Anda di halaman 1dari 27

Topik

Masalah
Topik Perrmasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini yaitu tentang “ pengaruh
pemberian rebusan daun salam
terhadap penurunan kolestrol pada
lansia”
Judul pengaruh pemberian rebusan daun
salam terhadap penurunan kolestrol
pada lansia

Bab 1 1.1 Latar Belakang


1. Alinia pertama (introduksi)
2. Alinia kedua (justifikasi)
3. Alinia ketiga (kronologis)
4. Alinia keempat (solusi)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.2.2 Tujuan Khusus
1.1 Manfaat
Bab 2 2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definis
Kolesterol adalah lemak
yang berwarna kekuningan dan
bentuknya seperti lilin, lemak
diproduksi oleh tubuh manusia yang
salah satunya berada di dalam hati.
Kolesterol banyak terdapat dalam
makanan yang berasal dari organ
binatang, bagian-bagian yang banyak
mengandung kolesterol adalah yang
utama pada bagian otak, kuning telor,
jeroan. Akan tetapi, pada makanan
yang bersumber dari tumbuh-
tumbuhanan tidak mengandung
kolesterol (Nilawati, 2008).
Bab 3 3.1.1 Desain Penelitian
3.2 Kerangka Kerja
3.3 Depinisi Operasional :
3.4 Populasi, Sampel
3.5 Uji Statistik (sumber pustaka:
Nursalam)
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang
Kolesterol adalah suatu zat lemak yang beredar didalam darah, diproduksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan
menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah
mengandung 80% kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal
dari makanan (Siswono, 2014 dalam Soebroto, 2010). Kolestrol berbentuk secara
ilmiah. Dari segi segi ilmu kim kimia, kolestrol merupakan senyawa kompleks
yang di hasilkan oleh tubuh dengan bermacam-macam fungsi, antara lain untuk
membuat hormon seks, hormon korteks andrenal, vitamin D, dan untuk garam
empedu yang membantu usus untuk menyerap lemak. Jadi, apabila takarannya pas
atau normal, kolestrol adalah lemak yang berperan penting dalam tubuh (Sri
Nilawati dkk, 2010). Kolestrol tidak larut dalam darah. Kolestrol di angkut ke
berbagai jaringan dalam tubuh dengan bantuan senyawa yang tersusun atas lemak
dan protein, yakni lipoprotein (Jonathan Marrel, 2010).
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi hiperkolesterol di
negara Indonesia cenderung meningkat, proporsi penduduk Indonesia dengan
kadar kolesterol total di atas normal lebih tinggi pada perempuan (39,6%)
dibandingkan pada laki-laki (30,0%) dan di daerah perkotaan lebih tinggi daripada
daerah pedesaan. Berdasarkan laporan badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2011,
tercatat sebanyak 4,4 juta kematian akibat hiperkolesterolemia atau sebesar 7,9 %
dari jumlah total kematian (Agam, 2012). Data yang di himpun oleh WHO dalam
global status report on non-communicable diaseases tahun 2008 memperliatkan
bahwa faktor resiko hiperkolesterolemia pada wanita di indonesia lebih tinggi di
yaitu 37,2 % bandingkan dengan pria yang hanya 32,8 % (Anonim, 2011).
Prevalensia hiperkolestorelemia pada kelompok usia 25-34 tahun adalah 9,3 %
dan meningkat sesuai dangan brertambahnya usia hingga 15,5 % pada kelompok
usia 55-64 tahun. (Ruth Grace Aurika, Carolin, 2012).
Pada dasararnya kolestrol adalah suatu zat lemak yang beredar di dalam
darah, bewarna kekuningan dan berupa seperti lilin, yang diproduksi oleh hati dan
sangat di perlukan peroleh tubuh. Kolestrol termasuk golongan lipid yang tidak
terhidrolisis dan merupakan sterol utama dalam jaringan tubuh manusia. Kolestrol
mempunyai makna penting karena merupakan unsur utama dalam lipoprotein
plasma dan membran plasma serta menjadi prekursor sejumlah besar senyawa
steroid (City & Noni, 2013). Dampak dari kolestrol tinggi atau melebihi batas
normal disebut juga dengan hiperkolesterolemia ini tidak ada gejala khas,
seringkali seseorang barumengetahui terkena hiperkolesterolemia ketika mereka
melakukan pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan atau karena keluhan
lain. Hanya saja gejala yang sering ditemui yaitu sering pusing di bagian
belakang, tengkuk dan pundakterasa pegal, sering pegal, kesemutan di tangan dan
kaki bahkan ada yang mengeluhkan dada sebelah kiri terasa nyeri seperti di tusuk-
tusuk. Jika hiperkolesterolemia ini dibiarkan begitu saja, akan meningkatkan
resiko terjadinya openyakit jantung koroner dan stroke (Dadan, 2012).
Berdasarkan penelitian oleh Bull dan Morrell ( 2010 ) Ada beberapa cara
untuk penanganan kolesterol dalam darah yang bisa dilakukan yaitu secara
farmakologis dan non-farmakologis. Pengobatan dengan cara farmakologis dapat
