Anda di halaman 1dari 7

BAB 4

PROSEDUR PELAKSANAAN

4.1 Tata Tertib


Setiap mahasiswa yang melakukan Praktikum Geomatika, wajib mengikuti
tata tertib sebagai berikut :
1. Memakai pakaian rapih, sopan, bersih, nyaman dipakai, dan bersepatu
2. Tidak boleh berambut gondrong dan memakai anting (untuk laki-laki)
3. Mempelajari buku modul/panduan praktikum,mengikuti arahan/petunjuk
dari Asisten.
4. Berdisiplin tinggi.
5. Setiap anggota kelompok/mahasiswa wajib mengikuti praktikum, jika
tidak mengikuti praktikum maka mengulang pada semester berikutnya.
6. Bersihkan dan siapkan peralatan sebelum praktik.
7. Pesawat teodholit dan mistar wajib dilindungi dari terik matahari.
8. Kosentrasilah saat menjalankan praktikum.
9. Saat praktikum dilarang keras untuk bercanda, tidur, merokok, dan
menggunakan HP (kecuali kepentingan mendesak).
10. Tidak meninggalkan lokasi selama proses praktikum berlangsung tanpa
seijin Asisten.
11. Saling menjaga keselamatan kerja dan kerja sama yang baik dalam satu
kelompok maupun satu kelas.
12. Bersihkan dan periksa semua alat dan kelengkapan praktikum setelah
digunakan dan kembalikan di ruang lab Geomatika dalam keadaat utuh
seperti saat pengambilan.
13. Peralatan yang rusak/hilang akibat kesalahan mahasiswa saat praktik,
menjadi tanggung jawab mahasiswa.

4.2 Persiapan Praktikum


Agar praktikum dapat berjalan dengan lancar, terlebih dahulu tiap rombongan
hendaknya betul-betul telah mempersiapkan teori yang erat hubungannya dengan
materi praktikum. Karena tanpa penggunaan teori secara cukup, mahasiswa akan
sulit melaksanakan praktikum dengan baik.
Teori-teori pengukuran sudut, pengukuran jarak, cara perataan tinggi dan
koordinat, penggambaran garis tinggi, harus betul-betul dopahami. Sebelum ke
lapangan hendaknya dipersiapkan segala sesuatu secara matang agar tidak terjadi
kesalahan dan keterlambatan yang sebenarnya tidak pelu terjadi.
4.3 Pembagian Tugas
Tiap rombongan terdiri dari 4-7 orang anggota yang dibagi-bagi menjadi:
a. Pimpinan rombongan
Merupakan wakil dari rombongan yang bersangkutan sebagai penanggung
jawab administrative dalam peminjaman dan pengambilan alat-alat.
b. Unit laboratorium
Terdiri dari 2 orang, bertugas mempersiapkan formulir pengukuran,
perhitungan, peralatan perhitungan, an penggambaran.
c. Unit lapangan.
Terdiri dari 2-3 orang, bertugas memperssiapkan keperluan praktikum
dilapangan, misalnya peninjauan dan orientasi lapangan, mempersiapkan
akomodasi dan transportasi.
Pembangian tugas ini akan terasa pelu bila mana praktikum dilaksanakan jauh
dari kampus, atau benar-benar terjun kepalangan pekerjaan yang memerlukan
pangkalan darurat (basecamp).
Sedangkan pembaigian tugas dilapangan seperti halnya pada praktikumj
pemetaan yaitu:
a. 1 orang penasehat atau surveyor (pengukuran)
b. 2 orang menulis atau recorder
c. 2 orang pemegang rambu
d. 2 orang pemegang payung
Pembagian tugas ini supaya dilaksanakan bergantian agar masing-masing
praktikum mengetahui semua jenis tugas dengan baik.

