghargaan dan hukuman (alat pembinaan).
5) Mekanisme sumber daya manusia
Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :
a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi
b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan
c. Untuk menunjukkan standar kinerja
d. Untuk menunjukkan efektivitas
e. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial
untuk dilakukan penghematan biaya.
2.3.2. Pengukuran Value for Money
Kriteria pokok manajemen publik didasari atas : ekonomi, efisiensi,
efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas

2.3.3. Pengembangan Indikator Value For Money


Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai
pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi menjadi
dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi), dan indikator
kualitas pelayanan (Efektifitas).
1) Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:

12
 Ekonomi
Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input).
 Efisiensi
Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara
output yang dihasilakn terhadap input yang diguakan (cosh of output), dan
dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat
dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya
(Spending well).
 Efektifitas
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai
tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).
2) Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)
Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama. Karena
disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara ekonomis dan efisien
akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai target. Sedang dipihak lain, program
dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis
dan efisien. Jika suatu program efektif dan efisien maka program tersebut
dikatakan cost-effectivenness.

2.3.4. Langkah-Langkah Pengukuran Value For Money


a. Pengukuran Ekonomi
Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan
dan merupakan ukuran relatif.
b. Pengukuran Efisiensi
Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input.
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk
relative, karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan masukan,
maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
 Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

13
 Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
peningkatan input.
 Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
 Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.

c. Pengukuran Efektifitas
Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai
tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka organisasi
tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.
d. Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karenaoutput hanya
mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitasoutput dan dampak yang dihasilkan
(Smith, 1996)
e. Estimasi Indikator Kinerja
Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :
 Kinerja tahun lalu
Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja. Karena
merupakan perbandingan bagi unit untuk melihat seberapa besar kinerja
yang telah dilakukan.
 Expert Judgement
Teknik ini menggunakan pengetahuan dan pengalaman dalam
mengestimasi indikator kinerja. Expert judgrment .Selain itu dari segi biaya
juga tidak terlalu mahal. Tetapi mempunyai kelemahan yaitu sangat
tergantung pada pandangan subyektif para pengambil keputusan.
 Trend
Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya
pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.

14
 Regresi
Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh variabel-
variabel independen mampu mempengaruhi variabel dependen.
f. Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja
Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas adalah memahami operasi dalam menganalisis kegiatan dan program
yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis kebijakan yaituinput dan proses yang
mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi
menjadi outputmelalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.
manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan memberikan sejumlah
akibat dan dampak Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak,
dan distribusi yang positif tehadap tujuan program. Hal ini disebut
dengan outcome program.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input
Input Mahasiswa - Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Sumber Daya - Jumlah dosen
- Fasilitas
Indikator Proses
Staf - Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
Perkuliahan - Frekuensi temu kelas dan konsultasi
- Rasio dosen
Kurikulum - Mata kuliah utama
- Mata kuliah pilihan
Daya Dukung Pendidikan - Forum-forum ilmiah
- Saran olahraga
Organisasi - Manajemen perguruan tinggi
- Organisasi mahasiswa

15
Mutually - Tingkat ekspektasi dosen
- Tingkat tanggung jawab mahasiswa
Indikator Output
Mahsiswa - Sikap dan perilaku masasiswa
- Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran
Dosen - Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
- Keterlambatan

16

Anda mungkin juga menyukai