ditangani dengan obat penurun kolesterol sedangkan untuk pengobatan non-
farmakologis bisa dilakukan dengan mengkomsumsi obat herbal atau bahan alami
seperti tanaman. Masyarakat ingin melakukan pengobatan dengan bahan alam
yang ekonomis dan minim efek negatif, karena merupakan salah satu solusi yang
baik untuk menanggulangi masalah kesehatan, sehingga dapat menarik minat
masyarakat untuk menggunakan obat-obatan dari bahan-bahan alami
(Kemenkes,2008). Salah satu tanaman yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah
daun salam. Daun salam merupakan salah satu tanaman yang dapat menurunkan
kadar kolesterol. Daun salam merupakan tanaman lokal yang sering digunakan
sebagai bumbu atau penyedap makanan, tetapi dapat digunakan juga untuk
mengobati gastritis, diare, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi. Daun salam
mengandung zat aktif saponin, katekin (golongan flavonoid), tanin, serta
kandungan lain, yaitu vitamin C dan serat yang dapat menurunkan kadar
kolesterol total (Lajuck, 2012 dalam Rizki, 2016). Penggunaan obat herbal dan
bahan alami saat ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat dunia untuk
mengontrol dan mengobati penyakit, begitu halnya dengan kadar kolesterol. Saat
ini, minat masyarakat untuk kembali ke pengobatan herbal semakin meningkat,
peluang untuk mendapat ramuan mujarab dan mudah di peroleh masih terbuka
lebar, mengingat potensi tanaman obat di Indonesia yang sangat tinggi dan belum
termanfaat secara keseluruhan (Junaedi, 2013). Berdasarkan hal-hal yang
diuraikan tersebut diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk
mengetahui apakah ada pengaruh pemberian rebusan air daun salam terhadap
penurunan kadar kolesterol pada lansia di wilayah POSIANDU LANSIA DI
Rindang Banua Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang beredar didalam darah, diproduksi
oleh hati dan sangat diperlukan oleh tubuh, tetapi kolesterol berlebih akan
menimbulkan masalah terutama pada pembuluh darah jantung dan otak. Darah
mengandung 80% kolesterol yang di produksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal
dari makanan, ketika kolestrol melebihi tinggi ≥ 200 mg/dl maka akan berakibat
patal pada seseorang yang mengalaminya dan akan menyebabkan jantung koroner
dan stroke. Oleh karena itu masyarakat perlu mengetahui obat-obat herbal untuk
menurunkan kolestrol. Berdasarkan latar belakang yang di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini yaitu, bagaimana “Pengaruh Pemberian Air Rebusan
Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Posiandu Lansia Di Rindang Benua Palangka Raya”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus, yaitu :
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum untuk penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar kolesterol pada lansia di
Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di Rindang Benua Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin, umur dan
pekerjaan) pada lansia dengan kadar kolesterol tinggi ≥ 200 mg/dl di
Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di Rindang Benua Palangka Raya
2) Mengidentifikasi kadar kolesterol sebelum diberikan air rebusan daun salam
pada Lansia Di Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di Rindang Banua Palangka
Raya.
3) Mengidentifikasi kadar kolesterol sesudah diberikan air rebusan daun salam
pada Lansia Di Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di Rindang Banua Palangka
Raya.
4) Menganalisis perubahan kadar kolesterol sebelum dan sesudah diberikan
rebusan air daun salam pada Lansia Di Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di
Rindang Banua Palangka Raya.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan penelitian tentang
pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar kolesterol
pada lansia di Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di Rindang Benua Palangka Raya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar kolesterol pada
lansia di Wilayah Kerja Posiandu Lansia Di Rindang Benua Palangka Raya.
1.4.2.1 Bagi Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Memberikan input data dan kontribusi dalam masalah keperawatan medikal bedah
secara alamiah terkait dengan rebusan daun salam untuk menurunkan kolesterol
pada lansia sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap ilmu
keperawatan medikal bedah.
1.4.2.2 Bagi Tempat Penelitian
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
1.1 Bagi Penelitian
BAB 2
TINJAWAN FUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kolesterol