4.4 Prosedur Pelaksanaan


4.4.1 Pengukuran Poligon sebagai Kerangka Peta
Untuk membuat peta situasi cukup menggunakan titik pasti yang telah
diketahui dari jaring triangulasi. Jika titik pasti terlalu jauh, maka dapat diperbanyak
dengan poligon mengikat ke muka atau ke belakang.
a. Penentuan Titik Poligon
Dalam penentuan titik-titik poligon dimulai dari titik-titik pasti yang telah
diketahui koordinatnya, titik pasti ditandai dengan adanya patok beton dengan
jarak yang paling dekat. Apabila tidak ada titik pasti maka titik lain ditentukan
dengan kriteria :
1. Jarak antara titik pasti tidak terlalu dekat atau tidak terlalu jauh sehingga jika
dilakukan pendetailan di seluruh lokasi dapat digambar.
2. Antara titik yang satu dengan yang lainnya dapat saling terlihat.
3. Jumlah titik tidak terlalu banyak agar mengurangi kesalahan.

b. Pengukuran Sudut Horisontal


Alat yang digunakan adalah theodolit, sebelum digunakan kunci magnet dibuka
dan setelah nonius diam baru ditutup. Pada pembacaan sudut horisontal dilihat
dari nonius I yang bisa langsung dikontrol pada nonius II dengan selisih 180o.
Pada pelaksanaan hanya nonius I yang dibaca atau diadakan dua kali pembacaan
kemudian dirata-rata. Sudut dalam () adalah belakang-muka. Pembacaan sudut
dengan mengatur skala/magnet agar strip-strip skala sudut membentuk garis lurus.
Pembacaan nonius I dari kiri bawah ke kanan atas dengan selisih 180o dengan satu
strip mewakili 1o.

Contoh sudut azimuth :


Sebelum diatur
240 230

50 60

Setelah diatur

45

40

240 230

50 60

Sudut azimuth : 56˚ 42’ 30’’

Gambar 4.1 Contoh Pembacaan Sudut Azimuth Sebelum dan Setelah Diatur
Contoh sudut zenith :
88 89 90

90 89 88

Sudut zenith : 89˚ 15’


Gambar 4.2 Contoh Pembacaan Sudut Zenith

c. Pengukuran Jarak Secara Optis


Pada pengukuran secara optis digunakan theodolit dan rambu. Caranya rambu
didirikan secara tegak lurus lalu dibidik dengan pesawat DT 20 ES. Setelah
besaran yang dibidik terlihat tajam, dicatat benang atas, benang bawah, dan
benang tengah. Setelah itu jarak mendatar dihitung dengan cara sebagai berikut :

BA
BT
BB
D'

z Hb
?h
m

?H

Ha

Gambar 4.3 Pengukuran Jarak Secara Optis

Keterangan :

D‘ = 100 (BA – BB) sin z


D = D’ sin z
= 100 (BA – BB) sin² z
Δh = D’ sin m
= 100 (BA-BB) sin z . sin m
= 100 (BA-BB) cos m . sin m
= ½ . 100 (BA-BB) sin 2 m
ΔH = Δh + i – BT
Hb = Ha + ∆H

keterangan : D = jarak mendatar


D’ = jarak optis
BA = benang atas
BT = benang tengah
BB = benang bawah
m = sudut miring
z = sudut zenith
i = tinggi alat
Δh = beda tinggi T0 ke BT rambu
ΔH = beda tinggi elevasi A dan B
Ha = elevasi A
Hb = elevasi B

Pembacaan zenith dapat dibaca pada teropong zenith, cara membacanya adalah
dimulai dari angka kiri atas ke angka yang sama dengan jarak terdekat pada kanan
bawah. Satu grid mewakili 10 menit.

4.4.2 Pengukuran Kerangka Vertikal


Pada praktikum Ilmu Ukur Tanah ini pengukuran beda tinggi dilakukan dengan
cara:
a. Trigonometri
Beda tinggi antara dua titik diperoleh setelah dilakukan pengukuran jarak
mendatar, sudut helling, tinggi alat, dan benang tengah. Cara trigonometris
dipengaruhi oleh suatu kelembaban sehingga menyababkan cahaya dari titik A
ke B mengalami refleksi.