2.1.1 Pengertian Kolesterol
Kolesterol adalah lemak yang berwarna kekuningan dan bentuknya seperti
lilin, lemak diproduksi oleh tubuh manusia yang salah satunya berada di dalam
hati. Kolesterol banyak terdapat dalam makanan yang berasal dari organ binatang,
bagian-bagian yang banyak mengandung kolesterol adalah yang utama pada
bagian otak, kuning telor, jeroan. Akan tetapi, pada makanan yang bersumber dari
tumbuh-tumbuhanan tidak mengandung kolesterol (Nilawati, 2008).
Kolestrol merupakan komponen struktural esensial yang membentuk
membran sel dan lapisan eksterna lipoprotein plasma. Kolesterol dapat berbentuk
kolesterol bebeas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai
kolesterol ester. Kolesterol ester merupakan bentuk penyimpanan kolesterol yang
ditemukan pada sebagian besar jaringan tubuh. Kolesterol juga mempunyai makna
penting karena menjadi prekursor sejumlah besar senyawa steroid, seperti
kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray dkk 2009).
Terdapat dua jenis kolesterol eksogen adalah kolesterol yang terdapat dalam
diet dan diabsorbsi secara lamabat dari saluran pencernaan ke dalam saluran limfe
usus. Selain itu, terdapat juga kolesterol yang disintesis di dalam sel tubuh dan
disebut dengan kolesterol endogemn (Adam, 2009).
2.1.2 Total Kadar Kolestrol
Para peneliti ilmu kedokteran telah meletakkan pedoman besaran angka-
angka yang sebaiknya digunakan sebagai ambang batas kadar kolesterol dalam
darah. Penelitian ini juga menunjukkan tentang identifikasi dampak-dampak yang
mungkin muncul bila angka-angka atau ambang batas tersebut terlampaui. Berikut
beberapa institusi yang telah merumuskan angka kadar kolesterol dalam darah
yaitu National Institute of Health (NIH)- USA. Badan tersebut menganjurkan
angka-angka sebagai berikut.
2.1.2..1 Kadar kolesterol darah yang diinginkan = 200 mg/dl atau kurang.
2.1.2..2 Kadar kolesterol darah sedang borderline high = 200 – 239 mg/dl.
2.1.2.3 Kadar kolesterol tinggi = lebih dari 240 mg/dl. (Nilawati, 2008)
2.2.3 Jenis-Jenis Kolesterol
Kolesterol merupakan zat yang tidak larut dalam plasma darah. Agar zat nya
bisa larut dalam plasma darah, kolesterol harus bergabung dengan 2 unsur lemak
darah lainnya, yaitu trigliseride dan fosfolipid. Kedua unsur lemak darah (lipid)
tersebut berikatan lagi dengan apoprotein. Ikatan antara lipid dengan apoprotein
disebut lipoprotein. Dalam bentuk lipoprotein inilah kolesterol dapat mengalir
dalam darah ke seluruh tubuh.Lipoprotein dibedakan dalam 4 bentuk,yaitu :
2.2.3.1 Chylomicron
Chylomicron adalah lipoprotein yag dibentuk di dalam usus.Chylomicron
banyak mengandung trigliserid. Makanan yang berlemak berpotensi
meningkatkan chylomicron.
2.2.3.2 LDL
LDL (Low Density Lipoprotein) adalah lipoprotein berfungsi untuk
membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer. LDL (Low Density Lipoprotein)
ini dapat menimbulkan penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh bagian
dalam. LDL inilah yang paling kuat dalam mengangkut kolesterol sehingga
semakin tinggi LDL maka semakin buruk dampaknya terhadap kesehatan
manusia (Westriningsih, 2011).
2.2.3.3 HDL
HDL (High Density Lipoprotein) adalah lipoprotein yang berfungsi
membawa/menarik kolestrol dari jarngan perifer ke hati. HDL inilah yang
mencegah terjadinya penumpukan kolestrol di dalam tubuh. Semakin tinggi
jumlah HDL, semakin bagus manfaatnya terhadap kesehatan.
2.2.3.4 VLDL
VLDL adalah lipoprotein yang merupakan proses awal terbentuknya LDL.
Partikel VLDL banyak mengandung trigliserida.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol
Kadar kolesterol merupakan salah satu indikasi bagi kesehatan tubuh
manusia. Kelebihan kolesterol pun dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh
darah dan meningkatkan risiko terkena serangan jantung.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kolesterol adalah :
2.2.4.1 Faktor Genetik
Faktor genetik cukup mempengaruhi tingginya kadar kolesterol dalam darah
seseorang dimana tubuh memproduksi kolesterol mencapai 80 %. Seseorang yang
memproduksi kolesterol dalam jumlah banyak akan mengalami hiperkolesterol
(Shabela, 2012).
2.2.4.2 Faktor gaya hidup dan pola makan.
Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti minum alkohol berlebihan,
minum kopi berlebihan, banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
lemak jenuh, sedikit mengkonsumsi makanan kaya serat dari sayuran dan buah-
buahan dan kacang kedelai dan merokok. Merokok bisa meningkatkan kadar
LDL, tetapi bisa menekan kolesterol HDL (Shabela, 2012).
2.2.4.3 Usia dan jenis kelamin
Usia yang semakin meningkat juga salah satu faktor penyebab kolesterol
tinggi yang diakibatkan menurunnya daya kinerja organ tubuh seseorang.
Berdasarkan jenis kelamin, pria sampai usia 50 tahun memiliki risiko 2-3 kali
lebih besar dibandingkan dengan wanita untuk mengalami atherosklerosis oleh
kolesterol. Tetapi diibawah usia 50 tahun pada wanita atau pasca
menopause,wanita memiliki risiko yang sama dengan pria. Masa premenopause
wanita dilindungi oleh hormon estrogen sehingga dapat mencegah timbulnya
aterosklerosis. Hormon ini bekerja dengan cara meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL pada darah. Setelah menopause, kadar hormon estrogen pada
wanita akan menurun sehingga risiko hiperkolesterol dan aterosklerosis akan
menjadi setara dengan laki-laki. (Shabela, 2012).
2.2.4.4 Tingkat aktivitas
Hampir semua orang sudah mengetahui bahwa kurangnya aktivitas fisik
dapat menyebabkan dampak yang serius terhadap kesehatan. Kurangnya aktivitas
fisik dapat meningkatkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL (Shabela,
2012).
2.2.5 Tingkat Kolesterol
2.2.5.1 Batas normal : <200 mg/dl
2.2.5.2 Batas kolesterol cukup : 200 – 239 mg/dl
2.2.5.3 Batas kolesterol tinggi : > 240 mg/dl
2.2 Konsep Dasar Daun Salam
2.2.1 Definisi Daun Salam
Daun salam (sygium polyanthum) adalah tanaman yang biasa dimanfaatkan
daunnya untuk penyedap rasa pada masakan khas nusantara, selain itu daunnya
pun juga dapat digunakan sebagai rempah pengobatan tradisional Indonesia bay-
leaf atau Indonesian laurel, sedangkan nama ilmiah dari daun salam adalah sygium
polyanthum (Nurcahyati, 2014).
Daun salam atau dengan lama lain yaitu syzygium polyanthum adalah daun
yang selalu ada hampir di dalam masakan warga Indonesia. Selain sebagai bahan
bumbu masakan, daun salam juga sebenarnya memiliki banyak khasiat dan
manfaat yang lain bagi kesehatan tubuh kita. Daun salam dipercaya dapat
digunakan sebagai obat-obatan herbal untuk penyakit diabetes,kolesterol, asam
urat dan radang lambung (Savitri,2016).
2.2.2 Kandungan Dan Manfaat Daun Salam
Kandungan dan manfaat senyawa yang terkandung di dalam daun salam
yang dapat menjadi antibakteri adalah sebagai berikut.
2.2.2.1 Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam
pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, dan aseton. Flavonoid
adalah golongan terbesar dari senyawa fenol, zat flavonoid yang
terkandung dalam daun salam mampu menurunkan kolesterol dan gula
darah. Senyawa fenol mempunyai kemampuan sebagai antibakteri yaitu
dengan cara mendenaturasi protein yang menyebabkan terjadinya
kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri. (Nazzaro, 2013)
2.2.2.2 Tanin dapat mengganggu permeabilitas membran sel bakteri dan juga
memiliki kemampuan mencegah pembekuan plasma pada Staphylococcus
Aureus. Dalam daun salam kandungan zat tanin juga mampu menurunkan
kadar kolesterol dan gula darah. (Nazzaro, 2013)
2.2.2.3 Minyak atsiri juga berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu
enzim yang membantu pembentukan energi sehingga memperlambat
pertumbuhan sel. Minyak atsiri dalam jumlah banyak dapat juga
mendenaturasi protein. (Nazzaro, 2013).
2.2.2.4 Alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme
alkaloid sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri adalah dengan cara
mengganggu komponen penyusun peptiglodikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian
sel tersebut (Kurniawan & Aryana, 2015)