b. Dengan Pengukuran Sipat Datar


Alat yang digunakan adalah waterpass, rambu, dan payung. Alat didirikan di
tengah-tengah antara titik A dan B dan rambu didirikan di masing-masing titik.
Kemudian alat dibidik ke muka dan ke belakang kemudian dicatat bacaan
masing-masing benang. Setelah itu dilakukan cara yang sama dengan
mengganti ketinggian alat.
4.4.3 Pengukuran Titik Detail
a. Cara Pengukuran
Pengukuran titik detail dilakukan dengan cara memancar, yaitu pada tiap titik
pesawat ditembakkan ke arah kelipatan 45o. Pada tiap garis diambil beberapa
titik untuk penggambaran peta.

b. Data yang Diukur


Data yang harus diukur antara lain adalah jarak tiap titik detail dengan titik
poligon tempat alat didirikan, ketinggian alat, dan sketsa lokasi pengambilan
titik detail.

c. Pengukuran Beda Tinggi dengan Waterpass


Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan cara mendirikan alat pada titik
poligon dan mengarahkan ke titik poligon yang lainnya. Pembacaan dilakukan
dua kali dengan mengubah ketinggian alat dan dilakukan pengukuran pergi dan
pengukuran pulang.

4.5 Setting Alat


4.5.1 Theodolit (model DT-200 SE)
a. menetukan titik tempat alat theodolit
b. mendirikan statif di titik tersebut dan letakkan theodolit diatasnya
kemudian dikunci (bagian bawah)
c. lakukan pengecekan apakah theodolit tepat diatas titik yang telah
ditentukan menggunakan optical plummet telescop.
d. Mengatur sumbu I vertikal dengan cara:
- secara pendekatan pengaturan sumbu I dapat dilakukan dengan perantaran
nivo kotak dengan memutar ketiga skrup penyetel A,B, dan C secara
berlawanan
- misalnya nivo mula-mula pada kedudukan I, maka pindahkan kedudukan
II dengan memutar skrup penyetel A dan B secara bersamaan dengan
perputaran seperti anak panah. Kemudian pindahkan nivo tersebut dari
kedudukan II kedudukan III dengan memutar skrup C saja.
- Tindakan selanjutnya dipergunakan nivo tabung.
- Mula-mula tempatkan novo tabung pada kedudukan I, ialah secara
perkiraan sejajar dengan kedudukan sekrup AB. Nivo akan menyimpang,
artinya tidak seimbang. Maka seimbangkan dengan memutar kedua
sekrup penyetel A dan B secara bersama-sama dengan arah berlawanan.
- Seimbangan nivo tabung dengan menggunakan sekrup A,B,dan C setelah
itu cek lagi lingkaran centering jika bergeser dari paku geserlah sedikit
alat dengan mengendorkan sekrup alatnya. Setelah itu seimbangkan lagi
nivo tabung dengan sekrup A,B,dan C. Lakukan berulang-ukang hingga
alat benar-benar tegak diatas titik.
e. setelah pengaturan I vertikal selesai, tentukan titik acuan alat sebagai titik
0º0’00’’ (arah utara bumi dengan menggunakan kompos).
f. Kunci semua sekrup penggerak horizontal dan vertikal.
g. Nyalakan dengan menekan tombol power.
h. Setting sudut horizontal 0º0’00’’ dengan menekan tombol (0SET) 2x.
i. Tampilkan pembacaan sudut vertikal dengan menekan tombol (V / %).
- satu kali untuk mengetahui sudut vertikal.
- Dua kali untuk mengetahui prosentasi kemiringan.
j. ukur tinggi kedudukan alat dengan roll meter
k. pengukuran sudut horizontal dan vertikal menggunakan alat theodolit.
- tekan tombol power ON hingga tampil

V 90º10’20’’
HR 120º25’30’’

- bidik target A, tekan (0 SET)

V 90º00’00’’ V 90º00’00’’ diwajibkan harus


HR 0º00’00’’ derajatnya 90º00’00’’ sampai
praktikum selesai.

- untuk membidik ke B jangan tekan (0 SET). 0 SET digunakan untuk


membidik sebelumnya, sedangkan sesudahnya tidak perlu di (0 SET)
lagi.

Anda mungkin juga menyukai