Di negara Belanda, Taiwan dan Arab Saudi daun salam masih di panen dari
daun-daun yang tumbuh liar di kebun rakyat. Daun salam merupakan tanaman
yang banyak tumbuh di daerah tropis khususnya daerah Asia Tenggara, tanaman
salam biasanya tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450 meter diatas
permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000 mm (Nurcahyati, 2014)
2.2.3 Klasifikasi Daun Salam
Klasifikasi daun salam adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermsthopyta
Subdivisi : Pinophyta
Kelas : Coniferopsida
Famili : Eugenia
Genus : Myracales
Spesies : Syzygium polyanthum [ Wight ] Walp

Gambar 1.1 Daun Salam


2.2.4 Ciri Fisik Daun Salam
Daun salam merupakan tanaman perdu yang sangat dikenal ibu-ibu rumah
tangga. Daunnya sering dipakai untuk tambahan pada sayur agar aroma sayur
yang dimasak menjadi nikmat.
Ciri khas pohon salam yang membedakan dengan pohon lainnya adalah
aroma daunnya. Daun salam beraroma gurih, berwarna hijau, ukuran daun salam
selebar telapak tangan wanita dewasa (Agustina, 2011).
Buahnya bulat dengan diameter 8-9 mm, berwarna hijau saat belum masak,
setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat penampang
sekitar 1 cm, warnanya coklat. Daun salam ditanam untuk diambil daunnya
sebagai pelengkap bumbu dapur dan di panen ranting dan pucuk daunnya
(Nurcahyati, 2014).
2.2.5 Manfaat Daun Salam
Manfaat daun salam menurut Astrid Savitri (2016) adalah sebagai berikut :
2.2,5.1 Menurunkan tekanan darah tinggi
Pada daun salam, kandungan mineral dapat membuat peredaran darah
menjadi lancar dan mengurangi tekanan darah.
2.2,5.2 Meringankan nyeri akibat asam urat
Salah satu kandungan yang berada pada daun salam ada yang berkhasiat
untuk menurunkan kadar asam urat dan juga meringankan rasa sakit pada
daerah sendi-sendi.
2.2,5.3 Menurunkan kadar kolesterol
Daun salam juga bisa digunakan untuk mengatasi kolesterol jahat pada
tubuh manusia. Meminum air rebusan daun salam secara rutin dua kali
sehari dapat mengurangi kadar kolesterol jahat dalam tubuh.
Senyawa alkaloid pada daun salam kerjanya menghambat aktivitas enzim
lipase pankreas sehingga meningkatkan sekresi lemak, yang kemudian
mengakibatkan penyerapan lemak oleh hati terhambat. Selain alkaloid
yang terkandung padadaun salam, saponin juga membantu menurunkan
kadar kolesterol serta mengurangi penimbunan lemak dalam pembuluh
darah,flavonoid yang merupakan anti oksidan juga yang terdapat dalam
daun salam yang dapat mencegah terjadinya peroksidasi lipid. Tanin yang
juga ada di daun salam dapat bekerja secara sinergis dalam memperbaiki
profil lipid ( Lajuck, 2010)
2.2.6 Cara Mengolah Daun Salam Menjadi Obat Herbal
Daun salam selain sebagai bahan masakan, juga sudah diketahui sejak
zaman dahulu sebagai obat tradisional. Biasanya warga desa menggunakan daun
salam sebagai obat penyakit diare dan asam urat. Namun, seiring berkembangnya
jaman, mulai banyak penelitian tentang khasiat daun salam diantaranya diketahui
bahwa daun salam dapat mengobati penyakit maag, kencing manis, mabuk akibat
alkohol, asam urat, hipertensi dan membantu menurunkan kadar kolesterol
(Nurcahyati, 2014).
Menurut Nisa (2012), daun salam sebagai obat hipertensi,asam urat,
kolesterol, diabetes dan maag dapat dilakukan dengan cara pembuatan sebagai
berikut :
1) Siapkan 9 gr (10 lembar) daun salam muda yang sudah dicuci.
2) Siapkan 300 ml air.
3) Rebus daun salam dalam air.
4) Tunggu beberapa saat sampai air menjadi 200 ml.
5) Setelah dingin,air rebusan daun salam siap diminum.
6) Air rebusan daun salam diminum selama 2 kali sehari secara berturut-turut
2.3 Konsep Dasar Lansia
2.3.1 Definisi
Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami
oleh individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis,
tetapi juga meliputi psikologis dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia
dapat disebut sebagai perubahan “senses,, dan perubahan “senilitas’’. Perubahan
senesens adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut.
Sedangkan perubahan senelitas adalah perubahan-perubahan patologik permanen
dan disertai dengan semakin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut.
Sementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada umumnya adalah pada bidang
klinik, kesehatan jiwa, dan masalah dibidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu
lansia dikelompokkan dengan resiko tinggi dengan masalah fisik dan mental
(Murwani, 2010).
2.3.2 Pengelompokkan lansia
Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur menurut beberapa
pendapat yaitu: (Nugroho, 2000)
1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu:
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun
c. Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old ) diatas 90 tahun
2. Lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3 yaitu:
a. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
b. Kelompok usia dalam masa pra-senium (55-64 tahun), merupakan
kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan
masyarakat pada umumnya.
c. Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok yang
umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit
berat.
Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang
mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya
tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara
ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Lansia merupakan
kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan
berbagai tekanan psikologis. (Murwani,2010). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50
tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis,
ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.
2.3.3 Pengertian Proses Menua
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau menggantikan dan mempertahankan struktur fungsi secara
normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi (Paris Constantinides,
1994). Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa,
misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan
jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak
maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai
puncaknya pada umur 20-30 tahun.
Merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan
merupakan suatu penyakit. Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu proses
menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap
infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Penuaan
merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi tua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2008). Menjadi tua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.
Keadaan ini menyebabkan jaringan tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia
secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kemunduran
struktur dan fungsi organ pada lansia dapat mempengaruhi kemandirian dan
kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008).
2.3.4 Perubahan yang lazim pada proses menua
2.3.4.1 Perubahan biologis (fisik)
Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah :
2.3.4.1.1. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah
sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
2.3.4.1.2. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, kurang sensitive terhadap
sentuhan.
2.3.4.1.3. Sistem Penglihatan
Menurunnya lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
2.3.4.1.4. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis.
2.3.4.1.5. Sistem Cardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas
pembuluh darah: kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer.
2.3.4.1.6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi beberapa
factor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain: Temperatur
tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga aktifitas otot menjadi rendah.
2.3.4.1.7. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik
nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman nafas
turun. Kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri
menurun menjadi 75 mmHg, CO2 arteri tidak berganti.
2.3.4.1.9. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.
2.3.4.1.9. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva,
selaput lendir mongering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan
frekuensi seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
2.3.4.1.10. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormone kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron juga.
2.3.4.1.11. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi
dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan
dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
2.3.4.1.12. System Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram
dan tremor.
2.2.4.2 Perubahan Psikologis
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah
mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang
(tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena
menurunnya daya tarik fisik dan seksual serta mereka merasa tidak dibutuhkan
oleh keluarganya,. Beberapa keluhan psikologis yang terjadi pada proses menua:
2.3.4.2.1. Ingatan Menurun
Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat
dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam
mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya
secara otomatis langsung ingat.
2.3.4.2.2. Kecemasan
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran
dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya
kalau dulu biasa pergi ke luar kota sendirian, namun sekarang merasa cemas dan
khawatir, hal itu sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya.
Kecemasan pada lansia umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas
dan dapat tenang kembali, setelah mendapatkan semangat / dukungan dari orang
di sekitarnya; namun ada juga yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang
disekitarnya telah memberi dukungan.
2.3.4.2.3. Mudah Tersinggung
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Lansia lebih
mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
menggangu. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku
orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan
sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
2.3.4.2.4. Stress
Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam
lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan
menyelusup ke dalam tidur.
2.3.4.2.5. Depresi
Simptom-simptom psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa
aspek, menurut Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai
berikut :
 Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.
 Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam
berpikir, menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
 Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi,
menghindari kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan
tinggi pada orang lain.
 Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir,
menangis, mengeluh.
 Simptom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan
bertambah, hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah.
2.2.4.3 Perubahan Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami
penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak
seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi
kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian
lansia sebagai berikut :
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy). biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality). pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy). pada tipe ini biasanya
sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality). pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak
keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.
b) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy). pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
atau cenderung membuat susah dirinya.
2.2.4.4 Perubahan spritual
a) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970).
b) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970).
c) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: Universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori Penelitian


Kerangka teori merupakan uraian dan definisi-definisi terkait dengan
permasalahan yang akan dapat dijadikan sebagai tujuan dalam melakukan
penelitian (Notoadmodjo, 2010).
Menurut Sugiyono 2010, kerangka teori merupakan alur logika penalaran
yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proporsi yang disusun secara
sistematis. Kerangka teori dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian air
rebusan daun salam untuk melihat fungsinya terhadap penurunan kadar kolesterol
pada lansia. Kerangka teori penelitian ini sebagai berikut :

Rebusan Air Kolesterol


DaunSalam

Faktor yang
mempengaruhi kadar
Manfaat Daun Salam
kolesterol :
1. Faktor genetik
1. Menurunkan tekanan 2. Faktor gaya hidup
darah tinggi dan pola makan
2. Meringankan nyeri 3. Usia dan jenis
akibat asam urat kelamin
3. Menurunkan kadar 4. Tingkatan aktivitas
kolesterol

Tingkat kolesterol
1. 1.Batas normal :
Kandungan DaunSalam <200 mg/dl
2. 2.Batas kolesterol
Flavonoid adalah golongan Alkaloid memiliki cukup : 200 – 239
terbesar dari senyawa fenol, kemampuan sebagai mg/dl
zat flavonoid yang antibakteri. (Kurniawan & 3. 3.Batas kolesterol
terkandung dalam daun Aryana,2015) tinggi : > 240 mg/dl
salam mampu menurunkan
kolesterol dan gula darah.
Pengobatan kolesterol :
1. Farmakologi
2. Non-farmakologi
Dapat mengganggu Minyak atsiri berperan
permeabilitas membran sebagai antibakteri dengan
sel bakteri dan juga cara mengganggu enzim
memiliki kemampuan yang membantu
mencegah pembekuan pembentukan energi
plasma pada sehingga memperlambat
Staphylococcus aureus. pertumbuhan ssel. Minyak
Dalam daun salam atsiri dalam jumlah banyak
kandungan zat tanin dapat j uga mendenaturasi
juga mampu protein. ( Nazzaro,2013)
menurunkan kadar
kolesterol dan gula
darah. Nazzaro, 2013)

3.2 Kerangka konsep peneliti


Menurut Notoadmodjo (2012) dari hasil tinjauan kepustakaan serta
kerangka teori tersebut serta masalah penelitian yang telah dirumuskan tersebut,
maka dikembangkan suatu “kerangka konsep penelitian”. Yang dimaksud
kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan antara
kaitan dengan konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel
yang satu dengan yang lain dari masalah yangditeliti. Berdasarkan teori yang telah
diuraikan pada tinjauan pustaka, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
menggambarkan dibawah ini : pengaruh pemberian air rebusan daun salam
terhadap penurunan kadar kolesterol pada pasien diabetes mellitus di wilayah
kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda.
Kerangka konsep penelitian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Pre Test Kadar Intervensi Pemberian Post Test Kadar


kolesterol rebusan air daun salam Kolesterol sesudah
sebelum diberikan
diberikan rebusan
rebusan air daun
air daun salam
salam

3.2 kerangka konsep penelitian


3.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan anggapan suatu dasar, kemudian membuat suatu teori
yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu
dan akan diterima jika fakta–fakta membenarkannya (Arikunto, 2010). Dengan
demikian hipotesis adalah suatu teori sementara yang kebenarannya masih perlu
diuji. Di dalam pengujian hipotesis dijumpai dua jenis hipotesis, yaitu:
1) Hipotesis Nol (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan suatu
kejadian antara dua kelompok. Atau hipotesis yang menyatakan tidak ada
hubungan antara variabel satu dengan variabel yangIain.
2) Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan ada perbedaan suatu
kejadian antara dua kelompok atau hipotesis yang menyatakan ada hubungan
variabel satu dengan variabel yangIain. Berdasarkan latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan kerangka konsep penelitian, maka dapat dirumuskan
hipotesa penelitian sebagai berikut .
3) Ho : Tidak ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadappenurunan
kadar kolesterol pada pasien DM di Wilayah kerja Puskesmas Wonorejo
Samarinda.
4) Ha : Ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunankadar
kolesterol pada pasien DM di Wilayah kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda.
Topik
Masalah
Topik Perrmasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini yaitu tentang “Hubungan
Pengetahuan Tentang Triase Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien Label
Kuning Di Instalasi Gawat Darurat RS
Doris Sylvanus”
Judul Hubungan Pengetahuan Tentang
Triase Dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Label Kuning Di Instalasi
Gawat Darurat RS Doris Sylvanus
Bab 1 2.1 Latar Belakang
5. Alinia pertama (introduksi)
6. Alinia kedua (justifikasi)
7. Alinia ketiga (kronologis)
8. Alinia keempat (solusi)
2.2 Tujuan
2.2.1 Tujuan Umum
2.2.2 Tujuan Khusus
2.3 Manfaat
Bab 2 2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definis
Triase adalah pengelompokan pasien
berdasarkan berat cideranya yang harus
di prioritaskan ada tidaknya gangguan
airway, breathing, dan circulation
sesuai dengan sarana, sumberdaya
manusia dan apa yang terjadi pada
pasien (Siswo, 2015). Sistem triase
yang sering di gunakan dan mudah
dalam mengaplikasikanya adalah
mengunakan START (Simple triage
and rapid treatment) yang pemilahanya
menggunakan warna . Warna merah
menunjukan prioritas tertinggi yaitu
korban yang terancam jiwa jika tidak
segera mendapatkan pertolongan
pertama. Warna kuning menunjukan
prioritas tinggi yaitu koban moderete
dan emergent. Warna hijau yaitu
korban gawat tetapi tidak darurat
meskipun kondisi dalam keaadaan
gawat ia tidak memerlukan tindakan
segera. Terakhir adalah warna hitam
adalah korban ada tanda-tanda
meninggal (Ramsi, IF. dkk ,2014)

Bab 3 3.1 Desain Penelitian


3.2 Kerangka Kerja
3.3 Depinisi Operasional : Variabel
independen dan variabel dependen
3.4 Populasi, Sampel
3.5 Uji Statistik (sumber pustaka:
Nursalam)
Topik
Masalah
Topik Perrmasalahan yang akan dibahas pada
penelitian ini yaitu tentang “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Keluarga
Tentang Hemodilisa Dengan Tingkat
Kecemasan Keluarga Yang Anggota
Keluarga Menjalani Terapi
Hemodilisa”
Judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Hemodilisa Dengan
Tingkat Kecemasan Keluarga Yang
Anggota Keluarga Menjalani Terapi
Hemodilisa”
Bab 1 1.1 Latar Belakang
1) Alinia pertama (introduksi)
2) Alinia kedua (justifikasi)
3) Alinia ketiga (kronologis)
4) Alinia keempat (solusi)
1.2 Tujuan
3.2.1 Tujuan Umum
3.2.2 Tujuan Khusus

1.3 Manfaat
Bab 2 2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Definis

Bab 3 3.1 Desain Penelitian


3.2 Kerangka Kerja
3.3 Depinisi Operasional : Variabel
independen dan variabel dependen
3.4 Populasi, Sampel
3.5 Uji Statistik (sumber pustaka:
Nursalam)

Anda mungkin juga menyukai